Anda di halaman 1dari 8

BENTUK KESALAHAN BERBAHASA DIRUANG PUBLIK

sebagai salah satu tugas pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia Kelas XI IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


SMA NEGERI 1 PALOH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Aturan penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan tentu diatur kaidahnya dalam Ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan. Misalnya, di dalam teori kaidah pelafalan bunyi bahasa
Indonesia dikatakan bahwa, pelafalan harus sesuai dengan tulisan, berbeda dengan kaidah bahasa
asing. Begitu pula dalam hal penulisan unsur-unsur bahasa asing yang telah diserap ke dalam
bahasa Indonesia. Oleh demikian, kaidah-kaidah seperti ini diharapkan mampu dipahami dan
diimplementasikan oleh masyarakat pengguna bahasa.

Penggunaan bahasa tulis banyak dijumpai di sekitar kita terutama di ruang publik. Ruang
publik adalah tempat terbuka umum yang bisa diakses oleh semua masyarakat dalam interaksi
sosial. Jalan (termasuk trotoar), alun-alun umum, taman dan pantai biasanya dianggap sebagai
ruang publik. Biasanya masyarakat atau instansi pemerintahan memanfaatkan jalan-jalan utama
untuk memasang papan-papan nama, iklan, spanduk dan alat informasi lain yang merupakan
pelayanan umum, agar informasi atau pesan lebih efektif sampai kepada pembaca (pengguna
jalan).

Secara umum penggunaan bahasa Indonesia pada ruang publik telah diatur dalam UU RI
No. 24 Tahun 2009, Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan,
fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi lain yang merupakan pelayanan umum. Untuk
menunjang hal tersebut, tentu terkhusus dalam bahasa tulis dituntut adanya penggunaan bahasa
Indonesia yang benar, yaitu bahasa yang digunakan sesuai dengan kaedah bahasa Indonesia yang
telah diatur dalam Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dan terdaftar sebagai kosa
kata bahasa Indonesia yang termuat dalam Kamus Bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa pada ruang publik cukup menarik untuk dikaji. Signifikansi hasil
kajian mengenai ruang luar publik terletak pada pengungkapan fenomena-fenomena ruang terbuka
yang bersifat lokal dan partisipatif (Rahaju & Nuryanto, 2009) dalam Hendrastuti, 2015: 30.
Penggunaan bahasa di ruang publik harus menggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan fungsi dan
situasinya (Sugihastuti, 2012) dalam Hendrastuti, 2015: 32. Ada tiga kompenen yang diperhatikan
dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, yaitu ejaan, diksi, dan struktur.
Komponen-komponen diatas diharapkan dapat membantu penulisan kalimat dalam ruang
publik agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan dari kaidah bahasa yang berlaku.
Ruang publik sebagai salah satu elemen penting perkotaan dapat menjadi petunjuk dan
mencerminkan karakter khusus suatu masyarakat. Secara umum ruang publik/public space dapat
didefinisikan dengan cara membedakan arti katanya secara harafiah terlebih dahulu. Publik
merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja dan space/ruang merupakan suatu
bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya (Ching, 1992)
dalam Antonius, 2008. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa public space/ruang
publik merupakan suatu ruang yang terbentuk atau didesain sedemikian rupa sehingga ruang
tersebut dapat menampung sejumlah besar orang (publik) dalam melakukan aktivitasaktivitas yang
bersifat publik sesuai dengan fungsi public space tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana kajian struktural bahasa dalam kesalahan berbahasa ruang publik?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahasa asing dan daerah dalam ruang publik di
Pontianak?

C. Batasan Masalah

Pada makalah ini kami hanya mengambil kesimpulan dari penelitian yang di ambil dari
Kota Pontianak.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan kajian struktural bahasa dalam kesalahan berbahasa ruang publik.

2. Mendeskripsikan pengaruh penggunaan bahasa asing dan daerah dalam ruang publik di
Pontianak

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat menambah keilmuan kaitannya dengan
kesalahan berbahasa, dan dapat bermanfaat guna menambah wawasan dalam mengkaji
lebih dalam tentang bentuk-bentuk kesalahan berbahasa di ruang publik.
2. Manfaat Parktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya
masyarakat Grobogan, Purwodadi dan sekitarnya agar mampu meningkatkan
pemahaman terhadap bentuk-bentuk kesalahan berbahasa pada iklan maupun tulisan
lainnya yang ada di ruang publik. Selain itu masyarakat dapat lebih pintar dalam
memilih bahasa dalam menuliskan suatu kata yang terdapat disebuah iklan maupun
informasi agar dapat dimengerti isi maupun makna yang terkandung dalam iklan
tersebut, dan mudah dimengerti pembaca maupun masyarakat lainnya.
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian yang mendasari makalah ini ialah penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan dari
penelitian ini untuk menampilkan fakta, fenomena, variabel, dan keadaan pada saat peneltian
berlangsung. Kegiatan penelitian ini dengan cara menafsirkan dan menguraikan data yang
digunakan pada saat penelitian, dilihat dari situasi, sikap serta pemikiran atau pandangan
masyarakat yang terjadi. Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Hal yang dilakukan dalam kegiatan penelitian, yaitu mengumpulkan data, menganalisis data,
menginterprestasi data, dan merumuskan suatu kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan
data tersebut.

Metode penelitian ini menggunakan kombinasi antara metode kuantitatif an metode


kualitatif. Metode kuantitatif digunakan sebagai metode pengolahan jumlah populasi dan korpus
data hingga penentuan jumlah sampel data. Metode kualitatif digunakan sebagai metode analisis
fitur linguistik dari sampel data yang meliputi jenis lanskap bahasa dan penggunaan bahasa dari
sampel data.

Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer yang langsung dikumpulkan
langsung dari kawasan sepanjang jalan-jalan protokol kota Pontianak. Sumber data adalah foto
langsung lanskap bahasa yang terdapat di kawasan jalan protokol Kota Pontianak. Data penelitian
ini berupa penggunaan kata-kata lanskap bahasa di kawasan jalan protokol Kota Pontianak.
BAB III
PEMBAHASAN
Penggunaan Bahasa Indonesia Pada Ruang Publik di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan
Barat. Munculnya gejala penggunaan bahasa asing secara menyeluruh merupakan ancaman yang
sangat bersar dan persoalan yang cukup serius bagi pemertahanan bahasa negara. Gejala
pencampuran bahasa asing dalam bahasa negara lambat laun dapat menggeser kedudukan bahasa
Indonesia. Adanya interferensi bahasa asing dapat mengancam keberadaan bahasa Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri fenomena saat ini dalam komunikasi sehari-hari, bahasa asing sudah
menjadi bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia, meski masih ditemui pada komunitas tertentu.

Hal ini dilakukan karena bagi sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa bahasa asing
lebih bergengsi dan berkelas. Dengan penggunaan istilah-istilah asing mereka lebih berprestise
dan lebih bergaya, dibandingkan dengan bahasa negaranya. Faktor penyebab lain, selain beberapa
hal yang telah dipaparkan di atas, masyarakat kita biasanya merasa bahwa mereka tidak
mengetahui padanan kata atau istilah dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, mereka beranggapan
bahwa tidak semua ungkapan atau istilah bahasa asing tepat digunakan dalam bahasa Indonesia.
Pada hakikatnya, bahasa Indonesia memiliki banyak kekayaan kosa kata yang tepat dan
komunikatif, tetapi tidak semua kosa kata belum banyak disosialisaikan ke masyarakat. Tugas
masyarakat Indonesia tidak hanya berdiam diri dengan adanya pergeseran bahasa negara, dengan
tetap mempertahankan bahasa dan menjadikan bahasa negara menjadi tuan rumah di negeri
sendiri.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi memiliki komitmen dalam tatanan penggunaan
bahasa negara yaitu bahasa Indonesia. Adanya pergeseran bahasa negara di ruang publik
menjadikan kota Pontianak tetap menjadi kota yang menjunjung tinggi martabat bahasa negara.
Namun dari beberapa data dalam kajian ini pergeseran bahasa dapat dilihat dari munculnya
interferensi bahasa asing secara utuh, interferensi ketatabahasaan, penggunaan istilah asing dalam
struktur bahasa dan unsur campur kode bahasa asing. Tingkat keterkendalian bahasa di sepanjang
jalan protokol pada ruang publik memperoleh hasil yang signifikan yaitu B, yang berarti bahasa
negara masih terkontrol pada tataran ruang publik. Hasil yang cukup baik tidak menjadikan kota
Pontianak merasa bangga dan terlena, justru menjadi cambuk untuk memperoleh nilai yang lebih
baik ke tingkat A. Sehingga kota Pontianak akan menjadi kota yang menjunjung tinggi
pemartabatan bahasa negara.

Saran untuk seluruh Kota Pontianak diharapkan dapat lebih memperhatikan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kaitannya dengan pemberian nama toko atau tempat
usahanya, sehingga dapat sekaligus menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat. Pengusaha
yang masih menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah atau menggunakan bahasa Indonesia
yang tidak sesuai dengan kaidah sebaiknya segera mempertimbangkan untuk melakukan
perubahan atau memperbaiki nama toko atau tempat usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/76214/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://repositori.kemdikbud.go.id/10418/1/dokumen_makalah_1540351921.pdf
file:///C:/Users/RAPINA/Downloads/2135-6563-2-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai