Anda di halaman 1dari 11

Mengetahui Struktur Dinding, Jenis dan

Bahan
A. Mengetahui Struktur Dinding
Struktur dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi untuk
memisahkan dan membentuk suatu ruangan. Teknologi menghadirkan fungsi baru dari
dinding dan menghadirkan berbagai jenis finishing .

Fungsi lain dari struktur dinding adalah sebagai pembatas ruangan, penyerap suara ,
pelindung bagian dalam bangunan dari terpaan sinar matahari, hujan, binatang dan
sebagainya. Berdasarkan fungsinya, dinding dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu dinding
partisi, dinding pembatas, dinding penahan tanah, dan sebagainya. Ada banyak jenis
material yang sering digunakan pada struktur dinding

B. Jenis Struktur Dinding


Berdasarkan berbagai manfaat di atas, maka penting untuk mengetahui berbagai
jenis bahan dinding rumah yang umumnya banyak digunakan agar kita dapat
mengaplikasikannya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.

Jenis struktur dinding berikut biasanya digunakan:

1. Struktur Dinding Bata

Penggunaan dinding rumah dengan bahan bata bisa dikatakan paling favorit di Indonesia,
paling banyak digunakan. Batu bata merah masih menjadi jenis batu bata unggulan. Berikut
ini adalah daftar harga batu bata merah terbaru:
No Produk Spesifikasi Harga
1 Harga Batu Bata Merah Kecil 17 x 8 x 4cm IDR 650/biji
2 Harga Batu Bata Merah Besar 20 x 10 x 5cm IDR 950/biji
3 Harga Batu Bata Merah Expose 23 x 11 x 5 cm IDR 4000/biji

2. Struktur Dinding Bata Ringan atau Hebel

Bata ringan atau hebel dibuat dari campuran berbagai bahan seperti semen, pasir kuarsa,
gypsum, air, dan sebagainya. Keuntungan menggunakan material bata ringan atau hebel
pada dinding rumah karena lebih ringan dan lebih rapi saat pemasangan.

Sama seperti bata merah, bata ringan atau hebel juga mampu menyerap panas.
Keunggulan lainnya, tahan gempa. Namun untuk pemasangan sebagai dinding rumah,
bata ringan atau hebel tidaklah mudah. Perekat khusus dan cat khusus diperlukan untuk
melindungi dari air. Selain itu, harganya juga lebih mahal dari bata merah dan hanya dijual
di toko material besar. Berikut ini adalah daftar harganya:

1. Hebel Broco Grade A+, ukuran 60 x 20 x 7,5 cm, isi 111, harga Rp585 ribuan.

2. Hebel Broco Grade A+, ukuran 60 x 20 x 10 cm, isi 83, harga Rp585 ribuan.

3. Hebel Elephant Block, ukuran 60 x 20 x 10 cm, isi 83, harga Rp770 ribuan.

4. Hebel Alfa, ukuran 60 x 20 x 7,5 cm, isi 111, harga Rp600ribuan.

5. Hebel Saka, ukuran 60 x 20 x 7,5 cm, isi 111, harga Rp600ribuan.

6. Hebel Grade A ACC, ukuran 60 x 20 x 7,5 cm, isi 111, harga Rp400ribuan.
3. Struktur Dinding Kayu

Penggunaan material kayu sebagai dinding rumah memang tidak banyak digunakan karena
harganya juga relatif mahal. Di Indonesia sendiri, penggunaan material kayu pada dinding
rumah lebih banyak ditemukan pada beberapa rumah adat, seperti model joglo. Namun
perhatikan juga perawatannya agar kayu yang digunakan awet mengingat kayu rentan
terhadap iklim tropis dan serangan rayap.
4. Struktur Dinding Kaca

Penerapan material kaca pada dinding rumah biasanya digunakan oleh mereka yang
bertujuan untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan ruang, sebagai
pembatas antar ruang, atau kebutuhan estetika. Ada banyak cara dan gaya untuk
pemasangan dinding rumah bahan kaca, seperti ditanam di lantai atau dipasang dengan
bingkai agar bisa dibuka atau dipindahkan.

C. Bahan Penyusun Struktur Dinding


Berikut bahan penyusun struktur dinding yang dibedakan menurut jenisnya:
1. Bahan Komposisi Dinding Bata

Pemasangan bata memiliki seni tersendiri dalam sistem pemasangannya pada konstruksi
dinding.

Bahan dasar pembuatan bata merah :

• Clay (tanah liat), yang mengandung silika 50% hingga 70%


• Sekam padi. Berfungsi untuk membuat rongga di dinding bata
• Kotoran hewan, berfungsi untuk melunakkan tanah dan membantu proses
pembakaran dengan memberikan panas yang lebih tinggi di dalam bata
• Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam tanah

2. Bahan Penyusun Dinding Bata

Jika kualitas bata bagus, dinding bata tidak perlu diplester. Batu bata dapat dibuat dengan
mudah dengan alat atau mesin sederhana dan tidak perlu dibakar.

Pada prinsipnya sistem pemasangan batu bata menggunakan aturan pemasangan batu
bata. Di sudut bangunan, diberikan papan silang untuk menentukan ketinggian setiap
lapisan. Sehingga setiap pemasangan lapisan bisa diberi tali pelurus.

Pemasangan bata terakhir selalu di tengah. Untuk memperkuat dinding bata, pengaku juga
digunakan. Rangka pengaku terdiri dari kolom atau balok beton bertulang yang dicor dalam
lubang bata.

Kolom beton ini selalu dipasang di sudut-sudut, persimpangan dan persimpangan dinding
bangunan. Jika dinding berpotongan dan salah satu dinding terdiri dari batu bata yang tidak
memiliki lubang, maka gunakan jangkar besi beton.

3. Dinding Bata Ringan atau Bahan Hebel

Jarak pemasangan dinding bata ringan sama dengan jarak pemasangan bata merah. Pesanan
dibuat dalam ukuran 1 meter kubik.

Untuk 1 meter kubik batu bata jenis ini dapat digunakan untuk dinding pasangan dengan
luas 11,5 meter persegi. Tapi itu juga tergantung ketebalan dindingnya, bisa kurang dari 11,5
meter persegi jika ketebalannya lebih besar.
Pengertian Plesteran, Fungsi, dan Syarat
Plesteran Dinding
A.Pengertian
Plesteran adalah lapisan yang digunakan untuk menutupi suatu bidang bangunan
agar tingkat kekuatannya lebih kokoh. Memplester berarti melapisi suatu bidang bangunan
memakai adukan yang terbuat dari campuran semen, pasir, dan air. Dengan
mengaplikasikan plesteran, suatu bidang bangunan juga bakalan terlihat lebih rapi. Tidak
hanya dinding, plesteran juga biasanya diterapkan di struktur plafon dan lantai bangunan.

Adapun fungsi-fungsi dari plesteran versi Arafuru antara lain :

1. Meningkatkan kekuatan struktur bidang bangunan


2. Meratakan permukaan suatu bidang bangunan
3. Melindungi struktur bangunan dari cuaca yang ekstrim

B.Jenis-jenis Plesteran

Secara umum jenis plesteran dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Plesteran kasar, yaitu plesteran yang dibuat bertekstur kasar untuk jenis pekerjaan
pondasi.
2. Plesteran setengah halus, yaitu jenis plesteran yang biasanya digunakan untuk
pekerjaan kamar mandi, lantai dan lapangan olahraga.
3. Plesteran halus, yaitu plesteran yang dibuat bertekstur halus sebagai plesteran
dinding atau lantai.

Berdasarkan bahan yang digunakan, plesteran dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:


1. Plester semen atau mortar Semen

Bahan yang digunakan


dalam plesteran ini adalah adukan
antara pasir dengan semen
sehingga sering disebut dengan
plesteran semen (mortar semen).
Perbandingan campuran pasir
dengan semen pada jenis ini yang
sering dipakai adalah :

1 semen : 3 pasir

1 semen : 4 pasir

1 semen : 5 pasir

Terlebih dahulu campuran adukan dibuat dengan mencampur pasir dan semen sesuai
komposisi, dicampur secara merata. Kemudian, diaduk dengan air sesuai dengan kekenyalan
yang dibutuhkan. Volume air yang dicampurkan ke dalam adonan tidak boleh terlalu banyak
karena dapat menyebabkan adonan plesteran menjadi cair sehingga sulit ditempelkan ke
dinding. Sebaliknya, jika volume air yang dicampurkan terlalu sedikit, plesteran akan terlihat
kering dan sangat sukar untuk menempel ke dinding. Waktu maksimum pemakaian dari
plesteran jenis ini yang baik adalah maksimal 30 menit setelah pengadukan campuran.

2. Plester kapur

Plesteran kapur (mortar kapur) merupakan pelsteran yang terbuat dari bahan kapur
sebagai campuran dalam pembuatan adukannya. Perbandingan komposisinya adalah 1 kapur
: 1 pasir.
Jenis plesteran yang satu ini sangat jarang digunakan. Plesteran kapur umumnya dapat
ditemukan di daerah tertentu yang banyak terdapat bahan kapur. Sebagai bahan adukan
mortar untuk plesteran, penggunaan kapur harus mengikuti syarat teknis seperti berikut ini:

Ukuran butiran kapur haruslah seragam.

Secara fisik kapur yang digunakan sebagai plesteran harus bersih dari unsur/kandungan
lainnya, tidak berbutir tajam dan tidak tercampur oleh zat kimiawi lainnya.

Pilih kapur yang berkualitas baik, yaitu kapur yang yang berlemak dan tidak banyak
mengandung serpihan. Kapur yang kurang berlemak dan banyak mengandung serpihan bisa
menyebabkan permukaan plesteran cepat rusak, kusam dan juga dapat menimbulkan
retakanretakan. Untuk memperkuat ikatan plesteran, pleseteran berbahan kapur ini harus
ditambahkan semen. Pencampuran semen pada plesteran kapur harus menggunakan air yang
bersih.

2. Plester tanah liat

Plesteran dengan bahan tanah liat sering


digunakan untuk rumah-rumah tradisional zaman
dulu, bahkan di daerah tertentu masih ada yang
menggunakannya hingga saat ini.

Pembuatan plesteran tanah liat tidak jauh beda


dengan bagaimana mengolah tanah liat menjadi batu
bata. Dalam proses pembuatan plesteran ini, tanah
liat dicampur dengan jerami yang sudah dihaluskan.
Di daerah tertentu, plesteran tanah liat juga
dicampur dengan kotoran sapi. Proses pengerjaan
pencampuran dilakuan dengan mengadukan secara
basah antara tanah liat dengan jerami halus atau
kotoran sapi. Kemudian, selama tujuh hari adukan dibiarkan secara terbuka dan disiram
secara berkala. Jika jadwal pelaksanaan pemlesteran telah tiba, plesteran adukan diambil dan
kemudian dicampur dengan air sesuai dengan kekenyalan, kelekatan dan keliatan yang
diinginkan.

Sedangkan berdasarkan fungsi dari plesteran, pleseteran dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Plesteran kedap air

Plesteran kedap air digunakan untuk lokasi pekerjaan konstruksinya yang


berhubungan langsung dengan air, misalnya dinding kamar mandi, tempat cuci piring,
plesteran dinding dan lantai kolam, dan saluran air. Perbandingan campuran pondasi kedap
air adalah 1 semen : 3 pasir.
2. Plesteran non kedap air

Plesteran non kedap air digunakan untuk lokasi pekerjaan konstruksi yang tidak
berhubungan langsung dengan air, misalnya plesteran dinding dalam rumah dan lantai rumah.

Komposisi Campuran Plesteran

Perbandingan komposisi campuran untuk sebuah plesteran tergantung pada ketebalan yang
diinginkan ketika ditempelkan ke tembok atau lantai. Berikut ini perbandingan campuran
plesteran dinding ataupun lantai yang bisa digunakan oleh tukang:

1. Plesteran 1 semen : 4 pasir, tebal 15 mm

Ketebalan plesteran yang umum digunakan untuk rumah tinggal adalah 15 mm. Sesuai
dengan peraturan SNI 2837- 2008, perbandingan campuran plesteran adalah 1 semen : 4 pasir
seluas 1 m² membutuhkan semen 6,24 kg dan pasir 0,024 m³.

Contoh perhitungan:

Jika diketahui dinding dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m

Maka,

Luas dinding : 10 x 5 = 50 m²

Satu sak semen : 50 kg

Volume semen : 6,24 x 50 = 312 kg = 312/50 = 6,24 semen ≈ 7 sak semen

Volume pasir : 0.024 x 50 = 1,2 m³

2. Plesteran 1 semen : 5 pasir, tebal 15 mm

Plesteran dengan perbandingan 1 semen : 5 pasir dalam 1 m² membutuhkan semen 5,18 kg


dan pasir 0,026 m³ sesuai dengan SNI 2837-2008.

Contoh perhitungan:

Jika diketahui dinding dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m

Maka,

Luas dinding : 10 x 5 = 50 m²

Satu sak semen : 50 kg

Volume semen : 5,18 x 50 = 259 kg = 259/50 = 5,18 ≈ 6 sak semen

Volume passir : 0.026 x 50 = 1,3 m³

3. Plesteran 1 semen : 6 pasir, tebal 15 mm


Menurut SNI 2837-2008, untuk mengerjakan plesteran seluas 1 m², dibutuhkan semen
sebanyak 4,42 kg dan pasir 0,027 m³.

Contoh perhitungan:

Jika diketahui dinding dengan panjang 10 m dan tinggi 5 m

Maka,

Luas dinding : 10 x 5 = 50 m²

Satu sak semen : 50 kg

Volume semen : 4,42 x 50 = 221 kg = 221/50 = 4,42 ≈ 5 sak semen

Volume pasir : 0,027 x 50 = 1,35 m³

Berikut beberapa rincian umum Harga Borongan Plester Dinding yang bisa dijadikan patokan
Anda dalam mencari tukang Borongan :

1. Pemasangan Batu Bata per meter persegi berkisar Rp90.000.


2. Pemasangan Plester Aci per meter persegi sekitar Rp65.000.
3. Pembuatan sekonengan m1 sekitar Rp55.000.
4. Pembuatan sudutan m1 berkisar Rp55.000.
5. Pembuatan tali air m2 sekitar 55.000.

Acian Dinding
A.Pengertian
Proses acian adalah proses
melakukan finishing setelah melakukan
plesteran. Melakukan acian adalah cara yang
sangat efektif untuk untuk bisa menutup pori
- pori pada plesteran dan untuk
menghaluskan pada bagian permukaan agar
plesteran terlihat rapi.

B.Cara Teknis Campuran Acian


Cara membuat campuran acian dinding:

1. Adukan acian yang sudah dicampurkan antara Hydrostop dan juga air dengan acuan
20 kg Hydrostop untuk dicampur dengan 6-7 liter air atau hingga kekentalan yang
diinginkan
2. Siapkan ember dan masukkan air.
3. Masukkan bubuk Hydrostop perlahan - lahan.
4. Aduk rata hingga menjadi pasta
5. Apabila semen masih padat, Anda bisa menambahkan sedikit air untuk bisa
mengencerkan, dan sebaiknya apabila sudah terlalu cair, Anda bisa menambahkan
sedikit bubuk Hydrostop menurut takaran hingga kekentalan yang diinginkan.
6. Aplikasikan acian Hydrostop, ambil sedikit hasil adukan dan aplikasikan langsung di
dinding berplester dengan menggunakan roskam yang sudah diberi adukan acian,
selanjutnya tempelkan ke dinding dengan cara menggosok - gosokan ke dinding Anda
seperti proses acian pada umumnya. Sebarkan acian hingga menutupi semua bagian
pori - pori plesteran secara merata.
7. Terus ulangi sampai seluruh dinding yang akan diaci tertutupi sempurna.

C.Harga Acian

Anda mungkin juga menyukai