Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DASAR II

Disusun oleh Kelompok 4 :


Ali Zaini Amanullah (201003222011327)

Aksal Hanim Putrananda (201003222011321)

Rina Widiastuti (201003222011326)

Vidia Yusuf (201003222011313)

Said Nur Fuad (171003222010808)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
2020/2021
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 2

Disusun oleh kelompok 4

ALAT UKUR DASAR


LAPORAN HASIL PRAKTKUM
ALAT UKUR DASAR
( Mengukur Ketebalan dan Diameter )
.
 Menghitung Diameter luar/ dalam, kedalaman Spidol dan kuningan

I. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui kegunaan dan mampu melakukan pengukuran dengan alat


ukur dasar.

II. ALAT DAN BAHAN

1. Jangka Sorong
2. Micrometer secrup
3. Spidol
4. Kuningan/besi

III. DASAR TEORI

Alat ukur berat adalah alat yang sudah diukur sebagai acuan suatu benda
berdasarkan Standart Internasional (SI)

IV. LANGKAH PERCOBAAN

Putarlah pengunci ke kiri, dan buka rahang, masukkan spidol ke rahang


bawah/atas jangka sorong lalu geser rahang agar rahang tepat pada benda, kemudian
putar pengunci ke kanan.
V. PEMBAHASAN
 Jangka Sorong
a. Spidol
- Diameter luar ujung atas : 1,003mm
- Diameter luar tengah : 1,501mm
- Diameter luar ujung bawah : 1,500mm
+
Rata-rata :1,335mm
- Diameter dalam :1,49mm
- Kedalaman :1,101mm

 Menghitung Kedalaman Spidol

 Micrometer Secrup
a. Spidol
 Diameter luar ujung atas : 0,57mm
 Diameter luar tengah : 0,51mm
 Diameter luar ujung bawah : 0,95mm
+
Rata-rata : 0,677mm
 Diameter dalam : 0,56 mm
 Kedalaman : 0,53 mm

VI. KESIMPULAN

Setiap alat ukur memiliki kegunaan atau fungsi dengan parameter masing-
masing, misal neraca ohaus untuk mengukur massa suatu benda, micrometer
secrupuntuk diameter suatu benda, jangka sorong untuk mengukur diameter suatu
benda.
Setiap alat ukur juga memiliki cata-cara sendiri untuk dapat digunakan dan untuk
menunjukkan hasil pengukuran.
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 2

Disusun oleh kelompok 4

LENTURAN BATANG
LAPORAN HASIL PRAKTKUM
LENTURAN BATANG

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Memahami lenturan batang


2. Dapat menentukan modulus elastilitas( E ) dari zat padat ( besi ) dengan pelenturan.

II. ALAT DAN BAHAN

5. Statis
6. Pengkait
7. Besi
8. Penggaris
9. Beban

III. DASAR TEORI

Bila sebuah batang dilenturkan (dibengkokkan), maka bagian cembungnya


mengalami suatu pemuaian, sedangkan bagian cekungnya mengalami tekanan. Untuk
ini berlaku pula hukum HOOKE. Karena itu modulus juga dapat ditentukan dengan
percobaan – percobaan lenturan batang.
Bila kita ingin menentukan modulus elastisitas dari suatu logam dengan cara
tersebut di atas, lebih dahulu logam tersebut dibuat berbentuk batang dengan
penampang empat persegi panjang. Batang ini ditempatkan diatas dua titik rumpuan
berjarak 1 m. Ditengah batang diantara kedua buah titik tumpuan disediakan tempat
untuk menggantungkan beban. Dengan adanya beban, maka titik batang tempat beban
digantungkan akan turun. Bila karena gaya beban sebesar F titik penggantung turun
sebesar h, maka :
1 𝐿³ F
h=
4 𝑎³ 𝑏𝐸

Dimana :
E = koefisiensi pelengkungan
batang L = panjang kuningan
F = Gaya
a = tebal kuningan
b = lebar kuningan
h = tinggi kuningan
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Ukur lebar (b) tebal (a) dan panjang kuningan;


2. Pastikan berat beban;
3. Letakan batang diatas tumpuan letakan tumpuan k pada kaitanya kira-kira
ditengah batang;
4. Tambahkan beban pada permukaan kait;
5. Bacalah skala angka setelah lampu pada statis hidup;
6. Tambahkan beban dan kedudukan skala angka.

V. PEMBAHASAN

Modulus Elastis
a. Batang besi (penggaris besi)
- Panjang penggaris besi = 49cm = 0,49M
- Tinggi penggaris besi = 37,3cm = 0,373M
- Lebar peggaris besi = 2,8cm =0,028
- Tebal penggaris besi = 2,46cm = 0,0246M
- Gaya pengaris besi (g) = 9,8m/s
- Berat penggaris besi (m) = 10 gram = 0,01kg

b. Beba yang digunakan dalam kelenturan batang yaitu menggnakan beban


10gram. Maka untuk gaya pada kelenturan batang yaitu sebagai berikut
- Gaya yang ada pada kelenturan batang dengan beban 10 gram yaitu =
F= m.g
= 0,01 . 9,8
= 0,098 N

Jadi kelenturan batang pada penggaris besi adalah :


1 𝐿3 𝐹
H=
4 𝑎3 𝑏𝐸

(0,49)
0,373=1 3
0,098

4 (0,0246)3 0,28 𝐸

1 0,117 0,098
0,373=4 0,00001 0,28 𝐸

0,28E= 0,25 x 11700 x 0,262

E = 2736,964 N/𝑚2
c. Hasil koefisien pada ketentuan batang. Sehingga masing masing beban pada
kelenturan batang memiliki koefisien.
Diketahui =
- beban awal (0gram) =5,14 Kg
- Beban 100 gram = 3,16 kg
- Beban 200 gram = 3,40 kg
- Beban 300 gram = 0,98 kg

Maka koefisien pelengkungan batang yaitu masing-masing bertambahnya beban sebagai


berikut:
 bertambahnya koefisien kelengkungan pada beban 100gr
1 𝐿3 𝐹
H=
4 𝑎3 𝑏𝐸

0,373=1 (0,49) 0,1


3
4 (0,0246)3 0,28 𝐸

1 0,117 0,1
0,28E=
4 0,00001 0,373 𝐸

0,28E= 0,25 x 11700 x 0,268


E=2799,642 gr N/𝑚2

 Bertambahnya koefisien pada pelengkungan dengan beban 200 gr


1 𝐿3 𝐹
H=
4 𝑎3 𝑏𝐸

0,373=1 (0,49) 0,2


3
4 (0,0246)3 0,28 𝐸

1 0,117 0,2
0,28E=4 0,00001 0,373
0,28E= 0,25 x 11700 x 0,536

E = 5599,285 gr N/𝑚2

 Bertambahnya koefisien pada pelengkungan dengan beban 300 gr


1 𝐿3 𝐹
H=
4 𝑎3 𝑏𝐸

(0,49)
0,373=1 3
0,3

4 (0,0246)3 0,28 𝐸

1 0,117 0,098
0,28E=4 0,00001 0,373

0,28E=0,25 x 11700 x 0,804

E=8398,92 gr N/𝑚2
VI. KESIMPULAN

1. Dengan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa koefisiensi


pelengkungan berbanding lurus dengan gaya atau massa (beban), ditunjukan dengan
semakin besarnya koefisiensi pelengkungan (E) tiap bertambahnya beban sebesar
50 gram.
2. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil koefesien pelengkungan
batang sebagai berikut;
BEBAN 0 gr = 0 gr
BEBAN 100 gr = 2799,642 x 10-14 gr
BEBAN 200 gr = 5599,285 x 10-14 gr
BEBAN 300 gr = 2736,964 x 10 -14 gr
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 2

Disusun oleh kelompok 4

VISKOSITAS ZAT CAIR


LAPORAN HASIL PRAKTIKUM
VISKOSITAS ZAT CAIR

I. TUJUAN

Menentukan koefisiensi kekentalan zat cair dalam hal ini mengukur waktu jatuh
bola-bola kedalam fluida.

II. ALAT YANG DIBUTUHKAN

1. Bola – bola kecil zat padat;


2. Tabung gelas yang panjang;
3. Stop watch dan neraca;
4. Jangka sorong dan mistar;
5. Aeromometer/ viscometer oswold;
6. Air.

III. DASAR TEORI

Setiap benda yang bergerak didalam fluida akan mendapatkan gesekan yang
disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Gaya gesekan tersebut sebanding dengan
kecepatan relative benda terhadap fluida.
F = - konstanta . vm
Kalau sebuah bola yang bergerak melalui cairan diam, maka gaya gesekan yang dialami
benda menurut buku mstokes :
F = G . π . µ r. v
Dimana :
F = gaya gesek yang bekerja pada bola
µ = koefisiensi kekentalan zat cair
r = jari – jari bola
v = kecepatan relative bola terhadap zat cair

Apabila bola bergerak jatuh secara vertical maka berlaku gaya berat bola sebesar :
rumus :
𝟒
. 𝝅 . 𝒓𝟑 = ⍴ . 𝒈
𝟑
jika bola bergerak jatuh secara vertical maka berlaku gaya berat bola sebesar :
rumus :
𝟐 𝒕
µ= . 𝒓𝟐. 𝒈 𝒃𝒐𝒍 − ⍴𝒂𝒊𝒓)
(⍴ 𝒔
𝒂
𝟗

IV. CARA – CARA MELAKUKAN PERCOBAAN

1. Ukurlah diameter bola denganjangkasorong;


2. Timbanglah bola denganneraca;
3. Ukurlah jarak jatuh( panjang viscometer );
4. Ukurlah jarak waktu T bola beberapa kali .

V. PEMBAHASAN

Neraca
a. Kelereng dan Gelas Ukur
- Beban gelas ukur pada titik awal (tanpa air) = 15,6 gr
- Beban kelereng = 4,8 gr
- Beban gelas ukur berisi air = 20,6 gr
Maka massa air = 20,6 – 15,6
= 5 gr
b. Jangka Sorong
- Diameter kelereng=1,5 + 0,6 x 0,01
= 1,506 cm
1
- Jari jari Kelereng = x 1,506
2
= 0,753 cm
4
- Volume kelereng = . 𝜋 . 𝑟3
3
= 4 . 3,14 . 0,7533
3
= 1,33 . 3,14 . 0,42695
=1,78749 cm
Sehingga massa jenis kelereng dan air yaitu sebagai berikut :
Massa kelereng 𝑚 4,8 = 2,685 𝑔𝑟
= =

1 𝑣 1,78749

Massa air =
𝑚
=
5
= 1 𝑔𝑟

2 𝑣 5
c. Aerometer
- Waktu 1 (𝑡1) = 10,28 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
- Waktu 2 (𝑡2) = 8,71 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
- Waktu 3 (𝑡3) = 9,08 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
- Waktu 4 (𝑡4) = 8,69 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
- Waktu 5 (𝑡5) = 9,53 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
10,28+8,71+9,08+8,69+9,53
Rata-rata = 5 = 9,258 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Maka viskonitas yaitu
(𝜌1− 𝜌2).𝑔 .𝑡
Viskonitas = 2 . 𝑟2
9 𝑠
2 (2,685−1).9,8 .9,258
= 9 . (0,753)2 . 10
2 (1,685).9,8 .9,258
= 9 . 0,567009 . 10
2 152,877354
= 9 . 0,567009 10
= 2 . 0,567009 . 15,2877354
9
g = 1,92628524
g = 1,9

VI. KESIMPULAN

1. Dengan bertambahnya kecepatan bola maka bertambah pula gaya STOKES pada
bola tersebut. Akhirnya bola tersebut akan bergerak dengan kostan, yaitu tercapai
kesetimbangan antara gaya berat, gaya pengapung, dan gaya stokes pada bola
tersebut.
2. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil koefisiensi kekentalan zat cair
dalam hal ini Air adalah sebesar 1,9 poise.
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 2

Disusun oleh kelompok 4

GAYA PEGAS
LAPORAN PRAKTIKUM
GAYA PEGAS

I. TUJUAN

Adapun tujuan diadakanya praktikum gaya pegas ini adalah :


1. Untuk mengetahui hokum Hooke;
2. Menghitung konstanta pegas.

II. ALAT DAN BAHAN

a. Pegas
b. Neraca
c. Mistar
d. Statis
e. Beban

III. DASAR TEORI

Pegas adalah salah satu contoh benda elastis, oleh sifat elastisnya ini suatu pegas
yang diberi gaya tekan atau gaya renggang akan kembali pada keadaan
setimbangnya mula-mula apabila gaya yang bekerja padanya dihilangkan. Gaya
pemulih pada pegas banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari seperti
didalam SHOCK Breaker dang springbed.
Jika sebuah benda diberikan gaya maka hokum HOOKE hanya berlaku
sepanjang daerah elastic sampai pada titik yang menunjukan batas hukum HOOKE.
Apabila benda diberikan gaya dimana belum melewati bata selastisitas, maka benda
tersebut akan kembali semula.
Jika benda tersebut diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas
elastisitas, maka benda tersebut masuk kedaerah plastis dan ketika gaya dihilangkan
benda tersebut tidak akan kembali kebentuk atau panjang semula.
Rumus : F = k . 𝚫𝐋
F = Gaya
ΔL = Pertambahan
Panjang k = konstanta
pegas
IV. LANGKAH PERCOBAAN

1. Pastikan pegas sudah terpasang pada statis;


2. Timbanglah beban dengan neraca;
3. Ukur panjang pegas awal;
4. Masukan beban pada pegas kemudian catat pertambahan panjang;
5. Lakukan sebanyak beban yang ada.

V. PEMBAHASAN

Pegas
a. Mengukur panjang pada pegas dari setiap beban yang ditentukan
- Panjang pegas tanpa beban (𝐿0) = 15 𝑐𝑚
- Panjang pegas dengan beban 25 gr (𝐿1) = 21,4 𝑐𝑚
- Panjang pegas dengan beban 50 gr (𝐿2) = 27,1 𝑐𝑚
- Panjang pegas dengan berat 75 gr (𝐿3) = 32,9 𝑐𝑚
b. Masing – masing beban pada data diatas memiliki gaya pada setiap beban. Berikut
perhitungan gaya pada masing – masing beban.
- Panjang pegas pada beban 25 gr (𝐿1)
Beban (25 gr) = f = k . x
m . g = k (21,4 – 15)
25 . 9,8 = k (6,4)
245 = k (6,4)
K = 38
- Panjang pegas pada beban 50 gr
Beban (50 gr) f=k.x
m . g = k (27,1 – 15)
50 . 9,8 = k (12,1)
490 = k (12,1)
k = 40,496
- Panjang pegas pada beban 75 gr
Beban (75 gr) f=k.x
m . g = k (32,9 – 15)
75,98 = k (17,9)
735 = k (17,9)
k = 41,061
Dimana = Gaya gravitasi (g) = 9,8 m/s
VI. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Hukum hooke adalah hokum yang berkaitan dengan benda yang elastis (pegas) yang
di beri beban sebagai gaya yang akan mengalami pertambahan panjang. Semakin
besarbeban (P) yang di gantungkan pada pegas maka akan semakin besar
pertambahan panjangnya (F max )
2. Nilai konstanta akan semakin besar seiring dengan bertambahnya beban( gaya ).
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR 2

Disusun oleh kelompok 4

KALOR LEBUR
LAPORAN HASIL PRAKTKUM
KALOR LEBUUR
.

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kalor lebur es

II. ALAT DAN BAHAN


1. Calorimeter dan pengaduknya
2. Termometer
3. Neraca
4. Air hangat

III. DASAR TEORI


Ketika sejumlah kalor diterima atau dilepas oleh suatu zat, maka ada dua
kemungkinnan yang terjadi pada suatu benda akan mengalami perbahan suhu, atau
mengalami perbhan wujud. Kenaikan suhu suatu benda dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan yang mengkaitakan dengan kalor jenis atau kaasitas kalor.
Sedagkan pada saat benda menngalami perubahan wujud, maka tidak terjadi perubahan
suhu, namun semua kalor saat it digunakan untuk merubah wujud zat, yang dapat
ditentukan dengan persamaan yang mengandung unsur kalor laten.
Dalam pembahasan kalor ada dua konsep yang hamper sama tetapi berbeda yaitu
kapasitas kalor(H) dan kalor jenis(c). kapasitas kalr adalah banyaknya kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H= Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibuthkan untuk menaikkan suhu 1 kg
zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis
adalah calorimeter
C= Q/m.(t2-t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentk persamaan baru
H= m.c
Analisis grafik perubahan wujud es yang dipanaskan sampai menjadi uap.
Dalam garfik ini dapat dilihat semua persamaan kalor yang digunakan
Description: grafik perubahan wujud es
Keterangan :
Pada Q1 es mendapat kalor dan digunakan menaikkan suhu es, setelah suhu
sampai pada 0 C kalor yang diterima digunakan untuk melebur (Q2), setelah semua
menjadi air barulah terjadi kenaikan suhu air (Q3), setelah suhunya mencapai suhu 100
C maka kalor yang diterima digunakan untuk berubah wujud menjadi uap (Q4),
kemudian setelah berubah menjadi uap semua maka akan kembali terjadi kenaikan suhu
kembali (Q5)
Panas pada peleburan zat padat adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
mencairkan suatu satuan masa zat pada temperaur tetap. Panas campppuran pada es = 80
col per gram(pada oC dan 1 atm)
= 144 Btu per pound ( pada 32 oF dan 1 atm
Melebur adalah peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat cair. Proses
peleburan suatu zat bergantung pada masa zat, jumlah kalor yang diperlukan untuk
melebur juga ditentukan oleh jenis zat. Artinya kalor yang diperlukan untuk meleburkan
1kg es akan berbeda dengan kalor yang diperlukan untuk meleburkan kapur.
Kalor lebur zat didefinisikan sebagai kalor yang diperlukan oleh suat satuan
massa zat padat untuk meleburkan pada titik leburnya. Banyaknya kalor yang
diperlukan untuk meleburkan dicari dengan persamaan
Q = m.c.ΔT
Keterangan:
Q : banyaknya kalor yang diterima atau dilepas oleh suatu benda
(J) m : massa benda yang menerima atau melepas kalor (kg)
c : kalor jenis zat (J/kg⁰C)
rumus fungsi dari suatu zat padat kristal adalah kuantitas panas yang dibutuhkan
untuk melelehkan suatu satuan massa zat pada temperatur konstan ini juga setara dengan
kuantitas panas yang dilepaskan oleh suatu satuan massa lelehan zat pada saat terjadi
resonansi pada temperatur yang sama. Panas fusi air pada 100 C adalah sekitar 355kj/kg
atau 80kal/g.
kalor yang terlibat dalam perubahan fase tidak hanya bergantung pada kalor
laten tetapi juga pada massa total zat tersebut sehingga dimana l adalah kalor laten
proses dan zat tertentu m adalah Massa zat dan Q adalah kalor yang dibutuhkan atau
dikeluarkan selama perubahan.
Kalor lebur adalah jumlah kalor yang diperlukan suatu zat untuk melebur tiap
tiap satuan massa pada temperatur tetap untuk air kalor lebur suatu zat dari satu fase ke
fase lain sebanding dengan seberapa besar massanya dan jenis dari zat tersebut yang
dicirikan oleh nilai yang berbeda untuk tiap zat sehingga jumlah kalor yang diperlukan
dapat dihitung dari persamaan.
Contoh umum perubahan fase pada peleburan es ketika panas ditambahkan pada
es ada 100 Celcius dan tekanan atmosfer normal suhu es tidak bertambah bahkan
sebagian membentuk air jika ditambahkan panas perlahan untuk menjaga sistem
mendekati kesetimbangan termal suhu tetap pada 100 Celcius sehingga seluruh es
mencair efek penambahan panas pada sistem ini bukan untuk menaikkan suhu tapi
untuk mengubah fasa dari padat menjadi mencair.
1 gram es batu pada temperatur minus 50 Celcius dalam wadah tertutup
ditempatkan diatas tunggu untuk dipanaskan termometer akan membaca kenaikan
temperatur dengan perlahan sampai 0 celcius pada 0 celsius tidak ada kenaikan nilai
temperatur namun panas tetap diberikan panas ini lah yang meleburkan es batu tersebut
untuk meleburkan keseluruhan 1 gram es batu tersebut 8,0 kalori dari panas tersebut
diserap oleh es batu
sejumlah energi panas tertentu dibutuhkan untuk mengubah fasa sejumlah zat
tertentu panas yang dibutuhkan sebanding dengan massa zat. panas yang dibutuhkan
untuk mencairkan zat bermassa M tanpa perubahan temperatur nya adalah 100C dengan
dinamakan panas laten peleburan zat tersebuut untuk pencairan es menjadi air pada
tekanan 1 atm,panas laten peleburan adalah 333,5 kj/kg = 79,7 kkal/kg.

IV. LANGKAH PERCOBAAN


1. Menimbang calorimeter kosong beserta petnjuknya
2. Mengisi kalori meter dengan air sampai 2/3 bagian. Menimbang calorimeter yang suudah
berisi air
3. Memasang thermometer, dan mengamati suhu mula-mula
4. Masukan es sedikit demi sedikit ke dalam calorimeter dan aduk perlahan-lahan
5. Mengamati suhunya tiap 30 detik dan mencatat pengamatan itu.
6. Suhu yang terendah adalah suhu akhir campuran
7. Menimbang calorimeter,pengaduk air, dan air es.

V. PEMBAHASAN
 Kalorimeter
a.Neraca
- kalorimeter tanpa air = 81gr
- beban kalorimeter dengan air hangat = 221gr
- beban calorimeter dengan air campuran dan air es = 241
gr b.Termometer
- suhu kamar normal = 31C
- suhu calorimeter air campuran = 32C
- suhu calorimeter air campur es = 28C
Maka massa air ρ = 221-81
=140gr
Massa es ρ =241 – 221
=20gr
Sehingga kalor lebur yaitu
(𝑚𝑤+𝑚𝑐.𝑐𝑐)(𝑡𝑚−𝑡𝑎)
L=
−𝑚𝑡.𝑡𝑎
𝑚𝑒
(140+81.0,22)(32−28)−
= 20

=8,196 kalor
VI. KESIMPULAN

Setelah praktikum dilakukan, kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :


Grafik perubahan suhu pada percobaan ini adalah suhu awal = 28 C dan suhu akhir
campuran=28C
Adanya perbedaan hasil pengamatan dan perhitungan disebabkan oleh beberapa hal yaitu suhu
ruang, alat calorimeter yang kurang akurat dan juga halnya dengan bahan percbaan(es) yang
kurang sesuai, serta kesalahan paralaks pada pembacaan thermometer yang salah praktikan.
LAMPIRAN
FOTO PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2

Anda mungkin juga menyukai