Anda di halaman 1dari 6

KUNCI JAWABAN BAB II

TUGAS HALAMAN 129

1. Hubungan antara Kerajaan Tarumanegara dengan Kerajaan Sunda adalah


pada akhir masa pemerintahan Sri Maharaja Linggawarman Kerajaan
Tarumanegara pecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda, yang merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Tarumanegara di bawah kekuasaan menantunya
Tarusbawa, dan Kerajaan Galuh di bawah Wretikandayun. Kemudian,
Taruswaba menginginkan melanjutkan Kerajaan Tarumanegara dan
memindahkan kekuasaannya ke Sunda, di hulu Sungai Cisadane
berdekatan dan berjajar dekat Bogor saat ini.
2. Kerajaan Galuh merupakan bawahan Kerajaan Tarumanegara, namun
setelah Linggawarman meninggal, kekuasan Tarumanegara turun kepada
menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh, juga
bawahan Kerajaan Tarumanegara bernama Wretikandayun memberontak,
melepaskan diri dari Tarumanegara serta mendirikan kerajaan Galuh yang
mandiri.
3. Penyebab keruntuhan kerajaan Tarumanagara adalah pecahnya kerajaan
Tarumanagara menjadi dua, yaitu Kerajaan Sunda yang merupakan
kelanjutan dari Kerajaan Tarumanegara di bawah kekuasaan menantunya
Tarusbawa, dan Kerajaan Galuh di bawah Wretikandayun.
4. Hubungan antara Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Kalingga adalah
setelah Kerajaan Tarumanagara pecah menjadi dua, di bawah Sanjaya
(putra Sanna raja ketiga Galuh), kedua kerajaan ini (Sunda dan Galuh)
dipersatukan kembali (tahun 732M). Sanjaya menjadi pewaris takhta
ibunya (Sahana) yang merupakan cucu dari Ratu Sima (pemimimpin
Kalingga) di Bumi Mataram (Kalingga Utara), yang kelak melahirkan
Kerajaan Mataram Kuno.
5. Hubungan antara Kerajaan Pajajaran (Sunda) dan Kerajaan Mataram
(Medang) adalah Raja Sanjaya menikahi putri Dewasinga bernama Dewi
Sudiwara yang melahirkan Rakai Panangkaran, raja rekuda Kerajaan
Medang/Mataram Kuno.
6. Hubungan antara Kerajaan Pajajaran (Sunda) dan Kerajaan Banten adalah
Kerajaan Banten merupakan kerajaan bawahan dari Kerajaan Pajajaran
(Sunda). Pada masa pemerintahan Prabu Ratu Dewata terjadi serangan dari
Banten yang telah bercorak Islam di bawah pimpinan Maulana
Hassanudin. Kemudian terjadi serangan kembali dari Kerajaan Banten
yang dimpimpin oleh Maulana Yusuf pada tahun 1579. Serangan ini
mengakhiri riwayat Kerajaan Sunda (Pajajaran), dan disimbolkan dengan
diboyongnya Palangka Sriman Sriwacara (singgasana raja) dari Pakuan
Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten.
7. Faktor-faktor yang membuat Kerajaan Sriwijaya maju :
- Letaknya strategis, berada di jalur perdagangan antara India dan
Tiongkok.
- Menguasai jalur-jalur perdagangan, seperti Selat Malaka, Selat Sunda,
Semenanjung Melayu, dan Tanah Genting Kra.
- Hasil-hasil buminya seperti emas, perak, dan rempah-rempah menjadi
komoditas perdagangan yang berharga.
- Armada lautnya kuat karena menjalin kerja sama dengan armada laut
kerajaan-kerajaan di India dan Tiongkok.
- Pendapatan melimpah dari upeti raja-raja yang ditaklukan, cukai
terhadap kapal-kapal asing dan barang dagangan, serta hasil buminya
sendiri.

Faktor-faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya :

- Seragan Kerajaan Medang Kamulan, Jawa Timur. Meskipun tidak


berhasil namun cukup melemahkan Sriwijaya.
- Serangan Kerajaan Colamandala dari India pada 1023 M dan 1030 M.
- Negara-negara yang pernah ditaklukan satu-per satu mulai melepaskan
diri dari kekuasaan Sriwijaya. Hal ini membat kemunduruan ekonomi
dan peradagangan.
- Terdesak oleh Kerajaan Thailand yang mengembangkan kekuasaanya
sampai semananjung Malaya.
- Serangan Majapahit pada 1477 M dan berhasil menaklukan Sriwijaya.
Sejak saat itu berakhir kekuasaan Sriwijaya.
8. Tulisan pada Prasasti Ligor (775 M), disebutkan bahwa raja Sriwijaya
membangun sejumlah bangunan suci agama Budha sebagai tempat
pembelajaran agama Budha.
9. Hubungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan Singasari adalah raja
Kertanagara dari Singasari melancarkan ekspedisi Pamalayu yang diikuti
dengan pengiriman Arca Amoghapasa sebagai hadiaj kepada Maharaja
Melayu Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. Setelah menerima
Arca Amoghapasa, raja Melayu menyerahkan kedua putrinya, Dara Jingga
dan Dara Petak, dengan maksud untuk dieprsunting raja Kertanagara
(singasari). Namun, hal ini tidak terwujud karena pada tahun 1292
Kertanagara dibunuh oleh kerabat dekatnya yaitu Jayakatwang. Akhirnya
menantu Kertanagara, yaitu Raden Wijaya mempersunting Dara Petak
(putri raja Melayu) dan Dara Jingga dipersunting seorang bangsawan
singasari dan melahirkan Adityawarman.
10. Pendapat siswa.

TUGAS HALAMAN 168

1. Candi
2. Upacara Keagamaan
3. Ramayana dan Mahabhrata
4. Patung dewa Wisnu
5. Kalpataru

PILIHAN GANDA

1. B 21. A
2. B 22. D
3. B 23. A
4. A 24. C
5. C 25. B
6. D 26. A
7. C 27. A
8. C 28. C
9. A 29. C
10. B 30. A
11. B 31. A
12. D 32. E
13. B 33. E
14. C 34. A
15. B 35. D
16. A 36. A
17. A 37. A
18. E 38. B
19. B 39. C
20. D 40. A

SEBAB-AKIBAT

1. C
2. D
3. A
4. A
5. E
6. A
7. A
8. C
9. E
10. A

ESAI

1. Munculnya konsep dewa raja yaitu seorang raja diyakini sebagai titisan
atau reinkarnasi dewa (Dewa Siwa ataupun Dewa Wisnu). Konsep ini
melegitimasi (mengesahkan) pemusatan kekuasaan pada raja. Dari konsep
ini Indonesia mulai mengenal sistem pemerintahan kerajaan, dengan raja
sebagai pemimpin tertinggi yang dibantu sejumlah pejabat yang bertugas
sesuai fungsinya.
2. Peristiwa perang saudara antara Pramodhawardani yang dibantu oleh oleh
Rakai Pikatan dengan Balaputera Dewa. Dalam perang saudara itu
Balaputera Dewa kalah di Bukit Ratu Boko (Prasasti Ratu Boko tahun 856
M) dab selanjutnya melarikan diri ke Sriwijaya, serta langsung diangkat
menjadi raja di Sriwijaya.
3. Pembuatan Candi Ratu Boko.
4. Peran kerajaan Majapahit bagi kehidupan berbangsa Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah frasa “Bhineka Tunggal Ika” yang menjadi
moto atau semboyan Indonesia berasal dari masa Majapahit, tepatnya dari
kakain Sutasoma karangan Mpu Tantular. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa,
daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
5. Cara Raden Wijaya menghadapi pasukan Mongol adalah mengelabui
pasukan Mongol yang belum mengetahui perubahan politik di kerajaan
Singasari. Raden Wijaya mengaku sebagai raja Singasari, ia menyatakan
akan tunduk kepada Mongol asalkan pasukan Mongol terlebih dahulu
membantu mengalahkan raja dari Kerajaan Kediri. Pimpinan Mongol
menyanggupi. Tidak lama setelah kekalahan Kediri, Raden Wijaya
menyerang balik tentara Mongol.
6. Perang paregreg faktor pemicunya adalah perebutan takhta antara
Wirabhumi dan Wikramawardhana pada tahun 1405-1406. Sedangkan
faktor pemicu perang bubat adalah Hayam Wuruk yang berniat meminang
putri Raja Pajajaran Sri Baduga Maharaja bernama Dyah Pitaloka.
Rombongan raja Padjajaran beserta keluarga mengantarkan sang putri dan
menunggu Hayam Wuruk untuk menjemput putri. Namun, Gajah Mada
melihat ini sebagai peluang untuk memaksa Kerajaan Sunda takluk. Ia
melarang Hayam Wuruk menjemput dan mengingankan Sri Baduga
sendirilah yang datang sebagai tanda takhluk. Sri Baduga murka dan
menolak mentah-mentah dan perang pun tidak terelakkan.
7. Ciri khas candi Jawa Tengah adalah berbentuk tambun dengan hiasan
kalamakara di atas gawang pintu masuk, pncak candi berbentuk stupa,
bahan utamanya batu andesit, dan umumnya menghadap ke timur. Adapun
di Jawa Timur ciri-ciri candinya adalah berbentuk lebih ramping, puncak
candi berbentuk kubus dan di atas gawang pintu terdapat hiasan kala atau
wujud kepala raksasa yang bentuknya lebih sederhana dari kalamakara,
bahan utama dari batu bata dan umumnya menghadap ke barat.
8. Kronologi Kerajaan Majapahit
- 10 November 1293 berdirinya Kerajaan Majapahit dan hari penobatan
Raden Wijaya sebagai raja
- 1350-1389 M masa pemerintahan Hayam Wuruk. Pada masa ini
Majapahit mencapai puncak kejayaan; wilayahnya sangat luas, seluas
wwilayah Indonesia sekarang, bahkan pengaruhnya sampai ke
beberapa negara lain di wilayah Asia Tenggara
- Pada tahun 1389, Hayam Wuruk wafat. Sepeninggal Hayam Wuruk,
kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah terutama akibat
perebutan takhta.
- Pada 1456, Majapahit diperintah oleh Bhre Wengker dan setelah itu
masih tercatat pemerintahan Bhre Ranawijaya (Brawijaya) hingga
kemudian Majapahit dikuasai oleh Demak, kerajaan Islam pertama di
Indonesia.
9. Gambar tersebut adalah kalamakara, yang mempunyai makna “Penolak
Bala”. Biasa masyarakat menyebutkan penolak sial atau penolak ancaman
batin yang tidak tampak secara lahiriah. Dalam cerita Hindu dan Budha,
kalamakara itu awalnya berupa dewa yang tampan. Ia mendapat hukuman
dan kutukan dari Sang Hyang Widi, berubah menjadi raksasa yang buas
dan setiap binatang yang dijumpainya dimakan dan diterkamnya.
Kemudian terakhir memakan tubuhnya sendiri dan tinggal kepalanya yang
kita sebut KALAMAKARA itu.
10. Peninggalan masa praaksara yang berakulturasi pada masa Hindu-Budha:
1. Upacara keagamaan atau pemujan terhadap para dewa-dewi di candi,
terlihat adanya unsur pemujaan terhadap roh nenek moyang yang
ditujukkan dengan adanya pripih di dalam bangunan candi. Hal
tersebut berarti candi dianggap sebagai makam atau tempat
berdiamnya roh raja yang telah meninggal. Hal ini memiliki kemiripan
dengan fungsi bangunan menhir, dolmen, dan punden berundak-undak
pada zaman megalitikum.
2. Patung atau arca. Pada masa praaksara telah mengenal seni patung atau
arca binatang yang dianggap suci. Kemudian pada masa Hindu
mengenal patung-patung yang menunjukkan dewa utama, seperti
Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Anda mungkin juga menyukai