Judul Penelitian : Analisis Kualitas Produk, Distribusi, Persepsi Harga, dan Kesadaran
Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Unggulan Daerah
Berbahan Sagu Pada Generasi Z Di Kepulauan Meranti
Ketua Pelaksana :
a) Nama Lengkap : Jushermi SE., MSBA
b) Jenis Kelamin : Perempuan
c) NIP/NIDN : 196208191989032001/0019086264
d) Jabatan Fungsional : Lektor
e) Program Studi : Manajemen
f) Fakultas/Jurusan : Ekonomi & Bisnis/Manajemen
g) Alamat Kantor : Kampus Bina Widya KM 12.5 Simp. Baru - Pekanbaru
h) Alamat Rumah : Jalan Rokan Tanjung Rhu Pekanbaru
i) HP/Telp. : 082169562757
j) E-mail : monirokan18@gmail.com
Anggota 1 :
a) Nama Lengkap : Dr. Alvi Purwanti Alwie, SE.,MM
b) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
c) NIDN : 197010121998022001/0027097001
Anggota 2 :
a) Nama Lengkap : Dian Pratiwi, S.M.B., MM
b) NIP/NIDN : 199008022019032020/1008029001
Anggota 3
a) Nama Lengkap : Ibnu Syahputra
b) NIM : 1802112110
Anggota 4
a) Nama Lengkap : Robi Bintang
b) NIM : 1802110128
Diantara hasil kekayaan hutan indonesia yang merupakan produk unggulan daerah di
Riau adalah tanaman sagu (mertroxylon sp), dari total area hutan sagu di dunia, Indonesia
memiliki satu juta hektar hutan sagu yang tersebar di beberapa provinsi yang berkontibusi
sebesar 5,3% hutan sagu di dunia. Daerah di Indonesia yang memiliki lahan pohon sagu
terbesar di Indonesia terdapat di wilayah provinsi Papua, Maluku, Riau, dan Sulawesi
Tengah.
Sagu juga jenis tanaman yang tidak perlu pupuk, pestisida dan upaya budidaya
lainnya seperti lazimnya pertanian modern. Peningkatan produksi sagu dan bisa diterimanya
sagu sebagai karbohidrat alternatif maupun untuk pengembangan produk turunan lainnya
akan memberikan peluang terjadi revolusi produk karbohidrat secara murah dan massal,
sebab tidak ada tanaman yang mampu menghasilkan karbohidrat semurah dan semassal sagu
(Astuti,2008).
Selain itu. Sagu juga memiliki nilai sosial dan ekonomi yang sangat tinggi seperti
yang dikatakan oleh Loue (2001) dalam Lakuy dan Limbongan (2003) menyatakan bahwa
sekurang-kurangnya ada tiga peranan utama sagu bagi masyarakat adat papua terutama
kawasan Danau Sentani yakni : 1) sebagai makanan pokok, 2) sumber pendapatan rumah
tangga, 3) pengikat kebersamaam bagi pemilik areal sagu yang menghibahkan sebagai
tegakan sagu kepada sesama warga yang tidak memilikinya.
Budidaya sagu perlu dikembangkan ke daerah penghasil sagu lainnya guna memenuhi
berbagai kebutuhan ke depan. Di Indonesia, sagu telah diolah menjadi produk-produk pangan
maupun non pangan. Di Kepulauan Meranti, Riau sagu di produksi menjadi berbagai
makanan tradisional dan berbagai produk lainnya yang memiliki nilai jual yang baik.
Untuk melihat perkembangan Industri Sagu di Kepulauan Meranti, dapat dilihat data
Industri Kecil berbahan dasar sagu yang terdata di Dinas Perindustrian Provinsi Riau
N Nama
Nama Industri Alamat Jenis Industri
o Pemilik
Sagu Rendang Azam Jl. Suak Baru, Banglas, Industri Makanan &
6
Azam Jamil, PO Jamil Tebing Tinggi Masakan Olahan
Sagu Rendang Siti Jl. H.A. Bakar Oemar, Industri Makanan &
7
Siti Mariana, PO Mariana Sonde, Rangsang Pesisir Masakan Olahan
Mie Sagu
Mayam, PO Jl. M. Sarif, Pelantai Industri Makaroni Mie &
Mayam
12 Dusun II, Merbau Produk Sejenisnya
Kerupuk Sagu Kasma Jl. Proyek Kelapa, Baran Industri Kerupuk Keripik
14
Kasma Wati, PO Wati Melintang, Pulau Merbau Peyek & Sejenisnya
Mie Sagu Usaha Jl. Antara, Sungai Tohor, Industri Makaroni Mie &
17 Arbiah
Bersaudara, PO Tebing Tinggi Timur Produk Sejenisnya
Mie Sagu Zammi, Jl. M. Sarif, Pelantai Industri Makaroni Mie &
25 Zammi
PO Dusun II, Merbau Produk Sejenis
Mie Sagu Rosida, Jl. M. Sarif, Pelantai Industri Makaroni Mie &
26 Rosida
PO Dusun II, Merbau Produk Sejenis
Mie Sagu Linda Linda Teluk Belitung, Teluk Industri Makaroni Mie &
27
Wati, PO Wati Belitung, Merbau Produk Sejenis
Mie Sagu Jl. Utama, Alah Air, Industri Makaroni Mie &
32 Supardi
Supardi, PO Tebing Tinggi Produk Sejenis
Dari tabel 1. diatas bisa dilihat bahwa sagu merupakan salah satu bahan baku produk
makanan yang banyak diolah sebagai produk makanan lainnya oleh masyarakat di
Kabupaten Kepulauan Meranti. Masyarakat di Kepulauan meranti menjadikan sagu sebagai
bahan baku pembuatan produk-produk yang memiliki nilai jual seperti, sagu rendang, mie
sagu, kerupuk sagu, sagu lemak, gobak sagu, sagu mahintan, cendol sagu dan lain-lain.
Dari hasil pengamatan dilapangan terhadap produsen produk sagu di Meranti ternyata
dari industri pangan berbahan sagu hanya sedikit yang betul-betul memperhatikan aspek
pemasaran seperti kualitas produk yang belum terstandar, kesadaran tentang perlunya merek
sebagai identitas produk, dan juga penetapan harga yang masih memberikan persepsi bahwa
produk tersebut mahal atau belum sesuai dengan kualitas yang dirasakan (survey terhadap
10 pelaku usaha di kepulauan Meranti).
Hal inilah yang menjadi salah satu hal yang menyebabkan pelaku usaha pada industri
pangan berbahan sagu ini tidak mengalami peningkatan penjualan, sekalipun usaha sudah
ada cukup lama dan belum bisa dijadikan sebagai sumber penghasil utama pendapatan
masyarakat di Kepulauan Meranti sebagai daerah penghasil sagu terbesar di Riau.
Hal inilah yang menyebabkan pelaku usaha pada industri pangan berbahan sagu ini
tidak mengalami peningkatan penjualan, sekalipun usaha sudah ada cukup lama dan belum
bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan utama pendapatan masyarakat di Kepulauan
Meranti sebagai daerah penghasil sagu terbesar di Riau.
Tabel 2 Data Survey Beberapa Usaha Tentang Pertumbuhan Penjualan Produk Sagu di
Kepulauan Meranti tahun 2022
Pertumbuhan Penjualan
Meningkat 2019-2021
No Nama Usaha/Pemilik Keterangan
Ya Tidak
1 Tunas Meranti/ ✔ Memperbanyak jenis produk
Darmizun berbahan sagu (Mie, pilus,
tepung, semprong, dan
kerupuk)
2 Boejang/ Pratini ✔ Permintaan meningkat dan
daya beli menguat.
3 Mie Sagu Salmah/ ✔ Merek belum dikenal
Salmah
4 Semprong/ Ratna ✔ Masyarakat menyukai
Novita semprong berbahan terigu
5 Mie sagu Permai/ ✔ Perjualan stabil, tidak
Hartono mengalami kenaikan dan
penurunan yang signifikan
6 Sagu Renda/ Maria ✔ Pemberhentian usaha, karna
penurunan penjualan dan
daya beli rendah
7 Mie Sagu Azmi/ ✔ Margin rendah sehingga
Fainani tidak mampu bersaing
dengan pasar
8 Sagu Berkah/ ✔ Menguasai pasar di
Nazaruddin Kecamatan tersebut
9 Kerupuk Sagu/ ✔ Belum dikenal oleh pasar dan
Susilawati pasar terbatas
10 Cap Tiga Putra/ Anita ✔ Kurangnya peminat
Sumber. Hasil wawancara bersama pemilik usaha berbahan sagu Kepulauan Meranti
Salah satu strategi pemasaran yang harus menjadi perhatian adalah merek, untuk
produk sagu di Kepulauan Meranti baru terdapat beberapa yang memiliki merek seperti tabel
berikut:
Anak muda adalah pasar masa depan, sehingga pentingnya mengetahui tentang
keputusan anak muda atau dalam hal ini adalah generasi Z. Menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) generasi Z adalah kelahiran antara 1997-2012. Selain karena sagu adalah produk
unggulan daerah juga karena anak muda generasi Z ini cukup banyak terdapat di Kepulauan
Meranti seperti data pada tabel berikut:
Reputasi positif yang dimiliki suatu merek dapat menjadi pertimbangan remaja
Generasi Z dalam membangun preferensi keputusan pembelian terhadap suatu produk.
Menurut artikel Marketing to Generation Z : How Reaching Gen Z with Your Brand Message
is Different than Engaging Millennials, menunjukkan sebanyak 91% konsumen dari Generasi
Z melakukan research secara online lebih dulu sebelum membeli sebuah produk. Research
ini dilakukan juga untuk mengetahui review dari konsumen lain, yang telah lebih dulu
mencobanya.
(Febriani & Dewi, 2018) menyatakan bahwa “kesadaran merek merupakan sebuah
bentuk kesadaran terhadap suatu brand yang terkait dengan kekuatan brand dalam ingatan
masyarakat, tergambarkan di benak masyarakat, mampu membuat masyarakat
mengidentifikasi berbagai elemen brand (seperti nama brand, logo, simbol, karakter, kemasan
dan slogan) dalam berbagai situasi.
Menurut (Wilujeng & Edwar, 2014) indikator dari kesadaran merek yaitu sebagai
berikut:
a) Brand recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek apa
saja yang mereka ingat. Top of mind adalah salah satu cara yang sering digunakan
oleh praktisi pemasaran untuk mengukur brand recall.
b) Recognition, yaitu Seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk
dalam satu kategori tertentu. Sebagai contoh, konsumen akan dengan mudah
mengenali Aqua sebagai air mineral. Namun, untuk ABC, konsumen mungkin
memiliki jawaban yang berbeda : sebagai mie instan, sirup, kecap, bahkan batu
baterai.
c) Purchase, yaitu Seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu merek ke dalam
alternatif pilihan ketika mereka akan membeli produk/layanan. Indikator ini
menunjukkan, jika merek tersebut tidak termasuk dalam alternatif pilihan, terutama
untuk merek baru, maka aktivitas below the line menjadi sangat penting.
d) Consumption, yaitu Seberapa jauh konsumen masih mengingat suatu merek ketika
mereka sedang menggunakan produk/layanan pesaing.
Persepsi harga Definisi persepsi harga menurut Sudaryono (2014), persepsi harga
adalah hal yang berkaitan dengan bagaimana informasi harga dipahami seluruhnya oleh
konsumen dan memberikan makna yang dalam bagi merek. Menurut Kotler, Armstrong dan
Opresnik (2018), terdapat empat penetapan harga, yaitu :
1. keterjangkauan harga
2. kesesuaian harga dengan manfaat produk
3. kesesuaian harga dengan kualitas dan layanan yang baik
4. Daya saing harga
Aprillia Darmansah, 2020 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek
Dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Online Pada Aplikasi Shopee Di
Wilayah Jakarta Timur” Berdasarkan penelitian yang di lakukan variabel Citra merek dan
variabel Persepsi harga berpengaruh simultan dan signifikan terhadap variabel Keputusan
pembelian.
Berdasarkan fenomena dan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian judul “Kualitas Produk, Distribusi, Persepsi Harga, dan
Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Unggulan Daerah Berbahan Sagu
Pada Generasi Z Di Kepulauan Meranti”
C. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui pengaruh dari Kualitas Produk, Distribusi, Persepsi Harga, dan
Kesadaran Merek Terhadap Keputusan Pembelian Produk Unggulan Daerah Berbahan Sagu
Pada Generasi Z Di Kepulauan Meranti maka masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah:
10. Apakah kesaran merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk unggulan
daerah berbahan sagu pada generasi Z di Kabupaten Kepulauan Meranti?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
10. Untuk mengetahui pengaruh kesaran merek terhadap keputusan pembelian produk
unggulan daerah berbahan sagu pada generasi Z di Kabupaten Kepulauan Meranti?
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman pelaku usaha terhadap
penggunaan komunikasi pemasaran, social media marketing dan mengetahui
seberapa besar pengaruhnya terhadap Kesadaran merek serta Purchase Intention pada
produk berbahan sagu, sehingga dapat menjadi pertimbangan pelaku usaha dalam
penawaran dan pemasaran produk berbahan sagu yang mereka miliki.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media yang baik untuk memperluas
pengetahuan, mempertajam penalaran, wawasan berpikir, dan kemampuan dalam
melakukan penelitian.
F. Tinjauan Pustaka
Menurut (Sitorus et al., 2019) kualitas produk adalah suatu kondisi dari sebuah barang
berdasarkan pada penilaian atas kesesuaiannya dengan standar ukur yang telah ditetapkan dan
kualitas produk ditentukan oleh tolak ukur penilaian, semakin sesuai dengan standar yang
ditetapkan dinilai semakin berkualitas.
Menurut (Martini et al., 2021) arti dari kualitas produk adalah kemampuan sebuah
produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas,
ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.
Menurut (Oktavenia & Ardani, 2018) kualitas produk merupakan senjata strategis
yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Jadi perusahaan dengan kualitas produk paling
baik akan tumbuh dengan pesat, dan dalam jangka panjang perusahaan tersebut akan lebih
berhasil dari perusahaan yang lain.
Kualitas dapat diartikan kemampuan dari produk untuk menjalankan fungsinya yang
mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan
dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya (Putra, 2021). Setiap produsen harus dapat
meningkatkan produk yang dihasilkan sehingga dapat membantu atau menunjang usaha
untuk meningkatkan ataupun mempertahankan produk dipasar sasarannya. Mengingat
kualitas produk memiliki kaitan dengan keputusan konsumen yang merupakan tujuan
produsen dari kegiatan pemasaran yang dilakukan.
Menurut (Sitorus et al., 2019) ada lima tingkatan produk, yaitu:
1. Core benefit
2. Basic Product
3. Expected
4. Augment Product
5. Potential Product
Menurut (Sitorus et al., 2019) kualitas suatu produk adalah kemampuan yang bisa
dinilai dari suatu produk didalam menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu gabungan
dari daya tahan, keandalan, ketetapan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut lainnya
dari suatu produk. Dari segi pemasar kualitas harus diukur dari sudut pengelihatan dan
tanggapan pembeli terhadap kualitas itu sendiri. Dalam hal ini selera pribadi sangat
mempengaruhi. Oleh karena itu secara umum dalam mengelola kualitas produk, harus sesuai
dengan kegunaan yang diharapkan.
Berbagai performa pengukuran suatu produk menurut (Sitorus et al., 2019) dimensi
kualitas produk meliputi:
a) Kinerja (performance)
c) Keandalan (reliability)
f) Estetika (asthethic)
Berdasarkan beberapa teori diatas, dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah
karakteristik produk yang diciptakan oleh perusahaan sesuai kemampuan yang dimiliki dalam
hal memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen.
b. Indikator Kualitas Produk
Kita juga dapat membedakan peran yang dimainkan orang dalam keputusan
pembelian menurut (Martini et al., 2021):
a. Pencetus ide (initiator)
Orang yang pertama kali mengusulkan untuk membeli produk atau jasa tertentu.
b. Pemberi pengaruh (Influence)
Orang yang pandangan atau pendapatnya memengaruhi keputusan pembelian.
Berdasarkan beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah suatu pemikiran yang dilakukan setelah mengevaluasi beberapa pilihan. Dengan kata
lain, agar seseorang membuat keputusan maka harus ada pilihan alternatif yang tersedia.
c. Indikator Keputusan Pembelian
Menurut (Senggetang et al., 2019) ada empat indikator keputusan pembelian yaitu:
1. Kemantapan pada sebuah produk.
2. Kebiasaan dalam membeli produk.
3. Memberikan rekomendasi pada orang lain.
4. Melakukan pembelian ulang.
5. Generasi Z
Generasi Z menurut Bencsik & Machova (2016) mengatakan bahwa informasi dan
teknologi adalah hal yang sudah melekat dalam kehidupan generasi Z, karena mereka lahir
dimana semuanya akses terhadap informasi, khususnya internet sudah makanan sehari hari
untuk generasi Z sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai, pandangan dan
tujuan hidup mereka yang berpengaruh terhadap masa depan dan perubahan berikutnya.
Teori kelompok generasi menurut Gilboa dalam Ferina & Hananto (2014) adalah
generasi menjelaskan suatu kelompok individu yang lahir pada kelompok tahun tertentu, dan
didefinisikan sebagai suatu kelompok tahun tertentu, didefinisikan sebagai suatu kelompok
yang memiliki kepribadian tertentu yang terbentuk melalui kejadian pada perkembangan
masa kanak-kanak dan masa remaja.
Generasi Z menurut Bencsik, A., Csikos G., (2016) generasi yang lahir pada tahun
1997-2012, generasi z mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu atau bisa
disebut multitasking seperti menjalankan social media meggunakan ponsel, kemudian
browsing menggunakan PC dan mendengarkan musik menggunakan headset. Generasi Z
kebanyakan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan dunia maya. Sejak kecil, generasi
Z ini sudah diperkenalkan dengan teknologi dan akrab dengan gawai canggih yang secara
tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kepribadian.
Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan kemudian
untuk menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya di samping kajian terdahulu
dapat memposisikan penelitian serta menunjukan osrisinalitas dari sebuah penelitian.
Kualitas Kesadaran
Produk (X1) Merek (Y)
Distribusi (X2)
10. Diduga kesaran merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk unggulan
daerah berbahan sagu pada generasi Z di Kabupaten Kepulauan Meranti
H. Metode Penelitian
Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, maka metode yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriftip kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistic deskriptif dan statistic inferensial, yang
merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi. Penelitian ini dianalisis sesuai dengan
metode statistik yang digunakan.
H.1. Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan penelitian dimulai pada bulan Februari 2022. Sedangkan
masalah yang akan diteliti adalah pengaruh Kualitas Produk (X1), Distribusi (X2), Persepsi
Harga (X3) terhadap Kesadaran merek (Y1) dan Keputusan Pembelian (Y2) produk unggulan
daerah berbahan sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Sumber data di dalam penelitian merupakan factor yang sangat penting, karena sumber
data akan menyangkut pada kualitas dari sebuah penelitian. Oleh karenanya sumber data
menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Adapun sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini
peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunakan instrument-
instrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Data primer dianggap lebih akurat, karena data ini
disajikan secara terperinci. Indriantoro dan Supomo dalam Purhantara (2010:79).
Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam berbagai bentuk. Biasanya
sumber data ini lebih banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah sedemikian
rupa sehingga siap untuk digunakan, data statistik biasanya tersedia pada kantor-kantor
pemerintahan, biro jasa data, perusahaan swasta atau badan lain yang berhubungan dengan
penggunaan data (Moehar, 2022).
H.3 Populasi dan Sampel
H.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya menurut Sugiyono, 2012 dalam (Wahyuni, 2015).
Populasi dari penelitian ini mencakup konsumen produk berbahan sagu yang masuk kedalam
kriteria generasi Z dan berdomisili di Kabupaten Kepulauan Meranti
I.3.2 Sampel
Penelitian ini menggunakan metode two stage sampling dengan pertimbangan bahwa
dari 17.167 jiwa penduduk di Kecamatan Tebing Tinggi Meranti yang dikategorikan sebagai
Gen Z diperlukan karakteristik tertentu untuk ketepatan respon dalam penelitian, dan
penetapan usia yang dipilih adalah pada rentang usia 15 sd 25 tahun dengan pertimbangan
kemampuan memahami pertanyaan penelitian.
Tahap pertama ditentukan jumlah kecukupan sampel dari 17.167 jiwa (propability) dan
dihitung jumlah sampel minimal berdasarkan jumlah populasi yang diketahui. Pada tahap
kedua, dengan penetapan kriteria yang berbeda secara usia dan jumlah pastinya tidak
diketahui (non probabily) sehingga sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut atau pun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil
menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya.
Adapun kriteria yang termasuk dalam sampel pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
n = Jumlah sampel
Maka diperoleh hasil jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah 96,04 responden yang akan dibulatkan oleh peneliti menjadi 100 responden.
Definisi Operasional Variabel adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa
yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji kesempurnaan.
Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang dituangkan dalam instrumen sebuah
penelitian (Sugiyono, 2014).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Studi pustaka merupakan metode awal dalam pengumpulan data yang diarahkan kepada
pencarian data atau informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto,
gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.”Hasil
penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik
dan seni yang telah ada.”(Sugiyono,2005:83). Maka dapat dikatakan bahwa studi pustaka
dapat memengaruhi kredibilitas hasil penelitian yang dilakukan.
H.5.2 Wawancara
Menurut Sugiyono (2005) wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara
berdialog yang dilakukan peneliti secara langsung dengan informan atau pihak yang
berpengetahuan tentang suatu masalah. Dalam penelitian ini wawancara akan dikirimkan
kepada produsen dan konsumen produk unggulan daerah berbahan sagu pada generasi Z di
Kabupaten Kepulauan Meranti untuk mendapatkan data dan informasi guna mendukung
analisis penelitian ini.
H.5.3 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2005) kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang telah ditulis sebelumnya untuk dijawab oleh
responden. Dalam penelitian ini kuisioner akan diberikan kepada konsumen produk
unggulan daerah berbahan sagu pada generasi Z di Kabupaten Kepulauan Meranti. Jawaban
akan menggunakan skala likert pengukuran untuk menjawab pertanyaan kuesioner. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok
tentang peristiwa atau fenomena sosial. Jadi dalam penelitian ini hanya lima kategori yang
digunakan antara lain (Sugiyono: 2014)
Uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur konsistensi kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel
atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2006). Uji reliabilitas penelitian ini menggunakan program IBM
SPSS 26 for windows. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika menunjukkan nilai
Cronbach Alpha > 0,06 (Ghozali, 2011).
Tahapan pertama pelaksanaan analisis pada penelitian ini melalui uji asumsi klasik. Uji
asumsi klasik ini merupakan uji prasyarat yang dilakukan sebelum melakukan analisis lebih
lanjut terhadap data yang telah dikumpulkan.
Terdapat beberapa asumsi dan prinsip dasar tentang analisis jalur, salah satunya adalah
linearitas. Hubungan antar variabel pada analisis jalur bersifat linier (Sarwono, 2011).
Dengan begitu, uji asumsi klasik yang pertama adalah uji linieritas. Secara umum uji
linearitas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linier
secara signifikan atau tidak (Santoso, 2015). Data yang baik seharusnya terdapat hubungan
yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Dalam beberapa referensi dinyatakan bahwa uji linearitas merupakan syarat sebelum
dilakukannya uji regresi linier. Suatu uji yang dilakukan harus berpedoman pada dasar
pengambilan keputusan dalam uji linearitas yaitu jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05,
maka kesimpulannya adalah terdapat hubungan linier antara variabel bebas (X) dengan 84
variabel terikat (Y), sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka
kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan linier antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Metode yang digunakan dalam uji linieritas pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji estimasi kurva.
Uji asumsi klasik yang selanjutnya adalah uji heteroskesdastisitas. Uji asumsi tersebut
adalah untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan asumsi klasik heteroskesdastisitas
atau tidak. Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas ini menggunakan grafik Scatterplot.
Pengujian heterokesdastisitas dapat diketahui melalui pola grafik, jika terdapat pola yang
jelas dan lokasi titik menyebar di atas dan di bawah angka 0, maka tidak terjadi
heteroskesdastisitas (Santoso, 2015).
Asumsi dan prinsip dasar dari analisis jalur adalah tidak terjadi multikolinearitas
(Sarwono, 2011). Santoso (2015) mengatakan bahwa multikolinieritas ialah situasi dimana
beberapa atau semua variabel terikat mempunyai korelasi tinggi. Asumsi uji klasik dapat
terpenuhi apabila tidak terjadi multikolinieritas. Uji multikoleniaritas dapat dilihat dari
Variance Inflation Faktor (VIP) dan nilai tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan sikap
variabel independen menakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Multikoleniaritas
terjadi jika nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIP > 10. Jika nilai VIP tidak ada yang
melebihi 10, maka dapat dikatakan bahwa multikoleniaritas yang terjadi tidak berbahaya
( lolos uji multikoleniaritas).
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Analisis linier berganda dilakukan dengan uji koefisien
determinasi, uji T, dan uji F.
Koefisien determinasi (R²) merupakan alat pengukuran untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Nilai
koefisien determinasi (R2 ) ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y
dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2
= 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Dan sebaliknya jika
nilai yang mendekati 1 bearti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen.
Uji hipotesis parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial Uji t dengan membandingkan nilai t
hitung > t tabel maka ho ditolak dan ha diterima. Artinya terdapat pengaruh secara parsial
yang signifikan. Uji t merupakan pengujian hipotesis X terhadap Y secara parsial dengan
rumus sebagai berikut: Ho : pyx1 = 0 Ha : pyx1 ≠ 0 Menurut Schumaker dan
Lomax dalam Riduwan dan Kuncoro (2007) secara individual uji
statistic yang digunakan adalah uji-t yang dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut :
𝐹ℎ = 𝑃𝑋𝑘1 𝑆𝑒 𝑝𝑥1
Keterangan : Statistik Se px1 didapat dari hasil olahan data melalui program SPSS
untuk analisis regresi setelah data ordinal diubah ke interval. Untuk mengetahui signifikasi
diterima atau ditolaknya suatu hipotes antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas
Sig dengan dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Saat nilai probabilitas 0,05 ≤ atau = nilai probabilitas Sig
atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti tidak signifikan.
2. Saat nilai probabilitas 0,05 ≥ atau = nilai probabilitas Sig
atau (0.05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti signifikan.
Uji F (uji simultan) adalah untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-
sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Pada
pengujian secara simultan akan diuji pengaruh kedua variabel independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Statistik uji yang digunakan pada pengujian simultan
adalah uji F dengan rumus sebagai berikut:
R2 /k
F n=
(1−R 2)/( n−k −1)
Keterangan
n = Jumlah sampel
Analisis jalur merupakan sebuah teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis
hubungan sebab akibat yang inheren antar variabel yang disusun berdasarkan urutan temporer
dengan menggunakan keofisien jalur sebagai besaran nilai untuk menentukan besarnya
pengaruh variabel independen eksogen terhadap variabel dependen endogen (Sarwono,
2011). Model analisis jalur digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel yang
bertujuan mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung variabel bebas (eksogen)
terhadap variabel terikat (endogen) (Riduwan & Kuncoro, 2008, h. 2).
Menurut Sarwono, terdapat 4 model dalam analisis jalur. Model tersebut adalah (1)
Model regresi linier berganda (2) Model mediasi (3) Model gabungan antara regresi berganda
dan mediasi (4) Model kompleks (Sarwono, 2011, h. 292- 294). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan model gabungan antara regresi berganda dan mediasi. odel penggabungan
antara regresi linier berganda dengan model mediasi ini mencari pengaruh variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara langsung (direct effect) dan mencari
pengaruh tidak langsung (indirect effect) mempengaruhi juga variabel dependen (Y) melalui
variabel perantara (Z) (Sarwono, 2011, h. 293).
DAFTAR PUSTAKA
Amelisa, L., Yonaldi, S., & Hesti, M. (2016). Analisis Pengaruh Kualitas produk Dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Gula Tebu (Studi Kasus Koperasi Serba Usaha
Kabupaten Solok). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, 7(3), 1–4.
Anggana, R. F., & Idris. (2017). Analisis Pengaruh Kesadaran Merek, Harga, Dan Promosi
Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Prabayar XL Di Kalangan Mahasiswa (Studi
Pada Mahasiswa Universitas Diponegoro). 6(1), 1–10.
Arianto, N., & Octavia, B. D. A. (2021). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Distribusi
terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Disrupsi Bisnis, 4(2), 98.
https://doi.org/10.32493/drb.v4i2.9867
Edie Sugiarto. (2016). ANALISIS EMOSIONAL, KEBIJAKSANAAN PEMBELIAN
DANPERHATIAN SETELAH TRANSAKSI TERHADAP PEMBENTUKAN
DISONANSI KOGNITIF KONSUMEN PEMILIK SEPEDA MOTOR HONDA PADA
UD. DIKA JAYA MOTOR LAMONGAN. Applied Microbiology and Biotechnology,
85(1), 2071–2079.
Ernawati, E., Heliawaty, & Diansari, P. (2018). Peranan Makanan Tradisional Berbahan Sagu
sebagai Alternatif dalam Pemenuhan Gizi Masyarakat: Kasus Desa Laba, Kecamatan
Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian, 14(1), 31–40.
Fernando, M. F., & Aksari, N. M. A. (2017). Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi, Dan
Distribusi Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sanitary Ware Toto Di Kota
Denpasar. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 7(1), 441.
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2018.v7.i01.p17
Harahab, fitria . . (2019). Pengaruh kualitas produk dan distribusi produk terhadap keputusan
pembelian kripik tempe pada usaha rumah tangga tiga saudara dikabupaten tebo.
Manajemen Keuangan Dan Komputer, 2(3), 9–15.
http://jurnal.poltektriguna.ac.id/Juli_2019/JL2H.pdf
Hastini, L. Y., Fahmi, R., & Lukito, H. (2020). Apakah Pembelajaran Menggunakan
Teknologi dapat Meningkatkan Literasi Manusia pada Generasi Z di Indonesia? Jurnal
Manajemen Informatika (JAMIKA), 10(1), 12–28.
https://doi.org/10.34010/jamika.v10i1.2678
I.heryanto. (2015). Analisis pengaruh produk, harga, distribusi, dan promosi terhadap
keputusan pembelian serta implikasinya pada kepuasan pelanggan. Jurnal Ekonomi,
Bisnis & Entrepreneurship, 9(2), 80–101. https://doi.org/2443-2121Heryanto, I. (2015).
Analisis pengaruh produk, harga, distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian
serta implikasinya pada kepuasan pelanggan. Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship, 9(2),
80–101. http://doi.org/2443-2121
IBRAHIM, K. (2015). Dampak kebijakan konversi lahan sagu sebagai upaya mendukung
Program Pengembangan Padi Sawah di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara. 1,
1064–1074. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010517
Maharani, S., & Bernard, M. (2018). Analisis Hubungan Resiliensi Matematik Terhadap
Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Lingkaran. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(5), 819. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i5.p819-
826
Martini, A. N., Feriyansyah, A., & Venanza, S. (2021). Pengaruh Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Handphone Oppo Di Kota Pagar Alam. Jurnal Aktiva : Riset
Akuntansi Dan Keuangan, 2(3), 29–39.
Maulana, M. I. N. (2021). Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Dan Promosi Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Artfresh. Performa, 5(6), 512–521.
https://doi.org/10.37715/jp.v5i6.1854
Mukaromah, A. L., Ngurah, I. G., Eka, A., & Kusuma, T. (2019). The Effect of Green
Marketing , Brand Awareness and Price Perception on Purchase Decision. 4(3).
Muliasari, D. (2019). THE EFFECT OF PRODUCT PRICE AND PRODUCT QUALITY ON
PURCHASING. 2019(4), 501–506.
Oktavenia, K. A. R., & Ardani, I. G. A. K. S. (2018). Pengaruh Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Handphone Nokia Dengan Citra Merek Sebagai Pemediasi. E-
Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 8(3), 1374.
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2019.v08.i03.p08
Prihani, & Manurung, H. P. (2018). Pengaruh Citra Merek Dan Kesadaran Merek Terhadap
Keputusan Pembelian Sabun Cuci Piring Sunlight (Studi Pada Warga Desa Danau
Sijabut). Jurnal Aplikasi Bisnis, 21–31.
http://jab.polinema.ac.id/index.php/jab/article/view/57
Prihartono, R. M. S. (2020). Pengaruh Harga Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan
Pembelian (Survey Pelanggan Produk Sprei Rise). Jimea, 4(1), 106–113.
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1490064&val=12596&title=ANALISIS KOMPARATIF PENGUKURAN
KINERJA ENTITAS SYARIAH DENGAN BALANCE SCORECARD DAN
MASLAHAH SCORECARD
Putra, R. (2021). Determinasi Kepuasan Pelanggan Dan Loyalitas Pelanggan Terhadap
Kualitas Produk, Citra Merek Dan Persepsi Harga (Literature Review Manajemen
Pemasaran). Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Informasi, 2(4), 516–524.
https://doi.org/10.31933/jemsi.v2i4.461
Rachman, T. (2018). PENGARUH PENGETAHUAN LABEL HALAL DAN
KESADARAN MEREK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KOSMETIK
MELALUI REKOMENDASI KELOMPOK SEBAGAI VARIABEL MODERATING
Saleh. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 7(1), 10–27.
Rachmawati, S. D., & Andjarwati, A. L. (2020). Pengaruh Kesadaran Merek dan Citra Merek
Terhadap Keputusan Pembelian ( Studi pada Pengguna JNE Express di Surabaya Selatan
) ( The Effect of Brand Awareness and Brand Image on Purchasing Decisions ( Study of
JNE Express Users in South Surabaya )). E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi,
VII(1), 25–29.
Senggetang, V., Mandey, S. L., & Moniharapon, S. (2019). Pengaruh Lokasi, Promosi Dan
Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Perumahan Kawanua
Emerald City Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi, 7(1), 881–890.
Sitorus, C. V., Maolana, A., & Se, H. (2019). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk
Terhadap Minat Beli Iphone Di Bandug Tahun 2019 the Influence of Brand Image and
Product Quality Towards Purchase Intention Buying Iphone in Bandung 2019. E-
Proceeding of Applied Science, 5(2), 637–644.
Suari, M. T. Y., Telagawathi, N. L. W. S., Nyoman, N., & Yulianthini. (2019). Pengaruh
Kualitas Produk Dan Desain Produk Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Jurusan
Manajemen, 7(1), 26–33.
Sudigdo, A., & Taufik, T. (2020). Pengaruh Kesadaran Merek dan Persepsi Harga terhadap
Keputusan Pembelian pada Lembaga Kursus Bahasa Sentra Lingua Depok. Jurnal
Pengembangan Wiraswasta, 22(3), 177. https://doi.org/10.33370/jpw.v22i3.473
Sumpu, N., Tumbel, A. L., Manajemen, J., Sam, U., & Manado, R. (2018). Analisis Pengaruh
Citra Merek Dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Samsung
(Studi Pada Mahasiswa Universitas Samratulangi Manado Angkatan 2016 ). Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 6(4), 2528–2537.
wahyuni, sri. (2015). Pengaruh Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Dalam Mengerjakan
Tugas Terhadap Hasil Belajar Siswa Ekonomi Kelas Xi Di Sma Semen Padang.
Economica, 3(1), 95–99. https://doi.org/10.22202/economica.2014.v3.i1.240
Wulandari, R. D., & Iskandar, D. A. (2018). Pengaruh Citra Merek Dan Kualitas Produk
Terhadap Keputusan Pembelian Pada Produk Kosmetik. Jurnal Riset Manajemen Dan
Bisnis (JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 3(1), 11–18.
https://doi.org/10.36226/jrmb.v3i1.81
Yusuf, I. S. H., & Abdulhaji, S. (2020). Pengaruh Kesadaran Merek, Harga Dan Word of
Mouth Terhadap Keputusan Pembelian Smartphone Xiaomi Di Kota Ternate. Jurnal
Manajemen Sinergi, 7(1), 1–20.
http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/JMS/article/view/2574
JADWAL KEGIATAN
KETUA TIM
ANGGOTA 1 ANGGOTA 2
PEMBAGIAN TUGAS TIM