Anda di halaman 1dari 8

Material Industri Finishing Kamprot/Beton Ekspose

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknologi Bahan Konstruksi

Penulis : Hazel Muhamad

Dosen Pengampu : Ir. Amarullah, M.T

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Islam Malang

2017
A. Kamprot / Beton ekspose

Kamprot dapat menjadi solusi menghasilkan tampilan dinding yang unik dan berkarakter.
Semen sedari dulu terkenal andal sebagai bahan pengisi struktur bangunan. Kandungan bahannya
membuat tiang, balok, dan fondasi kuat dan tak mudah rusak. Daya tarik beton, yang dihasilkan dari
semen, pasir, dan kerikil, membuatnya dapat membagi beban secara merata.

Beton ekspose adalah material semen yang menjadi bahan utama untuk plesteran dan acian
dinding. Setelah selesai dinding dibiarkan apa adanya tanpa finishing sedikitpun. Warna abu-abu
mentah yang dihasilkan oleh semen yang telah mengering justru bisa menghasilkan nuansa yang
eksotis. Karena identik dengan warna beton, maka sistem semen ekspose seperti ini biasa dikenal
dengan istilah beton ekspose.

Ragam pelapis yang beredar di pasaran memberikan banyak pilihan. Tapi jangan lupakan
semen. Bahan bangunan berwarna abu-abu ini, juga dapat diolah sebagai penghias rumah nan cantik.
Tahan lama dan mudah dikerjakan.

Kini, semen dapat diolah sebagai penghias dinding interior maupun eksterior. Salah satu
treatment semen yang sering diaplikasikan adalah teknik finishing dengan kamprot. Biasanya dinding
model seperti itu disandingkan dengan kayu, batu koral, atau pasangan bata.

B. Cara membuat tekstur dinding Kamprot

Berikut langkah-langkah dalam proses membuat dinding tekstur kamprot :

1. Plester dinding yang telah dipilih untuk dibuat tekstur kamprot, untuk dapat menghasilkan
tekstur kamprot yang maksimal pastikan bahwa dinding terplester dengan rata dan sempurna.

2. Ayak pasir yang akan dipakai, cuci dan pastikan sudah tidak ada batu kecil atau kerikil-kerikil
didalamnya.

3. Siapkan saringan dari kawat ayam atau kain dan diberi bingkai dari kayu.

4. Lakukan pengadukan semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 3

5. Lakukan teknik kamprot, jika menggunakan kain sebagai saringan sebaiknya menggunakan
roskam untuk mengaduk dan menempel adukan. Tempelkan adukan ke dinding yang sudah
diplester memakai roskam, gosok memutar. Untuk teknik kamprot dengan saringan dari kain,
tunggu hingga dinding kamprotan setengah kering sebelum menggosok dengan gerakan memutar
menggunakan roskam dan kain. Untuk teknik kamprot dengan menggunakan saringan kawat
adalah dengan cara melempar keras-keras adukan ke dinding plester melewati saringan dan jarak
lemparan tersebut sekitar 30 cm. Selain 2 teknik kamprot ini, bisa juga menggunakan semprotan
kompresor melewati ukuran nozle tertentu untuk menempelkan adukan pada dinding. Cara ini
lebih cepat, tapi perlu investasi alat yang lebih mahal dan rumit untuk pemakaiannya.
Untuk mengurangi tingkat kekasaran pada cara membuat dinding tekstur kamprot ini bisa
memakai cat emulsi. Atur tingkat kekentalan cat emulsi untuk menentukan tingkat kelembutan atau
kekasaran dinding kamprot, semakin kental cat emulsi maka akan semakin lembut tekstur dari dinding
kamprot.

Cara lainnya adalah dengan bantuan mesin atau alat, yaitu seperangkat spray gunkhusus
dengan tabung besar dan kompresor, seperti proses pengecatan duco atau melamin. Biasanya
pengaturan kekasaran tekstur kamprot sangat bergantung pada kekentalan adukan, besar bukaan
pada spray gun, dan tekanan angin kompresor.

Setiap teknik finishing tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari finishing beton
ekspose ini antara lain adalah :

1. Hasil akhir yang dihasilkan akan mempunyai aksen dan tekstur yang sangat menarik dan
alami, apalagi bila dikombinasikan dengan permainan pencahayaan.

2. Terhindar kemungkinan terjadinya pemilihan warna yang kurang serasi. Warna beton ekspose
yang monokrom justru akan lebih menonjolkan bentuk bangunan.

3. Mengurangi perawatan bangunan. Untuk finishing berupa cat, maka bangunan harus dicat
ulang paling tidak setiap 5 tahun sekali. Untuk finishing beton ekspose cukup dibersihkan
secara berkala.

4. Mengurangi biaya pembangunan, karena menghilangkan alokasi biaya untuk finishing.

Sedangkan kelemahan dari sistem beton ekspose ini adalah :

1. Harus mempergunakan tukang yang berpengalaman dan mempunyai skill tinggi.

2. Kemungkinan timbulnya lumut, terutama pada material yang bertekstur kasar. Hal tersebut
bisa diatasi dengan penggunaan coating berwarna clear dan doft.

Hasil akhir yang diperoleh dalam membuat material beton ekspose ini tergantung pada :

1. Kualitas material. Material utama yang diperlukan adalah semen, pasir, dan air. Pemilihan
jenis semen yang baik diperlukan untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Pasir juga
demikian, sebaiknya dipilih jenis pasir muntilan yang bersih dari tanah dan lumpur, bertekstur
sedang (tidak terlalu halus dan tidak terlalu kasar). Dapat juga dipertimbangkan untuk
mempergunakan semen instan yang lebih praktis, karena tinggal menuangkan campuran yang
sudah tersedia dalam zak dan menambahkan air.

2. Kemampuan tukang. Mutlak diperlukan tukang yang berpengalaman dan memiliki skill yang
baik. Karena teknik beton ekspose ini identik dengan style modern minimalis-modern yang
mengutamakan kerapihan, kesikuan, dan kelurusan sudut-sudut permukaan bidang.

3. Alat yang benar. Alat-alat yang diperlukan adalah :

Roskam kayu. Dipergunakan untuk mengaplikasikan plester. Aplikasi plester ini setebal 8-
15mm. Material kayu yang dipergunakan akan menarik pasir ke permukaan, sehingga
menghasilkan tekstur yang cukup kasar. Tekstur yang agak kasar ini diperlukan untuk
menempelnya acian. Jangan mempergunakan roskam besi untuk plester, hasilnya akan
bergelombang, menghasilkan tekstur yang terlalu halus, menarik air semen ke permukaan, dan
menyulitkan pengerjaan acian.

Jidar. Jidar diperlukan untuk meratakan permukaan plesteran. Jidar yang baik terbuat dari
aluminium ukuran 2x5cm dengan panjang 2m. Sebaiknya, jangan mempergunakan jidar dari
kayu, karena tidak bisa dijamin tingkat kelurusannya.

Sendok semen. Diperlukan untuk mencampur adukan semen, pasir, dan air, atau semen instan
dan air.

Ember/Bucket. Untuk tempat pencampuran. Jangan mencampur semen di atas permukaan


tanah, karena akan memungkinkan tercampurnya material-material dari luar. Mencampur di
atas keramik ataupun dak beton sebaiknya juga dihindari, karena akan meninggalkan bekas
yang sangat sulit dihilangkan.

Roskam besi. Dipergunakan untuk aplikasi acian / skimcoat. Lapisan ini biasanya setebal 1-
3mm. Jangan mempergunakan roskam kayu untuk acian, karena akan menimbulkan bekas
kekuningan. Alat yang sama bisa dibuat sendiri oleh tukang dengan menggunakan pipa paralon
PVC yang dipotong dan diratakan.

Balok styrofoam atau karet. Dipergunakan untuk menggosok acian yang setengah kering, guna
menghasilkan permukaan yang keras, halus, dan rata.

Kawat ayam dengan bingkai kayu. Kawat ayam ini diperlukan untuk membuat plesteran kasar
yang disebut plester kamprot. Sebaiknya dinding yang akan dikamprot diplester rata dulu
terlebih dahulu, untuk menghasilkan hasil kamprotan yang lebih baik. Lempar adukan semen
ke arah dinding yang akan dikamprot dari jarak 30cm menerobos kawat ayam. Untuk
menghasilkan plester kamprotan bisa diperoleh dengan teknik lain. Tempelkan dulu plesteran
dengan roskam ke bidang dinding seperti biasa, tunggu setengah kering, lalu gosok dengan
roskam kayu yang dilapisi kain dengan gerakan melingkar.

Selain hal-hal di atas, ada hal lain yang perlu diperhatikan pada saat pembuatan permukaan beton
ekspose, yaitu :

Material pasir harus dicuci dan diayak

Campuran antara pasir dengan semen untuk plester adalah 1 : 3, atau 1 : 5

Dinding yang akan diplester harus diberi kepalan/kelabangan setiap jarak 1 meter, untuk acuan
kelurusan dan kesikuan.

Sebelum dinding diplester dan diaci, pastikan seluruh instalasi listrik dan air sudah tertanam
dalam bidang dinding untuk menghindari pekerjaan pembobokan ulang. Pembobokan akan
menyebabkan perbedaan warna dan tekstur (belang) antara plester/acian lama dan baru.

Setelah dinding selesai diplester, minimal 24 jam setelahnya baru boleh dilakukan pekerjaan
acian.
C. Macam - macam dan cara membuat dinding bertekstur

A. Sapuan Kuas

Teknik pertama, dinding bertekstur bisa anda ciptakan dengan finishing dari sapuan kuas.
Setelah dinding diberikan plester dari adonan semen dan pasir, selanjutnya adalah mengaplikasikan
finishing berupa acian semen. Seperti melukis di kanvas, gunakan kuas saat menerapkan acian semen
tersebut. Agar hasilnya tampak rapi, kami merekomendasikan acian dari semen instan saat anda
memakai teknik ini.

B. Rol

Sebenarnya langkah kerja teknik kedua ini mirip dengan teknik pertama, namun hasilny a
akan terlihat berbeda. Usahakan adonan acian semen bersifat encer agar mudah meresap ke permukaan
rol dan selanjutnya diaplikasikan pada dinding berplester. Langkah ini akan menghasilkan dinding
yang memiliki permukaan rata, namun bertekstur.

C. Sulur/Tali Air

Jika anda ingin memiliki dinding interior dengan tekstur sulur/tali air, rahasianya terletak pada
penggunaan garpu sebagai pembentuk tekstur. Sebagai finishing-nya, gunakan adonan semen dan pasir
dengan komposisi semen yang lebih banyak daripada pasir. Aplikasikan adonan tersebut pada dinding
plester yang telah kering. Selanjutnya, gunakan garpu untuk mencetak tekstur sulur/tali air. Karena
umumnya tekstur ini dibentangkan secara horisontal, maka anda harus memasang panduan berupa
bentangan tali agar bentuknya tetap lurus tidak melengkung.

C. Relief

Terinspirasi dari bangunan-bangunan kuno, saat ini ada banyak orang yang tertarik menghiasi
dinding rumahnya dengan relief. Terdapat dua metode untuk menciptakan tekstur dinding relief ini.
Metode pertama adalah membentuk plesteran yang sudah menempel di dinding menjadi relief tertentu,
selanjutnya dihalukan dengan acian. Sedangkan, metode kedua adalah membuat suatu bentuk relief
pada batu alam, kemudian menempelkannya ke permukaan dinding.

D. Kamprot

Pembuatan dinding bertekstur menggunakan teknik kamprot ini terbilang paling mudah.
Sebab, anda cukup mengaplikasikan plesteran kasar ke dinding batu bata, dan jadilah dinding
bertekstur kamprot. Cara ini biasanya digunakan untuk menciptakan dinding yang bernuansa alami
seperti bongkahan tanah.
E. Batu Bata

Teknik selanjutnya adalah membuat dinding bertekstur menggunakan batu bata. Caranya yaitu
bangunlah susunan batu bata tersebut dengan cara saling menjorok dan tidak dalam satu garis, agar
membentuk cekungan dan tonjolan di setiap susunannya. Ada juga yang membentuk cekungan dan
tonjolan ini dengan cara setiap beberapa kali susunan batu bata, ada batu bata yang ditaruh dengan
posisi melintang agar menonjol keluar. Meskipun akan menghasilkan dinding bertekstur yang sangat
indah, cara ini terbilang rumit apalagi saat anda menerapkan plesteran dan acian.

F. Cacing

Pembuatan dinding bertekstur memakai plamir tembok ini akan menghasilkan permukaan
dinding yang seperti dipenuhi cacing, namun tampak cantik. Terapkan plamir tembok secara menyebar
ke seluruh dinding dengan bentuk garis pendek melengkung. Lakukan secara acak ke seluruh
permukaanya dipenuhi garis-garis melengkung ini. Hasilnyal permukaan dinding pun semakin unik
dan dinding agar menarik.
G. Sisik Ikan

Teknik terakhir ini menggunakan kape untuk membentuk motif setengah lingkaran secara
berulang-ulang sehingga tampak seperti sisik ikan. Langkahnya, sembari anda menerapkan acian
semen, torehlah acian tersebut memakai kape sedikit demi sedikit. Begitu seterusnya hingga seluruh
permukaan dinding rumah dipenuhi oleh corak sisik ikan ini.

Anda mungkin juga menyukai