Anda di halaman 1dari 29

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Jumlah Pendapatan

dan Pengeluaran Terhadap Kesediaan Membayar Jasa


Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Studi Kasus Karyawan Industri Manufakur Otomotif

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Mata Kuliah
Environmental Economic Valuation

Oleh:
Bramantio S (018201905001)
\ Efli Pratamadina (018201805001)
Simon Setyanto (004202005019)
Zainur Risky Ardiansyah (018201905002)

Environmental Engineering
President University
2021

1
DAFTAR ISI

1. INTRODUCTION............................................................................................3

1.1 Background...............................................................................................3

1.2 Research Question.....................................................................................4

1.3 Research Objective....................................................................................4

1.4 Reseacrh Scope..........................................................................................5

2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6

2.1 Pengertian Sampah....................................................................................6

2.2 Jenis-Jenis Sampah....................................................................................6

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran Nilai Kesediaan Membayar


Jasa Pengelolaan Sampah.....................................................................................7

2.4 Kesediaan Membayar (Willingness To Pay).............................................9

2.5 Konsep Willingness To Pay.....................................................................10

2.6 Contingent Valuation Method (CVM)....................................................12

2.7 Retribusi Sampah....................................................................................12

2.8 Penelitian Terdahulu................................................................................12

3. METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................14

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional.........................................14

3.2 Populasi Dan Sampel...............................................................................15

3.3 Jenis Dan Sumber Data...........................................................................15

3.4 Metode Pengumpulan Data.....................................................................16

3.5 Metoda Analisis.......................................................................................16

3.6 Kerangka Survey (Kuesioner).................................................................19

2
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri otomotif sangat bepengaruh terhadap perekonomian suatu negara. Hal
ini berkaitan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Perkembangan industri otomotif yang sangat pesat
akan mempengaruhi strategi pemerintah dalam menetapkan suatu kebijakan,
(Investments, 2017). Di Indonesia, sebagian besar pekerja otomotif berasal dari
daerah atau pendatang. Kebutuhan akan kehidupan yang layak seperti tempat
tinggal dan lingkungan hidup yang nyaman sangat diperlukan. Namun, kebutuhan
hidup tersebut tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah
sampah rumah tangga yang terklasifikasi kedalam sampah yang tidak dikelola
dengan baik.
Perkembangan pembangunan tempat tinggal untuk permukiman penduduk
berkembang pesat, hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya permintaan dari
masyarakat yang ingin memiliki tempat tinggal yang layak. Tempat tinggal
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting
dalam peningkatan harkat dan martabat serta mutu kehidupan yang sejahtera, adil
dan makmur. Namun tingginya tingkat permintaan pembangunan tempat tinggal
tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat kesadaran masyarakat mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga, bahkan tidak semua tempat tinggal,
pemukiman, dan/atau bahkan perumahan baru menyediakan tempat sampah sesuai
dengan jenis-jenis sampah yang dihasikan.
Peraturan Daerah yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2001
mempunyai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan
daya saing daerah. Konsekuensinya, setiap daerah dituntut untuk dapat mandiri
dengan mencari penerimaan daerah dan menggali potensi yang ada untuk dapat
melaksanakan pembangunan dalam rangka mencapai kesejahteraan masyarakat.
Sumber penerimaan daerah tersebut salah satunya berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD). PAD didapat dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan lain
3
diluar pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak daerah adalah pajak hotel, pajak
restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak parkir dan lain-lain. Retribusi daerah
antara lain retribusi pasar, retribusi kebersihan, retribusi izin usaha industri,
retribusi izin usaha dagang dan lain-lain.
Meningkatnya jumlah penduduk akan menimbulkan masalah sampah,
transportasi, permukiman, lingkungan, air, penyakit, sosial serta permasalahan
tataruang. Sampah dari aktivitas dan konsumsi masyarakat telah menjadi
permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat.
Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada pasal 5
menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan sesuai standar. Sampah
menjadi bermanfaat jika dikelola dengan optimal, oleh karena itu dalam
pengelolaaanya diperlukan penanganan yang serius dan biaya yang memadai,
salah satunya berupa retribusi yang dibayar oleh masyarakat (Kamalludin, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan, jumlah pendapatan dan
pengeluaran terhadap kesediaan seseorang untuk membayar jasa
pengelolaan sampah rumah tangga?
2. Bagaimana tingkat kesediaan/willingness to pay seseorang untuk
membayar jasa pengelolaan sampah rumah tangga?
3. Berapa besaran nilai yang dapat dibayarkan oleh seseorang dalam
pengelolaan sampah rumah tangga.

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisa faktor yang berpengaruh terhadap kesediaanseseorang untuk
membayar jasa pengelolaan sampah rumah tangga.

2. Menganalisa tingkat kesediaanseseorang untuk membayar jasa


pengelolaan sampah rumah tangga.

3. Mengetahui besarnya nilai yang dapat dibayarkan oleh seseorang dalam


pengelolaan sampah rumah tangga.

4
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini membahas tentang besaran nilai kesediaan responden dalam
membayar jasa pengelolaan sampah rumah tangga serta menganilsa 3 faktor yang
mempengaruhi kesediaan seseorang untuk membayar jasa pengelolaan sampah
rumah tangga, meliputi: tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, dan jumlah
pengeluaran. Responden penelitian adalah karyawan yang bekerja pada industri
manufaktur otomotif yang pernah tinggal sendiri. Metode analisa yang digunakan
adalah Contingent Validation Method (CVM). Teknik pengambilan data
menggunakan Purposive quoted sampling dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden.

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sampah


Sampah adalah suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan
harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dengan demikian, sampah
dapat berasal dari kegiatan industri, pertambangan, pertanian, peternakan,
perikanan, transportasi, rumah tangga, dan kegiatan manusia lainnya (Manik,
2007: 67).
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam
yang berbentuk padat (Suyoto, 2008). Laju produksi sampah terus meningkat,
tidak saja sejajar dengan laju pertumbuhan penduduk tetapi juga sejalan dengan
meningkatnya pola konsumsi masyarakat. Disisi lain kapasitas penanganan
sampah yang dilakukan masyarakat maupun pemerintah daerah belum optimal.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap lingkungan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya.

2.2 Jenis-Jenis Sampah


Jenis sampah berdasarkan zat pembentuknya, dibedakan sebagai sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik misalnya: sisa makanan, sayuran,
daun-daun kering dan sebagainya, dan sampah anorganik misalnya: logam-logam,
pecahan gelas, dan plastik.

a. Sampah Organik
Sampah Organik adalah merupakan barang yang dianggap sudah tidak
terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa
dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
b. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral
dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak
terdapat dialam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama (Manik, 2007: 67 - 68).

6
Sumber-Sumber Sampah Menurut Prihandarini (2004: 11), berdasarkan
sumbernya sampah digolongkan kepada dua kelompok besar yaitu:
a. Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari -harinya dihasilkan akibat
kegiatan manusia secara langsung, misalnya: dari rumah tangga, pasar,
sekolah, pusat keramaian, permukiman, dan rumah sakit.
b. Sampah non domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan oleh kegiatan
manusia secara tidak langsung, seperti dari pabrik, industri, pertanian,
peternakan, perikanan, kehutanan, transportasi, dan sebagainya.

Jenis sampah juga sering dikelompokkan menjadi:


1. Limbah benda padat (waste)
2. Limbah cair atau air bekas (sewage)
3. Kotoran manusia (human waste).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besaran Nilai Kesediaan Membayar


Jasa Pengelolaan Sampah
Berdasarkan penelitian oleh Awunyo-Vitor, dkk (2013), Hagos, dkk (2012), dan
Amiga (2002), aktor-faktor yang mempengaruhi besaran nilai kesediaan
membayar jasa pengelolaan sampah adalah:
1. Jenis Kelamin
Menurut Awunyo-Vitor, dkk (2013), jenis kelamin merupakan faktor yang dapat
berpengaruh untuk peningkatan pengelolaan sampah. Analisis pengaruh jenis kelamin
terhadap pengelolaan sampah terpadu disebabkan oleh adanya perbedaan karakter
personal yang dimiliki oleh laki – laki dan perempuan. Perempuan dianggap lebih
bersedia untuk membayar daripada laki - laki, karena secara tradisional itu adalah
peran perempuan untuk membersihkan rumah dan membuang sampah, dianggap lebih
memiliki kesadaran dan tanggung jawab dalam kebersihan. Sehingga akan lebih
bersedia membayar karena nantinya kebersihan lingkungan akan lebih baik.

2. Usia
Usia berpengaruh terhadap karakter seseorang, mulai dari pola pikir, kedewasaan
dalam bertindak, hingga tanggung jawab serta mengambil keputusan. Pola pikir dan
kedewasaan dari tiap individu dapat mempengaruhi kemauan dan kedisiplinan dalam
pengelolaan sampah. Tanggung jawab bisa mempengaruhi bagaimana keputusan

7
individu untuk memiliki kebersihan lingkungan yang lebih baik. Semakin tinggi usia
maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan bertindak juga semakin baik. Sehingga
tanggung jawab akan pengelolaan sampah yang lebih baik demi kebersihan dan
kelestarian lingkungan akan semakin tinggi. Namun dalam penelitian Rahim, dkk
(2012) di Kota Bharu Kelantan, hasil setuju bersedia membayar menunjukkan
kecenderungan orang yang lebih muda untuk membayar lebih berpeluang bersedia
membayar lebih tinggi. Karena kesadaran akan lingkungan dan kesehatan, mungkin
ini dikarenakan orang yang lebih muda masih berkaitan dengan lembaga – lembaga
akademik atau masih menempuh pendidikan daripada orang yang lebih tua.

3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan menunjukan pendidikan formal yang sudah atau sedang ditempuh
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pemikiran wawasan
serta pandanganya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih cepat dan tepat.
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan penilaian akan pentingnya
lingkungan yang lebih baik. Hal ini karena fakta bahwa sebagai individu yang
menerima pendidikan semakin tinggi, mereka cenderung untuk memahami perlunya
pengelolaan sampah yang lebih baik. Bisa juga karena kesadaran dan kebutuhan akan
kesehatan dan lingkungan yang lebih baik karena pendidikan yang semakin tinggi.
Menurut Awunyo-Vitor, dkk (2013). Pendidikan memiliki dampak positif dan
signifikan terhadap pengelolaan sampah. Dengan demikian, semakin lama individu
menghabiskan waktu untuk menempuh pendidikan, semakin besar peluang untuk
bersedia membayar lebih tinggi untuk pengelolaan limbah yang lebih baik.

4. Jumlah Anggota Keluarga


Variabel ini diharapkan memiliki efek positif pada kesedian untuk membayar. Karena
semakin banyak anggota keluarga, maka timbulan sampah yang dihasilkan akan
semakin besar pula. Sehingga tanggung jawab untuk mengelola sampah rumah tangga
tersebut lebih besar, oleh karena itu peluang untuk bersedia membayar akan lebih
tinggi. Namun Jumlah anggota keluarga sangat berkaitan dengan besarnya
pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka semakin
tinggi jumlah pengeluaran yang harus ditanggungnya. Tingginya pengeluran
menyebabkan alokasi penghasilan yang digunakan untuk membayar pengelolaan
sampah terpadu berkurang. Penelitian yang dilakukan Adenike.A.A dan O.B Titus

8
(2009) menghasilkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak memiliki pengarush
signifikan terhadap kesediaan membayar peningkatan pengelolaan sampah.

5. Karyawanan
Status karyawanan berpengaruh dalam menentukan kesediaan membayar. Karena jika
memiliki karyawanan maka akan mempengaruhi pendapatan, yang merupakan
fundamental utama untuk memutuskan bersedia membayar atau tidak. Responden
yang bekerja memiliki peluang lebih tinggi untuk bersedia membayar pengelolaan
sampah terpadu, karena memiliki pendapatan yang stabil (Rahim,dkk 2012).
Sehingga orang yang mempunyai karyawanan cenderung bersedia membayar lebih
tinggi.

6. Pendapatan Keluarga / Rumah Tangga


Variabel ini mengacu pada pendapatan uang bulanan rumah tangga. Ini termasuk
pendapatan dari semua sumber yang masih tinggal dalam satu rumah tangga.
Pendapatan merupakan fundamental dalam mengambil keputusan apalagi yang
bersangkutan dengan kesediaan membayar. Pendapatan yang cukup bahkan berlebih
menyebabkan orang memiliki kecenderungan untuk membayar karena sumber daya
keuangan yang dimiliki cukup. Ada kesepakatan umum dalam literatur ekonomi
lingkungan bahwa ada hubungan positif antara pendapatan dan permintaan untuk
peningkatan kualitas lingkungan (Rahim, dkk 2012). Jadi semakin tinggi pendapatan
maka permintaan untuk peningkatan kualitas lingkungan akan semakin tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa variabel pendapatan keluarga yang semakin tinggi akan
meningkatkan peluang untuk bersedia membayar lebih tinggi pengelolaan sampah
terpadu.

2.4 Kesediaan Membayar (Willingness To Pay)


Willingness to pay adalah nilai yang diberikan sesorang pada keadan baik atau
jasa yang ingin mereka bayar untuk mendapatkan keadaan baik atau jasa tersebut.
Secara umum, nilai ekonomi didefenisikan sebagai pengukuran jumlah
maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh
barang dan jasa lainnya. Secara formal konsep ini disebut keinginan membayar
(Willingness to pay, WTP) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
oleh sumberdaaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini,
nilai ekologis ekosistem bias diterjemahkan kedalam bahasa ekonomi dengan

9
mengukur nilai moneter barang dan jasa. WTP juga dapat diartikan jumlah
maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari terjadinya penurunan
terhadap sesuatu (Fauzi,2004: 209).

2.5 Konsep Willingness To Pay


Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu
untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap
sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas lingkungan.
Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat
secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam rangka
memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang diinginkan. WTP
merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan
(Hanley dan Spash, 1993). Menurut Syakya (2005) WTP adalah metode yang
bertujuan untuk mengetahui pada level berapa seseorang mampu membayar biaya
perbaikan lingkungan apabila ingin lingkungan menjadi baik.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penghitungan WTP untuk


menghitung peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan adalah:

1. Menghitung biaya yang bersedia dikeluarkan oleh individu untuk mengurangi


dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan.
2. Menghitung pengurangan atau penambahan nilai atau harga dari suatu barang
akibat semakin menurunnya atau meningkatnya kualitas lingkungan.
3. Melalui suatu survey untuk menentukan tingkat kesediaan masyarakat untuk
membayar dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau
untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik.

Empat metode untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden


(Hanley dan Spash, 1993), yaitu:
1. Metode Tawar Menawar (Bidding Game)
Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah
bersedia membayar / menerima sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai
titik awal (starting point). Jika “ya” maka besarnya nilai uang
diturunkan/dinaikkan sampai ke tingkat yang disepakati.

10
2. Metode Pertanyaan Terbuka (Open-Ended Question)
Metode ini dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden berapa
jumlah maksimal uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimal uang
ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Kelebihan metode ini
adalah responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai
yang diberikan dan metode ini tidak menggunakan nilai awal yang
ditawarkan sehingg tidak akan timbul bias titik awal. Sementara kelemahan
metode ini adalah kurangnya akurasi nilai yang diberikan dan terlalu besar
variasinya.

3. Metode Kartu Pembayaran (Payment Card)


Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari
berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan untuk menerima
dimana responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau nilai minimal
yang sesuai dengan preferensinya. Pada awalnya, metode ini dikembangkan
untuk mengatasi bias titik awal dari metode tawar-menawar. Untuk
meningkatkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan
yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh orang dengan tingkat
pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain.

4. Metode Pertanyaan Pilihan Dikotomi (Close-Ended Referendum)


Metode ini menawarkan responden jumlah uang tertentu dan menanyakan
apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk
memperoleh kualitas lingkungan tertentu apakah responden mau menerima
atau tidak sejumlah uang tersebut sebagai kompensasi atau diterimanya
penurunan nilai kualitas lingkungan.

Menurut Whitehead, 1994, WTP untuk konsumen dan produsen adalah :


WTP = f (Q1, Y1, T1, S1)

Dimana :

Q1 = Kuantitas dan kualitas atribut

Y1 = Tingkat pendapatan

11
T1 = Selera

S1 = Faktor – faktor sosial ekonomi yang relevan

2.6 Contingent Valuation Method (CVM)


Contingent Valuation Method (CVM) merupakan salah satu metode dalam
penilaian ekonomi terhadap barang dan jasa lingkungan. Contingent Valuation
Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk menyatakan penduduk tentang
nilai atau harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki
harga pasar seperti barang lingkungan, jika pasarnya betul-betul tersedia atau jika
ada cara-cara pembayaran lain seperti pajak diterapkan (Yakin,2004: 202).

2.7 Retribusi Sampah


Sejalan dengan pengertian retribusi di atas, maka retribusi sampah
merupakan pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (dalam hal ini
SKPD tertentu) kepada rumah tangga ataupun objek lainnya yang telah
memperoleh jasa pelayanan pengelolaan sampah. Jadi retribusi sampah yang
termasuk ke dalam golongan retribusi jasa umum merupakan pungutan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat yang berada dalam
wilayah hukumnya atas pemberian jasa atau pelayanan penanganan sampah atau
kebersihan.
Pemungutannya harus didasarkan pada pertimbangan mengenai biaya
penyelenggaraan pelayanan, tingkat kemampuan masyarakat dalam membayar
serta aspek keadilan. Oleh sebab itu penetapan besarnya tarif retribusi sampah ini
harus didasarkan pada besarnya biaya operasional pengelolaan. Selain itu
pemungutan retribusi (termasuk retribusi sampah) haruslah dilandasi oleh
Undang Undang atau peraturan tertentu.

2.8 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Yunis (2012) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Tingkat Kesediaan Masyarakat Terhadap Kebersihan Di
Kecamatan Tampan Pekanbaru. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa besarnya
kesediaan membayar masyarakat di Kecamatan Tampan Pekanbaru berbeda-beda
dengan WTP rata-rata adalah Rp. 10.330,00 /KK/bulan. WTP terendah Rp.
1.000,00 dan WTP tertinggi Rp. 25.000,00 total WTP masyarakat terhadap
12
kebersihan adalah Rp. 304.838.300,00 dari 100 orang responden, diperoleh

13
responden yang WTP nya sama dengan retribusi berjumlah 38 orang, responden
yang surplus konsumennya positif berjumlah 31 orang dan responden yang WTP
nya lebih kecil dari retribusi berjumlah 31 orang. Dari 31 responden yang surplus
konsumennya positif diperoleh rata- ratanya adalah Rp. 7.000,00/bulan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sigalingging (2009) dalam penelitiannya yang


berjudul Analisis Kesediaan Membayar Retribusi Sampah Terhadap Kepuasan
Konsumen Perumahan di Kecamatan Marpoyan Damai. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa besarnya kesediaan membayar masyarakat di Kecamatan
Marpoyan Damai berbeda-beda. Rata-rata kesediaan membayar masyarakat di
Kecamatan Marpoyan Damai sebesar Rp. 30.000,00 total kesediaan membayar
(Total Willingness To Pay, WTP) masyarakat terhadap kebersihan limgkungan
adalah sebesar Rp. 281.054.000,00.

14
3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional


Variabel Penelitian
Variabel diartikan sebagai objek pengamatan penelitian atau faktor – faktor
yang berperan dalam peristiwa dan fenomena – fenomena yang akan diteliti.
Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini yaitu besaran
nilai willingness to pay (WTP) Pengelolaan Sampah pada responden
(karyawan industri manufaktur otomotif yang pernah tinggal sendirian).
2. Variabel bebas (independent variabel) meliputi:
- tingkat pendidikan,
- Jumlah pendapatan
- Jumlah pengeluran

Defenisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti
dalam mengukur suatu variabel yang digunakan. Terdapat empat variabel
yang digunakan dalam analisis penelitian ini. Secara operasional variabel yang
ada dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Besaran Nilai Willingness to pay.
Besaran nilai Kesediaan membayar oleh responden dalam jasa pengelolaan
sampah diukur dalam Rupiah. Responden yang bersedia membayar opsi
untuk menuliskan langsung berapa rupiah yang akan ia bayarkan.
Responden yang tidak bersedia membayar dinyatakan dengan nilai Rp
0,00.
b. Tingkat pendidikan Variabel.
Pendidikan dilihat dari tingkat pendidikan yang telah atau sedang
ditempuh. Variabel ini dilihat berapa tahun responden mengambil sekolah
atau pendidikan sehingga diukur dalam satuan tahun.
c. Pendapatan rumah tangga per bulan.
Pendapatan responden perbulan adalah total pendapatan responden secara
keseluruhan dalam satu bulan. Variabel ini dikur dalam satuan rupiah (Rp).
15
d. Pengeluaran rumah tangga per bulan.
Pengeluaran responden perbulan adalah total pengeluaran responden
secara keseluruhan dalam satu bulan. Variabel ini dikur dalam satuan
rupiah (Rp).

3.2 Populasi Dan Sampel


Polulasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
keseluruhan unsur yang akan diteliti yang ciri-cirinya akan ditaksir (diestimasi).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh orang yang bekerja di bidang
manufaktur otomotif yang pernah atau sedang tinggal sendirian (Tidak bersama
keluarga/teman dalam satu rumah).

Sampel
Survei ini menggunakan metode Purposive quoted sampling dalam memilih
responden yang akan mengisi kuisoner survey dengan total 520 orang responden.
Purposive quoted sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memilih
orang – orang yang terseleksi oleh peneliti berdasarkan ciri – ciri khusus yang
dimiliki sampel tersebut yang dipandang mempunyai sangkut-paut yang erat
dengan ciri – ciri populasi yang sudah ditentukan.

3.3 Jenis Dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan sumber data
pengelompokannya terbagi atas dua jenis, yaitu:
a. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data penelitian yang secara langsung dari
sumber asli atau tidak melalui perantara. Data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan
data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yang
merupakan karyawan otomotif manufacturing.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung, yaitu
melalui media perantara. Data sekunder diperoleh berasal dari atau diterbitkan

16
oleh kalangan atau organisasi atau lembaga lain (Santosa & Hamdani, 2007). Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil internet, serta berbagai
literatur baik buku maupun jurnal - jurnal yang relevan.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah dengan
wawancara dibantu dengan kuesioner, dan studi kepustakaan.

3.5 Metoda Analisis


Analisis data yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis data kualitatif merupakan interpretasi dari hasil
pengolahan data yang sudah dilaksanakan, dengan memberikan keterangan dan
penjelasan. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif.
Analisis kuantitatif merupakan analisis yang menggunakan angka – angka dengan
perhitungan statistik dan beberapa alat analisis. Analisis kuantitatif menggunakan
metode Contingent Validation Method (CVM).
Metode Contingent Validation Method (CVM)
Metode Contingent Validation Method (CVM) untuk mengetahui faktor –
faktor yang berpengaruh terhadap willingness to pay atau kesediaan
membayar responden terhadap jasa pengelolaan sampah. Berikut urutan
pelaksanaan metode CVM dalam penelitian ini :
a. Membangun Pasar Hipotesis (Setting up The Hypothetical Market)
Membangun hipotesis dilakukan berdasarkan deng tinjauan literatur,
baik berupa buku, maupun jurnal-jurnal hasil penelitian orang-orang
terdahulu.
b. Menghitung Dugaan Rata-rata Nilai WTP (Estimating Mean WTP)
Dalam penelitian ini, WTPi diduga dengan menggunakan nilai rata-rata
dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah
responden. Dugaan Rata-rata WTP dihitung dengan rumus:

17
Dimana:
EWTP = Dugaan rata-rata WTP
Wi = Nilai WTP ke-i
n = Jumlah responden
i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i= 1,2,3…. n)

c. Menjumlahkan Data (Agregating Data)


Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai rata – rata WTP
dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga
nilai rata - rata WTP maka dapat diduga nilai total WTP dari
masyarakat dengan menggunakan rumus:

Dimana:
TWTP = Total WTP
WTPi = WTP individu sampel ke-i
ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar
WTP i = Responden ke-i yang bersedia membayar (i= 1,2,3…. n)

Analisis Regresi Tobit


Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi besaran nilai kesediaan untuk membayar oleh responden untuk
pengelolaan sampah terpadu adalah menggunakan analisis tobit. Data diolah
dengan program Shazam. Menurut Menurut Gujarati (2012), metode tobit
mengasumsikan bahwa variabel-variabel bebas tidak terbatas nilainya
(noncensored); hanya variabel tidak bebas yang censored; semua variabel
(baik bebas maupun tidak bebas) diukur dengan benar; tidak ada
autocorrelation; tidak ada heteroscedascity; tidak ada multikolinearitas yang
sempurna; model matematis yang digunakan menjadi tepat.

18
Model persamaan regresi tobit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Nilai WTP = β1GENDER + β2AGE + β3EDUCATION +


β4HOUSEHOLDINCOME + β5HOUSEHOLDOUTCOME

Dimana:
Nilai WTP = Besaran Nilai WTP (Rupiah)
GENDER = Jenis Kelamin
(1 = Perempuan, 0 = Laki-laki)
AGE = Usia (Tahun)
EDUCATION = Tingkat Pendidikan (Tahun)
HOUSEHOLDINCOME = Jumlah Pendapatan (Rupiah)
HOUSEHOLDOUTCOME = Jumlah Pengeluaran (Rupiah)
β = Koefisian Regresi

Uji Signifikasi
Hasil penelitian diolah menggunakan Shazam. Menurut Rahmawati
(2010), untuk menguji signifikansi dari variabel yang diamati maka dapat
dilakukan jika t-rasio yang dihitung lebih besar dari nilai t-tabel maka
dikatakan bahwa nilai variabel independen yang diamati secara statistik adalah
signifikan mempengaruhi variabel dependennya. Kesimpulannya apabila nilai
t hitung lebih besar dari t tabel yang berarti bahwa variabel independen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel yang berarti bahwa variabel
independen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel
dependen.

19
3.6 Kerangka Survey (Kuesioner)
Judul:
Willingness To Pay “Jasa Pengelolaan Sampah”

Introduction
Hallo...
Perkenalkan, kami mahasiswa President University Jurusan Teknik Lingkungan
ingin melakukan survei untuk mengetahui kesediaanresponden (karyawan
industry otomotif) dalam melakukan pembayaran (Willingness To Pay) terhadap
Jasa Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Untuk itu, kami bermaksud meminta
waktu dan bantuan dari bapak/ibu atau teman-teman mengisi kuesioner ini.

Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.


Keep Healthy and Stay Safe.

Petunjuk Umum
a. Kajian ini dilakukan dengan tujuan mengukur nilai Willingness To Pay
terhadap jasa pengelolaan sampah rumah tangga.
b. Semua karyawan industry manufaktur otomotif dan pernah tinggal
sendirian sebagai responden agar mengisi seluruh instrument ini sesuai
pengalaman, pengetahuan, presepsi yang objektif.
c. Presepsi responden dalam mengisi instrument sangat besar artinya bagi
kami selaku masiswa president university yang sedang melakukan
penelitian sebagai masukan yang akurat dalam menilai willingness to pay
terhadap jasa pengelohan sampah rumah tangga terhadap responden.
d. Jawaban responden dijamin kerahasiaannya dan tidak memiliki dampak
negatif pada kegiatan keseharian.

20
List Kuisioner
Filtering question
1. Apakah kamu bekerja di Industri bidang Otomotif?
o Ya
o Tidak
2. Apakah anda pernah tinggal sendiri? (Tidak serumah dengan
keluarga/teman/saudara)
o Ya
o Tidak

Identitas Responden
3. Nama:
“Diisi dengan nama responden”
4. Jenis kelamin Anda?
o Laki
o Perempuan
5. Berapa Usia Anda?
o <20 Tahun
o 20-25 Tahun
o 26-30 Tahun
o >30 Tahun
6. Status
o Belum menikah
o Menikah
o Cerai hidup
o Cerai mati
7. Pendidikan Terakhir
o SMP
o SMK/SMA/Sederajat
o Diploma/Sarjana
o Magister/Doktor

21
8. Berapa Pendapatan Perbulan Anda?
o <3.000.000
o 3.000.000-4.500.000
o 4.500.000-6.000.000
o >6.000.000
9. Berapa Pengeluaran Perbulan Anda?
o <1.000.000
o 1.000.000-2.000.000
o 2.000.000-3.000.000
o 3.000.000-4.000.000
o >4.000.000

Pertanyaan terbuka terkait pengelolaan sampah


1. Di Lingkungan Tempat Tinggal Anda, Apakah Anda Sering Melihat
Tumpukan Sampah?
o Ya
o Tidak
2. Apakah Anda Terganggu Melihat Tumpukan Sampah Tersebut?
o Ya
o Tidak
3. Apakah Anda Sering Melihat Orang Membakar Sampah?
o Ya
o Tidak
4. Apakah Menurut Anda Pembakaran Sampah Mengganggu Lingkungan?
o Ya
o Tidak
5. Apakah Di Tempat Tinggal Anda Sudah Ada Jasa Pengangkutan Sampah?
o Ya
o Tidak
6. Jika Sudah Ada, Apakah Sudah Dilakukan Pemilahan Sampah?
o Ya
o Tidak
22
7. Menurut Anda Pengangkutan Sampah Itu Penting?
o Ya
o Tidak
8. Apakah Anda Setuju Dilakukan Pengolohan Sampah?
o Ya
o Tidak
9. Apakah Anda Setuju Jika Sampah dikelola menggunakan
banksampah/composting?
o Ya
o Tidak

Indicator Variable
Pendidikan
1. Sampah rumah tangga adalah salah satu penyebab pencemaran lingkungan
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
2. Manajemen atau pengelolaan sampah rumah tangga yang baik akan
mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah rumah
tangga
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju

23
3. Masyarakat perlu mengetahui informasi/berita terkini tentang permasalahan
lingkungan (seperti banjir) akibat pengelolaan sampah yang kurang baik
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
4. Tumpukan sampah dapat menjadi sarang nyamuk penyebab penyakit Demam
Berdarah?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
5. Selain pemerintah, masyarakat juga harus berperan dalam pengelolaan
sampah?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju

Pendapatan
1. Pendapatan seseorang mempengaruhi kesadaran untuk membayar jasa
pengelolaan sampah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju

24
2. Pendapatan seseorang akan berpengaruh terhadap keputusan untuk membayar
jasa pengelolaan sampah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
3. Pendapatan seseorang akan mempengaruhi jumlah sampah yang dihasilkan
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
4. Pendapatan seseroang berpengaruh terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk pengelolaan sampah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
5. Pendapatan seseroang mempengaruhi ketepatan waktu dalam membayar
pengolaan sampah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju

25
Pengeluaran

1. Biaya pengelolaan sampah akan memberikan pengaruh yang signifikan


terhadap pengeluaran seseorang
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
2. Jumlah pengeluaran mempengaruhi keputusan seseorang dalam membayar
biaya jasa pengeloaan sampah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
3. Jumlah pengeluaran seseroang berpengaruh terhadap besarnya biaya jasa
pengelolaan sampah yang ingin bayarkan
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
4. Jumlah pengeluaran berpengaruh terhadap prioritas seseorang dalam
membayar jasa pengelolaan sampah
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju

26
5. Belum terpenuhinya kebutuhan sekunder (perabot rumah tangga/kendaraan
pribadi/rekreasi/dll) mempengaruhi keinginan seseorang dalam membayar
jasa pengelolaan sampah?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju

Variable Dependent
1. Pola pelayanan pengelolaan sampah dilakukan dengan pengumpulan sampah
oleh petugas pelayanan yang datang ke setiap rumah dan mengangkutnya
langsung ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
2. Dengan layanan pengelolaan sampah yang rutin, sampah yang terkumpul
berpotensi untuk diolah dan dimanfaatkan kembali?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
3. Dengan layanan pengelolaan sampah yang rutin, akan terciptanya lingkungan
yang nyaman dan bersih?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
27
4. Anda bersedia menyediakan tempat sampah/wadah di halaman depan rumah
atau tepi jalan untuk memudahkan pengumpulan dan pengangkutan sampah?
o Sangat Tidak Setuju
o Tidak Setuju
o Cukup Setuju
o Setuju
o Sangat Setuju
5. Untuk jasa pengelolaan sampah, berapa biaya yang ingin anda bayarkan?
(Harga dalam rupiah per bulan)
“Diisi berdasarkan keinginan bayar responden”

28
REFERENSI

[1] Indramawan, D. P., & SUSILOWATI, I. (2014). Analisis willingness to pay


pengelolaan sampah terpadu di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang
(Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
[2] Arnita, Y., & Aidar, N. (2018). Analisis willingness to pay masyarakat untuk
peningkatan pengelolaan sampah di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Pembangunan, 3(4), 595-605.
[3] Suryani, A. S. (2017). Persepsi masyarakat dan analisis willingness to pay terhadap
kebijakan kantong plastik berbayar studi di Jakarta dan Bandung. Kajian, 21(4), 359-
376.

29

Anda mungkin juga menyukai