Anda di halaman 1dari 2

Kamu sama seperti biasanya, terlambat lagi datang ke sekolah meskipun hari

ini adalah hari pertamamu masuk di sekolah yang baru. Walaupun begitu, kamu
tidak terlalu menyesal karena kamu sudah terbiasa pindah dari satu sekolah ke
sekolah yang lainnya karena orang tuamu yang berpindah-pindah tugas. Kamu
masih berjalan santai meskipun sudah terlihat dari jauh, gerbang sekolah barumu
baru saja ditutup, dan tetap melanjutkan langkahmu, sampai akhirnya ada
seseorang yang memanggilmu,

“Ssst, hei!”, suara itu terdengar dari belakangmu.


Kamu mendengarnya tetapi menghiraukannya dan terus berjalan ke depan. Sampai
akhirnya tiba-tiba tanganmu ditarik seseorang dari belakang,

“HEI?!”
“Ssst, diamlah.” ujar laki-laki yang tak lain adalah pelaku yang menarik tanganmu
dan juga yang tadi memanggilmu.
Kamu yang awalnya memasang ekspresi ingin marah menjadi sedikit terpana saat
melihat dua manik mata biru milik laki-laki yang berambut cokelat kehitaman itu.
Laki-laki itu melihat tangannya yang menggenggam pergelangan tanganmu,
kemudian dengan cepat melepaskannya,

“Maaf soal tanganmu,” ujarnya dengan wajah bersalah, manik birunya kemudian
menatap ke matamu, “Kau mau ke depan gerbang? Jangan melakukan hal bodoh
dengan menunggu gerbang itu dibuka, kau akan mendapatkan sanksi yang berat.
Ikuti aku, aku tunjukkan jalan masuk rahasia.”
Kamu hanya diam tapi seperti tersihir karena mata birunya, tanpa sadar kakimu
mengikuti langkahnya di belakang. Laki-laki itu menyusuri perbatasan dinding
sekolah ini hingga ke belakang sampai akhirnya ada sebuah cela lubang yang
lumayan kecil,

“Ini, masuklah. Kau harus sedikit merunduk.” Ia mempersilahkanmu terlebih


dahulu.
Kamu mengerti sekarang, dia berusaha menolongmu agar tidak terkena hukuman
dari sekolah dengan menunjukkan cara lain untuk masuk ke dalam sekolah barumu
ini, meskipun sebenarnya kamu pribadi merasa tidak terlalu keberatan jika akan
mendapatkan hukuman sekolah di hari pertama masuk sekolah, tapi kamu merasa
harus menghargai bantuan apa yang sudah anak laki-laki ini berikan. Jadi, kamu
langsung mengikuti instruksinya, merunduk dan masuk ke dalam cela dinding itu,
kamu menoleh ke belakang untuk melihat dia. Tanpa diduga, ternyata ia tersangkut
karena tas di punggungnya tersangkut di cela kecil itu,
“Argh, sial.” Umpatnya.
Kamu segera menghampirinya,
“Mundur dulu untuk melepas tasmu.”
Ia kemudian berusaha keras untuk mundur, namun tasnya yang terlalu besar dan
sepertinya di dalamnya sangat banyak isinya itu, masih membuat laki-laki itu
tersangkut, kamu dengan asal mencoba mendorongnya keluar, namun masih gagal.
Kemudian kamu menarik kedua tangan anak laki-laki itu ke arahmu dengan sekuat
tenaga, dan akhirnya ia tersungkur ke tanah, namun berhasil masuk ke dalam.
Kamu mengatur napasmu sejenak, kemudian melihat ia segera bangun dan
membersihkan wajahnya dan bajunya yang sedikit kotor, reflekmu segera bergerak
ketika melihat orang kesusahan, kamu segera membantunya membersihkan
seragam putihnya yang sedikit kotor, kemudian tanpa sadar tanganmu berangsur-
angsur menuju ke wajah anak laki-laki itu, lagi-lagi kamu menatap manik birunya
tapi kali ini lebih dekat, ia tampaknya terlihat terkejut dengan apa yang kamu
lakukan. Kamu akhirnya segera tersadar, dan melangkah mundur, menjauh.
“Ah, maafkan aku, itu kurang sopan untuk kita yang tidak saling kenal. Aku tidak
tahu tiba-tiba saja melakukan itu, ah, pokoknya aku hanya ingin membantu
membersihkan bajumu. Terima kasih sudah menunjukkan jalan ini, sekarang aku
harus segera pergi, selamat tinggal!” ujarmu, kemudian bergegas pergi karena malu.
‘Sial, apa yang kulakukan tadi?! Aku tidak sadar.’ Batinmu.
Walaupun dia sudah tidak ada di dekatmu, namun kamu masih merasakan betapa
tidak beraturannya detak jantungmu, hal yang beberapa kali sebelumnya pernah
kamu rasakan. Saat pikiranmu iba-tiba tubuhmu terasa menabrak seseorang di
depanmu, kamu kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh, hingga akhirnya
tanganmu ditarik oleh orang itu, menahanmu agar tidak terjatuh,
“Hei, hati-hati.”

Anda mungkin juga menyukai