Anda di halaman 1dari 68

MITIGASI MENINGKATNYA KOMUNITAS MISKIN

OLEH DINAS SOSIAL KOTA PALOPO


:PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Proposal Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah IAIN Palopo Untuk Melakukan Penelitian


Skripsi dalam Rangka Penyelesaiyan Studi Jenjang Serjana Pada Program Studi
Hukum Tata Negara

Oleh

AUDI ISMAIL KASNUR


17 0302 0103

Pembimbing
1. Dr. H. Firman Muhammad Arief, Lc., M.HI.
2. Muh. Darwis, S.Ag., M.Ag.

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2021
DAFTAR ISI

Sampul.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat penelitian..................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI...............................................................................................8
A. Kajian Terdahulu Yang Relevan............................................................................8
B. Deskripsi Teori.....................................................................................................12
1. Pengertian Mitigasi...........................................................................................12
2. Konsep Kemiskinan.........................................................................................13
3. Pemberdayaan Masyarakat...............................................................................14
4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat...................................................................16
5. Pengertian FiqhSiyāsah....................................................................................19
6. Kemiskinan Dalam Pandangan Islam...............................................................20
C. Kerangkah Pikir...................................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................24
A. JenisPenelitian......................................................................................................24
B. Lokasi Dan WaktuPenelitian................................................................................24
C. Fokus Penelitian...................................................................................................24
D. Defenisi Istilah.....................................................................................................25
E. Metode Pengumpulan Data..................................................................................25
F. Tehnik Pengolahan Data.......................................................................................28
G. Tehnik Analisis Data............................................................................................30
H. Instrumen Penelitian.............................................................................................30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................................31
A. Deskripsi Data......................................................................................................31
1. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Palopo....................................................31
2. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Palopo...........................................................31
3. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Palopo.................................................32
B. Pembahasan..........................................................................................................33
1. Pealaksanaan kegiatan Dinas Sosial Kota Palopo.............................................33
2. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Sosial Kota Palopo........................................35
3. Realita Komunitas Miskin Kota Palopo...........................................................49
4. Penanganan kemiskinan dalam pandangan fiqh siyasah...................................54
BAB V PENUTUP.......................................................................................................60
A. Kesimpulan..........................................................................................................60
B. Saran....................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................62
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan fenomena dan masalah sosial yang terus menerus

dikaji dan menjadi perhatian pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Salah satu

faktor penyebab ketertinggalan dan penghambat dalam pembangunan suatu

bangsa adalah tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan dapat menimbulkan

dampak yang bersifat menyebar (multiplier effects) terhadap tatanan

kemasyarakatan secara menyeluruh. Kemiskianan juga merupakan muara dari

masalah sosial lainnya.1

Berbicara masalah kemiskinan bukan merupakan isu yang baru, melainkan

isu yang seolah abadi sepanjang jaman. Betapa menggelisahkan, kemiskinan

masih saja tetap dominan, pada era yang sudah semakin canggih ini, bahkan

kemajuan jaman yang diekspresikan melalui ilmu pengetahuan, teknologi, budaya

dan modernitas, di satu sisi hanyalah memberikan kontribusi kesejahteraan pada

sebagian kecil penduduk dunia.2Terlebih lagi terjadinya kemiskinan dan masalah

sosial dikarenakan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu

ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, ketidak

mampuan dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang di hadapinya. Kemudian

faktor eksternal yaitu kebijakan publik yang belum berpihak kepada masyarakat

miskin, tidak tersedianya pelayanan sosial dasar, kesenjangan dan ketidakadilan.

1
Soetomo, “Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 285.
2
Ambar Teguh Sulistiyani, “Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan”, (Yogyakarta: Gaya Media,
2004),3.
Kemiskinan juga menjadi dampak menurunnya etika dan moral masyarakat

sehingga menjadi alasan mereka tidak menaati aturan-aturan yang diberikan oleh

negara atau pemerintah.3

Sedangkan dalam pandangan Agama Islam kemiskinan bukan hanya

sekedar ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, akan tetapi

kemiskinan merupakan salah satu masalah kulturasi dimana terdapat seseorang

menjadi miskin karena perilaku buruknya seperti malas bekerja dan malas

berusaha. Kemiskinan model seperti inilah yang membahayakan akhlak, kelogisan

berfikir, keluarga dan juga masyarakat. Islampun menanggapi kemiskinanseperti

musibah dan bencana yang mana seseorang yang mengalami harus memohon

perlindungan kepada Allah SWT.4Oleh karena itu Dinas Sosial yang memiliki

sikap konstruktif meyakini kemiskinan sangat erat kaitannya dengan persoalan

keimanan dan ketakwaan masyarakat. Sebagaimana firman Allah dalam Al-

Qur’an surah Al-A’raf Ayat 96 Berbunyi.5

ۤ ٍ ‫َولَ ْو اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُ ْوا َواتَّقَ ْوا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر ٰك‬
ِ ْ‫ت ِّم َن ال َّس َما ِء َوااْل َر‬
‫ض‬
٩٦
‫َو ٰل ِك ْن َك َّذب ُْوا فَا َ َخ ْذ ٰنهُ ْم بِ َما َكانُ ْوا يَ ْك ِسب ُْون‬
Terjemahnya
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi

3
Muhammad Eko Permana Septian,“ Perana Dinas Sosial Dalam Memperdayakan Masyarakat
Miskin Melalui proram Harapan Di Desa Dame Kecematan Dolog Masihul Kabupaten Sedang
Badagai”. Skripsi. (Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2018).
4
Nurul Fahmi, Khairil Anwar, “Implementasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Program Keluarga Harapan Dalam Pemberian Bantuan Kepada Masyarakat Miskin” Jurnal Syariah dan
Ekonomi Islam, Vol.1 No.2, (2020), 89.
5
Muhammad Eko Permana Septian,“ Perana Dinas Sosial Dalam Memperdayakan Masyarakat
Miskin Melalui proram Harapan Di Desa Dame Kecematan Dolog Masihul Kabupaten Sedang
Badagai”, Skripsi(Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2018),
mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya”.6
Mengacu pada ayat tersebut dapat diamabil satu pelajaran bahwa kunci

sukses mengapai kehidupan di dunia adalah iman dan taqwa. Untuk itu

pendekatan dalam menuntaskan kemiskinan, khususnya dibidang ekonomi

haruslah dimulai dari pemberdayaan masyrakat. Karena tercapainya kesejahteraan

masyarakat merupakan langkah awal yang signifikan menuju kesejahteraan

negara menurut Islam (Welfare State).7

Hal ini diawali dengan cukupnya materi pada satu sisi dan meningkatnya

kehidupan spiritual masyarakat pada sisi lain. Disini letak uniknya kesejahteraan

dalam Islam yang mengutamakan kesejahteraan material duniawi namun tidak

melupakam dimensi spiritual rohaniah. Kedua-duanya sama-sama dipentingkan

dan diperhatikan dalam Islam. Sementara urusan mengenai kemasyarakatan, umat

Islam membutuhkan adanya fiqhsiyāsah. Dalam fiqh siyāsah diatur bagaimana

sebuah ketentuan hukum Islam bisa berlaku secara efektif dalam masyarakat

Islam. Tanpa keberadaan negara dan pemerintahan yang memegang penuh

masyarakat tentunya ketentuan-ketentuan hukum Islam akan sulit sekali terjamin

keberlakuannya. Barangkali untuk masalah ibadah tidak terlalu banyak campur

tangan fiqh siyāsah. Dalam fiqh siyāsah pemerintah bisa menetapkan suatu hukum

6
Departemen Agama, RI, Al-qur’an dan Tajwid, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleeman,
2014),163.
7
Muhammad Eko Permana Septian,“ Perana Dinas Sosial Dalam Memperdayakan Masyarakat
Miskin Melalui proram Harapan Di Desa Dame Kecematan Dolog Masihul Kabupaten Sedang
Badagai”. Skripsi. (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2018),
yang secara tegas tidak diatur oleh nash, tetapi berdasarkan kemaslahatan

dibutuhkan oleh manusia.8

Di samping itu Pasal 34 Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang

mengemanatkan kewajiaban negara untuk memelihara fakir miskin dan anak

terlantar. Bagi fakir miskin dan anak terlantar seperti yang dimaksud dalam

Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah dan pemerintah daerah memberikan

rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial

sebagai perwujudan pelaksanaan kewajiban negara dalam menjamin terpenuhinya

hak atas kebutuhan dasar warga negara yang miskin dan tidak mampu. 9

Sementara di Kota Palopo yaitu salah satu kota di Provensi Sulawesi

Selatan yang meningkat jumlah kemiskinan penduduknya, ini sesuai dengan hasil

presentase Badan Pusat Statistik Kota Palopo dimana pada Bulan Maret Tahun

2020 kembali bertambah.

Persentase
Sumber :Penduduk Miskin
Badan Pusat Statistik Di Kota
Kota Palopo

Palopo 3 Tahun Terakhir Menurut Badan


Pusat Statistik Kota Palopo
Persentase Penduduk Miskin Di Kota Palopo 3 Tahun Terakhir

2020 7.85%

2019 7.82%

2018 7.94%

8
Erlina Muji Utami, “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang Nomor 5 Tahun 2017 Tentang
Pembangunan Kawasan Pedesaan Perspektif Maqasid Syari’ah”, Skripsi, Purwokerto: Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto, 2-3.
9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009, http://jdih. Kemenkeu.go.id, diakses
pada 04 Oktober 2021 pukul 08:22
Berdasarkan pada hasil table presentase di atas jumlah kemiskinan di Kota

Palopo Tahun 2019 mengalami penurunan yang cukup signifikan namun pada

Tahun 2020 kembali bertambah 340 jiwa yang mengkibatkan

presentasekemiskinan bertambah menjadi 14,710 jiwa di Tahun 2020 dan tidak

menutup kemungkinan akan bertambah di Tahun berikutnya.10 Meningkatnya

kemiskinan menjadi bencana yang sulit untuk dituntaskan bagi masyarakat

bahakan suatu negara karena dampak kemiskinan memberikan banyak

kekhawatiran yang menyebabkan terjadinya kriminal hingga kekacauan publik.

Oleh karena itu, penelitia akan mengkaji lebih dalam terkait mitigasi

meningkatnya komunitas miskin oleh Dinas Sosial Kota Palopo dan bentuk

dukungan serta kendala apa saja yang di hadapi dilapangan, sehingga upaya ini

belum menunjuk hasil yang signifikan.

10
Badan Pusat Statistik Kota Palopo, “Profil Kemiskinan Di Kota Palopo,” January 18, 2021,
https://palopokota.bps.go.id/pressrelease/2021/01/18/74/profil-kemiskinan-kota-palopo-maret-
2020. diakses pada 04 Oktober 2021 pukul 08:22
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah peneliti paparkan

dalam bahasan sebelumnya, maka dalam hal ini peneliti membuat rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana realita komunitas miskin di kota palopo?

2. Bagaimana kinerja Dinas Sosial Kota Palopo dalam mitigasi

meningkanya kemiskin di Kota Palopo?

3. Bagaimana penanganan kemiskinan dalam pandangan fiqh siyasah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitan ini adalah:

1. Untuk mengetahui realita komunitas miskin di kota palopo.

2. Untuk mengetahui peran Dinas Sosial Kota Palopo dalam mitigasi

meningkanya komunitas miskin di Kota Palopo.

3. Untuk mengetahui penanganan kemiskinan dalam pandangan fiqh

siyasah.

D. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan mampu memberi manfaat sebagai

berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini agar dapat memberikan masukan atau pertimbangan

dalam melakukan kajian atau penelitian selanjutnya, khususnya

bagi Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri IAINPalopo.

b. Agar bisa dijadikan bahan referensi bagi penelitian yang sejenisdi


masa akan datang.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai peran Dinas Sosial dalam menangani komunitas

miskin di kota palopo.

b. Bagi Pembaca, penelitian ini dapat memberikan masukan dan

memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai refrensi

instansi lokal khususnya Dinas Sosial kota Palopo.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Terdahulu Yang Relevan

Penelitan terdahulu di gunakan peneliti sebagai bahan perbandingan,

dikarenakan apabilah dilihat tema pembahasan akan ada peneliti-peneliti lain

membahas hal yang serupa. Maka dari itu untuk menghindari anggapan kesamaan,

peneliti mencantumkan hasil penelitian terdahulu sebagai berikut.

1. Penelitian dari Filsa Alviyanzah pada tahun 2019 dengan judul penelitian

“Peran Dinas Sosial Dalam Penyaluran Bantuan Sosial Sebagi Upaya

Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sumbawa”.Terkait dengan

permasalahan yang dikaji pada skripsi ini, ada dua permasalahan, yakni: 1)

Bagairnanakah peran dinas sosial dalam hal kebijakan, regulasi, strategi

dalam penyaluran bantuan sosial sebagai upaya penanggulangan

kemiskinan di KabupatenSumbawa.?2) Apakah faktor penghambat dalam

pelaksanaan penyaluran bantuan sosial sebagai upaya penanggulangan

kemiskinan di kabupaten sumbawa.? Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui peran dinas sosial dalam hal kebijakan, regulasi, strategi

dalam penyaluran bantuan sosial sebagai upaya penanggulangan

kemiskinan di Kabupaten Sumbawa dan untuk mengetahui faktor

penghambat dalam pelaksanaan penyaluran bantuan sosial sebagai upaya

penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sumbawa. Dari teori yang

dikemukakan, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi


dan observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Peran dinas sosial dalam

hal kebijakan, regulasi, strategi dalam penyaluran bantuan sosial sebagai

upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Sumbawa, adalah

sebagai representasi asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (Dinas Sosial) dengan fungsi

perumusan, penyelenggaraan, pembinaan dan pelaksanaan bantuan sosial

di Kabupaten Sumbawa. Dengan adanya SLRT-PK (Satuan Layanan

Rujukan Terpadu) “SABALONG SAMALEWA” Dinas Sosial mampu

mendukung penyaluran Bansos agar tepat sasaran, melalui pemuktahiran

data penerima Bansos. 2) Faktor Penghambat Dalam Penyaluran Bantuan

Sosial Sebagai upaya penanggulan kemiskinan di kabupaten Sumbawa,

minimnya pengetahuan pemohon penerima bantuan sosial (BANSOS)

dalam melakukan registrasi dan sering terjadinya kesalahan teknis seperti

lupa PIN, belum bisa Memaksimalkan Bantuan yang diberikan.11

Perbedaan dari penelitian di atas ialah fokus membahas tentang

bantuan sosial yang menjadi program kerja dari Dinas Sosial untuk

mencegah perkembangan kemiskinan dan lokasi penelitian yang berbeda

yaitu di kabupaten sumbawa. Sedangkan persamaannya dengan penelitian

di atas adalah mejadikan Dinas Sosial sebagai studi kasus tentang

kemiskinan.

11
Filsa Alviyanzah “Peran Dinas Sosial dalam Penyaluran Bantuan Sosial Sebagai Upaya
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten”, Skripsi (Universitas Muhammadiyah Mataram,
2019)
2. Penelitian dari Ariska Suriyanti pada tahun 2021 dengan judul penelitian

“Peran Dinas Sosial Dalam Penanggulangan Fakir Miskin di Kota

Makassar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Peran

Dinas Sosial dalam Penanganan fakir miskin di Kota Makassar. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Adapun

jumlah informan dalam penelitian adalah 6 orang. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Sementara itu, teknik

pengabsahan data yang peneliti gunakan adalah triangulasi sumber, teknik,

dan waktu. Pemilihan informan berdasarkan pandangan dari penulis

bahwa informan tersebut memiliki pengetahuan, dan informasi mengenai

masalah penulis teliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran Dinas Sosial dalam

penanganan fakir miskin di Kota Makassar dilihat dari aspek pemerintah

seabagai Regulator dalam program penanganan fakir miskin, pemerintah

masih belum berperan aktif dalam peningkatan ekonomi agar kemiskinan

dapat diurai dan diselesaikan. Pemerintah sebagai dinamisator, pemerintah

Kota Makassar dalam meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat agar

program pemerintah terkait penanganan fakir miskin di Kota Makassar

masih belum berjalan dengan baik. Pemerintah sebagai Fasilitator, Dinas

Sosial memberikan layanan serta fasilitas yang baik khususnya dalam

pelaksanaan program penanganan kemiskinan, akan tetapi pemerintah


menjadi fasilitator belum berperan aktif dalam membangun kondisi yang

kondusif untuk pelaksaan pembangunan daerah.12

Perbedaan penelitian di atas melibatkan pemerintah sebagai

fasilitator untuk program Dinas Sosial dalam menanggulangi kemiskinan

dan tempat penelitian yang berbeda yaitu Kota Makassar. Sedangkan

persamaannya ialah melibatkan Dinas Sosial dalam menanggulangi fakir

miskin.

3. Penelitian dari Asep Saripudin pada tahun 2017 dengan judul penelitian

“Menajemen Rehabilitasi Sosial di Kota Serang”. Penelitan ini

menggunakan pendekatan kualitatifmetode deskriptif, hasil dari penelitian

ini menujukkan bahwa karakteristik pengemis di kota serang karna

keturunan dan latar belakan pendidikan yang rendah model rehabilitasi

yang di gunakan berupa pemberian jasmani dan rohani serta memberikan

keterampilan, proses menajemennya berjalan belum baik dan masih

terdapat masalah planing, directing, cordinating, dan budgeting.

Saran yang menjadi rekomendasi peneliti yaitu, memberikan

pembinaan bukan hanya kepada pengemisnya saja melainkan semua

keluarganya, melakukan pengawasan dari PSBK (Panti Sosial Bina Karya)

sampai selesai dan perlu adanya rencana baru, pembinaan kerja

membentuk tim khusus dan mengajukan rencana anggaran baru.13

12
Ariska Suriyanti “Peran Dinas Sosial Dalam Penanganan Fakir Miskin Di Kota Palopo”, Skripsi
(Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar 2021).
13
Asep Saripudin “Menajemen Rehabilitasi Sosial Di Kota Serang”, Skripsi (FakultasIlmuSosial
Dan IlmuPolitikUniversitas Sultan AgengTirtayasaSerang, 2017).
Perbedaan penelitian di atas ialah berfokus kepada pekerjaan

komunitas miskin sebagai pengemis di Kota Serang. Sedangkan

persamaan nya ialah mencega perkembang kemiskinan.

B. Deskripsi Teori

1. Pengertian Mitigasi

Menurut pasal 1 ayat 6 peraturan pemerinta Nomor 21 tahun 2008 tentang

penyelanggsaraan penanggulangan bencana, mitigasi diartikan sebagai

serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana, baik

lewat pembangunan fisik ataupun penyadaran serta peningkatan kemampuan

dalam menghadapi ancaman bencana. Resiko bencana yang dimaksud ini

meliputi timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, hilangnya dan kerugian

harta benda (rumah, perabotan dan lain-lain) serta timbulnya dampak

psikologis.

Dalam bahasa inggris, mitigasi bencana disebut disaster mitigation.

Dilangsir dari Public Safety Canada, tindakan mitigasi bencana tindakan yang

dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi dampak serta resiko bahaya

lewat tindakan proaktif yang diambil sebelum bencana terjadi. Bisa dikatakan,

tindakan mitigasi bencana dilakukan sebelum bencana yang di prediksi akan

terjadi. Untuk tindakan mitigasi dan prosedurnya disesuaikan dengan kebijakan

pemerinta di setiap negara.14

Sedangkan Mitigasi sosial ialah bencana yang di akibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi


14
Vanya Karunia Mulia Putri, “Mitigasi Bencana: Pengertian, Tujuan, Jenis dan Contohnya”,
April 04, 2021, https://www.kompas.com mitigasi-bencana-pengertian-tujuan-jenis-dan-
contohnya. diakses pada 04 Oktober 2021 pukul 08:22
konflik antara kelompok atau komunitas masyarakat dan teror. Bencana sosila

sendiri dapat berupah kerusuhan sosial dan konflik sosial dalam masyarakat

yang sering terjadi.Hal inilah yanga mengakibatkan terjadinya kemiskinan

dikarenakan kerusakan serta kerugian yang di akibatkan dapat menimbulkan

teradinya kemiskinan.15

2. Konsep Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah

masyarakat. Kemiskinan sebagai fenomena sosial yang telah lama ada,

berkembang sejalan dengan peradaban manusia. Masyarakat miskin pada

umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada

kegiatan ekonomi sehingga seringkali makin tertinggal jauh dari masyarakat

lain yang memiliki potensi tinggi. Substansi kemiskinan adalah kondisi

deprevasi tehadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar yang berupa

sandang, pangan, papan, dan pendidikan dasar.

Kemiskinan juga sering disandingkan dengan kesenjangan, karena masalah

kesenjangan mempunyai kaitan erat dengan masalah kemiskinan. Substansi

kesenjangan adalah ketidakmerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.

Sudibyo mengatakan bahwa “apabila berbicara mengenai kemiskinan maka

kemiskinan dinilai secara mutlak, sedangkan penilaian terhadap kesenjangan

digunakan secara relatif”. Dalam suatu masyarakat mungkin tidak ada yang

miskin, tapi kesenjangan masih dapat terjadi di dalam masyarakat tersebut.

Tetapi dalam konteks kemiskinan yang dialami sebagian besar penduduk

15
Kholiq Rahaman, “Mengenal Bencana Sosial” (Jurnal BMKG Kota Yogyakarta), 22 Mei 2019.
perdesaan, kesenjangan terletak pada akses dibidang ekonomi. Keterbatasan

akses ekonomi seperti pada faktor produksi telah menyebabkan seseorang tidak

berdaya secara ekonomi. Adapun akses produksi itu adalah modal, lahan

pertanian, pasar, sektor informal, pusat perdagangan dan sarana lain untuk

melakukan aktivitas produktif. Dengan terbatasnya aksessibilitas ini

meyebabkan pendapatan yang diperoleh terbatas, sehingga akan sulit bagi

mereka untuk keluar dari kemiskinan. Sulitnya akses terhadap sumber-sumber

finansial terutama modal dalam berusaha, menyebabkan penduduk miskin

mencari sumber-sumber lain seperti rentenir, yang menyebabkan mereka

semakin terpuruk dalam jurang kemiskinan.16

3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan dimana

masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial, yang bertujuan

memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.pemberdayaan masyarakat hanya

bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut berpartisipasi.

Suatu usaha hanya berhasil diniai sebagai pemberdayaan masyarakat

apabila kelompok komunitas atau masyrakat tersebut menjadi agen

pembangunan ataudikenal juga sebagai subjek. Disini subjek merupakan

penggerak, dan bukan penerima manfaat atau objek saja.17

Menurut Sumaryadi pemberdayaan masyarakat adalah upaya

16
Muhammad Eko Permana Septian,“ Perana Dinas Sosial Dalam Memperdayakan Masyarakat
Miskin Melalui proram Harapan Di Desa Dame Kecematan Dolog Masihul Kabupaten Sedang
Badagai”, Skripsi(Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2018), 25-26.
17
Muhammad Eko Permana Septian,“ Perana Dinas Sosial Dalam Memperdayakan Masyarakat
Miskin Melalui proram Harapan Di Desa Dame Kecematan Dolog Masihul Kabupaten Sedang
Badagai”, Skripsi (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan 2018),16.
mempersiapkan masyarakat seiring dengan langkah upaya memperkuat

kelembagaan masyarakat agar mereka mampu mewujudkan kemajuan,

kemandirian, dan kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang

berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi juga pada

dasarnya sebagai berikut.

a. Membantu pengembangan manusiawi dan autentik dan integral dari

masyarakat lemah, rentan, miskin perkantoran, masyarakat adat yang

terbelakang, kaum pemuda pencari kerja, kaum cacat dan kelompok

wanita yangdidiskriminasi/dikesampingkan.

b. Memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosial

ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta serta dalam

pengembangan masyarakat. Dari pemndapat tersebut maka pemberdayaan

masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan

masyarakat yang dalam kondisi sekarang yang tidak mampu melepaskan

diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.18

Namun menurut Suhendra defenisi pemberdayaan adalah satu kegiatan


yang berkesinambungan secara dinamis,secara sinergi mendorong keterlibatan
semua potensi yang ada secara evolutifdengan keterlibatan semua potensi.19

Sedangkan menurut Widjaja Pemberdayaan masyarakat adalah upaya


meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakat,sehingga
masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkat dan martabat nya secara
maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara mandiri , baik

18
Sumaryadi, Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan Pemberdayan Masyarakat,
(Jakarta: CV.Citra Utama,2005), 11.
19
Suhendra, Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2006),74-
75
dibidang ekonomi, sosial, agama dan budaya.20

Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan

merupakan suatu kegiatan meningkatkan kekuasaan kepada masyarakat yang

kurang mampu atau kurang beruntung secara berkesinambungan, dinamis, serta

berupaya untuk membangun daya untuk mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran masyarakat agar ikut serta terlibat dalam

mengelolah semua potensi yang ada secaraproduktif.

4. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat menurut Mardikanto terdapat enam

tujuan pemberdayaan masyarakat, yaitu:

a. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan

kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki

kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.

b. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat

belajar), perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan,

diharapkan akan memperbaiki bisnis yangdilakukan.

c. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan bisnis

yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang

diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga danmasyarakatnya.

d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan

diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena

kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau


20
Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Bulat dan Utuh, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), 169
pendapatan yangterbatas.

e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan

lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan

kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

f. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan yang lebih baik,

yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik,

diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baikpula.21

Dan terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya

program pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau

kemandirian, dan berkelanjutan. Adapun penjelasan terhadap prinsip-prinsip

pemberdayaan masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Kesetaraan

Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan

masyarakat adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara

masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program

pemberdayaan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Dinamika

yang dibangun adalah hubungan kesetaraan dengan mengembangkan

mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama

lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga

terjadi proses saling belajar.

b. Partisipasi

21
Mardikanto, Tanggung Jawab Sosial Korporasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), 202.
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian

masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan,

dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk

sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang

melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan

masyarakat.

c. Keswadayaan ataukemandirian

Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan

kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak

memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan (the

have not), melainkan sebagai subjek yang memiliki kemampuan sedikit

(the have little). Mereka memiliki kemampuan untuk menabung,

pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala usahanya,

mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan kemauan,

serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi.

Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses

pemberdayaan. Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus

dipandang sebagai penunjang, sehingga pemberian bantuan tidak justru

melemahkan tingkat keswadayaannya.

d. Berkelanjutan

Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan,

sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding

masyarakat sendiri. Tapi secara perlahan dan pasti, peran pendamping


akan makin berkurang, bahkan akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah

mampu mengelola kegiatannya sendiri.22

5. Pengertian Fiqh Siyāsah

Pengertian siyasah merupakan tarkib idhafi atau kalimat majemuk yang

terdiri dari dua kata, yakni fiqh dan siyasah. Secara etimologi, fiqh merupakan

bentuk masdhar (gerund) dari tashrifan kata faqiha ya fqahu fiqhan yang

berarti pemahaman yang mendalam dan akurat sehingga dapat memahami

tujuan ucapan dan atau tindakan tertentu. Sedangkan secara terminologi, fiqh

lebih populer didefinisikan sebagai ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang

bersifat perbuatan yang dipahami dari dalil-dalilnya yang rinci.23

Sedangkan secara terminologis banyak definisisiyāsahyang di

kemukakan oleh para yuridis Islam. Menurut Abu al-Wafa Ibn ‘Aqil,siyāsah

adalah sebagai berikut: “Siyasah berarti suatu tindakan yang dapat mengantar

rakyat lebih dekat kepada kemaslahatan dan lebih jauh dari kerusakan, kendati

pun Rasulullah tidak menetapkannya dan Allah juga tidakmenurunkan wahyu

untuk mengaturnya.” Dalam redaksi yangberbeda Husain Fauzy al-Najjar

mendefinisikansiyāsah sebagai berikut:“siyāsahberarti pengaturan kepentingan

dan pemeliharaan kemaslahatan rakyat serta pengambilan kebijakan demi

menjamin terciptanya kebaikan bagi mereka. Dan definisi yang paling ringkas

22
Najiati Sri, dkk, Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut, (Bogor: Wetlands International,
2005), 54.
23
Ibnu Syarif, Mujar dan Zada, Khamami, Fiqih siyasah; Doktrin dan Pemikiran Politik Islam,
(Jakarta: Erlangga, 2008), 31.
dari Ibn Manzhur tentang siyāsah adalah “mengatur sesuatu dengan cara yang

membawa kepada kemaslahatan”.

Kata “siyāsah” yang berasal dari kata sasa, berarti mengatur, mengurus

dan memerintah atau pemerintahan, politik dan pembuatan kebijaksanaan.

Pengertian kebahasaan ini mengisyaratkan bahwa tujuansiyāsah adalah

mengatur, mengurus dan membuat kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat

politis untuk menakup sesuatu.24

6. Kemiskinan Dalam Pandangan Islam

Kemiskinan secara singkat dapat didefenisikan sebagai suatu standar

tingkat hidup yang rendah, yakni adanya satu tingkat dimana sejumlah atau

segolongan orang memiliki kekurangan materi dibandingkan dengan standar

kehidupan umum yang berlaku dalam masyarakat tersebut.25

Sedangkan kemiskinan dalam gambaran Al-Qur’an paling sering

menggunakan kata fakir dan miskin serta berbagai bentuk keduanya. Namun

arti dari fakir dan miskin ialah golongan orang-orang yang tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Tetapi islam tidak menjadikan banyaknya harta sebagaitolak ukur

kekayaan hakiki, namun yang sebenarnya ialah kekayaan hati menjadi suatu

24
Muhammad Iqbal. Fiqih Siyasah Kontekstualitasasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta:
Pranadamedia, 2014), 3.
25
M. Sa’ad Ibrahim,“Konsep Kemiskinan Dalam Perspektif Al-Qur’an”, (malang, UIN
Press,2007), 17
tolak ukur untuk mencapai setiap kebaikan yang dijanjikan oleh Allah SWT

didalam Al-Qur’an.terdapat pada surat Al-Hajj ayat 28.26

ٍ ٰ‫لِّيَ ْشهَ ُد ْوا َمنَافِ َع لَهُ ْم َويَ ْذ ُكرُوا ا ْس َم هّٰللا ِ فِ ْٓي اَي ٍَّام َّم ْعلُ• ْ•وم‬
‫ت َع ٰلى َم••ا َر َزقَهُ ْم ِّم ۢ ْن‬
٨٢
‫س ْالفَقِي َْر‬ َ ‫ط ِع ُموا ْالبَ ۤا ِٕى‬ْ َ‫بَ ِه ْي َم ِة ااْل َ ْن َع ۚ ِام فَ ُكلُ ْوا ِم ْنهَا َوا‬
Terjemahanya
Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mere-
ka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas
rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka
makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan
orang-orang yang sengsara dan fakir.27
Namun sebagian orang menganggapi kemiskinan bukanlah hal yang

perludiperdebatkan. Dikarenakan sebagian mereka memandang bahwa

kemiskinan sebagai latihan untuk mendapatkan derajat yang tinggi melalui

kesabaran menghadapi apa yang sudah menjadi takdir mereka. Bahkan mereka

merasa aman dengan posisi mereka dalam kemiskinan. Ini sesuai dengan Hadist

Rasulullah SAW.28

‫ قَاالَ َح َّدثَنَا َأبُو َخالِ ٍد‬،‫ َو َع ْب ُد هَّللا ِ ب ُْن َس ِعي ٍد‬،َ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ِر ب ُْن َأبِي َش ْيبَة‬
‫ َع ْن َأبِي َس ِعي ٍد‬،‫ َع ْن َعطَا ٍء‬،‫ك‬ ِ ‫ َع ْن َأبِي ْال ُمبَا َر‬،‫ان‬ ٍ َ‫ َع ْن يَ ِزي َد ب ِْن ِسن‬،ُ‫اَألحْ َمر‬
‫ْت َرسُو َل هَّللا ِ ـ صلى هللا عليه‬ ُ ‫ين فَِإنِّي َس ِمع‬ َ ‫ال َأ ِحبُّوا ْال َم َسا ِك‬
َ َ‫ ق‬،ِّ‫ْال ُخ ْد ِري‬
‫"اللَّهُ َّم َأحْ يِنِي ِم ْس ِكينًا َوَأ ِم ْتنِي ِم ْس ِكينًا َواحْ ُشرْ نِي‬  ‫وسلم ـ يَقُو ُل فِي ُد َعاِئ ِه‬
)‫فِي ُز ْم َر ِة ْال َم َسا ِكي ِن " (رواه ابن مجة‬
Artinya: Abu Bakar bin Abi syaibah dan Abdullah bin Said menceritakan kepada
kami, Abu Khalid al-Ahmar menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Sinan dari
Abi Rabah dari Abi Sa‟id Al-khudry, ia berkata, “Cintailah orang miskin, saya
mendengar nabi berdoa,”Ya Allah, jadikanlah saya hidup dalam kemiskinan,
26
Bayu Try Cahaya, “Kemiskinan Ditinjau Dari Perspektif Al-Qur’an Dan Hadist”, (Jurnal
penelitian, Vol 9, 1 februari 2015), 52.
27
Departemen Agama, RI, Al-qur’an dan Tajwid,(Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema,
2014),335.
28
Firman Setiawan, “Kemiskinan Dan Pengatasannya Dalam Pandangan Islam”, Jurnal Dinar
Ekonomi Syariah Vol. 1,1 Agustus 2016, 2.
matikanlah dalam kemiskinan dan kumpulkanlah saya dalam golongan orang
miskin.”(HR. Ibn Majah).29

Hadist tersebut sering dipahami, bahwa Islam mengajarkan agar umatnya

lebih baik menjadi orang miskin. Padahal hadist tersebut diungkapkan oleh Nabi

karena Nabi melihat orang kaya yang zalim dan tidak mau membayar zakat. Itulah

sebabnya Nabi berdoa agar tidak dijadikan dari golongan mereka. Lebih baik

bersama dengan orang miskin yang bertakwa. Hadist ini tidak berarti

menganjurkan kemiskinan. Hal ini terbukti dengan kewajiban zakat bagi muslim

yang memenuhi syarat. Jika dianjurkan menjadi miskin maka siapa yang akan

menjadi muzakki.30

Al-Subki mengatakan bahwa yang dimaksud ahyini miskinan adalah hidup

dengan hati yang sakinah atau tenang, miskinan tidak diartikan miskin dalam

artian bentuk dari fakir. Memang semasa hidup, Nabi bukanlah orang yang

bergelimang harta tetapi juga bukan orang fakir, beliau hidup dalam keadaan

berkecukupan untuk diri dan keluarganya. Al-Baihaqi mengatakan bahwa yang

dimaksud wa amitni miskinan adalah Nabi meminta mati tidak dalam keadaan

sombong dan congkak, karena al-maskanah diambil dari kata al-sukun yang

rendah hati.31

29
Ilfi Nur Diana, “Hadis-hadis Ekonomi”, (Malang:UIN MALIKI PRESS, 2012), 110.
30
Arif Chasanul Muna, “Prinsip-Prinsip Penanganan Kemiskinan Di Madinah Pada Masa Nabi
Muhammad Saw”, 2 Desember 2012.
31
Syarah Ibnu Majah, CD-ROM Hadist Syarif Kutubu al-Tis’ah, dikutip dari Ilfi Nur Diana,
Hadis-hadis Ekonom, 111.
C. Kerangkah Pikir

Adapun kerangka pikir tersebut disajikan seperti pada gambar berikut ini:

Judul: Mitigasi Meningkatnya Komunitas Miskin Oleh Dinas Sosial Kota

Palopo :Perspektis Fiqh Siyāsah.

Al-Qur’an dan Hadist

Pasal 34 Ayat1 UUD 1945

Dinas Sosial Kota Palopo

Rehabilitas Sosial Perlindungan dan Pemberdayaan


Jaminan Sosial Sosial
 Meningkatkan
Iman dan Takwa  Perlindungan  Peningkatan
terhadap korban Akses
 Prosedur bencana alam Permodalan
Pemberian
 Program Indonesia  Peningkatan
Pelatiha
Pintar
Kualiatas Produk
 Pemberdayaan Dan Pemasaran
 Jaminan Kesehatan
penyantunan
 Program Keluarga
 Prosedur Harapan
pendidikan

Mitigasi Meningkatnya
Komunitas Miskin

Hasil Penelitian
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Kualitatif Deskriptif,

yaitu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengeolala data, menganalisa

data secara kualitatif dan menafsirkannya secara kualitatif. Kualitatif bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat umum terhadap kenyataan sosial

dari perspektif pertisipen (responden). Pemahaman ini tidak ditentukan terlebih

dahulu, tetapi diperolah setelah melakukan analisa terhadap kenyataan sosial yang

menjadi focus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa

pemahaman umum tentang kenyataan- kenyataan tersebut.

Metode penetapan hukum islam Penelitian hukum Islam sebagai gejala

sosial. Sasaran utamanya adalah perilaku hukum masyarakat Muslim dan masalah

interaksi antar sesama manusia, baik sesama Muslim maupun dengan non

Muslim. Ini mencakup masalah-masalah seperti politik perumusan dan penerapan

hukum (siyâsah al-Syar`iyyah), perilaku penegak hukum, perilaku pemikir

hukum seperti mujtahid, fuqaha, mufti dan anggota badan legislatif, masalah-

masalah administrasi dan organisasi hukum seperti pengadilan dengan segala

graduasinya dan perhimpunan penegak serta pemikir hukum seperti perhimpunan

hakim agama, per- himpunan studi peminat hukum Islam. Dalam jenis penelitian

ini juga tercakup masalah- masalah evaluasi pelaksanaan dan efektivitas hukum,

masalah pengaruh hukum Islam terhadap perkembangan masyarakat atau


pemikiran hukum, sejarah perkembangan hukum, sejarah pemikiran hukum,

sejarah administrasi hukum serta masalah kesadaran dan sikap hukum

masyarakat.32

B. Lokasi Dan WaktuPenelitian

Lokasi penelitian yang di jadikan objek kajian dalam penelitian ini

adalah Kota Palopo, Provensi Sulawesi Selatan dan waktu penelitian akan segera

di lakukan.

C. FokusPenelitian

Dalam halini peneliti berfokus kepada DinasSosial dalam menanggulangi

meningkatnya komunitas miskin di Kota Palopo serta mencegah perkembangan

Kemiskinan dalam perspektif fiqh siyasah.

D. Defenisi Istilah

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas terhadap isi judul penelitian

serta persepsi yang sama agar terhindar dari kesalahpahaman terhadap ruang

lingkup peneliti, diperlukan penjelasan dan batasan definisi kata dan variabel yang

tercakup dalam judul tersebut. Hal ini akan dijelaskan untuk menghindari

kesalahpahaman terhadap judul dan pembahasannya.

E. Metode Pengumpulan Data

Penggunaan metode-metode disini ialah untuk mendapatkan data-data

yang akurat dari objek penelitian, dimana dengan pengumpulan data dari objek

penelitian tersebut diharapkan dapat membantu penlis dalam mencari data yang

32
M. Atho’ Mudhar. “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum Islam”, dalam Mencari Islam:
Studi Islam dengan
dibutuhkan dalam penelitian. Adapun metode-metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Metode interview atau wawancara adalah bertukar informasi atau pendapat

melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu

topik tertentu.33 Metode interview adalah pengumpulan data cara

mengajukan pertanyaan pertanyaan secara langsung atau tatap muka oleh

pewawancara (pengumpul data) kepada sumber informasi atau nara sumber

(responden) dan jawaban jawaban dari responden di catat atau di rekam

dengan alat perekam untuk mendapat data yang di butuhkan.34

Sedangkan jenis interview yang digunakan dalam penelitian ini

adalah interview bebas terpimpin, yang merupakan kombinisai antara

interview bebas dan interview terpimpin, dalam melaksanakan interview

pewawancara menggunakan pedoman yang hanya menggunakan garis

besar pokok pembahasan penelitian, responden dapat memberikan

jawabannya secara bebas tanpa ada batasan ruang lingkupnya, selama

pembahasan tidak menyimpang dari pertanyaan yang di ajukan

sebelumnya. Penulis menggunakan metode interview ini dengan harapan

data yang di butuhkan dapat di peroleh secara langsung dan dapat di

percaya kebenaranya, dengan interview penulis akan menggali informasi

berkaitan.

b. Observasiadalah mengamati dan mencatat dengan sistematis fenomena-

fenomena yang diselidiki, dalam artian luas observasi tidak terbatas pada

33
Kountoro Ronny,Metode Penelitian, (Jakarta:buana printing,2009), 231.
34
Suharsimi arikunto,Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta), 140.
pengamatan baik yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung,

seperti melalui angket atau tes.35 Observasi meliputi kegiatan pemuatan

perhatian terhdap suatu objek dengan seluruh alat indra, metode

pengamatanobservasi dan perencanaan sistematis terhadap fenomena yang

di selidiki, jadi observasi adalah mengamati secara langsung dengan

penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap, observasi

dalam penelitian ini di lakukan secara tidak langsung (observasi non

partisipatif), peneliti hanya sebagai pengamat independen yaitu di lakukan

dengan cara peneliti secara langsung berada dalam lokasi penelitian, dan

hanya pada saat melaksanakan penelitian, dan tidak terlibat langsung dalam

kegiatan kegiatan yang berkaitan dengan masalah yang sedang di teliti.

Sehingga peneliti dapat dengan jelas mengetahui gejala-gejala yang timbul

atau masalah yang ada di lapangan.

Metode observasi ini di gunakan sebagai metode pelengkap dalam

proses pengumpulan data selama penelitian. Observasi di lakukan oleh

peneliti agar memperoleh kebenaran dari data yang di butuhkan, agar lebih

mudah mengingat sedikit banyak data yang perlu di catat atas kondisi yang

ada pada tempat penelitian. Teknik observasi yang penulis gunakan adalah

metode observasi tidak langsung yaitu dengan mengamati program Dinas

Sosialsebagai upaya pembinaan.36

c. Metode Dokumentasi merupakan catatan secara tertulis yang berisi tentang

tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Metode dokumentasi adalah


35
Kartono Kartini, Pengantar Riset Social, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1996), 136.
36
Fatmawati “FungsiDinasSosialDalamPembinaanPengemis Di Kota Bandar Lampung”.skripsi,
(FakultasDakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Lampung 2017).
metode yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati data-data atau

benda tertulis.37 dokumen merupakan bahan informasi yang dihasilkn dari

suatu lembaga, yaitu lembaga sosial seperti majalah, pernyataan atau berita

yang disiarkan melalui sebuah media massa. Dokumen dapat berupa buku

harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus (case records)

dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya.

Sebagai objek yang di teliti dalam memperoleh informasi, peneliti

penyatukan informasi dari tiga sumber data yaitu tulisan (paper), tempat

(place) dan orang yang bersangkutan(people). Dokumentasi tersebut di

gunakan untuk menggumpulkan data dokumen hasil penelitian secara

ilmiah, adapun data-data yang di perlukan atau diambil adalah data-data

dari anggota pengemis dan dari Dinas Sosialwilayah Kota Palopo.

F. Tehnik Pengolahan Data

1. Teknik Pengolahan Data Editing (pemeriksaan data), proses editing

merupakan proses di mana peneiti melakukan klarifikasi, keterbacaan,

konsistensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul.

2. Koding Data (pemberian kode pada data), koding merupakan kegiatan

merubah data berbentuk angka/bilangan. Kegunaan koding ini adalah

untuk mempermudah pada saat analisis data dilakukan untuk memberikan

kode yang spesifik pada respon jawaban responden untuk memudahkan

proses pencatatan data.

37
Bimo walgito, psikologis social suatu pengantar, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), 32.
3. Recording Data (pencatatan data), yaitu proses pengolahan data yang

merekam atau mencatat suatu draf atau aplikasi computer guna

mempermudah dalammengelola data.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini yang dianalisis secara kualitatif

dan disajikan secara deskriptif, dengan langkah-langkah yaitu: Langkah Pertama,

penulis akan mengumpulkan data dengan mengolah dan menganalisis data primer

maupun sekunder yang berupa data kepustakaan, maupun informasi yang

diperoleh dari wawancara dan arsip ataupun dokumen dilapangan. Data yang

diperoleh ini disajikan dalam bentuk penyusunan data yang kemudian direduksi

dengan mengolahnya kembali. Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari

analisis.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis dilapangan. Kegiatan reduksi data ini berlangsung terus-menerus,

terjadi tahapan reduksi,seperti membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,

dan menulis memo.

Langkah kedua yaitu menggunakan teknik Triangulasi sebagai teknik

mengecek keabsahan data. Dimana pengertian Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam

membandingkan hasil wawancara terhadap objek panelitian. Triangulasi ini selain

digunakan untuk mengecek kebenaran data juga digunakan untuk memperkaya

data.
Langkah ketiga adalah kegiatan analisis menarik kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan diambil dari hasil analisis data yang diperoleh di lapangan

diperbandingkan dengan data yang diperoleh dari kepustakaan. Kesimpulan yang

awalnya belum jelas akan meningkat menjadi lebih terperinci. Metode yang

digunakan dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan analisis

kualitatif. Analisis kualitatf adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data

deskriptif, anaisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertullis serta

lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti sebgai sesuatu yang nyata.38

G. Tehnik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data yang

terkumpultanpa membuat generalisasi dari hasil penelitian tersebut. Beberapa

yang termasuk dalam teknik analisis data secara deskriptif, misalnya menyajikan

data ke dalam bentuk: Grafik, Tabel, Presentasi, Frekuensi, Diagram.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala alat yang digunakan selama penelitian

berlangsung, seperti saat mengumpulkan data, memeriksa data, menyelidiki suatu

masalah, mengelola, mennganalisis, dan menyajikan data-data secara sistematis

dan objektif dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu masalah. Adapun alat-alat

yang digunakan selama penelitian berlangsung, adalah:

1. Laptop digunakan untuk mengelola semua data-data yang valid.

38
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Pres, 1984), 13.
2. Kamera Handphone digunakan untk merekam baik itu dalam bentuk audio

dan video, pengambilan gambar dalam setiap wawancara dan informasi

yang di berikan secara langsung.

3. Buku dan Pulpen yang digunakan untuk mencatat segala hasil penelitian

lapangan.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini berupa deskripsi dan pembahasan mengenai gambaran

umum tempat penelitian dan pembahasan tentang proses pelaksanaan program

kerja dinas sosial kota palopo.

A. Deskripsi Data

1. Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Palopo

Dinas sosila merupakan unsur pelekasana otonomi daerah, dipimpin oleh

seorang kepala dinas, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

gubernur melalui sekertaris daerah. Dinas sosial mempunya tugas membantu

gubernur menyiapkan bahan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerinta provinsi di bidang sosial menurut undang-undang

pemerintahan daerah urusan itu sudah di bagi dalam beberapa kategori dan adapun

urusan yang paling utama yaitu pelayanan dasar yang bersifat wajib itu terdiri dari

ketentraman, ketertiban, pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan , dan sosial

serta tugas pembantuan lainnya.

2. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Palopo

VISI Dinas Sosial

“TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN SOSIAL YANG BERKUALITAS,

MANDIRI DAN BERMARTABAT”


MISI Dinas Sosial :

1. Meningkatkan Aksebilitas layanan perlindungan sosial untuk pemenuhan

kebutuhan dasar Pelayanan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS).

2. Melestarikan nilai-nilai kepahlawanan dan wawasan kebangsaan,

keperintisan dan kesetia kawanan sosial serta meningkat kan upaya

pengurangan resiko bencana.

3. Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Palopo


KEPALA DINAS

Awaluddin, SE,M.Si
NIP. 19650617 199302 1 001
Sekretaris

Awaluddin, SE,M.Si
NIP. 19650617 199302 1 001
Syamsul Alam, SIP.,M.Si
NIP. 19721227 199202 1 001

Sub. Bagian Umum


Awaluddin, SE,M.Si Sub. Bagian Perencanaan,
Dan Kepegawaian
NIP. 19650617 199302 1Keuangan,
001 Evaluasi dan Tindak
Lanjut
SAMRA. S.Sos
NIP. 19710110 200212 2 003
ERNAWATI, S.Sos
NIP. 19801102 200604 2 021

Awaluddin, SE,M.Si
NIP. 19650617 199302 1 001
Bid. Perlindungan dan Jaminan Bid. Rehabilitasi Sosial Bid. Pemberdayaan Sosial dan
Sosial Penanganan Fakir Miskin
MAKMUR, S.Sos MAS ALI MIMNG, SH
NIP. 19750306 200701 1 018 NIP. 19710414 200801 1 009
Dra. HERLIAH
NIP. 19660927 200212 2 004

MAKMUR, S.Sos MAKMUR, S.Sos


Seksi Rehabilitasi Sosial Anak dan
NIP. 19750306 200701 1 018 Seksi
NIP.Identifikasi dan Penguatan
19750306 200701 1 018
Seksi Perlindungan Sosial Korban Lanjut Usia
MAKMUR, S.Sos Kapasitas
Bencana Alam HAWA SEKO,
NIP. 19750306 B.SW1 018
200701 IRPANDI, SE
--------------------- NIP. 19650511 199102 2 002
NIP. 19721130200604 1 010
NIP.

--------------------- Seksi Rehabilitasi Sosial Seksi Pemberdayaan Masyarakat,


Seksi Perlindungan
NIP. Sosial Korban ---------------------
Penyandang Disabilitas Penyaluran Bantuan Sosial dan
Bencana Sosial NIP.
SURKIAH, SE Penataan Lingkungan
DANIEL RAMBA’, SH NIP. 19671230 200604 2 019 HIDAYAT ILYAS, SE
NIP. 19650808 198503 1 004 --------------------- NIP. 19780812 200801 1 014
NIP.
--------------------- ---------------------
Seksi Pelayanan
NIP. Jaminan Sosial Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan NIP.
Keluarga Korban Perdagangan Orang Seksi Pemberdayaan Kelembagaan,
KURNIAWAN MADJID, S.Sos ANDI EVI ARLIYANI BABBA, ST Kepahlawanan dan Restorasi Sosial
NIP. 19691203 199010 1 001 NIP. 19821023 201001 2 022

--------------------- ---------------------
NIP. NIP.
JOHN PAPEDEN LIMBONG BANDHASO,
S.IP
NIP. 19730614 200604 1 007

---------------------
NIP.

B. Pembahasan

1. Pealaksanaan kegiatan dinas sosial kota palopo

Berdasarkan pada penjelasan yang di uraikan dalam peraturan walikota

palopo nomor 36 tahun 2016 tentang susunan organisasi, kedudukan, tugas dan

fungsi serta tata kerja dinas sosial kota palopo.

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 7 peraturan

daerah kota palopo Nomor 8 tahun 2016 tentang

pembentukan dan susunan perangkat daerah maka perlu

mengatur susunan organisasi, kedudukan, tugas dan fungsi

serta tata kerja pada dinas sosial kota palopo yang di tetapkan

dengan peraturan walikota palopo

Mengingat: 1) Undang-undang nomor 11 tahun 2002 tentang pembentukan

kabupaten memasa dan kota palopo di provensi sulawesi

selatan (lembaran negara republik indonesia tahun 2002

nomor 24, tambahan lembaran negara republik indonesia

nomor 4186);

2) undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan

informasi publik (lembaga negara tahun 2008 nomor 61,

tambahan lembar5an negara nomor 4856);

3) undang-undang nomor 11 tahun 2009 tentang kesejaterahan

sosial (lembaga Negara tahun 2009 nomor 12);


4) undang-undang nomor 12 tahun 2011, tentang pembentukan

peraturan perundang-undang nomor 82, tambahan lembaran

negara republik indonesia nomor 4389);

5) undang-undang nomor 13 tahun 2011, tentang penanganan

fakir miskin (lembaran negara republik indonesia tahun 2011

nomor 83);

6) undang-undang nomor 5 tahun 2014, tentang aparatur sipil

negara (lembaran negara republik indonesia tahun 2014

nomor 6, tambahan lembaran negara republik indonesia

nomor 5494);

7) undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan

daerah sebagaimana telah diubah terakhir denganundang-

undang nomor 9 tahun 2015 tentang perubahan kedua

undang-undang 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah

(lembaga negara republik indonesia tahun 2015 nomor 58,

tambahan lembaran negara republik indonesia nomor 5679);

8) undang-undang nomor 30 tahun 2014, tentang administrasi

pemerintahan (lembagara negara republik indonesia tahun

2014 nomor 292, tambahan lembaran negara republik

indonesia 5601);
9) peraturan pemerintahan republik indonesia nomor 18 tahun

2016 tentang perangkat daerah);peraturan presiden nomor 46

tahun 2015, tentang kementrian sosial.39

2. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Sosial Kota Palopo.

Dinas sosial membagi bidang dalam melaksanakan urusan untuk

menanggulangi kemiskinan di Kota Palopo Yaitu;

a. Bidang perlindungan dan jaminan sosial

Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai tugas pokok

membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pelayanan perlindungan dan

jaminan sosial, Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial mempunyai fungsi :

1. perumusan kebijakan di bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial;

Program perlindungan sosial pada hakekatnya memiliki tujuan

mulia untuk mengatasi kemiskinan dan kerentanan sosial melalui upaya

peningkatan dan perbaikan kapasitas penduduk dalam melindungi dirinya

dari bencana dan kehilangan pendapatan. Indonesia telah memiliki Program

perlindungan sosial yang bervariasi, mulai dari Kartu Indonesia Pintar

(KIP), Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA), Kartu Pra Kerja,

Program Bidikmisi Anak Usia Sekolah, Program Keluarga Harapan (PKH),

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Bantuan Sosial Pangan (BSP),

Program Beras Untuk Keluarga Sejahtera (Rastra), Bantuan Pangan Non

39
Peraturan Walikota Palopo Nomor 36 tahun 2016, “Tentang Susuna Organisasi, Kedudukan, Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial Kota Palopo”, Pemerinta Kota Palopo.
Tunai (BPNT), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Bantuan Usaha Usia

Kerja/Produktif Kelompok Usaha Bersama (KUBE), Pelatihan UMKM,

Subsidi energi listrik dan gas 3 kg, BPJS Ketenagakerjaan, Asistensi dan

Rehabilitasi Lanjut Usia, bantuan Rumah Tidak Layak Huni/Bantuan

Stimulan Perumahan Swadaya (RTLH/BSPS) dan lain sebagainya. Namun

demikian, meskipun memiliki banyak program perlindungan sosial, target

dan akurasi, serta cakupannya masih sangat rendah terutama disektor

informal dan berpotensi tumpang tindih.

Perlindungan sosial terdiri dari bantuan sosial dan jaminan sosial.

Bantuan sosial adalah transfer uang, barang, dan jasa dari pemerintah

kepada penduduk miskin/rentan miskin tanpa mensyaratkan adanya

kontribusi iuran tertentu. Sedangkan jaminan sosial adalah perlindungan

dengan skema asuransi yang mensyaratkan adanya besaran iuran tertentu

kepada para pesertanya.perlu digitalisasi penyaluran bansos melalui

pengunaan platform digital melalui data yang terintegrasi, pembukaan satu

rekening bansos, dan dalam penyaluran pembayarannya dapat melalui

Fintech atau ojek online.

2. pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial;

Koordinasi adalah salah satu fungsi manajemen yang tidak bisa

terpisah dari fungsi manajemen lainnya karena fungsi koordinasi adalah

fungsi yang menghubungkan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Banyak


literatur mengatakan bahwa fungsi koordinasi merupakan fungsi

manajemen yang paling penting. Dengan mengoptimalkan fungsi

koordinasi, organisasi akan menjadi semakin baik dan menghindari resiko

yang mengancam organisasi.

Koordinasi yang dimaksud di sini bagai mana dinas sosial bidang

perlindungan dan jaminan sosial selalu melakukan kordinasi kepada kepala

dinas sosial untuk mengetahui apa-apa saja yang menjadi kendal di dalam

mencega kemiskian maka dari itu kepala dinas sosial la yang memutus kan

kebijakan apa dan langkah apa yang harus dia pilih untuk mencegah

kendala tersebut.

3. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kebijakan di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial;

Bidang jaminan sosial dan perlindungan sosial juga memiliki

fungsi untuk memberikan pembinaan serta pengawasan kepada masyarakat

miskin agar tidak terjadi hal yang dapat menyababkan kecurangan dalam

menyalurkan bantuan dan melakukan pembinaan bagi masyarakat yang

memiliki kewajiban untuk di bina.

Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan

terhadap pola kehidupan yangdi rencanakan. Setiap manusia memiliki

tujuan hidup tertentu dan ia memiliki keinginan untukmewujudkan tujuan

tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak tercapai maka manusia


akanberusaha untuk menata ulang pola kehidupannya.Pengertian

Pembinaan Menurut Psikologi Pembinaan dapat diartikan sebagai

upayamemelihara dan membawa suatu keadaan yang seharusnya terjadi

atau menjaga keadaansebagaimana seharusnya. Dalam manajemen

pendidikan luar sekolah, pembinaan dilakukandengan maksud agar kegiatan

atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai denganrencana atau

tidak menyimpang dari hal yang telah direncanakan.

4. pengelolaan dan fasilitasi kegiatan di bidang Perlindungan dan Jaminan

Sosial;

bidang perlindungan dan jaminan sosial juga menyediakan fasilitas

yang dapat berguna bagi komunitas miskin ini berguna untuk

meningkatkan skill dan pengetahuan mereka agar mereka dapat membuat

peluang usaha. Penting nya pembinaan serta pentingnya fasilitas yang di

butuhkan masyrakat miskin ini menjadi dorongan untuk menciptakana

kesejaterahan.

Menajemen fasilitas adalah proses menata fasilitas secara

keseluruhan, sehingga dapat dihindara adanya pemborosan, ditingkatkannya

efesien penggunaan barang dan pengawasan fasilitas. Manajemen fasilitas

merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan di usahakan

secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara berlanjut,

terhadap benda-benda pendidikan agar senantiasa siap pakai, efektif dan

efesien guna membantu tercapainya tujuan yang telah di tetapkan.


Fasilitas adalah sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan

pelaksanaan suatu usaha. Sesuatu yang dapat memudahkan dan

melancarkan pelaksanaan suatu usaha. Sesuatu yang dapat memudahkandan

melancarkan suatu usaha tersebut biasanya berupa benda-benda atau uang.

5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang Perlindungan dan

Jaminan Sosial;

bidang perlindunga dan jaminan sosial juga bertanggung jawab

untuk mengevaluasi komunitas miskin ini berguna agar bantuan dapat di

berikan sesui dari tuporsi komunitas miskin tersebut dan memlukan

pelaporan kegiatan bahwa kebutuhan telah tercapai dan juga pelaporan

terhadap apa yang mereka butuh kan.

Evaluasi adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan

ke arah tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam

perusahaan, pengertian evaluasi adalah proses pengukuran akan efektifitas

strategi dalam upaya mencapai tujuan bagi perusahaan. Contohnya evaluasi

proyek. Hal-hal yang dievaluasi dalam proyek adalah tujuan dan

pembangunan proyek, apakah sudah tercapai atau tidak, apakah sesuai

dengan rencana atau tidak, jika tidak, apa yang membuatnya tidak tercapai,

apa yang harus dilakukan agar sesuai. Hasil yang ditimbulkan dari evaluasi

adalah bersifat kualitatif.

6. pelaksanaan administrasi di bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial;


bidang perlindungan dan jaminan sosila atau Dinas Sosial juga

melakukan kerja sama terhadapa beberapa oknum pemerintahaan, kerja

sama yang dimaksusd disisni seperti bantuan keuangan atau dana, bantuan

fasilitas kesehatan, serta bantuan untuk melakukan pendataan komuntas

miskin yang berhak mendapatkan bantuan.

Administrasi memiliki pengertian dalam arti luas, yaitu

Adminstrasi merupakan proses kerjasama beberapa individu dengan cara

yang efisien dalam mencapai tujuan sebelumnya Hal tersebut

menyelesaikan bahwa serangkaian kegiatan yang memerlukan proses kerja

sama dan bukan merupakan hal yang baru karena dia telah timbul bersama-

bersama dengan timbulnya pemindahan manusia.

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas di bidang

Perlindungan dan Jaminan Sosial.

Pengertian fungsi menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

merupakan kegunaan suatu hal, daya guna serta pekerjaan yang dilakukan.

Fungsi merupakan sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang

sama berdasarkan sifatnya, pelaksanaan ataupun pertimbangan lainnya.

Adapu tugas dari bidang perlindungan dan jaminan sosial yaitu;

1. Mengoordinasikan penyusunan rencana kerja Bidang berdasarkan Renstra,

Renja, usulan unit kerja yang ada dan skala prioritas untuk kejelasan

rencana;
2. Mengoordinasikan penyusunan kebijakan umum dan teknis Bidang

berdasarkan usulan unit kerja yang ada dan skala prioritas untuk pedoman

pelaksanaan tugas;

3. Mengoordinasikan pengumpulan, pengolahan dan penelaahan

data/informasi sebagai bahan perumusan kebijakan umum dan teknis

operasional;

4. Mendistribusikan tugas kepada bawahan dengan memberi petunjuk dan

memeriksa hasil kerja bawahan agar tercapai efektifitas kinerja.

5. Mengoordinasikan pelaksanaan program penanganan korban bencana,

pendayagunaan Tagana dan relawan sosial pada saat tanggap darurat;

6. Mengoordinasikan pelaksanaan pengendalian dan pengawasan pendamping

Program Keluarga Harapan (PKH) dalam melaksanakan tugas

pendampingan;

7. Mengoordinasikan pelaksanaan pengelolaan dan pendistribusian logistik

bencana;

8. Mengoordinasikan pelaksanaan pendampingan sosial fakir miskin.

9. Mengoordinasikan pelaksanaan pemberian bantuan stimulan dan penataan

lingkungan bagi fakir miskin;

10. Mengoordinasikan pelaksanaan program jaminan dan perlindungan sosial

bagi fakir miskin;

11. Mengoordinasikan pelaksanaan identifikasi dan pemetaan fakir miskin;

12. Mengoordinasikan pelaksanaan rekomendasi pemberian bantuan sosial bagi

individu/kelompok/masyarakat yang mengalami resiko social;


13. Mengoordinasikan pelaksanaan rekomendasi pembebasan biaya perawatan

bagi keluarga miskin;

14. Mengoordinasikan pelaksanaan rekomendasi pemberian bantuan biaya

hidup bagi penunggu pasien keluarga miskin;

15. Mengoordinasikan pelaksanaan rekomendasi pemberian bantuan transport

bagi orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan.

16. Mengoordinasikan pelaksanaan kerjasama dengan pemerintah pusat,

provinsi, kabupaten/kota lainnya, dalam upaya meningkatkan pelayanan

Jaminan dan jaminan sosial;

17. Mengoordinasikan inventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan

perlindungan dan jaminan sosial, serta menyajik analternatif

pemecahannya;

18. Menyelia pelaksanaan tugas Bidang dengan mengarahkan bawahan untuk

optimalisasi tugas;

19. Mengoordinasikan pelaksanaan kerjasama dengan instansi terkait dalam

rangka mendukung pelaksanaan tugas;

20. Melaksanakan pengendalian, monitoring dan evaluasi program Bidang agar

dapat berjalan efisien dan efektif;

21. Mengoordinasikan penyiapan bahan penyusunan Laporan Kinerja (LKj),

LKPJ, LPPD, dan laporan kedinasan lainnya di bidang ketugasan sesuai

prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk ketepatan laporan instansi;


22. Mengoordinasikan penyiapan bahan penyusunan Laporan Kinerja (LKj),

LKPJ, LPPD, dan laporan kedinasan lainnya di bidang ketugasan sesuai

prosedur dan ketentuan yang berlakuu ntuk ketepatan laporan instansi;

23. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Atasan dalam rangka

pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah di bidang ketugasan;

24. Memaraf naskah dinas sesuai tugas dan kewenangannya untuk keabsahan

naskah dinas di bidang ketugasan;

25. Mengoordinasikan penyusunan laporan pelaksanaan tugas Bidang sesuai

prosedur dan ketentuan yang berlaku sebagai pertanggungjawaban dan

bahan rencana yang akan dating;

26. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Atasan sesuai bidang tugasnya

dengan penuh tanggung jawab.

b. Bidang Rehabilitas Sosial

Bidang Rehabilitasi Sosial mempunyai tugas membantu Kepala Dinas

dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan Bidang Sosial

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Rehabilitasi

Sosial mempunyai fungsi:

1. penyiapan bahan penyusunan program kerja dan rencana kerja bidang

pelayanan sosial balita terlantar, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi

sosial anak berhadapan dengan hukum dan memerlukan perlindungan khusus,


pelaksanaan rehabilitasi sosial lanjut usia, rehabilitasi sosial penyandang

disabilitas, tuna sosial dan korban perdagangan orang;

2. penyiapan bahan penyusunan perumusan kebijakan bidang pelayanan sosial

balita terlantar, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial anak

berhadapan dengan hukum dan memerlukan perlindungan khusus,

pelaksanaan rehabilitasi sosial lanjut usia, rehabilitasi sosial penyandang

disabilitas, tuna sosial dan korban perdagangan orang sesuai dengan lingkup

tugasnya;

3. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan bidang pelayanan sosial balita

terlantar, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial anak berhadapan

dengan hukum dan memerlukan perlindungan khusus, pelaksanaan

rehabilitasi sosial lanjut usia, rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, tuna

sosial dan korban perdagangan orang sesuai dengan lingkup tugasnya;

4. pelaksanaan kebijakan bidang pelayanan sosial balita terlantar, rehabilitasi

sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial anak berhadapan dengan hukum dan

memerlukan perlindungan khusus, pelaksanaan rehabilitasi sosial lanjut usia,

rehabilitasi sosial penyandang disabilitas, tuna sosial dan korban perdagangan

orang sesuai dengan lingkup tugasnya;

5. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang pelayanan sosial

balita terlantar, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial anak

berhadapan dengan hukum dan memerlukan perlindungan khusus,

pelaksanaan rehabilitasi sosial lanjut usia, rehabilitasi sosial penyandang


disabilitas, tuna sosial dan korban perdagangan orang sesuai dengan lingkup

tugasnya;

6. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai

dengan bidang tugasnya.

Bidang rehabilitasi Sosial mempunyai seksi :

Seksi Rehabilitasi Sosial Anak, Lanjut Usia dan Penyandang Disabilitas

1. menghimpun dan menelaah peraturan perundang-undangan, petunjuk

teknis, petunjuk pelaksanaan dan pedoman/ketentuan lain berkaitan

dengan Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia;

2. menyusun rencana program dan kegiatan serta pelaksanaan pada Seksi

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia;

3. membagi tugas, memberi petunjuk dan mengevaluasi hasil kerja

bawahan dalam pelaksanaan tugas;

4. menyiapkan bahan perumusan kebijakan berkaitan dengan Seksi

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia;

5. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait dalam

pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi

Sosial Anak dan Lanjut Usia;

6. menyiapkanbahandan melaksanakan bimbingan teknis

dibidangrehabilitasi sosial bagi anak balita, pengangkatan anak,

rehabilitasi sosial anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum,anak


yang memerlukan perlindungan khusus, pelayanan dan aksesibilitas

sosial lanjut usia;

7. melaksanakan pelayanan sosial anak balita, pengangkatan anak,

rehabilitasi sosial anak terlantar, anak berhadapan dengan hukum, anak

yang memerlukan perlindungan khusus, pelayanan dan aksesibilitas

sosial lanjut usia;

8. melaksanakan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan program

dan kegiatan Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut

Usia;

9. menyusun laporan pelaksanaan program dan kegiatan serta realisasi

anggaran Seksi Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut

Usia;

10. dan melaksanakan tugas dinas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sesuai dengan tugas dan fungsinya

Seksi Rehabilitas Sosial, Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang

Seksi Rehabilitasi Tuna Sosial dan Korban Perdagangan Orang mempunyai tugas

menyiapkan melaksanakan dan memberikan bimbingan teknis, fasilitasi dan supervisi

kegiatan rehabilitasi sosial gelandangan, pengemis, bekas warga binaan lembaga

pemasyarakatan, korban tindak kekerasan, bekas tuna susila, dan korban perdagangan

orang serta orang dengan HIV/AIDS dan korban penyalahgunaan napza di luar panti.

c. Bidang pemberdayaan sosial 


Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial lmempunyai tugas pokok membantu

Kepala Dinas dalam melaksanakan pelayanan pemberdayaan

sosial bagi seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

mengalami masalah kesejahteraan sosial, dan lembaga atau perseorangan

sebagai potensi dan sumberdaya kesejahteraan sosial, serta komunitas adat

terpencil.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial

mempunyai fungsi :

1. perumusan kebijakan di bidang Pemberdayaan Sosial;

2. pengoordinasian dan pelaksanaan kebijakan di bidang PemberdayaanSosial;

3. pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kebijakan di bidang

Pemberdayaan Sosial;

4. pengelolaan dan fasilitasi kegiatan di bidangPemberdayaan Sosial;

5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang Pemberdayaan

Sosial;

6. pelaksanaan administrasi di bidang Pemberdayaan Sosial;

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh KepalaDinas di

bidangPemberdayaan Sosial

1. Faktor penghambat dalam pelaksanaan penyaluran bantuan dinas sosial kota

palopo dan upaya penanggulangan kemiskinan di kota palopo.

Dan adapun faktor yang menjadi menghambat dinas sosial dalam

menanggulangi komuntas miskin di Kota Palopo yaitu;


a) Faktor yang menjadi penghambat di Bidang perlindungan sosial salah

satunya adalah banyaknya bencana alam yang terjadi seperti banjir, longsor

dan kebakaran sehingga memungkinkan pasokan bantuan pendanaan menjadi

lebih sedikit dan kebutuhan korban bencana alam tersebut lebih besar.

b) Dengan demikian dinas sosial di bidang perlindungan selalu berupaya untuk

memenuhi kebutuhan tersebut dengan salah satu cara yaitu membuka donasi

bagi para donatur yang ingin mengulurkan tangan.

c) Faktor yang menjadi penghambat di bidang rehabilitas sosial yaitu banyaknya

anak yang terlantar dan pengangguran dalam hal ini dinas sosial rehabilitas

berupaya untuk memberikan bantuan kepada anak-anak tersebut dengan cara

memberikan pelatihan keterampilan agar mereka dapat bekerja dan

berpenghasilan secara mandiri.

d) Faktor yang menjadi penghambat pemberdayaan perempuan yaitu

perempuan rawan sosial ekonomi yang dimasud perempuan rawan sosial

ekonomi adalah perempuan dewasa yang sudah menikah ataupun belum dan

tidak memiliki penghasilan sehingga tugas pemberdayaan sosial adalah

memberikan bantuan melalui program BASTRA beras sejahtera untuk

memenuhi kebutuhan sehari hari.

Manusia memiliki berbagai tuntutan yang harus dipenuhi sesegera

mungkin. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan dasar (basic needs),

dan oleh karena itu kebutuhan dasar ini terikat dengan kehidupan dan

kelangsungan hidup manusia. Apabila keinginan-keinginan dasar tersebut tidak

segera ditanggulangi maka akan menimbulkan masalah bagi masyarakat, seperti


orang tersebut tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya atau menjadi sejahtera

secara sosial. Salah satu tujuan dinas sosial kota palopo yaitu mendorong

masyarakat untuk mendaftar serta mendapatkan bantuan untuk menanggulangi

kemiskinan. Lambatnya masyarakat penerima dalam menerima bantuan bakti

sosial menjadi kendala dalam pelaksanaan penyaluran bantuan; mereka

berpendapat bahwa mereka lambat untuk mengambilnya karena ada halangan,

maka mereka lambat untuk mengambilnya. Akibatnya, dinas sosial membatasi

pengumpulan bantuan; misalnya, ketika mereka tidak menerima bantuan selama

empat bulan, lembaga akan menghapus data penerima bantuan karena mereka

dianggap mampu dan tidak memerlukan bantuan. Seharusnya dinas sosial tidak

harus menunggu penerima bantuan datang ke dinas untuk mengambil tapi dinas

juga harus bisa menyalurkan bantuan langsung ke penerima bantuan. Sehingga

bantuan tidak tertumpuk di dinas.

3. Realita Komunitas Miskin Kota Palopo

Pada bagian pembahasan tugas dan fungsi dinas sosial kota palopo telah

dijelaskan bahwasanya fungsi dinas sosial terbagi atas tiga bidang yaitu: jaminan

dan perlindungan sosial, pemberdayaan sosial dan rehabilitas sosial dengan

demikian para anggotanya bisa menjalankan fungsi dan tujuan mereka dengan

sangat baik adapun kendala yang mereka lalui sudah bisa di atasi dengan sangat

mudah sehingga dapat di simpulkan bahwa dinas sosial kota palopo sudah mampu

mengatasi peningkatan jumlah kemiskin di kota tersebut.


Adapun yang mejadi prestari dan kinerja dinas sosial dalam

menanggulangi kemiskinan di kota palopo

1. Pemkot Palopo Melalui Dinas Sosial Kota Palopo Salurkan Rastra Tahap

Pertama

Pemkot Palopo Melalui Dinas Sosial Kota Palopo menyalurkan bantuan

Rastra tahap pertama, sesuai arahan Walikota Palopo HM.Judas Amir MH,

dilakukan dengan pengantaran langsung ke Keluarga Penerima Manfaat

(KPM) se Kota Palopo. Dimulai Senin 13 April 2020 sampai 16 April

2020.

Informasi dari Kepala Bidang (Kabid) Perlindungan dan Jaminan Sosial

(Linjamsos) Dinsos Palopo, Rosnida, SH.,MH, bahwa mengenai Program

bantuan beras Raskin daerah Kota Palopo tahun 2020 kepada 4.359

keluarga penerima manfaat (KPM), Kota Palopo disalurkan untuk tahap

pertama periode bulan Januari sampai dengan Maret 2020.

“Untuk itulah, kita benar-benar menyalurkan langsung kepada penerima

rastra daerah dengan teliti, diserahkan langsung untuk mencegah covid 19,

dan disaksikan tim” jelasnya.

Terkait Penyaluran Rastra Daerah tahun 2020 disampaikan untuk

pelaksanaannya kepada Camat/Lurah, Dan tim yang dilibatkan Pekerja

Sosial Masyarakat (PSM) , Satpol PP, Personil Damkar dan TRC BPBD

Kota Palopo, untuk mendukung, kerjasama, dan pengawasannya.


Tim dan Aparat Kelurahan mengantar langsung ke rumah keluarga

penerima manfaat KPM untuk menghindari kerumunan dan penyebaran

covid 19 kemudian setiap tim yang memberikan beras Raskin tersebut

mengambil dokumentasi foto pada setiap penyerahan keluarga Penerima

Manfaat (KPM).40

2. Raskin APBD Tahap II Mulai Disalurkan ke 4.359 KK se Palopo

Dinas Sosial (Dinsos) Kota Palopo, mulai mendistribusikan Raskin (Beras

Miskin) daerah Kota Palopo untuk alokasi triwulan II, periode April-Juni

2019. Total penerima raskin yang dibiayai APBD Kota Palopo sebesar

4.359 KK dengan total beras 130.770 kg untuk tiga bulan. Penyaluran

raskin daerah yang diprogramkan Wali Kota Palopo HM Judas Amir itu

dilakukan mulai Rabu hingga Selasa pekan depan, 19 – 25 Juni 2019.

Kepala Dinas Sosial Kota Palopo, M Tahir mengungkapkan, dalam

distribusi raskin, pihaknya menjadwalkan 5 hari kerja. Untuk hari

pertama, Dinsos Palopo menyalurkan raskin di wilayah Kecamatan Wara

Utara dan Bara. Selanjutnya, Kamis, 20 Juni, Dinsos akan kembali

menyalurkan raskin di wilayah kecamatan Telluwanua.

Pada hari Jumat, di wilayah kecamatan Wara Barat dan Wara Timur yang

akan disasar Dinsos.

40
tekape.co,Pemkot Palopo Melalui Dinas Sosial Kota Palopo Salurkan Rastra Tahap Pertama,
(diakses rabu 13 april 2022, pukul 14:27)
“Senin dan Selasa, 24 dan 25 Juni, Dinsos akan menyalurkan raskin di

wilayah kecamatan Wara Selatan dan Mungkajang,” kata M. Tahir. Rabu,

19 Juni 2019.

Terpisah, Lurah Belandai, Hamsir, mengatakan bahwa khusus Kelurahan

Belandai, distribusi Raskin yang pihak nya terima Total sebanyak 2.130

per tiga Bulan.

Hamsir juga mengatakan bahwa kualitas beras sangat berbeda dengan

beras Raskin Sebelumnya.

“Yang kami terima sebanyak 2.130kg/3 Bulan dan alhamdulillah kualitas

beras Raskin saat ini juga sangat memuaskan warga khususnya Kelurahan

Belandai,” jelasnya.

Sekadar diketahui, total jumlah keseluruhan Keluarga yang akan menerima

raskin di Kota Palopo sebanyak 4.359 KK.

Wara Utara 582 KK, Bara 438 KK, Telluwanua 628 KK, Wara Barat 375

KK, Wara Timur 695 KK, Wara 546 KK, Sendana 336 KK, Wara Selatan

388 KK, dan Mungkajang 371 KK41

Dinas Sosial juga memiliki program utama atau proram wajib yang menjadi

acuan untuk mensejaterahkan komunita miskin program bantuan tersebut seperti;

1. Program Rehabitasi Rumah Tidak Layak Huni


41
tekape.co,raskin-apbd-tahap-ii-mulai-disalurkan-ke-4-359-kk-se-palopo,(diakses rabu 13 april
2022, pukul 14:27)
Program rehabilitas rumah tidak layak huni adalah salah satu program

Khusus dari Dinas Sosial Kota Palopo yang dimana program ini bersumber

langsung dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Palopo APBD

2. program bantuan Pangan non tunai (BPNT)

Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) atau Kartu Sembako merupakan

bansos yang disalurkan oleh pemerintah setiap bulannya. Pemerintah

menyediakan BPNT atau Kartu Sembako untuk membantu masyarakat dari

keluarga miskin atau rentan miskin untuk membeli kebutuhan pokok.

Dinas Sosial mulai menyalurkan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),

Rabu 28 Movember 2018. Penyaluran Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)

ini diawali di Kecamatan Wara Timur, dan berakhir pada 10 Desember

2018 di Kecamatan Telluwanua. Peserta non PKH akan mendapatkan top

up dana sebesar Rp110.000 pada KKS setiap bulannya, yang bisa

dibelanjakan di 24 e-warung se Kota Palopo.

Kepala Dinas (Kadis) Sosial Palopo, M Tahir mengatakan penyaluran


perdana Kartu Kesejahtraan Sosial (KKS) yang disebut BPNT tersebut
akan diberikan kepada penerima non Program Keluarga Harapan (PKH) di
Kecamatan Wara Timur.

“Penyaluran perdana KKS atau yang disebut BPNT akan diberikan kepada
penerima PKH secara keseluruhan dan warga penerima PKH bisa
mendapatkan bahan pokok dalam BPNT melalui transaksi non-tunai
seperti beras dan telur ayam,” terang Tahir, Selasa 27 November 2018.

Ia juga mengatakan bahwa warga bisa mendapatkan bahan pokok dalam


BPNT melalui transaksi non-tunai di 24 e-warung yang merupakan agen
Bank BNI yang tersebar di 9 kecamatan di Kota Palopo.
3. Program keluarga harapan

PKH adalah program yang dibuat sebagai upaya percepatan

penanggulangan kemiskinan. PKH membuka akses keluarga miskin

terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan

kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di

sekitar mereka.

4. Penanganan kemiskinan dalam pandangan fiqh siyasah

Fiqih Siyasah adalah ilmu yang mempelajari peraturan urusan umat dan

negara dengan segala bentuk hukumnya, peraturan, dan kebijaksanaan yang dibuat

oleh pemegang kekuasaan yang sejalan dengan dasar-dasar ajaran dan syari’at

untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Istilah Fiqih Siyasah seringkali disebut

sebagai ilmu tata negara, dalam hal ini berada pada konsep negara Islam.

Maka dari itu peninjauan tentang Peran Dinas Sosial dalam penanganan

kemiskinan yang dimana Dinas sosial adalah perpanjang tangan Pemerintah

daerah disini penulis menggunakan sudut ilmu hukum tata negara dalam konsep

negara Islam (fiqih Siyasah). Mengingat, pemebentukan peraturan daerah oleh

pemeritah adalah permasalahan-permasalahan konsitusi, Lembaga negara dan

kewenangannya, dan terkait peraturan perundang-undangan yang merupakan

objek kajian ilmu hukum tata negara. Sehingga penulis mencoba menggunakan

pendekatan dalam permasalahan dari Peran Dinas Sosial pemerintah Kota Palopo

menggunakan tinjauan Fiqih Siyasah (ilmu hukum tata negara dalam konsep

negara Islam). Didalam fiqih Siyasah terdapat beberapa pembagian bidang yang
merupakan objek kajian fiqih siyasah itu sendiri. Objek kajian dibagi yang

merupakan objek kajian fiqih siyasah itu sendir. Objek kajian dibagi menjadi tiga

bagian yaitu Siyasah Dusturiyah, Siyasah dauliyah/Siyasah Kharajiyah, Siyasah

Amaliyah. Dalam hal ini penulis Akan mengaitkan dengan Fiqih Siyasah

Dusturiyah yang mengkaji tentang administrasi Pemerintah atau Idariyah oleh

birokrasi/eksekutif.

Jika Dilihat dalam sejarah Islam tentang bagaimana pemerintah Islam

meningkatkan Kemakmuran dari masa ke masa terhitung dari masa Nabi dan

Sahabatnya sampai kemasa Umayyah dan Abbasiyah dalam menjalankan

perekonomian Umat Islam pada waktu itu. Umat Islam pada masa Nabi sangat

Berjaya karna Nabi menggunakan prisip kesejahteraan dan kemakmuran atas

rakyat begitu juga dilanjutkan denga Abu Bakar al-Shidiq. Pada masa Khalifah

kedua setelah Abu bakar, Umar berusaha memanfaatkan keuangan Negara

tersebut untuk mensejahterakan rakyatnya untuk itu Umar memberi tunjangan

kepada kaum muslimin pemberiaan ini diatur berdasarkan nasab kepada Nabi

senioritas dalam masuk Islam serta jasa dan perjuangan mereka dalam

menegakkan Islam. Selain dari itu Umar juga menyediakan dana kesejahteraan

kepada setiap fakir miskin dan anak-anakterlantar sebesar 100 dirham yang

diambil dari Bait al-Mal dan disimpankan oleh walinya makin besar anak itu,

pemberian untuknya pun semakin besar pula. Dengan begitu Umar member

tunjangan sosial kepada setiap jiwa yang berhak untuk itu pertama kali dalam

sejarah Islam Umar mengadakan “sensus penduduk” untuk mengetahui cacah.

Jiwa yang berhak menerima bantuan untuk daerah Madinah Umar sendiri yang
menyerahkan pemberian tersebut kepada rakyatnya demikian juga dengan

kabilah-kabilah yang tidak jauh dari Madinah adapun untuk pemberian di daerah

dilakukan oleh kepala-kepala daerah setempat dengan dasar system yang telah

digariskan Umar.42

Bukan hanya merupakan lembaga penasihat kepala negara, yang

nasihatnya dapat diterima dan dapat juga ditolak sesuai dengan kehendak kepala

negara yang bersangkutan, dalam kaitan Al-Quran memerintahkan:

‫َوالَّ ِذي َْن ا ْستَ َجاب ُْوا لِ َربِّ ِه ْم َواَقَا ُموا الص َّٰلو ۖةَ َواَ ْم ُرهُ ْم ُش ْو ٰرى بَ ْينَهُ ۖ ْم َو ِم َّما‬

‫ۚ ر َز ْق ٰنهُ ْم يُ ْنفِقُ ْو َن‬


َ
Terjemahnya

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan


melaksanakan salat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki
yang Kami berikan kepada mereka, . (QS. Ash-Shura/42: 38)

Ayat ini mewajibkan dilaksanakannya musyawarah dan juga mengarahkan

Kepala Negara bahwa setelah musyawarah tersebut beliau telah mengambil

Keputusan, maka beliau harus menagakkan dengan tekad yang bulat, dengan

bertakwa kepada Allah.

Melihat pembagian objek kajian diatas, pengkajian terhadap Kewenangan

Dinas Sosial masuk dalam pembahasan siyasah dusturiyah, karena dalam bagian

siyasah dusturiyah mengkaji tentang peraturan perundang-undangan, penetapan

42
Prof. H. A. Djazuli, “Fiqh siyasah : Implementasi kemaslahatan umat dalam rambu-rambu syariah”, Ed.
rev., Cet. 5.
hukum oleh lembaga legislative, peradilan dalam kerumahan yudikatif, dan

pelaksana pemerintah oleh kekuasaan eksekutif

Dalam konteks fiqih siyasah segala kebijakan harus bertujuan untuk

mewujudkan kemaslahatan umat, dan segala yang berpotensi

menimbulkanmudarat harus dijauhi dan dihindari. Ketika sebuah peraturan yang

memberikanPemerintah bertetangan dengan melanggar hak-hak sebuah

konstitusional ataudapat dikatakan hal ini tidak sejajar dengan kemaslahatan,

dapat pula dikatakan halini mengandung kemudaratan bagi rakyat serta tidak

menciptakan keadilan sosial. Oleh karenanya harus diputuskan kebijakan yang

tegas, bijaksana dalampemenuhan yang terkait hal tersebut.

Menurut konsep hukum tata negara Islam tugas untuk melaksanakan

undang-undang untuk melaksanakannya, negara memiliki kekuasaan eksekutif

yaitu disebut (al-sultah al-tanfidi’iyyah), Disini negara memiliki kewenangan

untuk menjabarkan dan mengantrualisasikan perundang-undangan yang telah

dirumuskan tersebut. Dalam hal ini, negara melaksanakan kebijakan baik yang

berhubungan dengan hubungan negara. Dalam konteks hukum tata negara Islam

Dinas Sosial dipadankan dengan gubernur yang mana gubernur merupakan

lembaga eksekutifyang berada didaerah provinsi. Dalam hal ini tugasnya adalah

melaksanakan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislative dalam

konteks negara Islam itu disebut dengan al-tasri’iyyah, lembaga ini adalah

lembaga negara yang menjalankan kekuasaan untuk membuat undang-undang.


Menurut Imam Al-mawardi dijelaskan bahwasanya tugas dari gubernur adalah

sebagai berikut:43

4. Pengelola pasukan, meningkatkan kemampuan mereka dalam semua

aspek,

melindungi agama, memungut sedekah, dan menentukan siapa yang

berhak

menerima sedekah, menegakkan dalam hak-hak Allah dan hak-hak

manusia.

5. Memutuskan hukum mengangkan jaksa, dan hakim.

6. Menjadikan imam dalam shalat-shalat juma’at dia sendiri yang

menjadi

imamnya atau mewakilkannya kepada orang lain.

7. Memberi kemudahan kepada warganya yang hendak mengerjakan

ibadah haji, dan orang-orang yang tidak termasuk warganya, hingga

mereka dapat menunaikan ibadah haji dengan lancar

Dapat disimpulkan bahwasanya Dinas Sosial hal itu dipadankan dengan

Gubernur dengan adanya tugas dari Gubernur itu salah satunya memberi

kemudahan kepada warganya yang hendak mengerjakan ibadah haji, dan orang-

orang yang tidak termasuk warganya , hingga mereka dapat menunaikan ibadah

haji dengan lancar.

Maka dari itu Dinas Sosial dapat dipadankan dengan Gubernur dalam

konteks hukum tata negara Islam Dalam konteks fiqih siyasah segala kebijakan

43
Imam Al-Mawardi, Al-Ahkam As-Sulthaniyyah, “Hukum-Hukum penyelenggaraan Negara
dalam Syariat Islam”, 53.
harus bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan umat, dan segala yang berpote

Pemerintah bertetangan dengan melanggar hak-hak sebuah konstitusional atau

dapat dikatakan hal ini tidak sejajar dengan kemaslahatan, dapat pula dikatakan

hal ini mengandung kemudaratan bagi rakyat serta tidak menciptakan keadilan

sosial. Oleh karenanya harus diputuskan kebijakan yang tegas, bijaksana dalam

pemenuhan yang terkait hal tersebut.

Dapat dikatakan bahwa Dinas Sosial itu disertakan dengan gubernur dalam

konteks negara Islam yang dapat dilihat dalam tugasnya yaitu memberi

kemudahan kepada warganya yang hendak mengerjakan ibadah haji, dan orang-

orang yang tidak termasuk warganya, hingga mereka dapat menunaikan ibadah

haji dengan lancar. Dasarnya bahwa gubernur dapat disepadankan dengan Dinas

Sosial dalam Konteks ketentuan secara Umum.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasrkan hasil penelitan dilapangan yang dilakukan oleh peneliti
terkaitperan Dinas Sosial Kota Palopo dalam menanggulangi kemiskinan di Kota
Palopo untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah yangditelilti dapat
ditarik kesimpulan;
1. Peran dari Dinas Sosial Kota Palopo terhadap PenanggulanganKemiskinan

di Kota Palopo dapat Dikatan sudah memberikan hasil yang maksimal di

karenakan program-program dari dinas sosial kota palopo dalam

menanggulangi kemiskinan sudah cukup baik tatapi pembagian yang yang

disalurkan kepada masyarakat masi belum merata atau tidaktepat pada

sasaran, ada yang seharusnya mendapatkan mala sebaliknya, halini

menyebabkan Dinas Sosial masi menggunakan data lama untukpenerima

bantuan.

2. Peran Dinas Sosial Kota Palopo dalam meanggulangi kemiskinan,telah

sesuai dan tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang adadalam fiqih

siyasah. Bahwasanya Dinas Sosial disetarakan dengan gubernurdalam

konteks Negara Islam. Keduanya memiliki tugas yang sama yaituuntuk

mewujudkan kemashlahatan umat.

B. Saran

Jika dilihat dan menganalisa hasil penilitian Mengenai peran Dinas Sosial

dalam penanganan kemiskinan, maka dalam penilitan ini dapat disarankan kepada

instansi terkait agar lebih serius lagi dalam menjalankan tugas-tugasnya khusus

dibidang penanganan kemisikinan, juga diharapkan kepada Dinas Sosial Kota


Palopo untuk melakukan pengawasan terhadap bantuan yang disalurkan kepada

masyarakat agar tidak terjadinya penyelewengan bantuan tersebut oleh petugas

maupun masyarakat, disini peniliti juga menyarankan agar Dinas Sosial

bekerjasama dengan Badan pusat stastik Kota Palopo agar melakukan Pendataan

ulang disetiap kecamatan atau kelurahan, untuk setiap tahunnya dengan demikian

dapat dikatakan bantuan akan tepat pada sasaranya.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,Prosedur Penelitian, Jakarta: Reneka Cipta), 140


Badan Pusat Statistik Kota Palopo, “Profil Kemiskinan Di Kota Palopo”.
https://palopokota.bps.go.id/pressrelease/2021/01/18/74/profil-
kemiskinan-kota-palopo-maret-2020.

Fatmawati,“Fungsi Dinas Sosial Dalam Pembinaan Pengemis Di Kota Bandar


Lampung”. Skripsi, UIN Lampung2017.

Departemen Agama, RI, Al-qur’an dan Tajwid, (Bandung: PT. Sygma Examedia
Arkanleeman, 2014),

Erlina Muji Utami, “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Pemalang


Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pembangunan Kawasan Pedesaan
Perspektif Maqasid Syari’ah”, Skripsi, Purwokerto: Institut Agama Islam
Negeri Purwokerto.

Diana, Ilfi,Nur, “Hadis-hadis Ekonomi”, Malang:UIN MALIKI PRESS, 2012

Filsa, A, Peran Dinas Sosial Terhadap Penyaluran Bantuan Sosial


SebagaiUpayaPenanggulangan Kemiskinan Di Kabupaten Sumbawa,
Skripsi, UniversitasMuhammadiyahMataram 2019.
Ibrahim,Sa’ad,M, “Konsep Kemiskinan Dalam Perspektif Al-Qur’an”, (malang,
UIN Press,2007), 17
Indonesia, P, R, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik,2008.
Iqbal, Muhammad, Fiqh Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam. (Jakarta:
Prenamedia Group),2014.
Ismardi, I, Telaah Fiqh Siyasah Dan Patologi SosialTerhadapKonsep Zero
Kemiskinan Dalam Lima Pilar Pembangunan KabupatenKampar. Hukum
Islam, 2015.
Kartini, Kartono, “Pengantar Riset Sosial”, (Bandung : CV Mandar Maju),1996.
Mardimin, Y, Dimensi kritis proses pembangunan di Indonesia, Penerbit
Kanisius, 1996.
Mardikanto, T. CSR (Corporate Social Responsibility)(tanggung jawab sosial
korporasi), Bandung: Alfabeta,2014.
Muna, Arif,Chasanul, “Prinsip-prinsip Penangnan Kemiskinan di Madina pada
Masa Nabi Muhammad SAW”, 2012.
Fahmi,Nurul, Anwar,Khairil, “Implementasi Peraturan Menteri Sosial Nomor 1
Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan Dalam Pemberian
Bantuan Kepada Masyarakat Miskin” Jurnal Syariah dan Ekonomi Islam,
Vol.1 No.2, (2020),
Najiati, S, Asmana, S, &Suryadiputra, I, N, N,  Pemberdayaan masyarakat di
lahan gambut, Wetlands International Indonesia Programme,2005.
Peraturan Walikota Palopo Nomor 36 tahun 2016, “Tentang Susuna Organisasi,
Kedudukan, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Sosial Kota
Palopo”, Pemerinta Kota Palopo.

Prof. H. A. Djazuli, “Fiqh siyasah : Implementasi kemaslahatan umat dalam


rambu-rambu syariah”, Ed. rev., Cet. 5.

Putri, N, Y, Tinjauan fikih siyasah terhadap implementasi rencana pembangunan


jangka menengah desa di Desa Alang-Alang Kecamatan Tragah
Kabupaten Bangkalan menurut undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya),2012.
Putri, M. K. V , “Mitigasi Bencana: Pengertian, Tujuan, Jenis dan Contohnya”.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/26/141402669/mitigasi-
bencana-pengertian-tujuan-jenis-dan-contohnya.

Rahaman, Kholiq, “Mengenal Bencana Sosial” (Jurnal BMKG Kota Yogyakarta),


2019

Ronny, Kuantoro,“Motede Penelitian”, Jakarta : Buana Printing, 2009.

Saripudin, A, Menajemen Rehabilitasi Sosial Di Kota Serang. Fakultas Ilmu


Sosial Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, 2017 .
Septian, M, E, Perana Dinas Sosial Dalam Memperdayakan Masyarakat Miskin
Melalui proram Harapan Di Desa Dame Kecematan Dolog Masihul
Kabupaten Sedang Badagai. Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, 2018 .
Setyaningrum, N, Fenomena pengemis anak di Pasar Klewer Surakarta,2014
Setiawan, Firman,“Kemiskinan Dan Pengatasannya Dalam Pandangan Islam”,
Jurnal Dinar Ekonomi Syariah Vol. 1, 2016,
Suhendra, K., & Kadmasasmita, A, D, Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Alfabeta, 2018.
Soetomo, “Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006)
Sulfanwandi, S, Pemikiran Tafsir Al-Munir Fi Al-Aqidah Wa Al-Syariah Al-
Manhaj Karya Dr. Wahbah Al-Zuhayli,  Legitimasi: Jurnal Hukum
Pidana dan Politik Hukum,2021.
Sulistiyani,A,T, “Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan”, (Yogyakarta:
Gaya Media, 2004),
Sumaryadi, I, N, Perencanaan pembangunan daerah otonom & pemberdayaan
masyarakat. Citra Utama,2005.
Suriyanti, A, Peran Dinas Sosial Dalam Penanganan Fakir Miskin Di Kota
Palopo. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar 2021 .
Walgito, Bimo. “Psikologis Sosial Suatu Pengantar”.Yogyakarta : Andi Offset,
2003.

Anda mungkin juga menyukai