Anda di halaman 1dari 46

I.

PENDAHULUAN

I.1 Indentitas Pemrakarsa


Nama : PT. Karya Delta Permai
Penanggung jawab :
Jabatan :
Alamat :
Lokasi Rencana kegiatan : Desa Muara Bumban Kecamatan Murung
Kabupatan Murung Raya Provinsi
Kalimantan Tengah

Jenis Rencana Kegiatan : Pembangunan dan pengoperasian logpond


PT. Karya Delta Permai.

1.2 Latar belakang


Kegiatan opersional logpond merupakan rangkaian kegiatan
pemanenan hasil hutan kayu, yaitu sebagai tempat penimbunan kayu
antara yang nantinya akan dilakukan perakitan sebagai sarana
distribusi kayu log melalui sungai. Posisi logpond ini terletak cukup
jauh dari areal penebangan IUPHHK PT. Karya Delta Permai, sehingga
tidak tertuang dalam Dokumen AMDAL PT. Karya Delta Permai.
Dalam rangka mengurangi dampak negatif yang akan terjadi
akibat adanya pembangunan dan operasional logpond PT. Karya Delta
Permai sehingga dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor 16 Tahun 2012 tanggal 5 Oktober 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup serta Upaya pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-
UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPL) maka PT. Karya Delta Permai akan
melaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan yang tertuang dalam dokumen pengelolaan dan
pemantauan lingkungan ini.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penyusunan dokumen UKL-UPL ini adalah :
- Sebagai informasi awal lingkungan sebelum operasional kegiatan.
- Merupakan uraian kegiatan yang dilaksanakan pada operasional
logpond.
- Menjelaskan jenis dampak yang akan ditimbulan dengan adanya
kegiatan tersebut.
- Menguraikan bentuk antisipasi dan upaya yang dilaksankan dalam
rangka meminimalisasi dampak penting yang akan terjadi sebelum
dan sesudah beroperasinya kegiatan logpond.
- Sebagai acuan bagi pemrakarsa dalam melakukan tindakan
lingkungan berupa pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
- Sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan
pengawasan dan pembinaan terutama yang berkaitan dengan
pengawasan lingkungan hidup.

1.4 Dasar Hukum


- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
- Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5432);
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


- Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4453),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5056);
- Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 2008 (Lembaran Negara Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menmhut-II/2014
tentang Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala dan Rencana Kerja
Pada Izin Usaha Pemaanfaatan Hasil Hutan Kayu Dalam Hutan Alam
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 690);
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2010 tentang Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL).
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05
Tahun 2012 tentang Jenis Usaha dan Atau Kegiatan Yang Wajib
Memiliki Analisis Dampak Lingkungan Hidup.
- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis
Dampak Lingkungan Hidup Dan Izin Lingkungan.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


- Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 08
Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan
Dokumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2012 tanggal 5 Oktober 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup serta Upaya pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-
UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL).
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor Kep .48/MENLH/I/1996 tentang baku mutu kebisingan.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor Kep .49/MENLH/I/1996 tentang baku mutu tingkat getaran.
- Keputusan Direktur Jenderal Pengusahaan Hutan No 131/Kpts-IV-
RPH/1990 tentang Pedoman Penyusunan, Penilaian dan
Pengesahan Rencana Karya pengusahaan Hutan yang Meliputi
Seluruh Jangka Waktu Pengusahaan Hutan.
- Keputusan Direktur Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi lahan No.
072/Kpts/1994 tentang pedoman penghitungan erosi.
- Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya No 9 tahun 2009
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Murung Raya.
- Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya No 10 tahun 2009
tentang Jenis Usaha yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis
Dampak Lingkungan di Kabupaten Murung Raya.
- Keputusan Bupati Murung Raya Nomor 188.45/406/2010 tanggal
31 Desember 2010 tentang Jenis Usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan Upaya pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup (SPPL) di Kabupaten Murung raya.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


II. RENCANA KEGIATAN

2.1. Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
pembangunan dan opersional logpond PT. Karya Delta Permai.
Pada lokasi tersebut terdapat mess karyawan, kantor, bengkel, alat berat,
gudang logistik, tangki bahan bakar dan lokasi penumpukan kayu.
Kegiatan yang akan dilaksanakan pada logpond tersebut adalah
pengoperasian alat berat untuk menurunkan kayu dari truck logging (truk
angkut kayu dari tempat penumpukan sementara) dan menumpuk log kayu
pada lokasi tanah kosong yang cukup datar yang lamanya tergantung
volume kayu log yang dihasilkan, dan akan segera dilaksanakan proses
pengukuran kayu, pengupasan kulit, pemasangan paku S, pemilahan
kualitas dan jenis, dan akhirnya diturunkan ke sungai untuk dilakukan
perakitan.

2.2. Lokasi Kegiatan


Pembangunan dan opersional logpond PT. Karya Delta Permai sebagai
tempat penimbunan kayu (TPK) antara terletak di Desa Muara Bumban
Kecamatan Murung Kabupatan Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah
dengan titik koordinat yaitu :
1. BT 114038’22,1”-LS 00036’51,3” dan BT 114038’19,2”,-LS 00036’54,0”
2. BT 114038’23,2”-LS 00036’44,5” dan BT 114038’26,1”,-LS 00036’41,8”

Pada sebelah utaranya berbatasan dengan PT. Sarang Sapta Putera.


Logpond terletak di pinggiran sungai Barito, agar memudahkah dalam
pengangkutan dan perakitan.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


2.3 Lahan pada lokasi kegiatan
Luas lahan yang digukan sebagai areal untuk kegiatan operasional
logpond adalah 4 Ha, yang peruntukannya terdiri dari mess karyawan,
tempat penumpukan kayu, bengkel, gudang logistik, dan tempat sarana.
Kesesuain lokasi dengan Peta Kawasan Hutan, Peraturan Menteri
Kehutanan No 529/Menhut-II/2012 bahwa lokasi logpond termasuk dalam
areal penggunaan lainnya (APL).
Lahan tersebut merupakan eks areal perusahaan PT. Daya Sakti yang
memang difungsikan sebagai logpond, dan hak pakai diserahkan kepada PT.
Karya Delta Permai.

2.4 Komponen Rencana Kegiatan


Mengingat konsep azas kemanfaatan ruang dan besarnya potensi
dampak yang terjadi sehingga dalam perencanaan kegiatan pembangunan
dan pengoperasian logppon PT. Karya Delta Permai tetap
mempertimbangkan pelestarian ruang, keserasian, ketertiban dan
keseimbangan serta faktor estetika.
Daya dukung dan daya tampung lingkungan perlu mendapat perhatian
karena merupakan faktor penting lingkungan dalam meminimalisir dampak
dari adanya kegiatan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka perbaikan dan
pelestarian lingkungan hidup yakni mengurangi keterbukaan lahan, dengan
meminimalisir pembukaan lahan, melakukan penanaman pada areal
terbuka, persiapan drainase yang baik, dan pengelolaan limbah baik
domestik maupun yang termasuk dalam limbah bahan berbahaya dan
beracun.
Mengurangi intensitas debu dengan melakukan penyiraman, dan untuk
mengurangi kebisingan dengan memperbaiki kenalpot mesin untuk
mengurangi intensitas suara, serta melakukan penanaman pohon disekitar
lokasi sehingga dapat berfungsi sebagai peredam suara.
Hal-hal lain berkaitan dengan upaya pengelolaan dan upaya
pemantauan lingkungan secara terperinci dalam tahapan pelaksanaan
kegiatan mulai dari prakontruksi, konstruksi, opersional dan pasca operasi.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


2.4.1 Tahap Pra Konstruksi

Pada tahapan ini kegiatan yang diperkirakan akan menimbulkan


dampak adalah kegiatan sosialisasi dan pembebasan lahan.
Kegiatan sosialisasi biasanya melibatkan masyarakat dan aparat pemerintah
terkait.
Begitu pula dengan kegiatan pembebasan lahan, yang biasanya
berpotensi menimbulkan persepsi masyarakat dan rawan konflik.
Sedangkan kegiatan pengurusan perizinan diabaikan karena tidak
menimbulkan dampak yang signifikan.

2.4.2 Tahap Konstruksi

a. Penerimaan tenaga kerja


Sebagai faktor pendukung dalam melakukan kontruksi logpond,
pihak pemrakarsa memerlukan tenaga kerja, berupa engineering,
tenaga teknis listrik, tukang kayu, tukang batu, sopir dan lain-lain
yang sebagian besar berasal dari masyarakat sekitar. Kemudian
pemrakarsa juga membutuhkan tenaga administrasi, tukang masak,
dan tenaga kerja lainnya sesuai kebutuhan dilapangan.
Perkiraan tenaga kerja yang dibutuhkan seperti tabel dibawah ini :
Tabel 1. Jumlah dan Komposisi Tenaga Kerja
No. Posisi Penddidikan Jumlah (org)
1 Kepala proyek D3 /S1 1
2 Tenaga terampil SLTA sederajat 4
3 Tenaga kasar SLTA sederajat 5
4 Kepala operasional S1 1
5 Administrasi D 1/ SLTA 2
6 Acounting D3 1
7 Tenaga umum SLTA sederajat 5
8 Tukang masak SLTA sederajat 2
TOTAL 20

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


Struktur Organisasi kegiatan operasional logpond PT. Karya Delta
Permai seperti dibawah ini :

Direktur Utama

Manager

Kepala
Logpond

Kepala
Kepala Proyek acounting
Operasional

Tenaga
Tenaga terampil Tenaga Umum
Administrasi

Gambar 1. Struktur Operasional logpond

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


b. Mobilisasi Peralatan dan Logistik
Pada tahap ini dilakukan pengangkutan bahan material serta
peralatan yang digunakan untuk pembangunan proyek logpond dan
juga peralatan logistik untuk operasional logpond.
Sarana prasarana dan peralatan yang diperlukan dalam persiapan
dan operasional logpond seperti tabel berikut :

Tabel 2. Peralatan mobilisasi


No. Jenis peralatan Jumlah (Unit/Set)
1 Boldozer 1
2 Graider 1
3 Dump truck 2
4 Loader 1
5 Mesin las 1
6 Generator 1
7 Mobil pickup 2

Selain peralatan seperti tersebut diatas juga diperlukan bahan


material yang digunakan untuk membangun yaitu melalui pengadaan
dan memanfaatkan material setempat.
Jenis material yang diperlukan dalam tahap pembangunan dan
operasional logpond adalah :
1. Batuan
2. Pasir /sirtu
3. Tanah timbunan
4. Semen
5. paku
6. Kayu (kayu olahan seperti papan kasau dll
7. Seng
8. Bahan logistik makanan, dan sebagainya

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


Jenis perlatan standar yang perlukan untuk pembangunan logpond
berupa peralatan pertukangan dan peralatan kecil lainnya seperti
parang, cangkul dan sebagainya.

c. Pembangunan sarana dan prasarana


Sarana dan prasarana pendukung operasional logpond yang akan
dibangun meliputi :

1. Pembangunan tempat penimbunan kayu antara


Tempat penumppukan kayu log harus memperhatikan areal yang
cukup datar dan dekat dengan jalan angkut dan tidak terlalu jauh
dari sungai untuk pelaksanaan perakitan.
Pembangunan TPK antara dilakukan dengan mengoperasionalkan
alat berat boldozer dan graide, yang luasnya menyesuaikan
dengan jumlah log kayu yang akan ditumpuk dan sesuai dengan
standar umum pembangunan TPK antar.
Pada areal TPK dibuat saluran drainase sehingga mengurangi
erosi akibat aliran permukaan saat kondisi hujan.
Pembangunan TPK antara ini harus memperhatikan beberapa
fakor yaitu :

a. Sumber air terdekat.


Lokasi harus menghidari sumber air atau mata air penting bagi
masyarakat dan lingkungan sehingga pada saat operasional
tidak ada mengganggu sumber air tersebut.
b. Ketinggian dan bebas banjir.
Lokasi yang dipilih harus bebas banjir dan tidak terkena aliran
permukaan, sehingga log kayu yang ditimbun tidak terganggu
oleh kondisi air.
c. Tidak terdapat habitat hewan atau tumbuhan langka.
Lokasi harus menghindari habitat hewan atau tumbuhan
langka, yang nantinya akan terganggu pada saat oprasional
logpond.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


d. Tidak termasuk dalam wilayah adat dan areal terlarang.
Lokasi tidak boleh termasuk atau berdekatan dengan wilayah
adat dan atau areal terlarang bagi masyarakat sekitar.

2. Pembangunan mess karyawan dan kantor


Mess karyawan biasanya menyesuaikan dengan jumlah karyawan
berbentuk seperti barak dan biasanya berdekatan dengan kantor.
Mess karyawan dibangun menggunakan pondasi beton atau bisa
juga dengan sistem rumah panggung, dengan menggunakan kayu.
Disekeliling mess biasanya dibuat saluran drainase, saluran
pembuangan dan tempat sampah. Sebagian areal dibagian depan
dibuat tempat tanaman.

3. Pembangunan gudang logistik


Gudang logistik merupakan salah satu bangunan yang diperlukan
untuk menyimpan peralatan dan bahan kerja lapangan, termasuk
perlatan mesin dan sebagainya.

4. Pembangunan bengkel dan garasi alat berat/sarana


Bangunan bengkel atau workshop dibangun berdekatan dengan
garasi alat berat atau sarana angkut seperti pickup atau hi line.
5. Pembangunan tangki BBM
Tangki BBM dibangun dengan menggunakan konstruksi beton
atan dengan menggunakan tengki besi, yang besar tengkinya
menyesuaikan dengan banyaknya BBM kebutuhan perusahaan
dan operasional logpond.
Tengki BBM dilengkapi dengan oil traff, dan drainase untuk
menghindari ceceran minyak ke tanah, serta kelengkapan alat
pemadam api.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


6. Pembangunan tempat peluncuran/penurunan kayu
Tempat peluncuran kayu biasanya dibangun ditepian sungai, yng
berguna untuk menurunkan kayu atau meluncurkan kayu ke
sungai dan berikutnya dilakukan perakitan.

2.4.3 Tahap Operasional

Tahap operasional meliputi kegiatan penerimaan karyawan


operasional logpond, kegiatan operasional logpond, kegiatan perbaikan dan
perawatan alat berat dan sarana serta kegiatan domestik perkantoran dan
mess karyawan.

Tahap operasional logpond terbagi menjadi 2 (dua) yaitu penerimaan


dan pembongkaran kayu.
Penerimaan kayu yaitu menerima kayu dari truck loging, yaitu dengan
pembongkaran kayu menggunakan loader, dan menumpuk kayu pada areal
TPK antara. Pada tahap ini pula dilakukan pengupasan kulit kayu dan
pemasangan paku S agar kayu log tidak mudah pecah, serta dilakukan
pengukuran dan pencatatan kayu.
Kayu log yang diterima akan bertahan sampai dengan waktu perakitan tiba
dan jumlah log kayu telah mencapai jumlah sesuai dengan target
penebangan.
Tahap pembongkaran kayu yaitu proses pembongkaran kayu dari TPK
antara dan dilakukan peluncuran atau penurunan kayu menuju sungai,
untuk dilakukan perakitan.
Pembongkaran dilakukan dengan menggunakan loader dan langsung
diluncurkan pada areal perluncuran yang dipersiapkan, sehingga kayu
langsung meluncur ke sungai, dan langsung dilakukan perakitan.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


2.4.4 Tahap Pasca Operasi

Pada tahap pasca operasi ini dilakukan kegiatan seperti :

a. Pemanfaatan fasilitas dan lahan


Apabila seluruh kegiatan IUPHHK PT. Karya Delta Permai telah
selesai dilaksanakan atau telah berakhir, dan sebagai hasil
kesepakan pihak pemrakarsa dengan pemerintah atau tokoh
masyarakat setempat bahwa areal tersebut di pergunakan sebagai
fasilitas bagi desa terdekat atau fasilitas pemerintah untuk kegiatan
tertentu.
Sebagian lahan yang memang peruntukannya telah ditetapkan
kembali akan dikembalikan kepada pemerintah sesuai dengan
peruntukanny kembali.

b. Demobilisasi tenaga kerja dan peralatan


Setelah selesai operasional kegiatan IUPHHK PT. Karya Delta Permai,
kegiatan yang dilaksanakan adalah pemindahal peralatan dan
pemulangan karyawan. Pemulangan karyawan harus sesuai dengan
kontrak dan kesepakan pihak karyawan dan perusahaan, terutama
berkaitan dengan gaji dan jaminan kerja.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


III. RONA LINGKUNGAN HIDUP

Rona Lingkungan Awal


Rona awal lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang berupa
kondisi alam atau komponen-komponen lingkungan awal sebelum
perencanaan dan pembangunan fisik dimulai.
Deskripsi dari rona lingkungan merupakan bagian dasar yang sangat
penting dalam proses penyusunan dokumen lingkungan seperti juga halnya
dengan penyusunan deskripsi proyek. Dalam proses pendugaan dampak
lingkungan, dasar dari pendugaan adalah informasi yang terdapat di dalam
deskripsi proyek dan rona lingkungan. Deskripsi proyek dan rona lingkngan
yang tidak lengkap atau datanya tidak benar atau kurang tepat akan
menghasilkan pendugaan dampak yang tidak lengkap atau tidak benar
pula. Itulah sebabnya penyusunan rencana kegiatan untuk mendapatkan
gambaran rona lingkungan harus dilakukan dengan cermat dan dalam
waktu yang cukup. Apabila pendugaan dampak lingkungan kurang tepat,
keadaan akan berkepanjangan sampai kepada saran-saran dalam
pengelolaan lingkungan dan keputusan-keputusan yang akan diambil oleh
pengambil keputusan.
Rona lingkungan merupakan gambaran keadaan lingkungan di
tempat proyek yang akan dibangun dan di daerah sekitarnya. Rona
lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia (pemukiman, pertanian,
dan sebagainya).
Rona lingkungan dalam proses pendugaan lingkungan mempunyai
dua kegunaan utama yaitu untuk pendugaan keadaan lingkungan di masa
yang akan datang tanpa proyek dan keadaan lingkungan dimasa datang
dengan proyek. Untuk dapat melakukan pendugaan ini diperlukan
pemahaman mengenai sifat dan dinamika dari lingkungan tersebut. Untuk
memahami sifat dan dinamika ini diperlukan pemahaman mengenai
komponen-komponen limgkungan dan hubungan timbal-balik antara
komponen tersebut.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


3.1. Komponen Fisik-Kimia

a. Tipe Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidh dan Ferguson (1952) dari data


pengamatan di areal sekitar logpond, bahwa areal tersebut termasuk
tipe iklim A, dengan nilai Q1,7 dan 9,2 %.
Deskripsi iklim mikro terhadap parameter suhu udara dan
kelembaban udara mikro disajikan pada tabel III-3.

Tabel 3. Kondisi Lingkungan yang terwakili dalam Pengamatan iklim


Mikro

No Komponen &
Kondisi
Sub- Parameter Kondisi Habitat
Penutupan
Komponen Lingkungan (Basah/Kering)
Lahan
Lingkungan
A Fisik - Kimia
Suhu Udara Hutan
Kering
1 mikro Kerapatan jarang
Ikli Mikro Kelembapan Hutan
Kering
Udara Mikro Kerapatan jarang

b. Curah Hujan
Curah hujan pada stasiun pengamatan curah hujan terdekat adalah
3.490 mm, dengan Hari hujan 234 hari.

Tabel 4. Curah Hujan Dan Hari Hujan Murung Raya 2016


No. Bulan Curah Hujan Hari Hujan
1 Januari 245 19
2 Februari 484 28
3 Maret 321 24
4 April 521 19
5 Mei 394 19
6 Juni 115 17
7 Juli 121 12
8 Agustus 153 10
9 September 236 17
10 Oktober 341 24
11 Nopember 352 21
12 Desember 207 24
Jumlah 3490 234
Sumber BMKG st. Meteorologi, klimatologi dan geofisika Muara Teweh

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


c. Temperatur dan Kelembaban
Berdasarkan hasil pengukuran suhu udara rata-rata terendah adalah
26,1 0C dan suhu udara tertinggi adalah 33,50 0C.
Kelembaban relatif rata-rata berkisar antara 49% s/d 98 %.

Tabel 5. Rata-rata Suhu Udara Dan Kelembaban Relatif Setiap Bulan


Di Kab. Murung Raya 2016
No. Bulan Suhu udara 0C Kelembaban %
1 Januari 33,50 24,20 27,80 98,00 52,00 83,00

2 Februari 32,90 24,10 27,50 99,00 56,00 85,00

3 Maret 33,30 24,20 27,90 98,00 58,00 84,00

4 April 33,00 24,60 28,00 98,00 55,00 84,00

5 Mei 33,20 24,50 28,20 99,00 58,00 85,00

6 Juni 32,70 23,80 27,40 98,00 58,00 85,00

7 Juli 33,00 23,80 27,30 99,00 56,00 84,00

8 Agustus 33,10 23,50 27,60 98,00 49,00 82,00

9 September 32,70 23,80 27,30 98,00 54,00 84,00

10 Oktober 32,80 23,60 27,50 98,00 56,00 84,00

11 Nopember 32,70 23,90 27,40 98,00 55,00 86,00

12 Desember 32,50 23,40 27,00 99,00 56,00 85,00


Sumber BMKG st. Meteorologi, klimatologi dan geofisika Muara Teweh

d. Topografi
Berdasarkan peta dan hasil pengukuran dilapangan bahwa keadaan
topografi di aeral logpond adalah relatif datar (0-8 %) dan walaupun
ada sebagian kecil bergelombang ringan (8-15%) atau landai.

e. Geologi
Berdasarkan peta geologi bahwa areal logpond dan sekitarnya areal
PT. Kaarya Delta Permai tersusun dari batuan granit, batu lumpur
dan serpih.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


f. Tanah
Jenis tanah di sekitar areal logpond adalah jenis tanah podsolik
merah kuning, latosol dan litosol yang bbberasal dari batuan beku,
batuan endapan dan batuan metamorf.
Jenis tanah ini pada umumnya masam, miskin hara dengan
kandungan Al yang tinggi, keadaap top soil yang tipis.

Deskripsi Lokasi contoh Tanah yang akan diambil


disajikan pada Tabel III-4.

Tabel 6.Kondisi Lingkungan yang terwakili dalam Pengamatan Tanah.

No Komponen Parameter Kondisi Macam Tanah Kondisi


& Sub- Lingkungan Habitat Kelas Penutupan
Komponen (Basah/ Lereng Lahan
Lingkunga Kering)
n
A. Fisik -
Kimia
1. Tanah Sifat Fisik Podsolik Hutan
tanah (tekstur, Merah Lereng Kerapatan
konsistensi, Kering Kuning (PMK), A s/d D jarang
Struktur, Komplek PMK,
porositas, Latosol &
Permeabilitas, Litosol
bobot isi
tanah)
Sifat kimia Podsolik Hutan
tanah : Merah Kerapatan
(reaksi tanah Kuning (PMK), jarang
kandungan Kering Komplek PMK, Lereng
bahan organik Latosol & A s/d D
kandungan Litosol
unsur N, P, K,
Ca, Mg,
Kejenuhan
Basa, KTK)
Erosi Podsolik Hutan
Merah Kerapatan
Kering Kuning (PMK), Lereng jarang
Komplek PMK, A s/d D
Latosol &
Litosol

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


g. Kualitas air
Tabel 7. Hasil Analisis Air Sungai di Muara Sungai Laung (S :00 035’18,8”
E : 114044’08,8”) Bagian hilir logpond

Hasil Analisis Hasil Analisis STANDAR


No Parameter Satuan Rata-rata
(permukaan) (dasar) Kls. II

1 pH - 5,5 5,5 5,5 6-9


2 TDS mg/L 26 20 23 1000
3 TSS mg/L 269 211 240 50
4 COD* mg/L 79,8 139,2 109,5 25
5 Phospat (PO4) mg/L 0,65 0,46 0,555 0,2
6 Nitrat (NO3-N) mg/L 0 0 0 10
7 Nitrit (NO2-N)* mg/L 0 0,0025 0,00125 0,06
8 Amonia (NH3-N) mg/L 0 0 0 0,500
9 Besi (Fe)* mg/L 0,1 0,86 0,48 0,300
10 Mangan (mn)* mg/L 0,05 0,2 0,125 0,100
11 Timbal (Pb)* mg/L 0 0 0 0,03
12 Air Raksa (Hg) mg/L 0 0 0 0,002
13 Sulfat (SO4) mg/L 15 16 15,5 400,000
14 Minyak&Lemak µg/L 1000 3000 2000 1000
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium 2015

1. Zat Padat Terlarut (TDS)


TDS pada umumnya disebabkan oleh bahan anorganik yang
berupa ion-ion Na, Ca, MG, SO4, CI, Fe, K, NO 3, F, B, dan Silika.
Nilai TDS di perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan,
limpasan dari tanah dan pengaruh antropogenik ( berupa limbah
domestik dan industri). Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut
pada perairan alami tidak bersifat toksik, namun jika berlebihan,
terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke
kolom air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di
perairan sehingga berdampak pada penurunan kandungan oksigen
terlarut.. Konsentrasi TDS di Sungai Laung yaitu sebesar 23 mg/l,
sedangkan standar baku mutu air kelas II menurut PP 82 tahun
2001 adalah 1000 mg/l.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


2. Zat Padat Tersuspensi (TSS)
Zat Padat Tersuspensi (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi yang
terdiri dari lumpur halus serta jasad-jasad renik (Rao,1992). Dari
hasil analisa laboratorium di lokasi pengambilan sampel Zat Padat
Tersuspensi (TSS) yaitu sebesar 240 mg/l. Berdasarkan Lampiran
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air kelas II, Baku Mutu
untuk Zat Padat Tersuspensi (TSS) tidak melebihi 50 mg/l.
Keadaan ini disebabkan oleh tingginya tingkat erosi /pengikisan
permukaan tanah pada daerah yang terdapat banyak aktivitas
masyarakat dan akibat pembukaan jalan oleh pihak perusahaan.
Dengan tingginya curah hujan pada daerah tersebut menyebabkan
run off yang cukup tinggi, sehingga mengikis permukaan tanah
yang terbuka dan mengalir ke sungai membawa endapan tanah.
Kondisi kualitas air pada parameter TSS tahun 2015 semakin
meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

3. pH
Berdasarkan hasil pengujian Laboratorium menunjukan bahwa
semua pH air di lokasi pengambilan sampel di bawah baku mutu
minimum yang dipersyaratkan yaitu 6 hal ini kemungkinan besar
disebabkan bahwa sebagian besar tanah di wilayah Kalimantan
Tengah merupakan jenis tanah yang memiliki pH rendah (bersifat
asam). pH pada titik pemantauan rata-rata dibawah standar yaitu
5,5. Di kabupaten Murung Raya terdapat pH rendah pada
beberapa anak sungai, artinya memang sesuai kondisi alaminya.
Pada prinsipnya keadaan pH rendah menyebabkan beberapa logam
terlarut, sehingga perlu dipertahankan sesuai baku mutu yang
ditetapkan pada PP 82 Tahun 2001.

4. Biological Oxyegen Demand (BOD5)


Dekomposisi bahan organik pada dasarnya terjadi melalui dua
tahap. Pada tahap pertama bahan anorganik yang tidak stabil
mengalami oksidasi menjadi bahan anoranik yang lebih stabil.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


Secara tidak langsung, BOD merupakan gambaran kadar bahan
organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba aerob
untuk mengoksidasi bahan organik, menjadi karbondioksida dan
air (Davis dan Cornwell, 1991). Dengan kata lain, BOD
menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi
mikroba aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi
pada suhu sekitar 20° C selama lima hari, dalam keadaan tanpa
cahaya (Boyd, 1988). Nilai Biological Oxyegen Demand (BOD 5) tidak
diukur karena dari beberapa pemantauan sebelumnya terdapat
nilai BOD5 sangat rendah dan jauh dibawah baku mutu, sehingga
diabaikan. Dengan demikian di lokasi pemantauan pengambilan
sampel dianggap tidak melebihi Baku Mutu Air Badan Air sesuai
dengan persyaratan yang berlaku.

5. Chemical Oxygen Demand (COD)


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik,
baik terdegradasi secara biologi (biodegradable) ataupun yang tidak
bisa terdegradasi secara biologi (non biodegradable). . Berdasarkan
Lampiran Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 bahwa
baku mutu air kelas II untuk Chemical Oxygen Demand (COD)
adalah sebesar 25 mg/l. Pada lokasi pengambilan sampel diketahui
bahwa rata-rata nilai Chemical Oxygen Demand (COD) sebesar
109,5mg/l. Aktifitas masyarakat yang cukup tinggi dan
banyaknya sarana transportasi sungai menyebabkan COD
dibeberapa lokasi titik pemantauan cukup tinggi.

6. NH3
Amonia adalah gas nitrogen yang bersifat toksik. Amonifikasi
nitrogen organik untuk menghasilkan amonia selam proses
dekomposisi bahan organik. Proses ini banyak dilakukan oleh
bakteri dan jamur. Autolisis (pecahnya) sel dan ekskresi amonia
oleh zooplankton dan ikan juga berperan sebagai pemasok amonia
(Effendi, 2000). Kadar amonia pada perairan bebas yang tidak

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


terionisasi pada perairan tawar sebaiknya tidak melebihi 0,02
mg/l. Kadar amonia bebas melebihi 0,2 mg/l bersifat toksik bagi
beberapa jenis ikan (Sawyer adn McCarty, 1978). Kadar Amonia
dari hasil pengambilan sampel di lokasi menunjukkan nilai 0, yang
berarti tidak terukur atau dibawah spesifikasi ukuran alat. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa kadar Amonia pada beberapa lokasi
sampling adalah rendah dan memenuhi baku mutu.

7. Besi (Fe)
Konsentrasi Besi (Fe) pada perairan dengan kadar oksigen tinggi
biasanya jarang melebihi 0,3 mg/l (Rump and Krist, 1992). Kadar
Besi (Fe) pada perairan alami berkisar antar 0,05-0,2 mg/l (Boyd,
1988). Kadar Besi (Fe) diatas 1,0 mg/l dianggap dapat
membahayakan kehidupan organisme (Moore, 1991). Air untuk
peruntukkan air minum sebaiknya kadar Besi (Fe) lebih kecil dari
0,3 mg/l (Sawyer and McCarty, 1978). Di masing-masing lokasi
pengambilan sampel diketahui bahwa nilai Besi (Fe) cukup tinggi
yang disebabkan oleh aktifitas penambangan yang cukup tinggi,
dan secara faktual kondisi tanah di wilayah Kab. Murung Raya
mengandung unsur Fe yang cukup tinggi. Nilai Fe pada lokasi
sampling yaitu 0,48 mg/l. Dengan banyaknya aktifitas
pembukaan lahan menyebabkan pencucian Fe oleh air hujan
sehingga terbawa ke badan air. Kondisi pH air yang rendah juga
menyebabkan Fe dan logam lainnya mudah terlarut.

8. Mn
Mangan (Mn) adalah kation logam yang dalam perairan berada
dalam bentuk Mn2+ dan Mn4+ (Effendi, 2000). Di perairan dengan
kondisi anaerob akibat tingginya dekomposisi bahan organik Mn 4+
dalam senyawa mangan oksida mengalami reduksi menjadi Mn 2+
yang bersifat larut dalam air.(Cole,1998). Kadar mangan pada
perairan alami berada sekitar 0,2 mg/l. Perairan asam dapat
mengandung mangan antara 10-150 mg/l (McNeely et al, 1979).
Kadar mangan pada perairan tawar sangat bervariasi antara 0,002

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


– diatas 4,0 mg/l. Air untuk peruntukan air minum hendaknya
tidak melebihi 0,05 mg/l (Moore, 1991). Di lokasi pengambilan
sampel diketahui bahwa nilai Mangan (Mn) cukup tinggi yaitu
0,125 mg/l yang disebabkan oleh aktifitas masyarakat yang cukup
tinggi serta kondisi tanah di wilayah Kab. Murung Raya
mengandung unsur Mn yang cukup tinggi. Dengan banyaknya
aktifitas pembukaan lahan dan aktifitas tambang menyebabkan
pencucian Mn oleh air hujan sehingga terbawa ke badan air.

9. SO4
Kadar Sulfat (SO4) pada perairan tawar adalah sekitar 1% dari
kadar sulfat air laut yang bisa lebih dari 2,7 mg/l. Dalam perairan
yang diperuntukkan bagi keperluan air minum, sebaiknya tidak
terdapat senyawa Na2SO4 dan MgSO4. kadar sulfat pada perairan
tawar alami sekitar 2-80 mg/l (Rump and Krist, 1992). Air minum
sebaiknya tidak memiliki kadar sulfat yang melebihi 400 mg/l
(WHO, 1984) kadar sulfat yang melebihi 500 mg/l dapat
mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan. Kadar Sulfat
(SO4) pada perairan di lokasi pengambilan sampel 15,5 mg/l.
Berdasarkan hasil pengujian Laboratorium menunjukan bahwa
Kadar Sulfat (SO4) di lokasi pengambilan sampel masih dibawah
baku mutu yang dipersyaratkan.

10. PO4
Fosfat merupakan salah satu ion indikator kesuburan perairan.
Kelebihan senyawa ini dapat menyebabkan peledakan populasi
fitoplankton, yang merupakan salah satu bentuk pencemaran
organik. Di perairan kadar fosfat sebaiknya tidak melebihi 0,2
mg/l. Konsentrasi fosfat di lokasi pengambilan sampel rata-rata
tinggi dan melebihi baku mutu. Berdasarkan Lampiran Peraturan
Pemerintah nomor 82 tahun 2001 bahwa baku mutu air kelas II
konsentarsi Fosfat adalah sebesar 0,2 mg/l. Keadaan ini
disebabkan oleh tingginya unsur hara yang tinggi pada badan air
secara alami, dan aktifitas masyarakat disekitar sungai cukup

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


tinggi. Konsentrasi Fosfat di Muara Sungai Sungai Laung yaitu
0,555 mg/l. (melebihi baku mutu).

11. NO2
Diperairan alami, nitrit (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah
yang sangat sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil
dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan
(intermediate) antara amonia dan nitrit dan antara nitrat dan gas
nitrogen.

Sumber nitrit dapat berupa limbah industri dan limbah domestik.


Kadar nitrit pada perairan relatif kecil karena segera dioksidasi
menjadi nitrat. Perairan alami mengandung nirit sekitar 0,001
mg/l dan sebaiknya tidak melebihi 0,06 mg/l (Canadian Concil of
Resourse and Environment Minister, 1987). Diperairan, kadar nitrit
jarang melebihi 1 mg/l (sawyer dan McCarty, 1978). Kadar nitrit
yang lebih dari 0,05 mg/l dapat bersifat toksik bagi organisme
parairan yang sangat sensitif (Moore, 1991). Untuk kepentingan
peternakan, kadar nitrit sekitar 10 mg/l dapat ditolerir. Bagi
manusia dan hewan, nitrit lebih toksik dari pada nitrat. Hasil
pengujian laboratorium, pada lokasi pengukuran menunjukkan
bahwa konsentrasi nitrit tidak melebihi baku mutu. Berdasarkan
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk
kelas II, Baku Mutu Nitrit tidak melebihi 0,06 mg/l.

12. NO3
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae.
Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil.
Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa-
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses
oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang
penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


Nitrat dan amonium adalah sumber utama nitrogen di perairan.
Namun amonium lebih disukai tumbuhan. Kadar nitra di perairan
yang tidak tercemar biasanya lebih tinggi dari kadar amonium.
Kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampit tidak pernah
lebih dari 0,1 mg/l. kadar nitrat lebih dari 5 mg/l menggambarkan
terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktifitas
manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat-nitrogen yang lebih dari 0,2
mg/l dapat mengakibatkan terjadinga eutrofikasi (pengayaan)
perairan, yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan
tumbuhan air secara pesat (bloming). Pada perairan yang
menerima limpasan air dari daerah pertanian yang banyak
mengandung pupuk, kadar nitrat dapat mencapai 1.000 mg/l.

Nitrat tidak bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Konsumsi


air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi akan menurunkan
kapasitas darah untuk mengikat oksigen, terutama pada bayi yang
berumur kurang dari lima bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
methamoglobinemia atau blue baby yang mengakibatkan kulit bayi
berwarna kebiruan (cyanosis) (Davisan Cornwell, 1991; Manson,
1993)

Dari hasil pengujian Nitrat (NO3) di Daerah Aliran Sungai Barito


menunjukan bahwa konsentasi nitrat masih berada dibawah baku
mutu sesuai dengan Lampiran Peraturan Pemerintah nomor 82
tahun 2001 bahwa baku mutu air kelas II untuk Nitrat (NO 3)
adalah sebesar 10 mg/l. Akan tetapi pada Muara Sungai Laung
kadar nitrat telah melebihi baku mutu yaitu sebesar 13 mg/l.
Kadar nitrat yang tinggi tersebut akibat adanya pelapukan bahan
organik dan adanya aktifitas masyarakat yang cukup tinggi pada
sub DAS tersebut.

13. Minyak & Lemak


Minyak dan lemak yang mencemari lingkungan sering dimasukkan
ke dalam kelompok padatan, yaitu padatan yang mengapung di

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


atas permukaan air. Minyak yang terdapat di dalam air berasal
dari berbagai sumber, diantaranya dari pembersihan dan
pencucian kapal, pengeboran minyak dan buangan pabrik.

Air yang diperuntukkan bagi keperluan domestik sebaiknya bebas


dari kandungan minyak (oil) dan lemak (grase) lemak karena air
dengan kadar minyak relatif tinggi menimbulkan rasa dan bau
yang tidak enak. Dari lokasi pengukuran menunjukkan bahwa
konsentarsi minyak dan lemak tinggi di muara sungai Laung yaitu
sebesar 2000 µg/l. Berdasarkan Lampiran Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air kelas II, untuk baku mutu untuk
konsentrasi Minyak dan Lemak tidak melebihi 1000 µg/l, maka
dengan demikian konstrasi minyak dan lemak pada seluruh lokasi
pengambilan sampel telah melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan. Tingginya kadar lemak dan minyak pada lokasi
titik pemantauan akibat tingginya atifitas masyarakat, khususnya
pada penggunaan alat transportasi air dan aktifitas pembuangan
sampah domestik kebadan air.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


3.2. Komponen Biologi

a. Flora /vegetasi

Vegetasi yang banyak ditemui di areal logpond PT. Karya Delta


Permai adalah sebagian kecil pohon kecil, semak belukar, paku
pakuan, alang-alang, tumbuhan merambat dan tanaman pionir lainnya
dalam jumlah yang kecil. Sebagian lahan tersebut adalah tanah kosong
(tak bervegetasi) diperkirakan bekas ladang masyarakat setempat.

Pada areal tersebut tidak ditemukan jenis vegetasi/tanaman


langka.

b. Fauna

Dari observasi lapangan fauna yang terdapat di areal logpond


adalah tikus, reptil (kadal kecil), amphibi dan serangga. Tidak
ditemukan jenis fauna langka yang dilindungi oleh Pemerintah.

c. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya

Desa terdekat dengan logpond adalah Desa Muara Bumban,


menurut data BPS kab. Murung raya Tahun 2017, dengan luas 40 km2
dengan jumlah penduduk 196 jiwa dan kepadatan penduduk 23
jiwa/km2. Pada umumnya mayoritas pekerjaan masyarakat adalah
petani karet, dan sebagian berkebun/berladang.
Suku bakumpai merupakan suku mayoritas di desa Muara
Bumban, disamping terdapat pula suku lainya yaitu suku banjar, suku
siang, suing murung. Bahasa sehari-hari masyarakat menggunakan
bahasa bakumpai.
Masyarakat desa Muara bumban mayoritas beragama Islam.
Dari segi kesehatan masyarakat desa Muara Bumban telah
memiliki Puskesmas pembantu dan posyandu. Masyarakat desa telah
memiliki pengetahuan tentang kesehatan.
Pendidikan mayoritas pada desa Muara Bumban adalah SD dan
SMP, dan SMA sederajat.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


IV. DAMPAK LINGKUNGAN YANG DITIMBULKAN DAN UPAYA
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP SERTA UPAYA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

4.1 Dampak Lingkungan yang Dihasilkan


- Tahap Prakonstruksi
a. Penentuan Rencana Kegiatan (sosialisasi)
1. Sumber dampak : Koordinasi penentauan tencana lokasi
kegiatan dengan aparat pemerintah Kab. Murung Raya dan
masyarakat desa Muara Bumban,
2. Jenis dampak : dampak sosial pro dan kontra terhadap
rencana kegiatan pembangunan dan operasional logpond.
3. Besaran dampak : masyarakat desa Muara Bumban dan
areal seluas 4 Ha.
b. Penyiapan lahan
1. Sumber dampak : pembebasan lahan.
2. Jenis dampak : dampak sosial pemilik lahan.
3. Besaran dampak : masyarakat desa Muara Bumban dan
areal seluas 4 Ha.

- Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga kerja proyek
1. Sumber dampak : penerimaan tenaga kerja
2. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.
3. Besaran dampak : masyarakat desa Muara Bumban.
b. Mobilisasi Peralatan dan Logistik
1. Sumber dampak : mobilisasi atau pengangkutan alat dan
material.
2. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara dan kebisingan.
3. Besaran dampak : meningkatnya pulutan dan kebisingan
bagi masyarakat desa Muara Bumban.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


c. Pembangunan sarana prasarana
1. Sumber dampak : pembangunan mess karyawan,
pembangunan TPK antara, pembangunan bengkel,
pembangunan tanki BBM dan pembangunan gudang logistik

2. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara dan kebisingan,


Kegiatan ini juga akan berdampak pada komponen kualitas
air dengan meningkatnya kekeruhan di alur selokan
sehingga dapat mengganggu kehidupan flora dan fauna air
di lokasi proyek dan sekitarnya.
3. Besaran dampak : manusia, flora dan fauna disekitar
kegiatan.

- Tahap Operasional
a. Penerimaan Tenaga kerja operasional logpond.
1. Sumber dampak : penerimaan tenaga kerja.
2. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.
3. Besaran dampak : masyarakat desa Muara Bumban.
b. Operasional Logpond
1. Sumber dampak : bongkar muat kayu log, aktifitas bengkel
dan aktifitas domestik.
2. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara, penurunan
kualitas air, peningkatan jumlah limbah B3 yang dihasilkan,
peningkatan limbah domestik, kebisingan, keamanan dan
sosial.
3. Besaran dampak : meningkatnya pulutan dan kebisingan
masyarakat desa Muara Bumban, lingkungan hidup,
mengganggu kehidupan flora dan fauna disekitar logpond.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


- Tahap pasca operasional

a. Pemanfaatan fasilitas dan lahan


1. Sumber dampak : penyerahan aset dan fasilitas.
2. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.
3. Besaran dampak : masyarakat desa Muara Bumban.

b. Demobilisasi tenaga kerja dan peralatan /logistik


1. Sumber dampak : demobilisasi dan pengangkutan logistik
2. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara, kebisingan,
keamanan dan sosial.
3. Besaran dampak : meningkatnya pulutan dan kebisingan
bagi masyarakat desa Muara Bumban, lingkungan sekitar.

4.2 Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

- Tahap Prakonstruksi
a. Jenis dampak : dampak sosial pro dan kontra terhadap rencana
kegiatan pembangunan dan operasional logpond.
1). Upaya pengelolaan lingkungan : Memberikan sosialisasi,
berdiskusi dengan masyarakat, mengumpulkan tokoh adat
tokoh masyarakat, dan meminta saran serta massukan dari
masyarakat mengenai kegiatan pembangunan dan
operasional logpond.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : sebelum dan dalam proses
konstruksi.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


b. Jenis dampak : dampak sosial pemilik lahan.
1). Upaya pengelolaan lingkungan : Memberikan sosialisasi,
berdiskusi dengan masyarakat, mengumpulkah tokoh adat
tokoh masyarakat, dan meminta saran serta massukan dari
masyarakat mengenai kegiatan pembangunan dan
operasional logpond.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : sebelum dan dalam proses
konstruksi.

- Tahap Konstruksi
a. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.
1). Upaya pengelolaan lingkungan : bekerja sama dengan pihak
aparat desa, kecamatan, dan memusyawarahkan
pelaksanaan pembebasan lahan.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : sebelum proses konstruksi.

b. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara dan kebisingan.

1). Upaya pengelolaan lingkungan : pengelolaan dilaksanakan


dengan mengatur jadwal mobilisasi bahan / material dan
peralatan, serta semua pekerja menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri).
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di areal logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : selama proses konstruksi

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


c. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara dan kebisingan,
Kegiatan ini juga akan berdampak pada komponen kualitas
air dengan meningkatnya kekeruhan di alur selokan
sehingga dapat mengganggu kehidupan flora dan fauna air
di lokasi proyek dan sekitarnya.
1). Upaya pengelolaan lingkungan : pengelolaan dilaksanakan
dengan mengatur jadwal mobilisasi bahan / material dan
peralatan, serta semua pekerja menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri).
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di areal logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : selama proses konstruksi.

d. Jenis dampak : penurunan kualitas udara di sekitar proyek.


1.) Upaya pengelolaan lingkungan : melakukan kegiatan
penyiraman secara rutin pada daerah yang berpotensi
menimbulkan debu, terutama pada saat pekerjaan
pembersihan lahan, galian dan pekerjaan struktur.
Melakukan penutupan pada material yang diangkut ke
lokasi proyek atau yang sudah di lokasi proyek sehingga
tidak ada debu/partikel lainnya yang beterbangan, lumpur
atau tanah hasil galian digunakan sebagai tanah urug untuk
lahan cekungan atau landai diambil pihak yang
membutuhkan.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di areal logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : selama proses konstruksi

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


- Tahap Operasional
a. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.

1.) Upaya pengelolaan lingkungan : melakukan pendekatan


dengan perangkat daerah setempat tentang kerjasama di
bidang tenaga kerja. Pendekatan tersebut harus
memperhitungkan kondisi perusahaan, kualifikasi tenaga
kerja yang diperlukan dan ketersediaan lowongan pekerjaan.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di kantor perwakilan dan
desa setempat.
3). Periode pengelolaan lingkungan : selama proses kegiatan
operasional.

b. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara, penurunan


kualitas air, peningkatan jumlah limbah B3 yang dihasilkan,
peningkatan limbah domestik, kebisingan, keamanan dan
sosial.

1.) Upaya pengelolaan lingkungan :


- Melakukan penyiraman pada areal yang berdebu,
- Membuat sedimentrap, mengurangi areal terbuka,
membuat paritan /drainase, dan mengendalikan runoff
langsung menuju ke perairan.
- Melakukan pengelolaan LB3 sesuai aturan.
- Melakukan perawatan pada sarana dan alat berat untuk
mengurangi polusi dan kebisingan.
- Mengelola limbah domestik dan persampahan.
- Membuat aturan untu karyawan dan mengendalikan
keamanan dengan penempatan security pad kantor dan
mess karyawan.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : areal logpond.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


3). Periode pengelolaan lingkungan : selama proses kegiatan
operasional.
- Tahap pasca Operasional
a. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar..
1). Upaya pengelolaan lingkungan : bekerja sama dengan pihak
aparat desa, kecamatan, dan memusyawarahkan
pelaksanaan penyerahan aset dan fasilitas.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pengelolaan lingkungan : pasca operasional.

b. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara, kebisingan,


keamanan dan sosial.

1). Upaya pengelolaan lingkungan : pengelolaan dilaksanakan


dengan mengatur jadwal demobilisasi bahan / material dan
peralatan, serta semua pekerja menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) dan bekerja sama dengan pihak keamanan
setempat.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di areal logpond dan jalan.
3). Periode pengelolaan lingkungan : pasca opersional.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


4.3 Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

- Tahap Prakonstruksi
a. Jenis dampak : dampak sosial pro dan kontra terhadap rencana
kegiatan pembangunan dan operasional logpond.
1). Upaya pemantauan lingkungan : menyebarkan isian pada
saat rapat lingkungan/Pertemuan di Desa, berkaitan dengan
keinginan masyarakat yang harus dipenuhi oleh
pemrakarsa. Minta masukan pada penyanding/pendamping
mengenai masalah yang ada terutama penetapan batas
proyek. Melihat kesesuaian ijin yang diterbitkan dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pemantauan lingkungan : sebelum dan dalam proses
konstruksi.

b. Jenis dampak : dampak sosial masyarakat pemilik lahan.


1). Upaya pemantauan lingkungan : berkunjung ke desa
terdekat.
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di desa terdekat.
3). Periode pemantauan lingkungan : sebelum dan dalam proses
konstruksi.

- Tahap Konstruksi
a. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.
1). Upaya pemantauan lingkungan : menyebarkan angket dan
form isian yang berkaitan dengan keinginan dan pemikiran
masyarakat setempat.
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pemantauan lingkungan : selama proses konstruksi.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


b. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara dan kebisingan.

1). Upaya pemantauan lingkungan : pendataan dan pengecekan


kesehatan pekerja.
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di areal logpond.
3). Periode pemantauan lingkungan : selama proses konstruksi

c. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara dan kebisingan,


Kegiatan ini juga akan berdampak pada komponen kualitas
air dengan meningkatnya kekeruhan di alur selokan
sehingga dapat mengganggu kehidupan flora dan fauna air
di lokasi proyek dan sekitarnya.
1). Upaya pemantauan lingkungan : pemantauan kualitas air
dengan pemriksaan fisik dan kimia ari, pengecekan
kesehatan serta pendataan kesehatan masyarakat dan
pekerja serta mengamati secara langsung dan meminta
laporan dari masyarakat baik dalam pertemuan formal
maupun non formal jika ada keluhan masyarakat sekitar
akibat tingkat pencemaran udara yang melebihi batas
toleransi atau jika ada yang mengalami gangguan
pernafasan akibat peningkatan polutan pencemar udara dan
kekeruhan air permukaan, melakukan pengukuran
parameter debu dan CO serta sampel air, dengan
pengambilan parameter kualitas udara, sampel air dan uji
lab air permukaan, berkoordinasi dengan dinas terkait
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di areal logpond.
3). Periode pemantauan lingkungan : selama proses konstruksi.

d. Jenis dampak : penurunan kualitas udara di sekitar proyek.


1.) Upaya pemantauan lingkungan : mengamati situasi sekitar
proyek dan mamantau debu .
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di areal logpond.
3). Periode pemantauan lingkungan : selama proses konstruksi

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


- Tahap Operasional
a. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar.
1). Upaya pemantauan lingkungan : menyebarkan isian kepada
anggota masyarakat melalui Kelurahanberkaitan dengan
lowongan kerja yang tersedia, keahlian yang diperlukan dan
jadwal penerimaan pegawai.
2). Lokasi pemantauan lingkungan hidup : di areal logpond dan
kantor perwakilan perusahaan.
3). Periode pemantauan lingkungan hidup : selama proses
opersional kegiatan

b. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara, penurunan


kualitas air, peningkatan jumlah limbah B3 yang dihasilkan,
peningkatan limbah domestik, kebisingan, keamanan dan
sosial.
1). Upaya pemantauan lingkungan : menyebarkan isian kepada
anggota masyarakat melalui Kelurahan berkaitan dengan
lowongan kerja yang tersedia, keahlian yang diperlukan dan
jadwal penerimaan pegawai.
2). Lokasi pemantauan lingkungan hidup : di areal logpond dan
kantor perwakilan perusahaan.
3). Periode pemantauan lingkungan hidup : selama proses
opersional kegiatan

c. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan


masyarakat sekitar.
1). Upaya pemantauan lingkungan : menyebarkan isian kepada
anggota masyarakat melalui Kelurahanberkaitan dengan
lowongan kerja yang tersedia, keahlian yang diperlukan dan
jadwal penerimaan pegawai.
2). Lokasi pemantauan lingkungan hidup : di areal logpond dan
kantor perwakilan perusahaan.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


3). Periode pemantauan lingkungan hidup : selama proses
opersional kegiatan

- Tahap pasca Operasional


a. Jenis dampak : dampak sosial, kecemburuan dan keresahan
masyarakat sekitar..
1). Upaya pemantauan lingkungan : memantau dan dan
mengamati situasi di desa dan lingkungan sekitar.
2). Lokasi pemantauan lingkungan : di kantor desa, dan areal
logpond.
3). Periode pemantauan lingkungan : pasca operasional.

b. Jenis dampak : Penurunan kualitas udara, kebisingan,


keamanan dan sosial.

1). Upaya pengelolaan lingkungan : memantau lingkungan


sekitar.
2). Lokasi pengelolaan lingkungan : di areal logpond dan jalan.
3). Periode pengelolaan lingkungan : pasca opersional.

4.4. Institusi Pengelola Dan Pemantauan Lingkungan Hidup


Pendekatan institusional yang dilakukan ada kegiatan atau
usaha ini adalah sebagai berikut :
1. Mengendalikan tindak kriminal dan menjaga keamanan perlu
dilakukan kerjasama dengan pihak kepolisian dan Pemerintah
setempat.
2. Menangani pencemaran lingkungan dilakukan dengan pemerintah
Desa Muara Bumban, Kecamatan Murung , Kabupaten Murung
Raya, PPLHD, dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan
Tengah dengan melibatkan komponen masyarakat setempat.
3. Pemrakarsa dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan perlu melakukan kerjasama dengan instansi/lembaga
terkait di Desa Muara Bumban, Kecamatan Murung , Kabupaten
Murung Raya.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


V. JUMLAH IZIN YANG DIBUTUHKAN

Jenis izin untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang


dibutuhkan selain izin lingkungan dan kelayakan lingkungan, juga izin
pelangkeap seperti HO dan sebagainya, berdasarkan upaya pengelolaan
lingkungan hidup berkaitan dengan perizinan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pemrakarsa perlu melengkapi izin-izin PPLH.

5.1. Jumlah Dan Jenis Izin - Izin PPLH Yang Dibutuhkan


Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menuntut
dikembangkannya suatu sistem yang terpadu berupa kebijaksanaan
nasional, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang harus
dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dari pusat sampai ke
daerah.
Upaya preventif dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup perlu dilaksanakan dengan mendayagunakan secara
maksimal instrument pengawasan dan perijinan.
Ijin lingkungan hidup adalah ijin yang diberikan kepada setiap
orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal,
UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup sebagai persyaratan untuk memperoleh ijin usaha dan/atau
kegiatan.

5.1.1. Ijin Penyimpanan Sementara Limbah B3


Bahan berbahaya dan beracun perlu dilindungi dan dikelola
dengan baik, meminimalisir dampak negatif dari pembangunan yang
mengancam lingkungan hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lainnya.
Dengan adanya izin penyimpanan sementara limbah bahan
berbahaya dan beracun, secaraa otomatis perusahaan telah
mengelola, yaitu dengan kegiatan menyimpan, mengemas, bongkar
muat limbah, memperhatikan simbol dan label, melakukan
pencatatan, dan menyerahkan kepada pihak ketiga yang berizin.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


Izin penyimpanan sementara LB3 akan dibutuhkan apabila
pihak pemrakarsa telah beroperasi dan menghasilkan LB3.

5.1.2. Ijin Pembuangan Limbah


Pembuangan (dumping) sisa suatu usaha adalah kegiatan
membuang, menempatkan,dan atau memasukkan limbah dan atau
bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.
Air limbah merupakan sisa usaha yang boleh dibuang ke media
alam yaitu air atau sumber air yang secara teknis telah diverifikasi
oelh tim teknis dinas terkait yaitu Dinas Lingkungan Hidup, dan
telah melalui tahapan pengolahan limbah yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku dan dalam kadar atau baku mutu tertentu
yangtelah ditetapkan dalam peraturan atau sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan.
Izin ini dibutuhkan ketika perusahaan telah menghasilkan air
limbaha dari kegiatan usaha, yang beresiko mencemari lingkungan
perairan dan disesuaikan dengan perataturan perundang-undangan
yang berlaku.

5.1.3. Ijin Pemanfaatan Limbah B3


Setiap usaha dan/atau kegiatan yang memanfaatkan
sisa/limbah berpotensi penting menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup yang perlu dan wajib melakukan analisis resiko
yang meliputi ; pengkajian resiko, pengelolaan resiko, dan
komunikasi resiko.
Izin ini dibutuhkan apabila perusahaan memiliki kegiatan
pemanfaatan limbah B3, untuk keperluan lain atau limbah sebagai
bahan produksi.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


SURAT PERNYATAAN PELAKSANAAN
NOMOR : VCCCCCCCCVCBBVBVBVVBV

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jabatan :
Nama Perusahaan : PT. Karya Delata Permai
Alamat : Camp. PT. Karya Delata Permai Desa Muara
Bumban Kecamatan Murung Kabupatan
Murung Raya Kalimantan Tengah
Jenis Usaha : Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan
Alam.

Dengan ini menyatakan bahwa :

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


Tabel 8. Tabel Ringkasan UKL dan UPL
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN INSTITUSI
PENGELOLA
SUMBER BESARAN LOKASI PERIODE PERIODE
DAMPAK
JENIS DAMPAK
DAMPAK LOKASI DAN KET
BENTUK PENGELOLAAN PENGELO PENGELOL BENTUK PEMANTAUAN PEMANTAU
PEMANTAUAN PEMANTAU
LAAN AAN AN
LH
PRAKONSTRUKSI
Koordinasi dampak sosial masyarakat Memberikan Dikanto Sebelum menyebarkan isian pada Dikantor Sebelum Pemrakarsa
penentauan pro dan kontra desa Muara sosialisasi, r desa, dan saat rapat desa, dan dan Aparat
tencana terhadap Bumban berdiskusi dengan dan dalam lingkungan/Pertemuan di areal dalam Desa dan
lokasi rencana dan areal masyarakat, areal proses Desa, berkaitan dengan logpond proses Pemerintah
kegiatan kegiatan seluas 4 Ha mengumpulkan logpond konstruk keinginan masyarakat yang konstruks setempat
dengan pembangunan tokoh adat tokoh si harus dipenuhi oleh i
aparat dan masyarakat, dan pemrakarsa. Minta
operasional meminta saran serta masukan pada
logpond. massukan dari penyanding/pendamping
masyarakat mengenai masalah yang
mengenai kegiatan ada terutama penetapan
pembangunan dan batas proyek. Melihat
operasional logpond kesesuaian ijin yang
diterbitkan dengan
kenyataan yang ada di
lapangan

Penyiapan pembebasan masyarakat Memberikan Dikanto Sebelum berkunjung ke desa Desa Sebelum Pemrakarsa
lahan lahan desa Muara sosialisasi, r desa, dan terdekat terdekat dan dan aparat
Bumban berdiskusi dengan dan dalam dalam desa
dan areal masyarakat, areal proses proses kepolisian
seluas 4 Ha mengumpulkah logpond konstruk konstruks
tokoh adat tokoh si i
masyarakat, dan
meminta saran serta
massukan dari
masyarakat
mengenai kegiatan
pembangunan dan
operasional logpond

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


TAHAP KONSTRUKSI
Penerimaan dampak sosial, masyarakat bekerja sama dengan Dikanto Sebelum menyebarkan angket dan Dikantor Selama Pemrakarsa
Tenaga kecemburuan desa Muara pihak aparat desa, r desa, dan form isian yang berkaitan desa, dan proses Dinas
kerja dan keresahan Bumban kecamatan, dan dan dalam dengan keinginan dan areal konstruks tenaga
proyek masyarakat memusyawarahkan areal proses pemikiran masyarakat logpond i kerja,
sekitar pelaksanaan logpond konstruk setempat aparat desa
pembebasan lahan si
mobilisasi Penurunan meningkatn pengelolaan di areal selama pendataan dan pengecekan di jalan selama Pemrakarsa
atau kualitas udara ya pulutan dilaksanakan dengan logpond proses kesehatan pekerja. dan areal proses Dinas
pengangkut dan dan mengatur jadwal konstruk logpond konstruks Lingkungan
an alat dan kebisingan kebisingan mobilisasi bahan / si i Hidup
material bagi material dan
masyarakat peralatan, serta
desa Muara semua pekerja
Bumban menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri)

pembangun Penurunan manusia, melakukan kegiatan di areal selama pemantauan kualitas air di areal selama Pemrakarsa
an mess kualitas udara flora dan penyiraman secara logpond proses dengan pemriksaan fisik logpond proses
karyawan, dan fauna rutin pada daerah konstruk dan kimia ari, pengecekan konstruks Dinas
pembangun kebisingan, disekitar yang berpotensi si kesehatan serta pendataan i Lingkungan
an TPK Kegiatan ini kegiatan. menimbulkan debu, kesehatan masyarakat dan Hidup
antara, juga akan terutama pada saat pekerja serta mengamati
pembangun berdampak pekerjaan secara langsung dan
an bengkel, pada pembersihan lahan, meminta laporan dari
pembangun komponen galian dan pekerjaan masyarakat baik dalam
an tanki kualitas air struktur. Melakukan pertemuan formal maupun
BBM dan dengan penutupan pada non formal jika ada
pembangun meningkatnya material yang keluhan masyarakat
an gudang kekeruhan di diangkut ke lokasi sekitar akibat tingkat
logistik alur selokan proyek atau yang pencemaran udara yang
sehingga dapat sudah di lokasi melebihi batas toleransi
mengganggu proyek sehingga atau jika ada yang
kehidupan tidak ada mengalami gangguan
flora dan debu/partikel pernafasan akibat
fauna air di lainnya yang peningkatan polutan
lokasi proyek beterbangan, lumpur pencemar udara dan
dan atau tanah hasil kekeruhan air permukaan,

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


sekitarnya. galian digunakan melakukan pengukuran
sebagai tanah urug parameter debu dan CO
untuk lahan serta sampel air, dengan
cekungan atau pengambilan parameter
landai diambil pihak kualitas udara, sampel air
yang membutuhkan dan uji lab air permukaan,
berkoordinasi dengan dinas
terkait
mengamati situasi sekitar
proyek dan mamantau
debu
Tahap Operasional
penerimaan dampak sosial, masyarakat melakukan kantor selama menyebarkan isian kepada areal Selama Pemrakarsa
tenaga kecemburuan desa Muara pendekatan dengan perwaki proses anggota masyarakat logpond proses dan aparat
kerja dan keresahan Bumban perangkat daerah lan dan kegiatan melalui dan kantor kegiatan desa
masyarakat setempat tentang desa operasio Kelurahanberkaitan dengan perwakilan operasion
sekitar kerjasama di bidang setemp nal lowongan kerja yang perusahaan al
tenaga kerja. at tersedia, keahlian yang
Pendekatan tersebut diperlukan dan jadwal
harus penerimaan pegawai
memperhitungkan
kondisi perusahaan,
kualifikasi tenaga
kerja yang
diperlukan dan
ketersediaan
lowongan pekerjaan
bongkar Penurunan meningkatn Melakukan di areal Selama menyebarkan isian kepada areal Selama Pemrakarsa
muat kayu kualitas ya pulutan penyiraman pada logpond proses anggota masyarakat logpond proses
log, udara, dan areal yang berdebu kegiatan melalui Kelurahan dan kantor kegiatan Dinas
aktifitas penurunan kebisingan Membuat operasio berkaitan dengan lowongan perwakilan operasion Lingkungan
bengkel kualitas air, masyarakat sedimentrap, nal kerja yang tersedia, perusahaan al Hidup
dan peningkatan desa Muara mengurangi areal keahlian yang diperlukan
aktifitas jumlah limbah Bumban, terbuka, membuat dan jadwal penerimaan
domestik B3 yang lingkungan paritan /drainase, pegawai
dihasilkan, hidup, dan mengendalikan
peningkatan menggangg runoff langsung
limbah u menuju ke perairan
menyebarkan isian kepada
domestik, kehidupan Melakukan
anggota masyarakat
kebisingan, flora dan pengelolaan LB3
melalui
keamanan dan fauna sesuai aturan
Kelurahanberkaitan dengan
sosial disekitar Melakukan
lowongan kerja yang

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


logpond perawatan pada tersedia, keahlian yang
sarana dan alat berat diperlukan dan jadwal
untuk mengurangi penerimaan pegawai
polusi dan
kebisingan
Mengelola limbah
domestik dan
persampahan
Membuat aturan
untu karyawan dan
mengendalikan
keamanan dengan
penempatan security
pad kantor dan mess
Karyawan

Pasca operasional
penyerahan dampak sosial, masyarakat bekerja sama dengan kantor selama memantau dan dan di kantor pasca Aparat desa
aset dan kecemburuan desa Muara pihak aparat desa, perwaki proses mengamati situasi di desa desa, dan operasion Kecamatan
fasilitas dan keresahan Bumban kecamatan, dan lan dan kegiatan dan lingkungan sekitar areal al
masyarakat memusyawarahkan desa pasca logpond
sekitar pelaksanaan setemp operasio
penyerahan aset dan at nal
fasilitas

demobilisas Penurunan meningkatn pengelolaan di areal pasca memantau lingkungan di jalan dan pasca Pemrakarsa
i dan kualitas ya pulutan dilaksanakan dengan logpond opersion sekitar areal opersional
pengangkut udara, dan mengatur jadwal dan al logpond Dinas
an logistik kebisingan, kebisingan demobilisasi bahan / jalan dan jalan Lingkungan
keamanan dan bagi material dan Hidup
sosial masyarakat peralatan, serta
desa Muara semua pekerja
Bumban, menggunakan APD
lingkungan (Alat Pelindung Diri)
sekitar dan bekerja sama
dengan pihak
keamanan setempat

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1


DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya


Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembar Negara Republik Indonesia tahun 2004 nomor 125, tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang nomor 12
tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembar Negara Republik
Indonesia tahun 2008 nomor 59, tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia nomor 4844).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang


Pengendalian Pencemaran Udara.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2007 tentang


Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup bagi usaha
dan/atau Kegiatan Yang Tidak Memiliki Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang


Jenis Usaha dan / atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang


Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2000


tentang Proses Penapisan Usaha/Kegiatan Yang Wajib AMDAL.

DOKUMEN UKL-UPL LO GPO ND PT. KD P Page 1

Anda mungkin juga menyukai