Anda di halaman 1dari 8

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


NAMA : DHITA ASTREVA MARIANCE

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 1. Peserta Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: - Guru hanya
didik masih  Ridha Sabrina,dkk. (2016) beberapa menerapkan metode
memiliki faktor yang menyebabkan motivasi ceramah selama
semangat belajar siswa rendah adalah pembelajaran
belajar yang kemampuan siswa, kondisi berlangsung
rendah lingkungan siswa, tata cara guru - Guru hanya
dalam membimbing siswa mengandalkan buku
 Menurut Setiawan, A. (2016) paket dan LKS dalam
Beberapa faktor yang menyebabkan pembelajaran
motivasi belajar siswa rendah adalah - Guru tidak
kurang dukungan dari orang tua, menggunakan media
guru atau lingkungan sekitar. atau alat
 Artikel Kompas (2019) mengatakan pembelajaran
motivasi belajar siswa tergolong - Guru hanya
rendah disebabkan beberapa faktor mengajar di dalam
internal atau eksternal. kelas, tidak pernah
megajak anak belajar
Hasil wawancara dengan teman di luar kelas.
sejawat: - Orang tua sibuk
 Siswa tidak mendapat perhatian dari bekerja atau dengan
orang tua oleh karena orang tua urusannya sendiri
sibuk bekerja sehingga tidak
 Siswa merasa bosan di dalam kelas pernah
karena pembelajaran kurang variatif. mengingatkan atau
 Cara guru dalam membelajarkan mendampingi belajar.
tidak menggunakan metode atau
model yang tepat dengan taraf
perkembangan siswa
 Pembelajaran kurang menyenangkan
dan tidak bermakna sehingga siswa
kurang termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran
 Belum ada reinforcement pada siswa
agar tumbuh motivasi dan keyakinan
bahwa siswa bisa
 Suport lingkungan baik keluarga
maupun masyarakat sekitar rendah.

Hasil wawancara dengan pakar:


 Guru belum menerapkan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada
siswa
 Model/strategi/metode pembelajaran
belum memfasilitasi siswa sebagai
sientifik (menemukan keilmuan)
 Media pembelajaran belum
memfasilitasi gaya belajar siswa,
misalnya: auditori, kinestetik, atau
visual
 Asesmen pembelajaran belum
difungsikan secara maksimal,
misalkan diagnostik asesmen:
berfungsi untuk kesulitan siswa
dalam belajar yang seharunya
2. Siswa belum
dilakukan pengajar sebelum
memiliki perencanaan pembelajaran
literasi yang
- Siswa belum
baik memiliki kebiasaan
Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: membaca
 Muhammad Kharizmi (2015) - Faktor lingkungan
mengatakan bahwa siswa belum yang belum
memiliki literasi membaca dengan mendukung untuk
baik dikarenakan kurangnya praktik literasi
literasi, lingkungan literasi yang - Belum ada
belum memadai. pembiasaan
 Menurut Aulia,dkk : 2021 megatakan membaca di sekolah
faktor yang menyebabkan minimnya - Perpustakaan belum
minat membaca anak adalah ada pustakawan
kebanyakan siswa SD yang lebih - Belum semua kelas
suka bermain HP dan menonton memiliki pojok baca
televisi daripada pergi ke
perpustakaan dan membaca buku.
 Widya Wanelly mengatakan Kendala
yang dihadapi sekolah dalam
pelaksanaan GLS (Gerakan Literatur
Sekolah) adalah rendahnya
kesadaran guru, buku pengayaan
yang sesuai dengan kebutuhan anak
sulit ditemukan, guru malas
membaca, guru tidak memahami
GLS.

Hasil wawancara dengan teman


sejawat
 Kurangnya pembiasaan guru untuk
melakukan literasi membaca pada
siswa.
 Sikap orang tua yang acuh terhadap
perkembangan kemampuan
membaca anak.
 Pengaruh kemajuan teknologi, sosial
media dan informasi instan.
 Perpustakaan sering tutup karena
belum ada pustakawannya
 Tidak semua kelas ada pojok baca.
 Sekolah tidak menerapkan program
literasi

Hasil wawancara dengan pakar:


 Kurangnya dukungan atau
keterlibatan keluarga dalam
membangun budaya membaca di
rumah sehingga anak-anak tidak
terbiasa menjadikan buku sebagai
rujukan untuk mendapatkan
informasi.
 Akses buku yang berkualitas belum
ada. Anak-anak tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan
referensi buku yang beragam.
 Berkembangnya handphone dan
internet menyebabkan kurangnya
minat siswa terhadap buku.
 Belum menanamkan kebiasaan wajib
membaca.
 Kurangnya penanaman program
literasi di Sekolah
 Minimnya buku bacaan

2. Siswa belum Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: - Siswa belum hafal


bisa membaca  Rizkiana, 2016) faktor-faktor dengan huruf
penyebab kesulitan membaca yang - Daya ingat siswa
dialami oleh setiap anak dapat yang lemah sehingga
disebabkan oleh faktor internal pada saat diajarkan,
diri anak itu sendiri atau faktor diarahkan dan
eksternal di luar diri anak. Faktor dibimbing oleh guru
internal pada diri anak meliputi anak sulit untuk
faktor fisik, intelektual dan menerima atau
psikologis. Adapun faktor eksternal di merespon balik yang
luar diri anak mencakup lingkungan telah diajarkan.
keluarga dan sekolah Kegiatan - Kurangnya
literasi belum masuk program bimbingan orang tua
sekolah dirumah.
- Tidak adanya
Hasil wawancara dengan teman motivasi dari orang
sejawat: tua untuk
 Siswa belum mengenal huruf mendorong anaknya
 Siswa mengenal huruf tapi belum supaya belajar atau
bisa menyusun kata. melakukan suatu
 Kurangnya dorongan belajar dari kegiatan yang bisa
orang tua meningkatkan
kemampuan
 Guru tidak mengajarkan siswa
membaca
membaca dengan metode yang sesuai
- Siswa mengalami
dengan karakteristik siswa
disleksia
Hasil wawancara dengan pakar: - Keturunan dari
siswa jug
 Pelafalan kata atau kalimat yang
mempengaruhi
masih sulit dimengerti
kesulitan membaca
 Anak mengalami disleksia
 Kurang menguasai prakata dasar
 Hadapi kesusahan mengingat kalimat
atau kata yang sudah dibaca
 Tidak ada minat anak untuk
membaca
3 Terbatasnya Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: - Orang tua siswa
hubungan  Menurut( Oni,dkk 2019)Seorang sibuk dengan
antara orang siswa tidak hanya membutuhkan pekerjaannya
tua dan guru peran serta seorang Guru dalam - Orang tua cuek
terhadap meningkatkan prestasi belajarnya. dengan kegiatan yang
proses Seorang Guru hanya dapat ada di sekolah
pembelajaran memberikan pengajarannya atau - Guru kurang
siswa dikelas. wewenangnya sebagai Guru dalam mendekat dengan
lingkungan sekolah namun jika orang tua siswa
seorang siswa sudah berada di luar - Paguyuban kelas
lingkungan sekolah peran Orang Tua kurang aktif karena
atau Wali merekalah yang berperan kurangnya
penting dalam mendidik mereka. memahami fungsi
Paguyuban kelas
Hasil wawancara dengan teman - tidak adanya
sejawat: kesamaan persepsi
 Jarang di adakan pertemuan wali antar wali murid
murid
 Orang Tua sibuk bekerja
 Pengerjaan tugas jarang melibatkan
orang tua.
 Terlalu sibuk bekerja, tidak peduli
dengan anak dan memasrahkan
sepenuhnya kepada guru.

Hasil wawancara dengan pakar:


 Keterbatasan penyampaian informasi
antara kedua belah pihak, pelaporan
hasil belajar: sikap, kognitif, kinerja,
kesulitan belajar siswa secara
berkala.
 Proses pembelajaran tidak hanya di
sekolah tetapi juga di rumah,
sehingga siswa mendapatkan
pembelajaran yg berkesenimbungan
di rumah dan sekolah.

4. Guru belum Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: - Guru kurang


inovatif dalam  R. Ningsih (2008) mengatakan secara berinovasi dalam
pembelajaran, umum kesulitan yang dialami guru pembelajaran
masih dalam menerapkan pembelajaran - Pembelajaran di
menggunakan inovatif adalah kekurangan dan dalam kelas masih
model ceramah keterbatasan sarana dan prasarana, berpusat pada guru
dalam menggunakan media sehingga siswa hanya
pembelajaran seperti infokus, guru mendengarkan tidak
harus bergantian dengan guru lain ada umpan balik.
sehingga waktu yang tersedia sangat - Mindset guru bahwa
kurang mengajar terbaik
 Suparaman (Republika, 8 Mei 2015) adalah dengan
mengatakan guru harus senantiasa metode ceramah
berusaha melakukan inovasi-inovasi - Guru tidak mau
dalam setiap kegiatan pembelajaran belajar metode
dan guru tidak seharusnya berpaku pembelajaran yang
pad satu metode pembelajaran. inovatif
Apalagi hanya mengandalkan metode
ceramah yang berorientasi pafa guru
atau teacher centered

Hasil wawancara dengan teman


sejawat:
 Guru lelah atau malas dengan
persiapan
 Sudah berada pada zona nyaman
 Guru mengerjakan administrasi lain
di luar tugas mengajar
 Kurangnya kreatifitas dari guru
 Kurangnya pemahaman guru tentang
berbagai metode pembelajaran
sehingga hanya menggunakan
metode ceramah

Hasil wawancara dengan pakar:


 Kompetensi utama guru khususnya
kompetensi pedagogik kurang up to
date, guru wajib melakukan
pengembangan profesionalitas secara
berkelanjutan melalui: forum
KKG/MGMP, seminar, mengupate isu
model pembelajaran/ isu pendidikan
terbaru melalui membaca jurnal
ilmiah secara berkala atau mengikuti
workshop
 Guru berkewajiban melalukan
perbaikan pembelajaran dengan
penelitian tindakan kelas secara
berkala yang selama ini belum
dilakukan.
 Guru kurang proaktif mengikuti
kegiatan-kegiatan ilmiah, misalnya:
pelatihan atau seminar yang melalui
proses tersebut guru mengupdate
informasi kekinian terkait isu-isu
pendidikan

5 Siswa Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: - Literasi soal terlalu


kesulitan  Pratiwi (2019:128) menjelaskan panjang sehingga
menyelesaikan untuk mengembangkan item siswa kurang
soal HOTS. berbasis HOTS yang baik untuk memahami maksud
siswa, kualitas guru menjadi bagian dari soal tersebut
yang sangat penting dalam kasus ini. - Guru belum
Guru harus memiliki pemahaman memahami soal
yang baik tentang proses kognitif HOTS karena minim
dalam Keterampilan Berpikir literatur maupun
Tingkat Rendah (LOTS) dan pelatihan tentang
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi soal HOTS
(HOTS - Secara umum Guru
 Setiawati (2019:38) bahwa soal belum
HOTS merupakan soal yang berada mengintegrasikan
pada ranah dimensi berpikir tingkat berpikir tinggi
menganalisis, mengevaluasi serta dalam (HOST) dalam
mencitpa. Soal HOTS melibatkan pembelajaran
masalah nyata, melalui nalar serta mungkin karena
logika siswa diharapkan mampu belum dilakukan
memecahkan masalah tersebut pembiasaan
 Menurut Ernawati (2017:196-197), - Belum memahami
berpikir tingkat tinggi atau Higher taksonomi bloom C4
Order Thinking Skills (HOTS) s/d C6, komunikasi,
merupakan cara berpikir yang tidak berpikir kritis,
lagi hanya menghafal secara kolaborasi dan kreatif
verbalistik saja namun juga dalam proses
memaknai hakikat dari yang pembelajaran
terkandung diantaranya, untuk - Belum ada gerakan
mampu memaknai makna bersama melakukan
dibutuhkan cara berpikir yang pembiasaan
integralistik dengan analisi, sintesis, membaca buku
mengasosiasi, hingga menarik (referensi yang
kesimpulan menuju penciptaan atau bervariasi)
ide-ide kreatif dan produktif. - Pembelajaran belum
 Hanifah (2019:6) menjelaskan soal kontekstual
HOTS merupakan instrumen yang
sengaja dirancang guna mengukur
kemampuan berpikir tinggi. Maka
soal HOTS merupakan soal yang
memuat ranah kognitif C4 sampai
C6, itu berarti kemampuan berpikir
tingkat tinggi seseorang dapat
diukur menggunakan soal HOTS.
Soal HOTS dapat diorientasikan
pada tiap mata pelajaran.

Hasil wawancara dengan teman


sejawat (Ratna Widiastuti, S.Pd):
 Siswa belum paham maksud dari
pertanyaan
 Kalimat yang dibuat terlalu rumit
sehingga siswa sulit untuk
memahami
 Guru belum paham degan soal HOTS
 Guru belum membiasakan anak
untuk menjawab soal HOTS
 Kemampuan literasi numerasi anak
kurang/tidak terlatih
 Belajar hanya menghapalkan rumus
 Proses pembelajaran yang
menjadikan sisa tidak memahami
materi yang dipelajari
 Pembelajaran belum kontekstual

Hasil wawancara dengan pakar (Dr.


Ratna Ekawati, S.Pd.Si, M.Pd):
 Literat baik numerasi, baca tulis,
digital, budaya, finansial, atau sains
belum tertanam pada siswa
 Belum membelajarkan siswa,
minimal menggunakan metode 5M
(ilmiah),
 Belum memunculkan rasa ingin tahu
melalui 5W +1 H
 Guru belum membelajarkan siswa
menggunkaan proses pembelajaran
yang membuat daya nalar anak
berkembang
 Stem soal menggunakan kasus soal
kurang kontekstual dengan
kehidupan sehari-hari siswa
 Bahasa yang digunakan ambigu atau
tidak sesuai dengan level berpikir
siswa
 Pertanyaan kurang lugas pada
konteks yang ditanyakan, atau
bersifat multitafsirsebelum
perencanaan pembelajaran
 Guru belum memahami taksonomi
bloom C4 s/d C6, komunikasi,
berpikir kritis, kolaborasi dan kreatif
dalam proses pembelajaran
 Guru belum paham dengan kata
kerja operasional yang ada pada soal
sehingga tidak bisa menjelaskan ke
siswa

6 Guru belum Hasil Kajian Literatur Jurnal/artikel: - Guru tidak mau


menggunakan  Amalia (2016) menyatakan bahwa (1) belajar TIK
teknologi guru tidak memiliki motivasi untuk - Guru tidak mau
pembelajaran mempelajari teknologi yang atau malas
berkembang, (2) guru malas untuk menyiapkan
menerapkan hal baru dalam pembelajaran seperti
pembelajaran yang dianggap rumit, PPT atau vidio
(3) fasilitas pribadi guru yang tidak pembelajaran karena
memadai, (4) faktor umur membuat merasa rumit dan
guru tidak memiliki motivasi untuk membutuhkan
menggunakan dan mempelajari waktu lebih banyak
teknologi - Guru hanya
menggunakan media
Hasil wawancara dengan teman yang monoton yaitu
sejawat: berupa gambar yang
 Kurangnya fasilitas guru di tempel di papan
 Kurang memiliki wawasan tulis
implementasi teknologi dalam
pembelajaran
 Memerlukan waktu lebih banyak
untuk persiapan
 Guru tidak mau membuat media
melalui TIK
 Guru tidak mau belajar TIK

Hasil wawancara dengan pakar:


 Keterampilan guru terkait literasi TIK
masih kurang. Salah satu fokus
pengembangan kompetensi
berkelanjutan adalah literasi TIK.
Guru wajib meningkatkan
kompetensi tersebut melalui
pelatihan/ workshop, mengikuti
seminar, atau tutor sebaya melalui
KKG, belajar mendiri melalui tutorial
youtube atau sumber belajar TIK
lainnya.
 Tahapan selanjutnya setelah guru
mengembangkan keterampilan guru
kurang kreatif menerapkan
keterampilan TIK selama proses
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai