Anda di halaman 1dari 35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan produk utama yaitu modul kimia berbasis inkuiri
terbimbing untuk siswa kelas XI di SMA/MA pada materi hidrolisis garam. Model
pengembangan yang digunakan adalah model 4D (Four D Model) yang diadaptasi dari
Thiagarajan 1974. Tahapan pengembangan pada setiap tahap 4-D adalah:
1. Define
Tahapan ini merupakan tahapan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang
ada dalam proses pembelajaran dan menjadi dasar untuk merancang produk berupa
modul yang akan dibuat. Pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan pada guru dan
siswa di SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5
Sekampung Kab. Lampung Timur .
Pengisian angket kebutuhan digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru dan
siswa pada SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5
Sekampung Kab. Lampung Timur tersebut. Berdasarkan hasil pengisian angket
kebutuhan guru dan siswa menunjukkan bahwa pembelajaran kimia di SMA N 1
Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 Sekampung Kab. Lampung
Timur belum menggunakan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013, bahan ajar
yang sesuai kurikulum 2013 juga belum tersedia secara memadai, pembelajaran kimia
belum menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing, serta materi pada bahan
ajar yang digunakan belum memuat materi yang lengkap. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban guru yang menjawab tidak pada butir pertanyaan ” Apakah Bapak/Ibu guru
pernah menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dalam menjelaskan
konsep hidrolisis garam” serta jawaban guru pada butir pertanyaan “Apakah Bapak/Ibu
merasakan keterbatasan dari buku pegangan Bapak/Ibu tersebut? (misalkan kelengkapan
materinya, teknik penjelasannya, formatnya, dll“ dan jawaban guru adalah iya, guru
merasakan keterbatasan dari buku pegangan yang biasa digunakan dalam pembelajaran.
Sedangkan analisis kebutuhan siswa banyak siswa yang menjawab iya pada butir
pertanyaan “Apakah anda membutuhkan bahan ajar alternatif yang dapat digunakan
untuk mempelajari konsep hidrolisis garam dengan lebih mudah dan menarik”, guru dan
commit to user
siswa juga setuju jika dikembangkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk

40
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis angket kebutuhan guru dan
siswa maka diperoleh kesimpulan bahwa diperlukan modul pembelajaran kimia berbasis
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
a. Analisis Materi
Materi yang dipilih adalah materi hidrolisis garam. Hal ini berdasarkan daya serap
siswa SMA N 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 Sekampung
Kab. Lampung Timur pada materi hidrolisis garam tergolong masih rendah. Analisis ini
di peroleh dari data hasil UN 2013 dan UN 2014, Pada masing- masing sekolah dapat di
lihat pada table 4.1
Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2012/2013 pada Kelompok
Soal KD Mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp

Identitas Sekolah Sek Kot/Kab Prop Nas


SMA N 1 Pekalongan 41,96
SMA N 2 Sekampung 34,67 46,49 56,90 59,49
MA Ma’arif 5 Sekampung 40,50
Keterangan:

Sek : Tingkat Sekolah


Kot/Kab : Tingkat Kota/Kabupaten
Prop : Tingkat Propinsi
Nas : Tingkat Nasional
Dari table di atas dapat dilihat bahwa nilai hasil UN tiap sekolah masih di bawah
rerata nilai kabupaten/kota dan masih jauh di bawah nilai rerata propinsi dan nasional.
Sedangkan menurut data hasil UN 2014 nilai untuk masing-masing sekolah dapat di
lihat pada table 4.2
Tabel 4.2 Nilai Rata-rata Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2013/2014 pada Kelompok
Soal KD Mendiskripsikan Hidrolisis Garam dan Ksp

Identitas Sekolah Sek Kot/Kab Prop Nas


SMA N 1 Pekalongan 67,82
SMA N 2 Sekampung 27,45 43,79 59,99 53,06
MA Ma’arif 5 Sekampung 37,77
Keterangan:
Sek : Tingkat Sekolah
Kot/Kab : Tingkat Kota/Kabupaten commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Prop : Tingkat Propinsi


Nas : Tingkat Nasional
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hanya SMA N 1 pekalongan yang nilai nya di
atas nilai rerata kabupaten, propinsi dan nasioanal, sedangkan untuk sekolah SMA N 2
Sekampung dan MA Ma’arif NU 5 masih di bawah rerata kabupaten, propinsi dan
nasional. Berdasarkan data hasil UN dua tahun berturut- turut materi hidrolisis garam
masih di bawah rerata untuk tingkat sekolah, oleh karena itu berarti materi tersebut
masih tergolong materi yang sulit menurut siswa karena daya serap tersebut masih
tergolong rendah dibandingkan dengan daya serap siswa pada materi yang lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 81
A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,
kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang
memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan
menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah,
menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan idenya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses, bahwa untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu
mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian
(discovery/inquiry learning).
b. Analisis kurikulum
Kurikulum yang tengah berkembang saat ini adalah kurikulum 2013. Walaupun untuk
pendidikan menengah atas belum semua sekolah menerapkan nya karena ada peralihan dari
menteri pendidikan nasional yang menjelaskan bahwa sekolah yang belum siap
menggunakan kurikulum 2013 di anjurkan untuk kembali menggunakan kurikulum KTSP,
oleh karena hal itu maka kita perlu meninjau ulang kurikulum 2013 yang sudah mulai di
terapkan di banyak sekolah, namun nantinya kemungkinan kurikulum 2013 akan di
terapkan di semua sekolah. Dalam kurikulum 2013 ini terdapat kompetensi inti (KI),
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id

kompetensi dasar (KD), dan indikator pembelajaran. Untuk materi hidrolisis garam
penjabaran KI, KD, dan indikator pembelajarannya sebagai berikut :
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi dasar dari materi hidrolisis garam adalah :
KD dari KI 1:
1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju reaksi,
kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran Tuhan YME
dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran
kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
KD dari KI 2:
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur,
objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,
bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam
merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam
sikap sehari-hari.
2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan
commit to user sumber daya alam.
perpustakaan.uns.ac.id 44
digilib.uns.ac.id

2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud
kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
KD dari KI 3:
3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis.
Indikator:
1. Mengetahui sifat berbagai jenis larutan garam.
2. Menjelaskan hubungan sifat larutan garam dengan asam dan basa pembentuk
garam tersebut.
3. Menjelaskan hubungan sifat larutan garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah dengan tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).
4. Menjelaskan reaksi ionisasi garam yang mengalami hidrolisis.
5. Menentukan tetapan hidrolisis (Kh) dari masing-masing jenis garam yang
terhidrolisis.
6. Menentukan perumusan derajat keasaman (pH) larutan garam yang terhidrolisis.
KD dari KI 4:
4.12 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan
untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis.
Indikator:
1. Merancang percobaan hidrolisis garam.
2. Melakukan percobaan hidrolisis garam.
3. Mengolah dan menafsirkan data hasil percobaan hidrolisis garam.
4. Menyimpulkan hubungan sifat larutan garam dengan asam dan basa pembentuk
garam tersebut.
5. Menyimpulkan hubungan sifat larutan garam yang berasal dari asam lemah dan
basa lemah dengan tetapan ionisasi asam (Ka) dan tetapan ionisasi basa (Kb).
6. Menyimpulkan jenis garam yang mengalami hidrolisis.
7. Menerapkan tetapan hidrolisis (Kh) dari masing-masing jenis garam yang
terhidrolisis.
8. Menerapkan perumusan derajat keasaman (pH) larutan garam yang terhidrolisis.
9. Menyajikan dan mengkomunikasikan hasil pengamatan dan diskusi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id

Kurikulum 2013 menuntut kreativitas guru dalam menyelenggarakan kegiatan


pembelajaran. Kreativitas tersebut diantaranya meliputi kreatif dalam memilih pendekatan
dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang disajikan serta media
yang akan digunakan sebagai penunjang proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
diinginkan oleh kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered learning). Siswa dituntut untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas
belajar. Guru dapat berfungsi sebagai fasilitator dan membantu memecahkan masalah yang
dihadapi oleh siswa selama belajar.
c. Tujuan Pengembangan Modul
Hasil dari analisis kebutuhan dari guru kimia dan siswa serta analisis kurikulum
dan materi, dijadikan dasar untuk mengembangkan modul kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi hidrolisis garam yang merujuk pada standar yang telah
ditetapkan BNSP tentang standar pengembangan modul dan buku teks pelajaran.
Dinamakan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing karena modul disusun
berdasarkan langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing.
2. Design
a. Desain Awal Modul
Pada tahap desain awal modul yang dikembangkan dilakukan penyusunan modul
yang akan menghasilkan draf modul I, II, III dan IV yang didalamnya mencakup:
c. Judul modul
d. Petunjuk umum
Adapun langkahnya adalah sebagai berikut:
9) Kompetensi dasar
10) Pokok bahasan
11) Indikator pencapaian
12) Referensi (diisi petunjuk guru tentang buku-buku referensi yang di
pergunakan)
13) Strategi pembelajaran (menjelaskan pendekatan, metode, langkah yang harus
dipergunakan dalam proses pembelajaran)
14) Lembar kegiatan pembelajaran
15) Petunjuk bagi siswauntuk memahami langkah-langkah dan materi
e. Materi modul
f. Uji kepahaman
g. Uji kompetensi
h. Kunci jawaban uji kompetensi
i. Glosarium
j. Rangkuman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id

Modul dikembangkan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pengumpulan bahan


dan materi dan penyusunan.Pada tahap perancangan modul ditentukan spesifikasinya,
kemudian dibuat rencana format desain.Tahap ini didukung oleh Microsoft Word 2007.
Tahap pengumpulan bahan dan materi yang berasal dari beberapa sumber, seperti buku-
buku rujukan, situs pendidikan, makalah, dan gambar-gambar pendukung.Tahap
penyusunan dilakukan ketika bahan dan materi sudah terkumpul.
b. Draf I
Draf I modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam
Selain modul, disusun silabus, RPP, kisi-kisi tes hasil belajar untuk mendukung proses
pembelajaran. Selengkapnya terdapat pada lampiran.
3. Develope
a. Validasi Ahli Media dan Materi serta Guru Kimia
Hasil validasi dari dua dosen dan ahli materi dan media, lima guru kimia terdapat
pada lampiran. Dua dosen kimia menilai kelayakan isi dan kelayakan penyajian pada
modul, lima guru kimia menilai kelayakan bahasa pada modul.
Validasi yang digunakan adalah validasi aiken dengan kriteria aiken sama dengan
atau lebih dari 0,76 untuk tiap butir penilaiannya maka modul dikatakan valid dan dapat
dilanjutkan ketahap selanjutnya, indeks nilai 0,76 diperoleh dari banyaknya jumlah
ratern/validator yang memberikan penilaian terhadap modul yaitu sebanyak 7 orang.
Hasil validasi modul pada kelayakan isi, kelayakan penyajian dan kelayakan bahasa
modul diperoleh skor kisaran 0,76- 1,00 untuk tiap butir yang di nilai pada lembar
penilaian validasi modul, oleh karena itu maka modul dikatakan layak untuk dilanjutkan
pada tahapan selanjutnya. Sedangkan aspek yang di nilai ada 33 butir yang di
kelompokan pada aspek 1).ukuran modul memuat 2 point tentang ukuran fisik modul,
2).desain kulit modul yang memuat 4 point tentang tata letak kulit modul, 4 point
tentang tipografi kulit modul, dan 2 point tentang ilustrasi kulit modul 3). desain isi
modul yang memuat 9 tentang tata letak isi modul, 8 point tentang tipografi isi modul
dan 4 point tentang isi modul.
b. Revisi 1
Setelah validasi dilakukan, draf I kemudian direvisi berdasarkan saran dan
masukan dari para validator. Hasil validasi terhadap draf I dan saran yang diberikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

oleh masing-masing validator serta revisi tahap I yang diperoleh dari 2 orang dosen
kimia dan 5 orang guru kimia SMA. Saran dari para validator di sajikan pada tabe 4.3
Tabel 4.3 Hasil Validasi dan Revisi Modul oleh Validator
Sumber
Jenis Sebelum Revisi Setelah Revisi
Validasi
Modul Dosen Pada gambar 1 sebaiknya di Mengubah judul gambar 1
beri sub judul garam komersil menjadi gambar1. Garam
karena jika tidak di beri sub komersil
judul maka akan cenderung
sama dengan gambar 2
Saran yang sama untuk Mengubah sub judul gambar 2
perlakuan pada garmbar 2 menjadi gambar 2. Garam
seperti gambar 1. siap konsumsi
Untuk penulisan judul pada Mengubah ukuran font pada
cover modul harap cover agar lebih proporsional
proporsional, yaitu font judul dan sesuai dengan aturan
hidrolisis garam lebih besar penulisan judul pada cover
dari pada judul modul
berbasis inkuiri terbimbing
dan untuk font lainnya yang
ada pada cover menyesuaikan
dengan aturan
Penjelasan pada gambar 1 Penjelasan sudah di
sebaiknya lebih banyak lagi tambahkan agar siswa lebih
agar siswa lebih tereksplor tereksplor ketika mengamati
untuk mengamati gambar 1 gambar 1
Di tambahkan nama penulis Di tambahkan nama penulis
di bagian cover dalam modul pada cover dalam modul
Pada bagian akhir harus di Menambahkan ujian modul
tambahkan ujian modul yang pada bagian akhir modul yang
tidak di lengkapi dengan mencakup semua indikator
kunci jawaban agar siswa yang akan di capai setelah
dapat berlatih mengerjakan pembelajaran
soal lebih dalam lagi dan
tanpa bantuan kunci jawaban
Menyesuaikan uji kompetensi Menyesuaikan tiap indikator
dengan indikator dengan butir soal pada uji
pembelajaran yang akan di kompetensi
capai oleh modul
Guru Ada beberapa kalimat yang Memperbaiki bagian modul
Kimia terulang dengan kalimat-kalimat yang
terulang.
Memeriksa penulisan Ka dan Penulisan Ka dan Kb
Kb agar konsisten konsisten
Letak gambar 3 agar lebih di Mengubah letak gambar 3
commit to user
sesuaikan dengan kotak yang agar lebih sesuai dengan tata
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

ada pada modul agar tidak letak


menutup keterangan dari
gambar 3

Di bagian akhir modul Menambahkan lembar catatan


sebaiknya di berikan lembar di bagian akhir modul agar
catatan agar siswa dapat siswa dapat menuliskan
menuliskan pertanyaan atau sesuatu yang belum di
sesuatu yang belum di pahaminya di bagian tersebut
fahaminya di lembar tersebut

c. Draf II
Setelah draf I direvisi berdasarkan masukan para validator maka dihasilkan draf II
Draf II selanjutnya diujicobakan skala kecil kepada 5 siswa di SMA N 1 Pekalongan,
SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
d. Uji Coba Skala Kecil
Uji coba skala kecil dilakukan pada siswa kelas XI kepada 5 siswa di SMA N 1
Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung.Uji coba skala kecil
ini bertujuan untuk melihat keterbacaandan respon siswa terhadap modul kimia berbasis
inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam sebelum diujicobakan pada uji coba
besar. Siswa yang terlibat dalam uji coba terdiri dari 5 siswa untuk masing-masing
sekolah. Hasil uji keterbacaan dan respon siswa terhadap modul disajikan pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil Angket Keterbacaan dan respon siswa pada Uji Coba kecil

No Aspek Presentase(%) Kriteria


1 Isi 79,16 Baik
Respon 15 2 Bahasa 82,77 Sangat Baik
Siswa 3 Penyajian 77,77 Baik
4 Kegrafikan 82,77 Sangat Baik

Tabel 4.4 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon siswa, pada tabel dapat
dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di
lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden,
pada tahap uji coba kecil juga di berikan angket respon kepada 1 orang guru untuk
masing-masing sekolah, hasil nya dapat di lihat pada table 4.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

4.5 Hasil angket keterbacaan dan respon guru pada uji coba kecil

No Aspek Presentase(%) Kriteria


1 Isi 80,55 Baik
Respon 3 Guru 2 Bahasa 77,77 Baik
3 Penyajian 69,44 Baik
4 Kegrafikan 69,44 Baik
Tabel 4.5 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon guru, pada tabel dapat
dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di
lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden.
Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan
persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka Modul dikatakan layak.
e. Revisi II
Setelah diuji coba kecil kepada 15 siswa dan 3 orang guru, terdapat saran untuk
modul Kimia berbasis Inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Saran dan hasil revisi
dari uji coba kecil disajikan pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Hasil Revisi Setelah Uji Coba Terbatas
Saran perbaikan Setelah Perbaikan

Warna pada header & footer terlalu Penggantian warna dan corak header
mencolok dan kurang sinkron dengan footer pada lembaran modul untuk
warna lembaran modul, serta penulisan membuat lebih menarik serta penulisan
(inkuiri terbimbing pada header kurang inkuiri terbimbing di letakan di ujung
menarik ) header agar lebih gampang di baca dan
lebih
commit to menarik.
user
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

Warna pada lembaran hipotesis terlalu Perubahan warna pada lembaran


mencolok sehingga susah untuk hipotesis menjadi putih agar lebih netral
menuliskan hipotesisnya di dalamnya, pada saat di gunakan untuk menuliskan
harapannya dig anti dengan warna yang dan semua warna alat tulis dapat terlihat
netral yang semua warna alat tulis bias jelas jika menulis pada lembar tersebut
jelas jika di tuliskan pada lembarannya

Peletakan gambar terlalu melebar Setelah perbaikan peletakan gambar nya


sehingga kurang menarik saat di sesuai dengan ukuran kertas dan lebar
pandang, seharusnya gambar dapat sesuai nya, agar lebih menarik saat di pandang,
dengan ukuran kertas dan tidak terlalu tidak terlalu melebar
melebar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

Pada halaman 15, penulisan natrium Perbaikan pada halaman 15 sudah seperti
seharusnya Natrium, penulisan NaCi yang di sarankan oleh pembaca
seharusnya NaCl serta penulisan H20
seharusnya H20

Penulisan ion pada tengah kalimat Perbaikan pada halaman 29, penambahan
hidrolisis ion garam, huruf I nya seharus huruf N pada kata kesetimbangan dan
nya kecil tidak capital perubahan huruf I pada kata ion.
Selanjutnya penulisan kesetimbangan
pada modul kekurangan huruf N jadi
harus di lengkapi.
Modul halaman 29

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

Perubahan penulisan angka pada


Penulisan pada contoh soal contoh soal halaman 31 yang hasil
[ ] seharusnya 10-3 [ ] , kesalahan penulis
Pada halaman 31 pada contoh soal

Gambar pada halaman 35 kurang Gambar pada halaman 35 dibuat


proporsional, sehingga kurang menarik proporsional agar lebih sesuai dengan
saat di lihat. ukuran kertasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

Warna tulisan pada halaman 51 Warna pada halaman 51 di ganti menurut


sebaiknya dig anti karena terlalu saran agar tidak terlalu mencolok
mencolok jika menggunakan warna
terang

f. Draf III
Setelah direvisi ke II, disusun menjadi draf modul III yang akan di uji cobakan
pada kelas besar, yaitu pada 1 kelas untuk masing-masing sekolah dan di beri angket
respon dan keterbacaan agar lebih valid dalam pengembangan modul kimia berbasis
inkuiri terbimbing.hasil angket respon siswa dapat di lihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Angket Keterbacaan dan respon siswa pada Uji Coba Besar

No Aspek Presentase(%) Kriteria


1 Isi 78,20 Baik
Respon 78 2 Bahasa 85,04 Sangat Baik
siswa 3 Penyajian 80,87 Baik
4 Kegrafikan 80,23 Baik

Tabel 4.7 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon siswa, pada table dapat
dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di
lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden,
pada tahap uji coba besar juga di berikan angket respon kepada 5 orang guru pada 3
sekolah tersebut, hasil nya dapat di lihat pada table 4.8

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.8 Hasil Angket Keterbacaan dan respon Guru pada Uji Coba Besar

No Aspek Presentase(%) Kriteria


1 Isi 91,66 Sangat Baik
Respon 5 guru 2 Bahasa 85,00 Sangat Baik
3 Penyajian 90,00 Sangat Baik
4 Kegrafikan 91,66 Sangat Baik

Tabel 4.8 merupakan hasil angket keterbacaan dan respon guru, pada table dapat
dilihat bahwa krietria yang di peroleh sudah memenuhi kerieria baik, sehingga dapat di
lanjutkan ke tahap selanjutnya dengan sedikit revisi dan masukan dari para responden.
Menurut Riduwan (2008), apabila aspek-aspek tersebut mendapatkan penilaian dengan
persentase sebesar ≥ 61% sesuai dengan skala Likert maka Modul dikatakan layak.
g. Revisi III
Setelah diuji coba besar kepada 78 siswa dan 5 orang guru, terdapat saran untuk
modul Kimia berbasis Inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Saran dan hasil revisi
dari uji coba kecil disajikan pada tabel 4.9
4.9 Hasil Revisi Setelah Uji coba besar

Saran Perbaikan Setelah Perbaikan

Untuk cover depan sebaiknya di Setelah perbaikan untuk cover sudah


tambahkan semester SMA nya agar lebih sesuai dengan saran dan masukan dari para
jelas untuk penggunaan modul SMA pada responden.
semester berapa yang di tuju
Untuk penulisan program study pembaca
masih bingung karena pada cover tertulis
commit to user
pendidikan sains kimia sedangkan di
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

dalam modul hanya pendidikan sains.


Untuk penulisan modul berbasis inkuiri
sebaiknya di tambahkan tulisan Modul
kimia berbasis inkuiri agar lebih spesifik
saat pembaca melihat covernya.

Perubahan design dan warna pada lembar


Untuk warna pada lembar SK KD SK KD di buat lebih sederhana sesuai
sebaiknya di rubah lebih sederhana dengan saran para responden

Untuk warna pada lembaran kata Perubahan warna background pada


pengantar sebaiknya dig anti yang lebih lembaran kata pengantar, seperti yang di
sinkron dengan lembar- lembar sarankan oleh responden.
selanjutnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

h. Draf IV
Setelah direvisi ke III, disusun menjadi draf modul IV yang merupakan produk akhir
dan akan di uji cobakan pada kelas eksperimen, yaitu pada 1 kelas untuk masing-masing
sekolah yang dan diberi angket respon dan keterbacaan serta pengimplementasian
modul pada kelas eksperimen ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran menggunakan modul untuk mengetahui tujuan yang ingin di capai oleh
modul yakni meningkatkan hasil belajar siswa.
i. Implementasi Modul
Sebelum modul kimia berbasis inkuiri terbimbing diimplementasikan dalam
pembelajaran, siswa diberikan pretest dan posttest pada masing-masing kelas
eksperimen dan kelas kontrol.Soal tes hasil belajar terdiri dari 16 soal pilihan
ganda.Soal yang digunakan telah di validasi oleh satu dosen dan satu guru kimia. Soal
pretest juga telah diuji reliabilitas, dan dilakukan analisis butir instrument menggunakan
uji daya pembeda dan tingkat kesukaran. Kisi-kisi, soal hasil belajar siswa yang
digunakan untuk soal pretest dan posttest terdapat pada lampiran
Pada kelas eksperimen, setelah pretest, siswa diberikan modul kimia berbasis
inkuiri terbimbing. Modul kimia berbasis inkuiri terbimbing digunakan sebagai modul
inti untuk proses belajar mengajar di kelas. Setelah materi pembelajaran menggunakan
modul selesai, kemudian siswa diberikan soal posttest.
Pada kelas kontrol, setelah pretest, siswa melaksanakan pembelajaran seperti
biasa yang dilakukan oleh guru, yaitu menggunakan media buku kimia yang tersedia
disekolah tersebut. Setelah pembelajaran selesai, kemudian siswa diberikan soal
posttest.
Implementasi modul dilakukan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa
yang menggunakan modul dan tidak menggunakan modul.Karena kelas yang digunakan
untuk mengimplementasi modul terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka
peningkatan keterampilan hasil belajar siswa dilihat dari peningkatan hasil nilai rata-rata
pretest dan posttest masing-masing kelas kemudian dibandingkan antara peningkatan
hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

j. Analisis Hasil
1) Data Hasil Belajar
Sebelum di lakukan uji beda rerata maka dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat
analisis menggunakan uji normaltas dan uji homogenitas, fungsi uji prasyarat analisis
ini adalah untuk menentukan uji apakah yang akan kita pakai untuk uji beda rerata pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
a). Uji prasyarat analisis
Sebagai uji coba prasyarat, maka data-data yang diperoleh harus dilakukan uji
normalitas dan homogenitas. Uji coba kelas menggunakan dua kelas, yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk masing-masing sekolah. Hasil belajar pada kelas
eksperimen berupa pretes dan postes. Hasil pretes pada SMA N 1 Pekalongan diperoleh
signifikasi 0,055 lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data
berdistribusi normal. Kemudian signifikansi nilai postest 0,000 memiliki nilai lebih
kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho atau data tidak berdistribusi normal.
Kemudian untuk kelas kontrol di uji normalitas didapatkan data pretes nilai
signifikansinya 0,01 yang berari data tidak berdistribusi normal, posttest mempunyai
nilai signifikansi 0,01 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji
normalitas pada kedua kelas maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk nilai
pretest dan posttest kedua kelas, untuk prestes nilai signifikansi nya sebesar 0,166 yang
lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen,
selanjutnya untuk nilai postest kedua kelas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,754
yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi
homogen
Selanjutnya untuk SMA N 2 Sekampung hasil pretesnya pada kelas eksperimen
diperoleh signifikasi 0,942 lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti
data berdistribusi normal. Kemudian signifikansi nilai postest 0,022 memiliki nilai lebih
kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho atau data tidak berdistribusi normal.
Kemudian untuk kelas kontrol di uji normalitas didapatkan data pretes nilai
signifikansinya 0,159 yang berarti data berdistribusi normal, posttest mempunyai nilai
signifikansi 0,01 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji
normalitas pada kedua kelas maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk nilai
pretest dan posttest kedua kelas, untuk commit to user
prestes nilai signifikansi nya sebesar 0,862 yang
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen,
selanjutnya untuk nilai postest kedua kelas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,967
yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi
homogen
Selanjutnya Untuk MA Ma’arif 5 Sekampung hasil pretes pada kelas eksperimen
diperoleh signifikasi 0,064 lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti
data berdistribusi normal. Kemudian signifikansi nilai postest 0,005 memiliki nilai lebih
kecil dari α = 0,05 yang berarti tolak Ho atau data tidak berdistribusi normal.
Kemudian untuk kelas kontrol di uji normalitas didapatkan data pretes nilai
signifikansinya 0,50 yang berari data berdistribusi normal, posttest mempunyai nilai
signifikansi 0,008 yang berarti data tidak berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji
normalitas pada kedua kelas maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas untuk nilai
pretest dan posttest kedua kelas, untuk prestes nilai signifikansi nya sebesar 0,747 yang
lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi homogen,
selanjutnya untuk nilai postest kedua kelas mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,456
yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga terima Ho yang berarti data berdistribusi
homogen.
b). Uji wilcoxson
Setelah selesai dilakukan uji prasyarat analisis maka selanjutnya dilakukan uji
beda rerata menggunakan uji non parametrik, uji non parametrik yang digunakan adalah
uji wilcoxson, uji non parametrik digunakan karena pada saat diuji prasyarat analisis
ada salah satu data yang tidak berdistribusi normal.
Pada SMA N 1 Pekalongan didapatkan nilai signifikansi 0,000 lebih rendah dari
nilai α = 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat perbedaaan signifikan antara nilai
pretest dan postest siswa.
Tabel 4.10 Uji Wilcoxson Hasil Belajar

Z -6.186
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Pada SMA N 2 Sekampung juga terdapat salah satu data yang tidak berdistribusi
normal, oleh karena itu dilakukan uji non parametrik menggunakan uji wilcoxson, dari
commitsebesar
hasil perhitungan didapatkan nilai signifikansi to user 0,000 yang lebih kecil dari nilai α
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

= 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat perbedaaan signifikan antara nilai pretest
dan postest siswa.
Tabel 4.11 Uji Wilcoxson Hasil Belajar

Z -6.541
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Selanjutnya untuk uji coba di sekolah MA Ma’arif 5 juga terdapat salah satu data
yang tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparamterik
menggunakan uji wilcoxson, dari hasil perhitungannya didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05, sehingga Ho ditolak artinya terdapat
perbedaaan signifikan antara nilai pretest dan postest siswa.

Tabel 4.12 Uji Wilcoxson Hasil Belajar

Z -6.448
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Berdasarkan data-data yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol,
dimana pada kelas eksperimen siswa diberikan perlakuan dengan penggunaan bahan
ajar berupa modul kimia berbasis inkuiri terbimbing.
Peningkatan skor rata-rata hasil belajar pada uji coba kelas eksperimen untuk
SMA N 1 Pekalongan sebesar 51,50. Kemudian pada kelas kontrol skor rata-rata
peningkatan hasil belajar sebesar 48,75. Pada SMA N 2 Sekampung kelas eksperimen
sebesar 51,56, kemudian kelas kontrol sebesar 44,41. Pada MA Ma’arif 5 kelas
eksperimen sebesar 54,16 kemudian kelas kontrol sebesar 49,07.

2) Penilaian Psikomotorik
Data kriteria penilaian psikomotorik diperoleh dari nilai hasil percobaan yang
dilakukan oleh siswa SMA N 1 Pekalongan sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id

Tabel 4.13 Kriteria keterampilan psikomotor SMA N 1 Pekalongan

Skor rata-rata
No Keterampilan psikomotor Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol
1 Kemampuan Mengamati Baik Baik
2 Melakukan pengamatan Baik Baik
dalam percobaan dengan baik
dan benar
3 Melakukan proses percobaan Baik Baik
sesuai dengan prosedur
4 Menulis hasil percobaan Baik Cukup
5 Mempresentasikan hasil Baik Cukup
percobaan

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa criteria rata-rata pada kedua kelas sudah
cukup baik untuk ketrampilan psikomotor nya, dan dapat dilihat bahwa ketrampilan
psikomotor siswa pada kelas eksperimen cenderung lebih baik dalam hal
mempresentasikan hasil percobaan dan menuliskan hasil percobaan.
Selanjutnya data kriteria penilaian ketrampilan psikomotorik pada siswa SMA N 2
Sekampung dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 4.14 Kriteria keterampilan psikomotor SMA N 2 Sekampung

Skor rata-rata
No Keterampilan psikomotor Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol
1 Kemampuan Mengamati Baik Baik
2 Melakukan pengamatan Baik Baik
dalam percobaan dengan baik
dan benar
3 Melakukan proses percobaan Sangat Baik
sesuai dengan prosedur Baik
4 Menulis hasil percobaan Baik Baik
5 Mempresentasikan hasil Sangat Baik
percobaan Baik

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ketrampilan psikomotor siswa pada kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan dengan dengan kelas kontrol, misalnya pada saat
melakukan percobaan sesuai dengan prosedur pada kelas eksperimen mendapatkan
kriteria penilaian sangat baik, hal ini dipengaruhi penggunaan modul kimia berbasis
inkuiri tebimbing, karena pada modul terdapat langkah-langkah melakukan percobaan
sehingga siswa pada kelas eksperimen cenderung lebih aktif dan lebih baik. Sedangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id

rata-rata kriteria penilaian ketrampilan psikomotorik untuk siswa MA Ma’arif 5


Sekampung dapat di lihat pada tabel 4.15 di bawah ini
Tabel 4.15 Kriteria keterampilan psikomotor MA Ma’arif 5 Sekampung

Skor rata-rata
No Keterampilan psikomotor Kelas Kelas
Eksperimen Kontrol
1 Kemampuan Mengamati Baik Cukup
2 Melakukan pengamatan Sangat Baik
dalam percobaan dengan baik Baik
dan benar
3 Melakukan proses percobaan Baik Baik
sesuai dengan prosedur
4 Menulis hasil percobaan Sangat Baik
Baik
5 Mempresentasikan hasil Sangat Baik
percobaan Baik

Pada tabel diatas dapat dilihat hasil pengamatan ketrampilan psikomotor pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol, pada kelas eksperimen cenderung lebih baik
dibandingkan kelas kontrol, misalnya pada saat mempresentasikan hasil percobaan pada
kelas eksperimen mendapat kriteria penilaian sangat baik, hal ini dipengaruhi oleh
penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen, pada
modul terdapat langkah pembelajaran yang menuntun siswa untuk lebih aktif yang
berdasarkan pada langkah pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan pada kelas
konrol tidak ada langkah pembelajaran inkuiri terbimbing pada saat pembelajaran
sehingga hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan kelas eksperimen yang
menggunakan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing. Dari data kriteria
penilaian rata-rata ketrampilan psikomotor untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-
masing sekolah dapat dilihat pada table di atas, dan dapat dilihat bahwa ketrampilan
psikomotor pada kelas eksperimen cenderung lebih baik di bandingkan dengan kelas
kontrol di semua sekolah yang dilakukan uji coba penggunaan modul kimia berbasis
inkuiri terbimbing. Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk ketrampilan
psikomotornya hanya diamati dengan isntrumen penilaian psikomotor siswa.
3).Penilaian Afektif
Data penilaian afektif diperoleh dari percobaan yang dilakukan peserta didik.
Penilaian afektif meliputi: rasa ingin tahu, ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id

kerjasama, menghargai pendapat. Hasil kriteria rata-rata penilaian afektif siswa SMA N
1 Pekalongan tersaji pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Kriteria penilaian afektif SMA N 1 Pekalongan
Skor rata-rata
No Indikator penilaian afektif Kelas Kelas Kontrol
Eksperimen
1 Rasa ingin tahu Baik Cukup
2 Ketekunan dan tanggungjawab dalam Sangat Baik
belajar Baik
3 Interaksi Baik Baik
4 Kerjasama Sangat Cukup
Baik
5 Menghargai Pendapat dalam satu Baik Cukup
kelompok
6 Menghargai pendapat teman kelompok Sangat Cukup
lain Baik

Dari data diatas dapat dilihat bahwa ketrampilan afektif pada siswa kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, misalnya pada saat melakukan
kerjasama dalam pembelajaran siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas
kontrol, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing.
Selanjutnya data penilaian afektif untuk siswa SMA N 2 Sekampung dapat di lihat pada
table 4.17
Tabel 4.17 Kriteria penilaian afektif SMA N 2 Sekampung
Skor rata-rata
No Indikator penilaian afektif Kelas Kelas Kontrol
Eksperimen
1 Rasa ingin tahu Baik Baik
2 Ketekunan dan tanggungjawab dalam Sangat Cukup
belajar Baik
3 Interaksi Sangat Baik
Baik
4 Kerjasama Baik Baik
5 Menghargai Pendapat dalam satu Baik Baik
kelompok
6 Menghargai pendapat teman kelompok Sangat Baik
lain Baik

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada kelas eksperimen mendapat penilaian
ketrampilan afektif yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, misalnya pada
commit to lain,
indicator menghargai pendapat teman kelompok user pada kelas eksperimen mendapat
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id

nilai lebih baik dibandingkan kelas kontrol, hal ini dipengaruhi oleh penggunaan modul
pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing. Selanjutnya data penilaian afektif
untuk siswa MA Ma’arif 5 Sekampung dapat dilihat pada table 4.18
Tabel 4.18 Kriteria penilaian afektif MA Ma’arif 5 Sekampung
Skor rata-rata
No Indikator penilaian afektif Kelas Kelas Kontrol
Eksperimen
1 Rasa ingin tahu Baik Baik
2 Ketekunan dan tanggungjawab dalam Sangat Baik
belajar Baik
3 Interaksi Baik Baik
4 Kerjasama Baik Baik
5 Menghargai Pendapat dalam satu Baik Baik
kelompok
6 Menghargai pendapat teman kelompok Sangat Baik
lain Baik

Dari tebl diatas dapat dilihat bahwa kelas eksperimen mendapatkan penilaian
ketrampilan afektif yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, misalnya pada
indicator ketekunan dan tanggung jawab dalam belajar kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan dengan kelas kontrol. Dari data kriteria rata-rata penilaian afektif dapat
dilihat bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol untuk semua
sekolah yang dilakukan uji coba penggunaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing.
Pada Uji coba implementasi modul ini juga di lakukan pengisian angket respon oleh
siswa dan guru sebagai bahan revisi jika ada masukan dan saran pada pengembangan
modul kimia berbasis inkuiri terbimbing sedangkan jumlah siswa pada tahap ini pada 3
sekolah yang di gunakan sebagai sample adalah 80 siswa sedangkan untuk guru yang di
beri angket respon berjumlah 6 orang guru yakni 2 guru pada masing-masing sekolah.
Hasil angket respon siswa dapat di lihat pada tabel 4.19
4.19 Hasil angket keterbacaan dan respon siswa pada uji coba lapangan
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 82,60 Sangat Baik
Respon 80 2 Bahasa 90,10 Sangat Baik
siswa 3 Penyajian 86,56 Sangat Baik
4 Kegrafikan 83,54 Sangat Baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id

Pada tabel dapat dilihat bahwa hasil analisis angket keterbacaan dan respon
siswa terhadap modul memiliki kriteria sangat baik yang artinya modul dapat di
gunakan dan baik untuk pembelajaran serta memenuhi kriteria untuk ketahap
selanjutnya yakni di sebar luaskan (disseminate). Sedangkan hasil angket keterbacaan
dan respon guru dapat di lihat pada tabel 4.20
4.20 Hasil angket keterbacaan dan respon guru pada uji coba lapangan
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 91,66 Sangat Baik
Respon 6 Guru 2 Bahasa 90,27 Sangat Baik
3 Penyajian 93,05 Sangat Baik
4 Kegrafikan 93,05 Sangat Baik

Pada tabel angket keterbacaan dan respon yang di berikan pada guru dapat di lihat
bahwa hasilnya termasuk pada kriteria sangat baik yang artinya modul layak untuk di
gunakan dalam pembelajaran dan dapat dilaksanakan ketahap selanjutnya yakni
disebarluaskan (disseminate), pada tahapan ini juga masih ada sedikit masukan dan
saran yang di gunakan untuk perbaikan sebelum dilakukan penyebaran luas.
k. Revisi IV
Setelah diuji coba luas dan pengimplementasian modul kepada 80 siswa dan 6 orang
guru, terdapat saran untuk modul Kimia berbasis Inkuiri terbimbing yang
dikembangkan. Saran dan hasil revisi dari uji coba luas disajikan pada tabel 4.21
4.21 Hasil Revisi Uji Coba Lapangan
Saran Perbaikan Setelah perbaikan
Sudah di perbaiki sesuai dengan yang di
sarankan responden, karena kesalahan
penulis sehingga terjadi ketidak cocokan
daftar isi dengan lembaran modul

Ada sebagian lembaran dalam modul yang


halamannya tidak sesuai dengan daftar isi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id

4. Disseminate
Pada tahap penyebaran, modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi
hidrolisis garam disebarkan ke 5 sekolah SMA/MA di Kabupaten Lampung Timur.
Penyebaran dilakukan di SMA Negeri 1 Batanghari, SMA Negeri 2 Sekampung, SMA
Kosgoro Sribhawono, SMA Negeri 1 Sekampung, MA Ma’arif NU 5 Sekampung, dan
Setelah diberikan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam,
guru-guru diberikan angket untuk mengetahui respon guru-guru terhadap modul yang
telah dikembangkan. Respon guru-guru terhadap modul kimia berbasis inkuiri
terbimbing pada materi hidrolisis garam disajikan pada tabel 4.22
Tabel 4.22 Hasil Respon Guru tahap Disseminate
No Aspek Presentase(%) Kriteria
1 Isi 91,66 Sangat Baik
Respon 5 Guru 2 Bahasa 91,66 Sangat Baik
3 Penyajian 91,66 Sangat Baik
4 Kegrafikan 95,00 Sangat Baik

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan


1. Pembahasan Hasil Pendefinisian
Tahapan ini dilakukan penyebaran angket kebutuhan kepada siswa dan guru
mengenai pembelajaran kimia di sekolah. Angket kebutuhan guru diberikan kepada 5
orang guru SMA di kabupaten Lampung Timur, yaitu 2 orang guru SMA Negeri 1
Pekalongan, 2 orang guru SMA Negeri 2 Sekampung, dan 1 orang guru MA Ma’arif 5
Sekampung. Sedangkan angket pengungkap kebutuhan siswa diberikan kepada 5 siswa
di SMA Negeri 1 Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung.
Pertanyaan angket kebutuhan siswa terdiri dari 13 pertanyaan.Hasil dari angket
pengungkap kebutuhan siswa adalah siswa membutuhkan bahan ajar cetak yang sesuai
dengan kurikulum 2013.Siswa belum menggunakan model pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing dalam pembelajaran. Siswa membutuhkan bahan ajar dengan materi
yang lengkap. Siswa setuju bila dikembangkan bahan ajar modul pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia di SMA N 1
commit
Pekalongan, SMA N 2 Sekampung dan MA to user 5 Sekampung diketahui bahwa
Ma’arif
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id

metode pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional dan jarang sekali
menggunakan model pembelajaran inkuiri, yang artinya siswa belum terbiasa
melakukan pembelajaran menggunakan inkuiri, sehingga peneliti memutuskan untuk
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Peneliti berharap dengan
pemilihan metode inkuiri terbimbing ini pembelajaran akan menjadi lebih efektif yang
ditunjukkan dengan ketuntasan hasil belajar siswa secara individual dan klasikal.
Penelitian dari Matthew dan Kenneth(2013) menunjukkan bahwa siswa yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki nilai prestasi yang
lebih baik daripada siswa yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
konvensional. Pada inkuiri terbimbing masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber
dari bahan ajar. Siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di
bawah bimbingan intensif guru( Callaah cit Amri, 2010).
a. Analisis Materi
Materi kimia yang akan dikembangkan adalah materi hidrolisis garam, dimana
pada silabus disebutkan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.1 dan 4.1. Pengembangan
modul kimia ini mengangkat tema hidrolisis garam, dengan alasan banyaknya aplikasi
dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan siswa pada materi hidrolisis garam dan
nilai UN siswa pada materi hidrolsis garam masih di bawah rerata nilai propinsi dan
nasional. Sehingga dengan adanya modul kimia berbasis inkuiri terbimbing diharapkan
akan lebih memudahkan siswa dalam mempelajari modul dan materi yang akan
disajikan. Guru menyatakan masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam
memahami materi yang bersifat abstrak, dan guru juga belum menemukan bahan ajar
dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang bersifat abstrak, salah
satunya adalah materi hidrolisis garam. Bruner menyatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar
informasi yang diberikan kepada dirinya. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan
sendiri (Discovery Learning). Guru harus memberikan keleluasaan kepada siswa untuk
menjadi pemecah masalah. Siswa didorong untuk belajar sendiri melalui kegiatan dan
pengalaman. Hal tersebut diperkuat oleh Dahar (2011) yang menyatakan bahwa
berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah dan pengetahuan yang
menyertainya akan menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Selain itu,
commit
berdasarkan kerucut pengalaman yang to user oleh Dale cit. Arsyad (2007),
dipaparkan
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id

pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna
mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman tersebut karena
melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Hal
tersebut dikenal dengan istilah learning by doing.
b. Analisis kurikulum
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh
kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Dalam arti bahwa kurikulum memuat
apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran
merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik.
Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.
Komponen terpenting implementasi kurikulum adalah pelaksanaan proses pembelajaran
yang diselenggarakan di dalam atau luar kelas untuk membantu peserta didik mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa proses
pembelajaran menggunakan pendekatan atau metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Di antara pendekatan dan metode yang
dianjurkan dalam Standar Proses tersebut adalah pendekatan saintifik, untuk
memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata
pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).

c. Tujuan Pengembangan Modul


Hasil angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa yang telah dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa dalam proses pembelajaran dibutuhkan bahan ajar cetak yang sesuai
dengan kurikulum 2013, guru dan siswa setuju bila dikembangkan modul pembelajaran
kimia berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti
penelitian Penelitian Christina V. Schwarz (2006) tentang penggunaan model inkuiri
terbimbing dalam pengajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing
dapat membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman tentang materi
pembelajaran.
Pengembangan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing disusun berdasarkan
langkah pembelajaran yang meliputi, commit to usermasalah, merumuskan hipotesis,
merumuskan
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id

mengumpulkan data, analisis data, dan menarik kesimpulan. Hal ini di sesuaikan
dengan sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing yang di integrasikan didalam
modul pembelajaran kimia yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa.
Pemilihan model inkuiri terbimbing di integrasikan didalam modul juga
didasarkan pada pembelajaran penyelidikan (inkuiri) didukung pada pengetahuan
tentang proses pembelajaran yang telah muncul dari penelitian (Bransford et al.2000.
cit. Abdi, 2014). Di ilmu pendidikan berbasis inkuiri, anak-anak menjadi terlibat dalam
banyak kegiatan dan menggunakan proses berpikir seperti ilmuwan untuk menghasilkan
pengetahuan baru. Kegiatan dalam stretegi pembelajaran inkuiri adalah merumuskan
pertanyaan yang mengarah kepada kegiatan invertigasi, menyusun hipotesis, melakukan
percobaan untuk mengumpulkan dan mengolah data, menguji hipotesis dengan
melakukan analisis data, dan merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuan
(Hamdani, 2011).
2. Tahap Perancangan
a. Pemilihan Format Berdasarkan Kriteria Modul
Format kriteria modul yang dikembangkan diadaptasi dari pendapat Wina Sanjaya
(2011) yaitu menggunakan unsur-unsur modul meliputi, (1) judul modul, (2) petunjuk
umum, (3) tujuan yang harus dicapai, (4) krtiteria keberhasilan, (5) peta konsep, (6)
materi pembelajaran, (7) rangkuman materi, (8) tugas dan latihan, (9) soal evaluasi,
(10)kunci jawaban, (11)glosarium dan (12) daftar pustaka.Modul ini juga disusun
berdasarkan langkah pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing dipilih karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat
meningkatkan sikap. Hal ini sesuai dengan Penelitian Ibrahim Bilgin (2009)
mengemukakan bahwa “siswa yang belajar dengan guided inquiry memiliki
pemahaman konsep asam basa yang lebih baik dan memiliki sikap yang lebih positif.”.
Pendekatan pembelajaran berbasis penyelidikan (inkuiri) didukung pada pengetahuan
tentang proses pembelajaran yang telah muncul dari penelitian (Bransford et al.2000).
Di ilmu pendidikan berbasis inkuiri, anak-anak menjadi terlibat dalam banyak kegiatan
dan menggunakan proses berpikir seperti ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan
baru. Kegiatan dalam stretegi pembelajaran inkuiri adalah merumuskan pertanyaan yang
mengarah kepada kegiatan invertigasi, menyusun hipotesis, melakukan percobaan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id

mengumpulkan dan mengolah data, menguji hipotesis dengan melakukan analisis data,
dan merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil temuan (Hamdani, 2011).
b. Desain Awal Modul
Pada tahap perencanaan telah dilakukan analisis terhadap KD yang berkenaan
dengan materi yang akan dipilih. Hal ini dilakukan agar materi dalam modul tidak
menyimpang dari tujuan, sehingga dihasilkan Modul yang berkualitas. Purwato (2007)
menyatakan bahwa analisis SK-KD sangat bermanfaat untuk menghasilkan bahan ajar
yang berkualitas. Materi yang dipilih disesuaikan dengan hasil analisis daya serap Ujian
Nasional siswa Tahun Pelajaran 2012/2012 dan 2013/2014 yang menunjukkan bahwa
hasil daya serap Ujian Nasional siswa tingkat sekolahan di SMA N 1 Pekalongan, SMA
N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung masih di bawah rerata nilai propinsi dan
nasional.
Modul dikembangkan adalah modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri
terbimbing, langkah pertama yang dilakukan yaitu menganalisis konsep hidrolisis
garam. Desain awal modul yang dikembangkan dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing. Setelah dosen setuju dengan desain awal kemudian dilakukan
pengumpulan materi yang berasal dari berbagai macam sumber seperti buku-buku
rujukan, situs pendidikan, makalah, gambar-gambar pendukung.Materi-materi
kemudian disusun dan dituliskan pada modul, tahap ini didukung oleh Microsoft Word
2007 dan Photoshop.
Desain awal modul yang di kembangkan terdiri dari: (1) judul modul, (2) petunjuk
umum, (3) tujuan yang harus dicapai, (4) krtiteria keberhasilan, (5) peta konsep, (6)
materi pembelajaran, (7) rangkuman materi, (8) uji kepahaman, (9) uji kompetensi, (10)
kunci jawaban, (11) glosarium dan (12) daftar pustaka. Cover pada modul berukuran A4
berisikan logo Universitas, judul modul, tujuan dibuat modul untuk kelas XI semester
genap, gambar-gambar pendukung dan penyusun. Pada halaman francis terdapat logo
Universitas, judul utama modul, tujuan dibuat modul untuk kelas XI semester genap dan
penyusun. Setelah halaman francis terdapat kata pengantar, pendahuluan, bagian-bagian
modul, daftar isi, peta konsep yang menggambarkan materi hidrolisis garam.
Pada halaman peta konsep berisi penjelasan materi yang akan dibahas di dalam
modul. Pendahuluan terdiri dari deskripsi modul, prasyarat, dan petunjuk penggunaan
commit
modul .Lembar kegiatan belajar berisikan to user
judul, SK, KD, indikator.Masalah-masalah
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id

kontekstual yang harus dirumuskan permasalahannya dan dipecahkan oleh siswa.


Percobaan yang harus dilakukan untuk menjelaskan masalah yang disajikan. Materi
disajikan untuk memperkuat pengetahuan yang diperoleh melalui percobaan. Uji
kepahaman berisis tentang soal-soal latihan yang digunakan siswa untuk lebih
memperdalam pengetahuan tentang materi, Uji kompetensi untuk menguji pengetahuan
yang telah diperoleh. Glosarium yang digunakan untuk menuliskan kata-kata sulit.
Rangkuman berisi tentang intisari dari modul kemudian penutup, daftar pustaka.
3. Tahap Pengembangan
a. Draf I
Setelah draf I modul kimia berbasis inkuiri terbimbing telah selesai di buat, modul
kemudian divalidasi oleh dosen, dan guru. Validasi ini untuk melihat kelayakan isi,
penyajian, bahasa, dari modul yang dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Daryanto (2013: 22) validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul
dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Apabila isi modul sesuai, artinya efektif
untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan
valid (sahih). Namun, apabila hasil validasi menyatakan tidak valid maka modul
diperbaiki sehingga menjadi valid.
Validitas yang digunakan pada butir penilaian modul adalah validitas aiken yang
di didasarkan pada penilaian dari 7 orang validator yang kemjudian dihitung dan
diambil reratanya perbutir penilaian dari para validator, dan hasil dari validasi aikennya
menunjukan pada nilai valid yakni lebih dari atau sama dengan 0,76 rerata nilai untuk
perbutir penilaian, jumlah butir yang di nilai ada 33 butir penilaian.
Untuk membelajarkan modul berbasis inkuiri terbimbing kepada siswa disusun
juga perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan kisi-kisi tes hasil belajar yang
kemudian disusun menjadi tes hasil belajar. Untuk RPP dan kisi-kisi hasil belajar
dilakukan validasi dari seorang dosen dan seorang guru dan hasil validsinya relevan
antara indicator pada kisi-kisi dengan butir pertanyaan yang akan digunakan sebagai
ujian tes hasil belajar.
b. Revisi 1
Setelah divalidasi oleh dosendan guru, draf I yaitu modul berbasis inkuiri
terbimbing pada materi hidrolisis garam direvisi berdasarkan saran dari dosen dan guru
disajikan pada tabel 4.3 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id

c. Draf II
Setelah draf I direvisi berdasarkan masukan para validator maka dihasilkan draf II
Draf II selanjutnya diujicobakan skala kecil kepada 5 siswa di SMA N 1 Pekalongan,
SMA N 2 Sekampung dan MA Ma’arif 5 Sekampung Kabupaten Lampung Timur.
d. Uji Coba Skala Kecil
Uji skala coba kecil dilakukan pada siswa kelas XI.3 di SMA N 1 Pekalongan,
XI.1 SMA N 2 Sekampung dan X.3 MA Ma’arif 5 Sekampung. Uji coba kecil ini
bertujuan untuk melihat keterbacaan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada
materi hidrolisis garam sebelum diujicobakan di kelas eksperimen di masing-masing
sekolah. Uji coba kecil juga di lakukan kepada 1 orang guru untuk masing-masing
sekolah. Uji coba kecil juga digunakan untuk mengumpulkan informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki produk dalam revisi berikutnya. Hasil uji
coba kecil dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5
e. Revisi II
Lima belas siswa saat uji coba kecil memberikan saran pada angket yang
diberikan.Hasil ujicoba kecil terdapat pada Tabel 4.4 dan 4.5. Berdasarkan pengisian
angket keterbacaan perlu beberapa perbaikan pada modul draf II.Pada aspek kegrafikan
pada modul, ada 1 siswa yang menyatakan bahwa kurang jelasnya kolom hipotesis
karena menggunakan warna biru sehingga nantinya tumpah tindih dengan warna
bolpoint, sehingga dilakukan perubahawan warna lembar hipotesis. Kemudian pada
aspek bahasa pada modul, ada 2 siswa yang menyatakan penulisan ada yang salah dan
harus diperbaiki pada halaman 15. Ada 3 orang siswa yang memberikan komentar
bahwa header footernya warnanya tidak sinkron dengan modul, sebaiknya di rubah
dengan desain dan warna lain, dan pendapat inipun juga disampaikan oleh seorang guru
untuk merubah design header footer pada modul karena kurang menarik Serta ada
masukan serta saran yang lain yang saya gunakan untuk perbaikan yang dapat dilihat
pada tabel 4.6
f. Draf III
Draf III adalah hasil revisi yang direvisikan berdasarkan hasil uji coba kecil. Draf
III ini kemudian di uji cobakan besar yakni pada 1 kelas untuk masing-masing sekolah
serta kepada 1 orang guru SMA N 1 Pekalongan, 2 orang guru SMA N 2 Sekampung
dan 2 orang guru MA Ma’arif 5 sekampung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id

g. Revisi III
Tujuh puluh delapan siswa memberikan respon terhadap modul pembelajaran kimia
berbasis inkuiri terbimbing, untuk hasil angket responnya dapat di lihat pada tabel 4.7
dan 4.8 adalah hasil respon dari 5 orang guru pada 3 sekolah yang di uji cobakan.
Berdasarkan uji coba besar mendapat masukan dari para responden yang digunakan
untuk saran perbaikan, ada beberapa siswa menuliskan bahwa warna pada lembar
kompetensi inti terlalu mecolok jadi kesannya kurang menarik untuk di lihat dan juga
ada siswa yang memberikan saran untuk merubah warna background pada kata
pengantar agar lebih sinkron dengan warna keseleruhan modul yang dominan warna
hijau. Sedangkan dari guru ada yang memberikan saran agar menambahkan tulisan
semester pada cover dan menambahkan tulisan modul kima berbasis ikuiri terbimbing
pada cover agar lebih jelas ketika siswa membaca covernya bahwa modul tersebut
adalah modul kimia dan jelas digunakan oleh kelas dan semester yang dituju. Untuk
saran yang lainnya dapat dilihat pada tabel 4.9
h. Draft IV
Draft IV adalah modul yang telah direvisi berdasarkan saran dari para responden
pada uji coba besar yang di lakukan di 3 sekolah dengan jumlah 78 orang siswa dan 5
orang guru, kemudian hasil revisi dari modul ini digunakan untuk tahap selanjutnya
yakni uji coba lapangan serta pada tahapan ini dilakukan efektivitas pembelajaran
menggunakan modul pembelajaran kimia berbasis inkuiri terbimbing dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

i. Implementasi modul
Pada tahapan ini dilakukan implementasi modul pada 1 kelas eksperimen pada
masing-masing sekolah, pada kelas eksperimen siswa belajar materi hidrolisis garam
menggunakan modul hasil pengembangan sedangkan untuk kelas kontrol
menggunakan pembelajaran seperti biasa yang diberikan oleh guru dengan
menggunakan buku kimia yang telah disedikan oleh sekolah, pada masing-masing
kelas di berikan pretest sebelum pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa sebelum mendapat perlakuan. Setelah pembelajaran masing –
masing kelas di berikan posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, hal ini
commit to userdan untuk mengetahui perbedaan
dilakukan untuk melihat hasil akhir pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id

antara kelas eksperimen yang belajar menggunakan modul pembelajaran kimia


berbasis inkuiri terbimbing dengan kelas kontrol yang menggunakan metode
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Untuk hasil pembelajaran antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol untuk masing-masing sekolah dapat dilihat pada tabel
hasil belajar siswa 4.12 dst. Setelah pembelajaran siswa juga diberikan angket respon
untuk memberikan respon terhadap modul yang digunakan dalam pembelajaran, pada
tahapan ini jumlah siswa yang memberikan respon berjumlah 80 siswa dan 6 orang
guru, untuk hasil angket respon yang diberikan siswa dan guru dapat dilihat pada tabel
4.11.
j. Revisi IV
Pada tahapan ini telah selesai dilakukan uji coba luas dan efektivitas modul dalam
pembelajaran kepada 80 orang siswa pada 3 sekolah dan 6 orang guru. Tetapi masih
ada masukan dan saran modul sebelum di lanjutkan ketahap disseminate atau disebar
luaskan kebeberapa sekolah. Untuk saran yang diberikan adanya ketidak cocokan
lembar pada modul dengan daftar isi, ada satu halaman yang tidak sesuai dengan daftar
isi, berdasarkan saran tersebut maka dilakukan perbaikan modul sebelum digunakan
pada tahap selanjutnya.
4. Disseminate
Setelah dilakukan revisi pada tahapan uji coba luas dan efektivitas modul maka
tahapan yang berikutnya adalah tahap disseminate atau penyebaran produk lebih luas.
Pada tahapan ini, peneliti menyebarkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing ke
sekolah-sekolah yang berada di kabupaten Lampung Timur. Karena keterbatasan tenaga
dan waktu, peneliti hanya bisa menyebarkan modul kimia berbasis inkuiri terbimbing
tersebut ke 5 sekolah di kabupaten Lampung Timur.
Tahapan penyebaran ini bertujuan untuk lebih menyempurnakanmodul kimia
berbasis inkuiri terbimbing, sehingga pada tahap ini diberikan angket respon pada setiap
guru pada sekolah yang dikunjungi. Angket yang disebarkan bersama modul juga diberi
kolom saran untuk memberikan usulan atau saran. Dari hasil penyebaran angket di 5
SMA di Kabupaten Lampung Timur, didapatkan presentase sebesar 92,5 % atau dengan
kriteria sangat baik (lampiran).
Diknas cit. Andi Prastowo (2011: 104) menyatakan bahwa, “modul diartikan
sebagai sebuah buku tulis yang dengancommit
tujuan to user
agar siswa dapat belajar secara mandiri
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id

tanpa atau dengan bimbingan guru”. Pendapat ini sesuai dengan respon positif yang
diberikan oleh para guru tersebut dikarenakan guru membutuhkan sebuah buku yang
tetap berfungsi baik ketika siswa belajar secara mandiri dirumah.

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti telah merencanakan penelitian dengan baik, tetapi banyak faktor yang
mempengaruhi jalannya penelitian sehingga menyebabkan adanya keterbatasan
penelitian ini. Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain:
1. Keterbatasan waktu dan pertemuan yang disediakan sekolah untuk peneliti
melakukan penelitian.
2. Modul berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan hanya pada materi pokok
hidrolisis garam.
3. Penggunaan Modul kimia berbasis inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai