Anda di halaman 1dari 2

Durotun Nisak

Mahasiswi semester 5, Prodi Ilmu Al-Qur’an & Tafsir


Uin Walisongo Semarang

Manuskrip Kitab Ma’rifah Kaifiyyah Ad-dzikr Li-Thoriqoti Silsilah Al-


Qodiriyyah wa Adabuhaa wa Nahwuhaa

Dari sekian banyak thoriqoh yang ada di Indonesia. Thoriqoh Qodiriyyah wa


Naqsyabandiyah merupakan salah satu thoriqoh yang termasyhur namanya. Maka tak heran
jika thoriqoh ini banyak sekali pengikutnya dari berbagai penjuru daerah. Sementara,
pemahaman dan tata cara dzikir tak banyak yang mengetahuinya. Tidak dapat dipungkiri
bahwa tak sedikit Masyarakat ketika menganut thoriqoh dilatarbelakangi mengikuti saudara,
tetangga & lingkungan sekitar. Sehingga, bacaan dzikir hanya sebatas amalan keseharian
saja, tanpa mengetahui tata cara dan makna dari kalimah dzikir yang amalkan.
Manuskrip berjudul Kitab Ma'rifah Kaifiyyah Ad-dzikr Li-Thoriqoti Silsilah
Qodiriyyah wa Adabuhaa wa Nahwuhaa yang ditulis oleh KH.Ahmad Dardiri, Tingkir
Salatiga ini menjelaskan tentang tata cara, makna dan adab thoriqoh Qodiriyyah wa
Naqsyabandiyah. Naskah ini merupakan koleksi pribadi keluarga penulis. Sehingga, belum
pernah dipublikasikan/digitalisasikan. Naskah ini ditulis dengan aksara Arab pegon (Jawi)
dengan khot naskhi. Kondisi naskah masih baik dan terawat dengan total 23 halaman, ditulis
dengan tinta hitam dan terdapat garis bawah pada bacaan-bacaan dzikir dan bagian/istilah
tertentu, setiap halaman terdiri dari 11 baris. Naskah ini selesai ditulis pada hari Sabtu, 12
Dzulqo'dah 1369H/ 26 Agustus 1950. Sekarang ini, naskah asli tersimpan dirumah
KH.Nukman Al-Hafidz Tingkir Salatiga.
Naskah ini memuat 4 Fashl. Pertama Fashl Fii kaifiyyah Dzikir Thoriqoh Qodiriyyah
yakni tentang tata cara, bacaan dan makna bacaan dzikir thoriqoh qodiriyyah, dimulai dengan
Hadrah Al-Fatihah kepada Ahli silisilah Thariqah Qodiriah wa Naqsyabandiyah, Do’a futuh
al-arifiin, istighfar 3X, Sholawat kepada nabi 3X, dilanjutkan kalimah laa ilaaha illa Allah
dan mengulanginya 3x secara perlahan-lahan.
Arep dugi Kalimah ‫ ال‬serta den tarik awet saking puser, den rupakaken kelawan
pikiran, kan den unggahaken tumeko maring utek, nuli midun malih kalimah ‫ اله‬den
tekakaken arah-arah tengen. Kalimah ‫ اال هللا‬tumeka ati sanubari manggun ngisoe susu kiwo
den pukulaken kang kuat. (Ketika sampai kalimah ‫ ال‬serta ditarik dari pusar, yang
digambarkan sebagai pikiran, dan dinaikkan ke otak, kemudian turun lagi kalimah ‫ اله‬kearah
kanan. Lalu kalimah ‫ اال هللا‬sampai ke sanubari yang terletak dibawah susu kanan dan
dipukulkan dengan kuat).
Masing-masing diikuti dengan penghayatan makna kalimat, yaitu la ma'buda illa
Allah (tidak ada yang berhak disembah selain Allah), la maqsuda illa Allah (tidak ada tempat
yang dituju selain Allah), dan la syaian illa Allah (tidak ada sesuatupun selain Allah) dan
diakhiri dengan do'a.
Kedua Fashl fii Ma’rifah Kaifiyyah Dzikir Thoriqoh Naqsabandiyah yakni tentang
tata cara dzikir thoriqoh naqsabandiyah dijelaskan bacaan-bacaan dzikir, dimulai dengan
Hadrah Al-Fatihah sama seperti thoriqoh qodiriyyah, kemudian istighfar 3X, membaca surah
al-ikhlas 3X, shalawat kepada nabi. Kemudian membaca kalimah Allah, Allah, Allah dengan
fokus menghadapkan hati kepada Allah kemudian memulai dzikir sirr ismudz dzat dengan
fikiran fokus pada tujuh latifah yakni al-qolbi, al-ruhi, al-sirri, al-khafi, al-akhfa, al-nafsi, dan
al-qalabi, kemudian diakhiri dengan do'a.
Dalam naskah dijelaskan pendapat menurut sebagian ulama Ahlu thoriqoh: jalan yang
bisa sampai kepada Allah itu ada 3 yakni melanggengkan dzikir khofiy, melanggengkan
muroqqobah yakni dengan mujahadah, dan menghadirkan didalam hati dan melaksanakan
perintah guru dan tidak boleh menolak/keberatan selama tidak dalam perkara maksiat.
Dijelaskan pula adab Ahlu thoriqoh itu ada banyak, meliputi adab ketika mencari berkah
thoriqoh, adab ketika waktu aurod dzikir, dan adab setelah aurod dzikir yang kesemuanya
dijelaskan secara rinci.
Ketiga Fashl fii Ma’rifah Faidatus Salaasilu wal-Asnad menjelaskan tentang
keutamaan silsilah dan sanad, dalam naskah disebutkan pendapat para ulama, seperti syaikh
al-allamah manshur al-falaki al qadimah al mu'tamad, imam al adzro'i, syaikh ibnul mubarok,
ath-thawasi, imam Ghozali, al-khomrowi, as-syaikhani, dll. Dari sekian pendapat ulama, saya
mengutip pendapat imam Ghozali yang berbunyi: "Sopo wonge ora ndue guru kang nuntun
maring kebenaran, mongko banjur syaitan kang nuntun maring kerusakan" (Barang siapa
yang tidak memiliki guru yang menuntun kearah kebenaran, maka syaitanlah yang akan
menuntun kearah kerusakan).
Dan yang terakhir Fashl fii Ma’rifah Salaasilu Al Asy-yah fii Hadzihi Thoriqoh
menjelaskan tentang silsilah syeikh didalam thoriqoh ini. Thoriqoh ini terdiri dari 2 thoriqoh
yakni thoriqoh qodiriyyah yang berasal dari sayyidina Ali karramallahu wajhah, dan thoriqoh
naqsabandiyah yang berasal dari sayyidina abu bakar as-shidiq yang keduanya berasal dari
Rasulullah Saw, dan penulis dalam kitab ini (KH. Ahmad Dardiri) telah menerima bai'at dan
talqin dari kakak beliau yakni K. Abd. Syukur Ketapang, kemudian KH.Abdul Karim
berlanjut hingga Sayyidil Mursalin Sayyidina Muhammad Saw, Sayyidina Jibril As, dan
sampai Robbul Arbaabi wa Mu'tiqur-Qoobi Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai