Yuriska Dewi
Universitas Negeri Yogyakarta
yuriskadewi.2021@student.uny.ac.id
ABSTRAK
Kata Kunci: Tes UKBI, Pejabat Publik
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan produk kebudayaan yang membedakan satu kelompok manusia
baik suku, etnis, maupun bangsa dengan yang lainnya. Bagi bangsa Indonesia, bahasa
Indonesia bukan hanya suatu produk kebudayaan melainkan juga pemersatu sekaligus
identitas bangsa. Bahasa Indonesia merupakan identitas nasional yang menyatukan ribuan
bahasa daerah dan berbagai kelompok etnis yang mendiami kepulauan Nusantara. Hal ini
memberi bukti bahwa bahasa Indonesia telah memberikan sumbangan besar pada
pembentukan persatuan dan nasionalisme Indonesia (Ubaedillah & Rozak, 2008: 19-21).
Pejabat publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki
posisi atau jabatan tertentu pada badan publik. Sebagai pemangku kepentingan publik,
sudah selayaknya pejabat publik mencerminkan sikap bahasa yang baik. Bahasa
merupakan cerminan pribadi seseorang. Cerminan pribadi seorang pejabat publik yang
baik dapat dibuktikan dengan bahasa yang ia gunakan. Di atas telah dijelaskan bahwa
bahasa Indonesia memberi sumbangan besar pada pembentukan persatuan dan
nasionalisme Indonesia. Bagaimana mungkin kebijakan yang dibuat oleh pejabat publik
berpihak pada persatuan dan nasionalisme, sedang mereka tidak memiliki sikap bahasa
yang baik. Kebijakan dibuat untuk kepentingan bersama, kesejetahteraan bersama, oleh
karena itu pejabat publik harus mampu menyampaikan urgensi kebijakan tersebut dengan
baik kepada publik. Hal tersebut membuktikan bahwa peran bahasa Indonesia sangatlah
penting sebagai jembatan komunikasi pejabat publik dengan publik.
Pejabat publik harus menjunjung etika publik. Etika publik menjadi aspek yang
sangat penting untuk menyelenggarakan pelayanan publik yang optimal kepada
masyarakat. Penerapan etika publik memiliki dampak yang besar bagi kualitas pelayanan
publik, Namun permasalahannya di Indonesia para pejabat publik yang memiliki tugas
sebagai penyelenggara pelayanan publik kerap kali abai terhadap penerapan etika. Tentu
saja konsekuensi logis dari keadaan ini adalah terjadinya degradasi kualitas pelayanan
publik di Indonesia. Buruknya kualitas pelayanan publik secara pararel akan berimbas
pada terabaikannya hak-hak dari masyarakat untuk mengakses layanan publik. Dampak
yang lebih mengerikan dari minimnya penerapan etika oleh pejabat publik adalah tindakan
melanggar aturan oleh sejumlah pejabat publik karena praktik nir-etika yang terjadi
membuat pejabat publik gagal memisahkan mana kepentingan publik yang harus
diprioritaskan dan mana kepentingan pribadi atau kelompok. Tercampurnya kepentingan
itu membuat kepentingan publik kerap tersisih dan pada akhirnya yang dirugikan adalah
masyarakat.
Publik Indonesia telah banyak mendapati kasus pejabat publik yang memiliki
masalah terhadap bahasa. Beberapa diantaranya, kasus mantan gubernur DKI Jakarta,
Basuki Thahaja Purnama dalam kasus penistaan agama, menteri sosial Tri Rismaharini
yang memaksa seorang anak tunawicara untuk berbicara tanpa bahasa isyarat, pejabat
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) berujar bercampurnya pria dan
wanita di kolam renang bisa membuat hamil, pernyataan Sekda DKI mengenai banjir yang
memberikan pernyataan “agar banjir dinikmati saja”. Pernyataan seorang pejabat publik
bisa menimbulkan opini di masyarakat dan juga tidak bisa ditarik kembali (irreversible).
Jadi, bila pernyataan tersebut dikeluarkan kemudian disanggah oleh si pembuat
pernyataan, masyarakat akan tetap mengingat pernyataan pertama yang disampaikan oleh
pejabat tersebut. Pernyataan pejabat publik tidak boleh mendiskreditkan golongan atau
kelompok tertentu. Dihar menyampaikan, pejabat publik harus selalu berada di posisi
netral, bahkan jika memang harus berpihak, keberpihakan tersebut harus didukung oleh
fakta dan data yang valid, sehingga menjadi dasar yang kuat.
Kasus-kasus di atas membuktikan bahwa pejabat publik masih memiliki tugas
untuk meningkatkan kompetensi berbahasanya. Diketahui bahwa memang banyak tes yang
dilakukan untuk mengukur ataupun melihat kompetensi yang dimiliki oleh calon pejabat
publik seperti tes wawasan kebangsaan misalnya. Tetapi, apakah tes tersebut belum cukup
untuk menjawab persoalan kesalahan berbahasa seperti kasus di atas. Pelayanan publik
yang baik dilakukan karena adanya komunikasi yang baik. Oleh karena itu, pejabat publik
harus diuji kompetensi berbahasanya sebelum ia memangku jabatan sebagai pelayan
publik. Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) adalah alat yang tepat untuk menguji
kemahiran berbahasa pejabat publik.
Uji Kemahiran Bahasa Indonesia, selain sebagai alat untuk menguji kemahiran
berbahasa Indonesia, diakui memang telah ikut berperan dalam pemartabatan bahasa
Indonesia. Dengan adanya uji ini, bahasa Indonesia disandingkan dengan bahasa modern
lainnya dalam hal tersedianya alat uji berstandar untuk kemahiran berbahasa seperti
TOEFL, IELST, dan TOEIC untuk bahasa Inggris. Instrumen ini secara tidak langsung
juga ikut berperan dalam peningkatan kualitas penggunaan dan pengajaran bahasa
Indonesia. Dengan adanya UKBI, berbagai kalangan atau pihak yang memerlukannya akan
berupaya untuk meningkatkan kemampuan mereka melalui penggunaan dan/atau
pembelajaran bahasa Indonesia.
Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia juga dapat berperan dalam meningkatkan
sikap positif pejabat publik terhadap bahasa Indonesia dengan memberdayakan materi
semua seksi uji. Gagasan tentang pengintegrasian indikator-indikator sikap bahasa
(kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran terhadap norma bahasa) menjadi
teks soal patut dipertimbangkan. Melalui pengintegrasian indikator-indikator sikap bahasa
itu dalam bentuk teks soal pada semua seksi (mulai seksi mendengar, merespons kaidah,
membaca, menulis, hingga berbicara) diharapkan peserta uji memperoleh informasi
tentang cara-cara bersikap positif terhadap bahasa Indonesia. Jadi, saat mengikuti UKBI,
pejabat publik tidak saja sekadar menjawab, tetapi juga memperoleh informasi tentang
cara bersikap positif terhadap bahasa Indonesia.
METODE PENELITIAN
Metode yang dilakukan menggunakan library research atau penelitian
kepustakaan, yang dilakukan dengan menggunakan literatur berupa aturan-aturan yang
mendukung dalam menganalisis topik penelitian ini. Adapun pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data
primer pada penelitian ini berkaitan dengan konsep tes UKBI bagi pejabat publik. Sumber
data kemudian direduksi dan peneliti mencoba mengeksplorasi dan memberikan argumen
yang berkaitan dengan urgensi tes UKBI bagi pejabat publik.
Dalam UKBI pencapaian hasil tes peserta uji diklasifikasikan ke dalam tujuh
peringkat dan ditafsirkan ke dalam tujuh predikat. Ketujuh peringkat dan predikat tersebut
ditentukan berdasarkan rentang skor yang ditetapkan dalam UKBI.
Pemeringkatan hasil UKBI ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
Peringkat Predikat Skor
I Istimewa 816-900
II Sangat Unggul 717-815
III Unggul 593-716
IV Madya 466-592
V Semenjana 346-465
VI Marginal 247-345
VII Terbatas 162-246
Peringkat VII (Terbatas): Predikat ini menunjukkan bahwa peserta uji memiliki
kemahiran yang sangat tidak memadai dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
Indonesia, baik lisan maupun tulis. Dengan kemahiran ini, yang bersangkutan hanya siap
berkomunikasi untuk keperluan kesintasan. Pada saat yang sama, predikat ini
menggambarkan potensi yang bersangkutan dalam berkomunikasi masih sangat besar
kemungkinannya untuk ditingkatkan. Predikat tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut.
1. Peserta uji memiliki kemampuan untuk mengingat informasi faktual dalam wacana
lisan dan tulis yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dalam bahasa Indonesia.
2. Peserta uji sesekali mampu memahami informasi faktual dengan baik. Peserta uji
memiliki pemahaman terhadap kaidah bahasa Indonesia untuk keperluan sehari-
hari yang terbatas.
3. Peserta uji dapat mengungkapkan gagasan, baik lisan maupun tulis, dalam situasi
dan kondisi yang dikenal secara terbatas.
4. Peserta uji menguasai kosakata yang ada di sekitarnya sesuai dengan kebutuhan
dasar hidupnya.
5. Peserta uji kadang-kadang masih terkendala dalam memahami gagasan dan
hubungan antargagasan, meskipun dalam wacana yang mudah dan sederhana.
SIMPULAN
Uji Kemahiran Bahasa Indonesia, selain sebagai alat untuk menguji kemahiran
berbahasa Indonesia, diakui memang telah ikut berperan dalam pemartabatan bahasa
Indonesia. Secara umum, materi UKBI adalah penggunaan bahasa Indonesia dalam
berbagai situasi dan laras, seperti sejarah, kebudayaan, hukum, teknologi, dan ekonomi.
Materi tersebut berasal dari berbagai sumber, baik wacana komunikasi lisan sehari-hari di
masyarakat maupun wacana tulis di berbagai media massa, buku acuan, dan tempat umum.
Pejabat publik sudah seharusnya mengutamakan sikap bahasa tersebut. Bahasa merupakan
identitas suatu negara, pejabat publik yang bekerja untuk kepentingan negara haruslah
menjunjung kesetiaan pada bahasa Indonesia. Kesetiaan itu bukan hanya menggunakan
bahasa Indonesia sehari-hari, tetapi menggunakannya dengan baik dan benar. Oleh karena
itu, UKBI tepat dijadikan tes yang menguji kemahiran berbahasa pejabat publik dan sudah
selayaknya menjadi standar dalam penyeleksian pejabat publik.
DAFTAR PUSTAKA
Coronel-Molina, Serafin M. 2009. MONOGRAPH (2009, pp.164)Definitions and Critical
Literature Review of Language Attitude, Language Choice and Language Shift: Samples of
Language Attitude Surveys. Diunduh dari
https://scholarworks.iu.edu/dspace/bitstream/handle/2022/3785/Defi nitions-Critical-Review-
of-Topics-in-Sociolinguistics.pdf pada 23 Februari 2017.
Denhardt,K.G.(1988).The Ethics of Public Service: Resolving Moral Dilemmas in the Public
Organizations. New York: GreewoodPress.
Fasold, Ralph. 1987 The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell.
Halim, Amran. 1983. Pembinaan Bangsa Indonesia. Jakarta: Gramedia Ridwan
Maani, KarjuniD.(2010).Etika PelayananPublik.DEMOKRASI,4(1).
Maryanto. 2007. Tes UKBI dan Pengajaran BIPA. Jakarta: Pusat Bahasa.
Mukti, Wijang Iswara dkk. (2017). Pengajaran BIPA dan Tes Ukbi Dalam Upaya Menjaga
Eksistensi Bahasa Indonesia Di Era Masyarakat Ekonomi Asean. The 1st Education and
Language International Conference Proceedings Center for International Language
Development of Unissula. Mei 2017.
Pasolong,H.(2007).Teori Administrasi Publik.Alfabeta.
Pusat Bahasa. 2007. Buklet UKBI, Edisi Kedua. Jakarta: Pusat Bahasa.
Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia.
Pusat Bahasa. Bedah Soal UKBI, Seri Pelatihan, Edisi Ketiga. Jakarta: Koperasi Primer Pusat
Bahasa.
Rezha,Fahmi.,et.al.(2013).Analisis PengaruhKualitasPelayananPublik
TerhadapKepuasanMasyarakat
(Studi Tentang Pelayanan PerekamanKartuTandaPenduduk Elektronik(E-KTP)DiKotaDepok
Ubaedillah, A & Rozak, A. (2008). Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani.
Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
https://news.detik.com/berita/d-4917515/para-pejabat-diminta-hati-hati-bicara-ke-publik-
jangan-bikin-gaduh.
Yance, Imelda dkk. 2016. “Sikap Bahasa Pengembang Perumahan di Riau”. Laporan Penelitian
Balai Bahasa Riau.