5
Poleang Utara yang baru terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Bombana No. 11 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Poleang Utara,
Kecamatan Poleang Tenggara, Kecamatan Poleang Selatan; terbentuknya Puskesmas
Poleang Utara merupakan refleksi dan aspirasi seluruh masyarakat yang terintegrasi
dalam wilayah, sebagai respon atas tuntutan masyarakat dan dinamika perkembangan
wilayah yang ditandai dengan kemajuan ekonomi, sosial budaya, politik, jumlah
penduduk, luas wilayah serta potensi daerah. Oleh sebab itu aspirasi masyarakat untuk
tumbuh dan berkembang dalam suatu tantangan kehidupan yang mandiri dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat menjadi
wujud aspirasi dari masyarakat Kecamatan Poleang Utara.
Puskesmas Poleang Utara berada dalam wilayah kerja Kecamatan Poleang
Utara Kabupaten Bombana, dan berdiri diatas sebidang tanah seluas 5000 m2 milik.
Pemerintah Kabupaten Bombana di Jl. Jendral Soedirman No. 02, Desa tanah
Poleang Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana.
Adapun batas wilayah Kecamatan Poleang Utara adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Puskesmas Matausu
- Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Poleang Rarowatu
- Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Puskesmas Tontonunu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas Poleang Timur
Topografi wilayah umumnya datar sampai berbukit dengan ketinggian dari
permukaan > 15.000 m dari permukaan laut. Suhu udara antara 23 oC - 32oC dan curah
hujan di wilayah Kecamatan Poleang utara relatif rendah ± 1325mm per tahun.
2. Luas Wilayah Dan Kependudukan
Luas wilayah kerja Puskesmas Poleang Utara adalah 305,33 km2 yang
mempunyai 8 (delapan) desa binaan yaitu Desa Toburi, Desa Tanah Poleang, Desa
Tampabulu, Desa Pusuea, Desa Rompu-Rompu, Desa Karya Baru, Desa Wambarema
dan Desa Lawatuea.
6
Adapun luas masing-masing desa seperti dicantumkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Luas Daerah Desa di Kecamatan Poleang Utara
No Desa Ibu Kota Desa Tertinggal Luas Wilayah
7
Gambar 2.3 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Poleang Utara
3. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Poleang Utara terdiri dari bermacam-
macam suku seperti Suku Moronene yang merupakan suku asli di Kecamatan Poleang
Utara, suku Tolaki, Suku Bugis / Makassar, Suku Bali dan Suku Toraja. Adapan agama
yang dianut para penduduk yakni agama Islam, Hindu, Kristen dan Katholik. Perilaku
masyarakat sangat dipengaruhi oleh adat-istiadat setempat seperti nampak dalam acara-
acara pernikahan, selamatan, lulo dan lain-lain. Mata pencaharian penduduk pada
umumnya adalah petani, pedagang, ASN dan lain-lain.
4. Fasilitas Pendidikan
Tingkat pendidikan / Sumber Daya Manusia memiliki peranan penting dalam
kesehatan perorangan maupun kesehatan lingkungan; sehingga untuk menunjang hal
tersebut diperlukan sarana pendidikan yang memadai sebagai sarana pengembangan
SDM secara formal. Sarana Pendidikan pada tingkat TK, SD, SMP dan SMA telah
tersedia di wilayah kerja Poleang Utara seperti ditampilkan pada tabel dibawah ini
8
Tabel 2.3 Distribusi Sarana Pendidikan di wilayah Kerja Puskesmas Poleang Utara Tahun
2019
No Desa TK SD SMP SMA
1. Toburi 1 1 1 1
2. Tampabulu 2 2 2 2
3. Tanah Poleang 2 2 1 0
4. Pusuea 1 1 1 0
5. Rompu-Rompu 1 3 0 0
6. Karya Baru 1 1 0 0
7. Wambarema 1 1 0 0
8. Lawatuea 2 1 0 0
JUMLAH 11 12 5 3
Sumber: Data Primer Puskesmas Poleang Utara Tahun 2019
5. Pelayanan di Puskesmas Poleang Utara
Pelayanan di Puskesmas Poleang Utara melaksanakan Upaya Kesehatan melalui:
1) Pelayanan dalam gedung antara lain :
a. Pelayanan pendaftaran
b. Pelayanan poli umum
c. Pelayanan gigi
d. Pelayanan poli KIA dan KB
e. Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD)
f. Pelayanan Rawat Inap
g. Pelayanan Ruang Bersalin
h. Pelayanan Apotek
i. Pelayanan P2 tuberkulosis
j. Pelayanan P2 kusta
k. Pelayanan kesehatan Luar Gedung
2) Pelayanan Kesehatan Luar Gedung:
a. Program KIA dan KB
b. Program Gizi
c. Program kesehatan lingkungan
d. Program promosi kesehatan
e. Program imunisasi program penyakit tidak menular
9
f. Program pneumonia
g. Program DBD
h. Program diare
i. Program malaria
6. Ketenagaan
Masalah yang dihadapi dalam hal ketenagaan adalah kurangnya tenaga
administrasi, tenaga rekam medis dan tenaga prakarya. Upaya pemenuhan kebutuhan
adalah melalui pengusulan penambahan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan
kualifikasi pendidikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana setiap tahunnya.
Sumber daya tenaga kesehatan yang melaksanakan program kesehatan di Puskesmas
Poleang Utara pada tahun 2019 berjumlah 48 orang seperti tercantum pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.4 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Poleang Utara Tahun 2019
No Jenis ketenagaan Status Ketenagaan Jumlah
PNS NS Honor Sukarela
1. Dokter Umum 1 1 2
2. Dokter Gigi 1 1
3. Ners Profesi Keperawatan 1 1 2
4. Sarjana Keperawatan 1 1 2
5. Sarjana Gizi 1 1
6. Sarjana Kes. Masyarakat 2 1 3
7. D IV Gizi 1 1
7. D IV Kebidanan 1 1
8. D III Keperawatan 3 2 1 6
9. D III Kebidanan 8 2 10 20
10. D III Gizi 2 2
11. D III Analis 1 1 2
12. Perawat Gigi (SPRG) 1 1
13. SMA / Sederajat 1 1
14. Apoteker 1 1
15. Sarjana Farmasi 1 1
16. DIII Farmasi 1 1
JUMLAH 18 9 5 16 48
Sumber: Data Primer Puskesmas Poleang Utara Tahun 2019
10
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Puskesmas Poleang Utara
KEPALA PUSKESMAS
Rahmat,S.ST
11
Tupoksi Organisasi
1. Tugas Pokok
Melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di kecamatan Poleang Utara dalam rangka Pembangunan kesehatan melalui
pelayanan yang optimal demi tercapainya kecamatan sehat, menuju bombana sejahtera
dan indonesia sehat.
2. Fungsi Organisasi
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kecamatan Poleang Utara;
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kecamatan Poleang Utara.
3. Uraian tugas pokok perawat
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Perawat dan Angka Kreditnya. Menurut Pasal 1 jabatan fungsional
perawat adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan
wewenang untuk melakukan kegiatan pelayanan keperawatan pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya. Tugas pokok perawat yaitu
melakukan kegiatan pelayanan keperawatan yang meliputi asuhan keperawatan,
pengelolaan keperawatan dan pengabdian pada masyarakat.
13
6) Kepemimpinan, ASN mampu menghargai pimpinannya agar tercipta
lingkungan yang akuntabel
7) Transparansi, ASN mampu menjelaskan kinerjanya kepada stakeholder
dan membuka informasi pada public untuk mendorong efisiensi dan
kreatifitasnya.
8) Integritas, ASN mampu menjunjung tinggi dan mematuhi semua aturan
hukum yang berlaku
9) Tanggung jawab, ASN mampu mematuhi hukum yang berlaku terhadap
setiap tindakan yang telah ia perbuat baik terhadap institusi maupun
stakeholder
10) Keadilan, ASN mampu bersikap adil baik terhadap organisasi maupun
stakeholder tanpa membeda-bedakan
11) Kepercayaan, rasa keadilan akan membawa sebuah kepercayaan yang
akuntabel
12) Keseimbangan , ASN mampu menggunakan wewenangnya untuk
meningkatkan kinerjanya.
13) Kejelasan, ASN dituntun mampu bertanggung jawab terhadap hasil
laporannya.
14) Konsistensi, ASN mampu membuktikan bahwa kinerjanya bebas dari
kepentingan partai atau golongan serta kepentingan pribadi/perorangan.
15) Non diskriminatif, seorang ASN harus mampu membuktikan bahwa
16) Program yang dilakukan tidak mengandung unsur diskriminasi.
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan hal mendasar yang harus menjiwai ASN. Bahkan
tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan
nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih
penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara.
Nilai-nilai yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana
aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya.
14
Nasionalisme dalam tataran sebagai warga negara Indonesia, diharapkan
seluruh pegawai ASN mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila pada setiap
kebijakan yang diambil serta dijiwai semangat bhineka tunggal ika sebagai ruhnya.
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan
kebijakan publik. Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas
tinggi dalam melayani publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang
profesional. ASN adalah aparat pelaksana yang melaksanakan segala peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik untuk mencapai tujuan-
tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk pelayanan sektor
publik yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di
bidang perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai
pelayan publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan
pelayanan yang prima.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus memiliki integritas
tinggi yang merupakan bagian dari kode etik dan kode etik perilaku yang telah diatur
dalam Undang-Undang ASN. Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan
pada pilihan-pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas
dengan dijiwai oleh nilai-nilai yang terkandung dalam pengamalan Pancasila.
3. EtikaPublik
Etika adalah tujuan hidup yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam
institusi yang adil. Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik atau buruk, benar
atau salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau
benar. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam
pelayanan publik.
15
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur
tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang
bertujuan untuk mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan, dimensi
modalitas yang terdiri dari akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi
16
tindakan integritas publik. Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat
menjadi pelayan publik yang beretika.
Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi
teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami
etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat
cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan bahkan seringkali diskriminatif,
terutama pada masyarakat kalangan bawah yang tidak beruntung. Etika publik
merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan diterapkannya kode etik
ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa menjadi pelayan, dari
wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
yang harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.
4. Komitmen mutu
LAN RI menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik utama dalam menjamin
mutu yang baik yaitu efektivitas, efesien dan inovasi. Dasar yang digunakan untuk
mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi
kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga,
dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan
untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai
inovasi, LAN RI menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan
(bersifat evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi
akan menjadi salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Sebagaimana terkait dengan karakteriktik utama tersebut, setidaknya empat
indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target.
Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana)
17
mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga
diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar
alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif,
sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai
aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang
berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan
tugas rutin.
d. Berorientasi pada Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan
konsumen. Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan
kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi
dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital
untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas
institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayan, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu: meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai, dan sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan
dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan
dengan tanggap;
18
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya;
e. Empaty, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik,
dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya.
Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan
seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan mutu agar
dapat memuaskan pelanggan. Bill Creech memperkenalkan lima pilar dalam
manajemen mutu terpadu yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan
komitmen. Kelima pilar tersebut memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang
tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan bahkan dapat terus ditingkatkan
secara berkelanjutan. Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu
adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja
aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
5. Anti korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya
terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi
penegakan integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil
seseorang bisa menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk
bisa berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan
untuk berbuat curang.
19
b. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih
sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak
mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa
sosial tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang
tidak benar tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian
penghasilannya untuk membantu sesama.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi
tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang
dimiliki seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya
guna bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai
keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi
untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu
mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada
prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja.
Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak
akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara
yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik
demi kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil
kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
20
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
berkarya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu
tanpa mengeluarkan keringat.
g. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya
tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang
kemewahan. Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu
pengetahuan. Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya
karena hawa nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta
sebanyak-banyaknya.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir
adanya penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia
juga berani berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan
teman-teman sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal
yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau
ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang menyimpang.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima
sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia
akan memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan
kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi
masyarakat dan bangsanya.
3. Pelayanan Publik
Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan untuk memberikan
pelayanan publik yang berkualitas melalui konsep dan prinsip pelayanan publik, pola
pikir PNS sebagai pelayanan publik, praktek etiket pelayanan publik. Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik menyatakan bahwa pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara kebijakan publik. Prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: Partisipatif, Transparan, Responsif, Tidak
diskriminatif, Mudah dan Murah, Efektif dan Efisien, Aksesibel, Akuntabel, dan
Berkeadilan.
22
D. PENETAPAN ISU DAN DAMPAKNYA
Berdasarkan kondisi saat ini di puskesmas melalui hasil observasi selama
bertugas di puskesmas poleang utara. Terdapat isu masih adanya factor resiko terkait
penularan penyakit antara petugas puskesmas dengan petugas puskesmas yang lain
yang ada di puskesmas poleang utara, sumber infeksi terbesar di puskesmas poleang
utara dimulai dari ruang IGD dan rawat inap karena sebagai akses masuk pertamanya
dan kumpulan berbagai penyakit memalui gerbang IGD dan di ruang rawat inap,
dimana petugas yang belum optimal dalam melakukan tahap pencegahan dan
pengendalian infeksi seperti cuci tangan terhadap dirinya sendiri, akan beresiko terjadi
penularan penyakit terutarama pada petugas yang satu dengan petugas yang lain.
Dengan menncuci tangan kita bisa terhindar dari penularan penyakit.
Tabel 2.4 Identifikasi isu terkait kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan
No. Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan
23