Anda di halaman 1dari 22

Pengaturan Pembiayaan Utang Daerah

Dalam UU Nomor1/2022 tentang HKPD


dan
RPP Harmonisasi Kebijakan Fiskal
Nasional

Oleh:

Dudi Hermawan

Jakarta, Agustus 2022

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 1


OUTLINE

PEMBARUAN PENGATURAN PEMBIAYAAN UTANG


01 DAERAH DALAM UU NO.1/2022 TENTANG HKPD

PEMBIAYAAN UTANG DAERAH DALAM UU


02 NO.1/2022 TENTANG HKPD

KONSEP PENGATURAN PEMBIAYAAN UTANG


03 DAERAH DALAM RPP TURUNAN UU NO.1/2022
TENTANG HKPD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2


1
PEMBARUAN PENGATURAN
PEMBIAYAAN UTANG DAERAH DALAM
UU NO.1/2022 TENTANG HKPD

3
4

PENGATURAN PEMBIAYAAN UTANG DAERAH


UU No.1/2022 Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Dalam rangka akselerasi pembangunan, Daerah dapat melakukan Pembiayaan Utang Daerah dengan tetap mengutamakan
prinsip kehati-hatian dan kesinambungan fiskal.
PENGUATAN PRUDENTIALITY
Mengutamakan Prinsip Kehati-hatian Manfaat Kebijakan Baru Pembiayaan Utang Daerah
Instrumen Kebijakan: A. Pengintegrasian persetujuan DPRD dengan
• Harus mendapatkan persetujuan DPRD dalam pembahasan RAPBD pembahasan RAPBD  Simplifikasi prosedur, tanpa
(simplifikasi prosedur)
mengurangi aspek prudentiality
• Dapat melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah setelah mendapat
pertimbangan dari Menkeu, Mendagri, Menteri PPN/Ka Bappenas B. Perluasan skema pembiayaan dengan memasukkan
• Penarikan Pinjaman dari Pusat & penerbitan Obligasi & Sukuk aspek Syariah seperti Sukuk Daerah  Sesuai
dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Menkeu dan dengan aspirasi sebagian daerah yang menginginkan
pertimbangan Mendagri
• Kewajiban penganggaran pembayaran kembali dalam APBD dan
adanya skema pembiayaan Syariah karena secara
adanya sanksi administrasi kultur dan politis lebih diterima.
• Pengendalian defisit & pembiayaan utang oleh Menkeu C. Reklasifikasi jenis pinjaman dari berdasarkan jangka
• Larangan pembiayaan langsung dari luar negeri
waktu menjadi berdasarkan bentuk pinjaman yaitu:
PERLUASAN SKEMA PENGGUNAAN PEMBIAYAAN Pinjaman Tunai (Program) dan Pinjaman
Konvensional dan Syariah Pengutamaan Pemanfaatan Kegiatan Mencegah kesimpangsiuran istilah yang
Instrumen Kebijakan: akan membingungkan daerah sebagai institusi
Instrumen Kebijakan:
Skema Pembiayaan Daerah:
Penggunaan pembiayaan utang daerah
pelaksana peraturan dan selaras dengan praktek
• Pinjaman Daerah dalam APBN.
diutamakan untuk pembiayaan
• Obligasi Daerah
pembangunan infrastruktur Daerah
• Sukuk Daerah
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 4
PENGATURAN PEMBIAYAAN UTANG DAERAH
Perbandingan Pengaturan antara UU No. 33/2004 dan UU No.1/2022

UU 33/2004 (Pasal 49 s.d 65) UU HKPD (Pasal 154-163)


Pengaturan Pembiayaan berupa pembiayaan konvesional yang Perluasan bentuk pembiayaan, baik konvensional maupun
hanya fokus pada Pinjaman Daerah (obligasi dimasukkan syariah
dalam kategori pinjaman).
Penyesuaian Taksonomi Pinjaman Daerah menjadi
JENIS PINJAMAN Pembiayaan Utang Daerah berupa: Pinjaman, Obligasi,
dan Sukuk Daerah (sesuai praktik APBN)
Jenis Jangka Waktu Penggunaan

Jangka Pendek ≤ 1tahun Kepentingan arus kas Jenis Pinjaman: Tunai (Program) dan Kegiatan (Proyek)
Jangka Menengah >1tahun s.d. sisa jabatan Penyediaan layanan umum tidak Materi lainnya:
Kepala Daerah menghasilkan penerimaan
• Persetujuan DPRD diintegrasikan dengan pembahasan
Jangka Panjang >1 tahun Proyek investasi menghasilkan penerimaan
RAPBD sesuai praktik APBN
• Barang Milik Daerah dapat dijadikan sebagai underlying
asset (dasar penerbitan) Sukuk Daerah.
MATERI LAIN
• Hasil obligasi dan sukuk hanya untuk membiayai investasi
sektor public yang menghasilkan penerimaan dan/atau
Adanya persetujuan DPRD untuk setiap Pinjaman Jangka memberikan manfaat untuk masyarakat
Menengah dan Panjang, termasuk Obligasi Daerah • Pembiayaan Utang Daerah yang memenuhi persyaratan
teknis, dapat dilakukan melebihi sisa masa jabatan Kepala
Daerah setelah mendapat pertimbangan Menkeu, Mendagri
dan Bappenas
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 5
2 PEMBIAYAAN UTANG DAERAH
DALAM UU NO.1/2022 TENTANG HKPD

6
PEMBIAYAAN UTANG DAERAH
Jenis dan Prinsip Umum Pembiayaan Utang Daerah
Pembiayaan Utang Daerah adalah setiap penerimaan Daerah yang harus dibayar kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pinjaman Daerah Pembiayaan Utang Daerah digunakan untuk membiayai


Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
Pembiayaan Utang Daerah yang diikat dalam suatu perjanjian pinjaman
dan bukan dalam bentuk surat berharga, yang mengakibatkan Daerah Pemerintah tidak memberikan jaminan atas
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari Pembiayaan Utang Daerah
pihak lain, sehingga Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk
Pemerintah Daerah dilarang melakukan
membayar kembali
Pembiayaan langsung dari pihak luar negeri

Obligasi Daerah Prinsip Nilai bersih maksimal Pembiayaan Utang Daerah


Umum
Pembiayaan
dalam satu tahun anggaran terlebih dahulu
Utang mendapat persetujuan DPRD
Obligasi Daerah adalah surat berharga berupa pengakuan utang Daerah
yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Persetujuan DPRD atas Pembiayaan Utang Daerah
diberikan pada saat pembahasan APBD
Sukuk Daerah Dalam hal tertentu Kepala Daerah dapat melakukan
Pembiayaan melebihi nilai bersih maksimal yang disetujui
DPRD dan dilaporkan sebagai perubahan APBD tahun yang
Sukuk Daerah adalah surat berharga berdasarkan prinsip
bersangkutan
Syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan asset Sukuk
Pembiayaan Utang Daerah yang memenuhi persyaratan teknis dapat
Daerah yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
dilakukan melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah setelah mendapat
pertimbangan dari Menkeu, Mendagri dan Menteri Bappenas
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 7
Ruang Lingkup Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah dapat bersumber dari:


a. Pemerintah
b. Pemerintah Daerah lain Pinjaman Daerah dapat berbentuk
c. LKB konvensional atau syariah
d. LKBB

Dalam kondisi tertentu, Pemerintah dapat


memberikan Pinjaman Daerah yang Kesepakatan pinjaman dituangkan
membiayai program dan kegiatan dalam Perjanjian Pinjaman yang
penanganan keadaan darurat bencana yang ditandatangani oleh Kepala Daerah
berskala nasional yang telah ditetapkan dan pemberi pinjaman
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 8


Tujuan Pinjaman Daerah

Pinjaman Daerah dilakukan dalam rangka:

PENGELOLAAN KAS
Pinjaman dalam rangka
pengelolaan kas harus dilunasi
01
dalam tahun anggaran Pinjaman Daerah dalam rangka
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN pembiayaan pembangunan
berkenaan 02 INFRASTRUKTUR DAERAH infrastruktur dapat berupa
pinjaman tunai dan/atau pinjaman
PENGELOLAAN PORTOFOLIO kegiatan.
03 UTANG DAERAH
Pinjaman Daerah dalam rangka penerusan
Penugasan Pemerintah Daerah
PENERUSAN PINJAMAN DAN/ATAU pinjaman dan/atau penyertaan modal kepada
yang bukan merupakan
program/kegiatan yang bersifat
strategis nasional harus
04 PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD BUMD berupa penugasan dari
Pemerintah/Pemerintah Daerah kepada
BUMD untuk membiayai program/kegiatan
mendapatkan persetujuan dari
yang bersifat strategis nasional atau
Menteri yang menyelenggarakan
penugasan lainnya
urusan pemerintahan dalam negeri

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9


PEMBIAYAAN UTANG DAERAH
Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

Obligasi Daerah adalah surat berharga berupa pengakuan utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
Sukuk Daerah adalah surat berharga berdasarkan prinsip Syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan asset
Sukuk Daerah yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah
Diterbitkan dalam rangka pembiayaan pembangunan
infrastruktur Daerah dilakukan untuk penyediaan sarana
dan prasarana Daerah

Diterbitkan dalam pasar modal domestik


melalui mekanisme penawaran umum dan
dalam mata uang Rupiah Dilakukan dengan persetujuan Menteri
Keuangan setelah mendapat
pertimbangan Menteri Dalam Negeri

Dilakukan dalam rangka: Prinsip Umum


 Pembiayaan pembangunan infrastruktur Obligasi Daerah
daerah; & Sukuk Daerah
 Pengelolaan portofolio utang Daerah; Penerbitan Sukuk Daerah dilakukan
dan/atau setelah mendapat pernyataan kesesuaian
 Penerusan pinjaman dan/atau penyertaan Sukuk Daerah terhadap prinsip-prinsip
modal kepada BUMD atas dana hasil syariah dari ahli syariah pasar modal.
penjualan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 10


KONSEP PENGATURAN PEMBIAYAAN

3 UTANG DAERAH DALAM RPP


TURUNAN UU NO.1/2022 TENTANG
HKPD

11
Pembiayaan Utang Daerah
Persyaratan Keuangan & Dokumen Rencana Pembiayaan Utang Daerah

Persyaratan Keuangan Pembiayaan Utang Daerah, meliputi:

Batas maksimal Pembiayaan Rasio kemampuan keuangan Batas maksimal defisit APBD yang
01 Utang Daerah tidak melebihi 75%
dari jumlah pendapatan APBD
02 daerah untuk mengembalikan
Pembiayaan Utang Daerah
03 dibiayai utang pada setiap tahun
anggaran (sesuai dengan
tahun sebelumnya) (Rasio DSCR paling sedikit 2,5) ketentuan dalam PMK)

Dokumen Rencana Pembiayaan Utang Daerah, meliputi:

Laporan Keuangan Pemerintah


Salinan berita acara pelantikan Daerah selama 3 (tiga) tahun
Kepala Daerah terakhir yang telah diaudit BPK

Anggaran Pendapatan dan


Kerangka acuan kegiatan Belanja Daerah tahun anggaran
berjalan

Rencana Pembangunan Jangka Rancangan Peraturan Daerah


Menengah Daerah periode tentang Anggaran Pendapatan
berkenaan Rencana Kerja Pemerintah dan Belanja Daerah tahun
Daerah tahun berkenaan pinjaman berkenaan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 12


PINJAMAN DAERAH YANG BERSUMBER DARI
PEMERINTAH
Ketentuan Umum, Persetujuan
Ketentuan Umum& Pertimbangan Pinjaman
Pinjaman Daerah Daerah dari Pemerintah
yang bersumber
Dapat dilakukan melalui penugasan
Berasal dari APBN
Diberikan melalui Menteri setelah mendapatkan kepada LKB atau LKBB
pertimbangan Menteri yang menyelenggarakan urusan Pinjaman Daerah yang diberikan melalui penugasan
pemerintahan dalam negeri dan Menteri yang kepada LKB atau LKBB terlebih dahulu mendapatkan
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang pertimbangan Menteri dan Menteri yang
perencanaan pembangunan nasional menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri.

Persetujuan dan Pertimbangan untuk Pinjaman Daerah Persetujuan dan Pertimbangan untuk Pinjaman Daerah
yang bersumber dari Pemerintah yang bersumber dari LKB/LKBB
Dengan melakukan penilaian terhadap paling sedikit: Dengan melakukan penilaian terhadap paling sedikit:
a. batas maksimal Pembiayaan Utang Daerah; a. batas maksimal Pembiayaan Utang Daerah;
Persetujuan Pertimbangan
b. rasio kemampuan keuangan daerah untuk b. rasio kemampuan keuangan daerah untuk
Menteri Menteri
mengembalikan Pembiayaan Utang Daerah; dan mengembalikan Pembiayaan Utang Daerah; dan
Keuangan Keuangan
c. nilai batas maksimal defisit APBD yang dibiayai dari c. nilai batas maksimal defisit APBD yang dibiayai dari
utang. utang.
Dengan melakukan penilaian terhadap: Dengan melakukan penilaian terhadap:
Pertimbangan a. kesesuaian kegiatan dengan urusan yang menjadi Pertimbangan a. kesesuaian kegiatan dengan urusan yang menjadi
Menteri Dalam kewenangan daerah; Menteri Dalam kewenangan daerah;
Negeri b. kesesuaian program dan/atau kegiatan dengan Negeri b. kesesuaian program dan/atau kegiatan dengan
dokumen perencanaan dan penganggaran daerah; dan dokumen perencanaan dan penganggaran daerah; dan
c. kualitas belanja APBD. c. kualitas belanja APBD.
Pertimbangan Dengan melakukan penilaian terhadap kelayakan
Menteri PPN/ Dengan melakukan penilaian terhadap rencana Persetujuan
teknis dan keuangan serta memperhatikan
Bappenas kegiatan dengan program prioritas pembangunan LKB atau LKBB
pertimbangan Menteri Keuangan dan Menteri Dalam
nasional. Negeri.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 13
Pinjaman Pinjaman Daerah yang bersumber dari Daerah Lain, LKB dan LKBB
Serta Pinjaman Daerah dari PT SMI

Pinjaman Daerah yang bersumber dari Daerah Lain, LKB dan LKBB

Pinjaman Daerah yang bersumber dari daerah


lain, LKB dan LKBB dilaksanakan sesuai dengan
Kepala Daerah menyampaikan Salinan Perjanjian
ketentuan pemberi pinjaman.
Pinjaman Daerah yang bersumber dari daerah
lain, LKB dan LKBB kepada Menteri Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri.

Berdasarkan PMK Nomor 174/PMK.08/2016, PT Sarana Multi Infrastruktur mendapatkan penugasan dari
Pemerintah untuk memberikan pinjaman daerah dalam rangka penyediaan infrastruktur dengan sumber
pendanaan yang berasal dari APBN dan sumber-sumber lainnya.

Pinjaman PT SMI sebagai Pinjaman Pinjaman PT SMI sebagai Lembaga


bersumber dari Pemerintah melalui Keuangan Bukan Bank
Penugasan kepada LKBB Pinjaman PT Sarana Multi Infrastruktur yang sumber
pendanaannya berasal dari non APBN.
Pinjaman PT Sarana Multi Infrastuktur yang sumber
pendanaannya berasal dari APBN untuk diberikan kepada Terutama ditujukan kepada institusi di luar Pemerintah
Pemerintah Daerah. Daerah
Mekanisme pengusulan Pinjaman Daerah nya Mekanisme pengusulan Pinjaman tersebut tidak
memerlukan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri. memerlukan Pertimbangan Menteri Dalam Negeri.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 14


PEMBERIAN SUBSIDI BUNGA

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan fiskal nasional dan/atau penanganan kondisi


darurat, pemerintah dapat memberikan pinjaman daerah yang bersumber dari
Pemerintah dan/atau LKB/LKBB yang mendapat penugasan dari Pemerintah

Pemerintah dapat memberikan Besaran subsidi bunga dilakukan


subsidi bunga kepada Daerah dengan memperhatikan kategori
yang memanfaatkan pinjaman kapasitas fiskal daerah dan
bersumber dari LKB/LKBB yang kemampuan keuangan negara.
mendapat penugasan dari
Pemerintah .

Pemberian subsidi bunga diatur dengan


Peraturan Menteri Keuangan.
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 15
Pengaturan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
Ketentuan Umum Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah dilakukan dalam rangka:


PENERUSAN PINJAMAN
01 PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR DAERAH 02 PENGELOLAAN PORTOFOLIO
UTANG DAERAH 03 DAN/ATAU PENYERTAAN
MODAL KEPADA BUMD

Prinsip Umum Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah :

Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk


Daerah dilakukan dengan Persetujuan
Menteri Keuangan setelah mendapat Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk
Pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Daerah dilakukan melalui mekanisme
penawaran umum.
Dalam rangka penawaran umum
Obligasi Daerah dan/atau Sukuk Daerah,
Pemerintah Daerah menyampaikan Tata cara penyampaian pernyataan
dokumen Pernyataan Pendaftaran pendaftaran penawaran umum dan
Penawaran Umum Obligasi Daerah dokumen pernyataan pendaftaran
dan/atau Sukuk Daerah kepada Otoritas penawaran umum mengikuti ketentuan
Jasa Keuangan setelah mendapatkan peraturan di bidang pasar modal.
persetujuan Menteri Keuangan dan
pertimbangan Menteri Dalam Negeri. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 16
Pengaturan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
Persetujuan Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

Kewenangan Menteri dan Menteri Dalam Negeri terkait Persetujuan dan Pertimbangan atas usulan
Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

Dilaksanakan paling lama 15 hari kerja, dengan melakukan penilaian terhadap


Persetujuan paling sedikit:
a. batas maksimal Pembiayaan Utang Daerah;
Menteri
b. rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan Pembiayaan Utang
Keuangan Daerah; dan
c. nilai batas maksimal defisit APBD yang dibiayai dari utang.

Dilaksanakan paling lama 15 hari kerja, dengan melakukan penilaian


Pertimbangan terhadap :
Menteri Dalam a. kesesuaian kegiatan dengan urusan yang menjadi kewenangan daerah;
Negeri b. kesesuaian program dan/atau kegiatan dengan dokumen perencanaan
dan penganggaran daerah; dan
c. kualitas belanja APBD.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 17


Pengaturan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
Jenis-jenis Sukuk Daerah

Sukuk Daerah dapat berupa:

Sukuk Daerah Ijarah yang diterbitkan


berdasarkan Akad Ijarah 01
Sukuk Daerah Mudarabah, yang
02 diterbitkan berdasarkan Akad Mudarabah
Sukuk Daerah Musyarakah, yang
diterbitkan berdasarkan Akad Musyarakah
03 Sukuk Daerah Istishna’, yang
04 diterbitkan berdasarkan Akad Istishna’
Sukuk Daerah Wakalah, yang
diterbitkan berdasarkan Akad Wakalah
05 Sukuk Daerah yang diterbitkan
berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak
Sukuk Daerah yang diterbitkan
06 bertentangan dengan prinsip Syariah
berdasarkan kombinasi dari dua atau
lebih dari akad
07

18
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 18
Pengaturan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
Peraturan Kepala Daerah Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

Penerbitan Obligasi Daerah atau Sukuk Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dan
disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebelum efektifnya pernyataan pendaftaran penawaran umum
Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah dengan tembusan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri.

Peraturan Kepala Daerah mengenai penerbitan


Obligasi Daerah atau Sukuk Daerah paling
sedikit memuat : Khusus untuk Sukuk Daerah, Peraturan Kepala
Daerah ditambahkan informasi mengenai:
a. jumlah maksimal nilai nominal Obligasi Daerah
atau Sukuk Daerah yang akan diterbitkan; a. aset yang mendasari penerbitan Sukuk
Daerah; dan
b. penggunaan dana Obligasi Daerah atau Sukuk
Daerah; dan b. akad yang digunakan dalam penerbitan
Sukuk Daerah.
c. pembayaran pokok, indikasi bunga/imbalan,
dan biaya lainnya yang timbul sebagai akibat
penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 19


Pengaturan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
Perjanjian Penerbitan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah

Perjanjian Penerbitan Obligasi Daerah atau Sukuk Daerah dituangkan dalam perjanjian
perwaliamanatan dan ditandatangani oleh Kepala Daerah dan wali amanat sebagai wakil pemegang
Obligasi Daerah atau Sukuk Daerah.

Setiap perjanjian penerbitan Obligasi Daerah/Sukuk


Daerah paling sedikit mencantumkan:
a. Identitas para pihak g. Penggunaan dana
b. Nilai pokok atau nilai nominal h. Tugas dan kewajiban
c. Jatuh tempo i. Pembelian kembali Obligasi Daerah atau Sukuk
d. Bunga dan/atau imbalan Daerah
e. Penyisihan dana untuk pembayaran pokok, bunga j. Keadaan lalai
dan/atau imbalan k. Sanksi yang berkaitan dengan tidak dipenuhinya
f. Pembayaran pokok, bunga dan/atau imbalan kewajiban dalam perjanjian perwaliamanatan.

Khusus untuk Sukuk Daerah, Perjanjian


Penerbitan ditambahkan informasi mengenai :
a. Identitas para pihak c. Aset yang mendasari penerbitan Sukuk Daerah
b. Nilai pokok atau nilai nominal d. Akad yang digunakan dalam penerbitan Sukuk Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 20


Pengaturan Obligasi Daerah dan Sukuk Daerah
Kewajiban Pemerintah Daerah

Kewajiban Pemerintah Daerah antara lain untuk:

Mengalokasikan dana cadangan dalam APBD untuk pembayaran pokok Obligasi Daerah dan
01 Sukuk Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah

02 Membayar kewajiban Pembiayaan Utang Daerah pada saat jatuh tempo yang dianggarkan
dalam APBD sampai dengan berakhirnya kewajiban

Dalam hal Pemerintah Daerah tidak menganggarkan pembayaran kewajiban Pembiayaan


03 Utang Daerah, Kepala Daerah dan DPRD dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkannya
hak keuangan yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam) bulan.

04 Menyelenggarakan publikasi informasi mengenai Pembiayaan Utang Daerah kepada


masyarakat secara berkala

21
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 21
Terima Kasih

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
Jl. DR. Wahidin No. 1 Gedung Radius Prawiro Lantai 9, Jakarta Pusat 10710
Fax: 021-3509443
Call Center: 150420 (Jam Operasional: Senin - Jum'at : 08.00 - 16.00 WIB)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai