Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENGARUH RETAKAN (CRACK)

PADA STABILITAS LERENG DENGAN ALIRAN STEADY


DAN TRANSIENT

THE EFFECTS OF ANALYSIS CRACKING ON SLOPE STABILITY


WITH STEADY AND TRANSIENT FLOW

Artikel Ilmiah
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh :

Siti Safinatun Najjah


F1A 015 125

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
Artikel Ilmiah

ANALISIS PENGARUH RETAKAN (CRACK)


PADA STABILITAS LERENG DENGAN ALIRAN STEADY
DAN TRANSIENT

THE EFFECTS OF ANALYSIS CRACKING ON SLOPE STABILITY


WITH STEADY AND TRANSIENT FLOW

Oleh :
Siti Safinatun Najjah
F1A 015 125

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing :

1. Pembimbing Utama

Ir. Ismail Hoesain Muchtaranda., MT. Tanggal : 03 Juni 2020


NIP. 19650717 199403 1 001

2. Pembimbing Pendamping

Tri Sulistyowati, ST., MT. Tanggal : 04 Juni 2020


NIP. 19730202 199802 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Mataram

Jauhar Fajrin, S.T,. M.Sc (Eng),. Ph.D


NIP. 19740607 199802 1 001

2
Artikel Ilmiah

ANALISIS PENGARUH RETAKAN (CRACK)


PADA STABILITAS LERENG DENGAN ALIRAN STEADY DAN
TRANSIENT
THE EFFECTS OF ANALYSIS CRACKING ON SLOPE STABILITY
WITH STEADY AND TRANSIENT FLOW

Disusun Oleh :
Siti Safinatun Najjah
F1A015125
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal Juni 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1
Jurusan Teknik Sipil
Susunan Tim Penguji
1. Penguji I

Agung Prabowo, ST., MT. Tanggal : 04 Juni 2020


NIP. 19720206 199903 1 002

2. Penguji II

Prof. Ir. Didi S. Agustawijaya, MEng., Ph.D Tanggal : 04 Juni 2020


NIP. 19620809 198912 1 001

3. Penguji III

Dr. Muhajirah, ST., MT. Tanggal : 04 Juni 2020


NIP. 19730719 199903 2 002

Mataram, Juni 2020


Dekan Fakultas Teknik
Universitas Mataram

Akmaluddin, ST,. Msc (Eng),. Ph.D


NIP. 19681231 199412 1 001

3
ANALISIS PENGARUH RETAKAN (CRACK)
PADA STABILITAS LERENG DENGAN ALIRAN STEADY DAN
TRANSIENT
Siti Safinatun Najjah1, Ismail Hoesain M.2, Tri Sulistyowati 2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK
Peristiwa longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, tidak
terkecuali di provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya di kabupaten Lombok Barat. Lereng
Guntur Macan Lombok Barat merupakan salah satu daerah yang berpotensi longsor tinggi. Hal
ini disebabkan oleh kondisi lereng yang merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan yang
curam dan tingginya intensitas curah hujan serta tekstur tanah lereng yaitu bersifat lunak dan
mudah dilalui air sehingga mudah terjadinya longsor. Adanya retakan pada lereng biasanya
menyediakan jalur yang mudah untuk penyerapan hujan ke dalam tanah.
Pada studi ini retakan dimodelkan berada pada puncak lereng. Untuk melihat
perbandingan hasil analisis, maka divariasikan jarak retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m;
5,00 m dan kedalaman retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00 m dengan aliran steady dan
transient. Pada masing-masing variasi retakan akan dianalisis berdasarkan retakan tanpa air
permukaan, retakan dengan aliran transient dan retakan dengan aliran steady. Kondisi retakan
tersebut dibandingkan dengan kondisi asli lereng dan kondisi lereng tanpa retakan dengan aliran
transient. Metode analisis yang digunakan dalam perhitungan yaitu menggunakan metode
Ordinary dan Bishop dengan bantuan software Geostudio R2 2018 Version 9.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tekanan air pori dan stabilitas lereng dipengaruhi oleh
adanya retakan. Pada kondisi asli nilai angka keamanan tanpa retakan dengan metode Ordinary
dan Bishop diperoleh hasil berturut-turut sebesar 0,785 dan 0,868. Saat terjadi hujan, faktor
keamanan mengalami penurunan yang signifikan yaitu berturut-turut sebesar 0,773 dan 0,851.
Berdasarkan jarak retakan pada aliran steady, mengalami penurunan angka keamanan yang
semakin dekat retakan dengan bidang gelincir maka angka keamanan lereng semakin menurun.
Penurunan angka keamanannya yaitu dari 0,715 menjadi 0,694 dengan penurunan sebesar
3,026 %. Kondisi aliran transient menghasilkan angka keamanan yang semakin dekat retakan
dengan bidang gelincir maka angka keamanannya semakin menurun. Penurunan angka
keamanannya yaitu dari 0,760 menjadi 0,754 dengan penurunan sebesar 0,789 %. Berdasarkan
kedalaman retakan untuk aliran steady dan aliran transient menghasilkan faktor keamanan yang
semakin dalam retakan maka faktor kemanannya semakin menurun. Penurunan angka
keamanan kondisi aliran transient yaitu dari 0,769 menjadi 0,754 dengan penurunan sebesar
1,951 %. Penurunan angka keamanan kondisi aliran steady yaitu dari 0,764 menjadi 0,715
dengan penurunan sebesar 6,413 %.

Kata kunci : Guntur Macan, Stabilitas Lereng, Retakan, Jarak, Kedalaman, Steady, Transient.

I. PENDAHULUAN terjadi secara terus menerus dari sore hingga


A. Latar Belakang pagi hari yang mengakibatkan terjadinya
Peristiwa tanah longsor merupakan peristiwa longsor (Septia, 2015).
bencana alam yang sering terjadi di Lereng Guntur Macan merupakan
Indonesia, tidak terkecuali di provinsi Nusa salah satu daerah yang sangat berpotensi
Tenggara Barat khususnya di kabupaten longsor tinggi. Hal ini disebabkan oleh kondisi
Lombok Barat. Peristiwa tanah longsor lereng yang merupakan perbukitan dengan
terakhir yang terjadi pada tanggal 19 kemiringan yang curam, tingginya intensitas
Desember 2015 di dusun Ladangan Desa curah hujan serta tekstur tanah lereng yaitu
Guntur Macan Kecamatan Gunung Sari, yang bersifat lunak dan mudah dilalui air sehingga
mengakibatkan 4 rumah tertimbun, 4 orang mudah terjadinya longsor. Suryo (2018)
meninggal dunia, 2 orang mengalami luka menyelidiki bahwa hujan dapat mengganggu
berat dan 3 orang mengalami luka ringan. keseimbangan kemiringan tanah alami.
Kejadian diawali dengan hujan deras yang Ketidakseimbangan ini akan dipercepat

4
dengan adanya retakan di tanah, yang retakan. Permasalahan tersebut menarik
mengarah pada penurunan kekuatan geser untuk diangkat menjadi tugas akhir yaitu
dan peningkatan konduktivitas hidrolik dari dengan judul “Analisis Pengaruh Retakan
kemiringan tanah. (Crack) Pada Stabilitas Lereng Dengan Aliran
Mukhlisin dan Khiyon (2018), stabilitas Steady dan Transient”.
lereng diidentifikasi sebagai hambatan utama
konstruksi di negara Indonesia dan Malaysia. B. RUMUSAN MASALAH
Di negara-negara ini, kegagalan lereng telah Berdasarkan uraian di atas, masalah
diidentifikasi sebagai salah satu bencana yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah
alam yang paling umum terjadi, mengarah ke menganalisis pengaruh variasi jarak dan
kerugian finansial dan kematian. Kerusakan kedalaman retakan dengan kondisi aliran
lereng sering dikaitkan dengan kejadian tetap dan aliran tidak tetap pada lereng
curah hujan yang berkepanjangan di mana terhadap angka kemanan (SF) dengan
infiltrasi air hujan meningkat sehingga software Geostudio R2 2018 Version 9.
tekanan air pori meningkat dan mengurangi
kekuatan tanah. C. BATASAN MASALAH
Wang dan Li (2011), memaparkan Batasan masalah dalam Tugas Akhir
bahwa retakan secara luas menunjukkan ini adalah sebagai berikut :
kemiringan dalam tanah dan dapat 1. Lereng yang dianalisis adalah lereng
mengurangi stabilitas dari kemiringan tanah bekas longsoran dan lereng dekat dengan
tersebut berdasarkan tiga sebab. Pertama, pemukiman Desa Guntur Macam
retakan memberikan saluran istimewa 2. Bidang kelongsoran diasumsikan
(prefensial) yang dapat meningkatkan berbentuk lingkaran
permeabilitas tanah dan mengurangi 3. Intensitas hujan maksimum yang
kekuatan tanah. Kedua, retakan yang diisi air digunakan selama 24 jam.
mengakibatkan penambahan tekanan yang 4. Muka air tanah diasumsikan setinggi 20
bergerak pada bidang miring. Ketiga, retakan meter.
dapat membentuk bagian dari bidang gelincir 5. Menganalisis retakan pada lereng hanya
yang tidak memiliki kekuatan geser. pada puncak lereng.
Analisis stabilitas lereng merupakan 6. Menganalisis puncak lereng dengan
cara untuk menentukan lereng dalam kondisi variasi letak retakan 1m, 2m, 3m, 4m, dan
rawan atau aman dari peristiwa longsor. 5m dari ujung puncak lereng. Selanjutnya
Analisis menghasilkan angka keamanan pada setiap jarak retakan ini ditinjau
melalui proses trial and error. Proses trial and kedalaman lereng mulai dari 1m, 2m, 3m,
error yang dilakukan secara manual 4m, dan 5m.
membutuhkan waktu yang lama dan ketelitian 7. Untuk data material tanah yang digunakan
(Hidayah dan Gratia, 2007). Seiring dengan adalah data sekunder dari laporan
perkembangan teknologi, penggunaan laboratorium dan lapangan bekas
perangkat lunak (software) merupakan salah longsoran bukit Guntur Macan – Lombok
satu alternatif yang memudahkan dalam Barat.
proses analisis stabilitas lereng yang 8. Analisis yang digunakan menggunakan
memberikan ketepatan dan kecepatan tanpa software Geostudio R2 2018 version 9.
mengesampingkan prinsip-prinsip
perhitungan manual. Diantara perangkat D. TUJUAN PENELITIAN
lunak untuk menganalisis stabilitas lereng Adapun tujuan yang hendak dicapai
yaitu GeoStudio R2 2018 V.9 SLOPE/W yang dalam tugas akhir ini adalah :
merupakan salah satu produk dari GEO- 1. Untuk mengetahui seberapa besar angka
SLOPE Office International Ltd. Alberta, keamanan (SF) lereng asli bekas
Canada. longsoran tanpa retakan dan memodelkan
Beberapa studi di atas memaparkan lereng dengan retakan menggunakan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi software Geostudio R2 2018 Version 9.
stabilitas lereng adalah pengaruh retak 2. Untuk mengetahui seberapa besar angka
(crack) permukaan lereng. Sehingga, studi keamanan (SF) lereng asli setelah
kali ini difokuskan pada dampak retakan dibebani hujan.
terhadap lereng jenuh-tak jenuh akibat 3. Untuk mengetahui seberapa besar
penyerapan air dengan aliran tetap dan tidak pengaruh variasi jarak retakan dengan
tetap dengan memodifikasi parameter seperti kondisi aliran steady dan aliran transient
lokasi retakan, kedalaman retakan, dan jarak

5
pada puncak lereng terhadap besarnya penelitiannya menunjukkan bahwa distirbusi
nilai angka keamanan (SF) pada lereng. PWP (pore water pressure) pada lereng dan
4. Untuk mengetahui seberapa besar faktor kemanan dari lereng sangat
pengaruh variasi kedalaman retakan dipengaruhi oleh retakan yang terjadi. Ketika
dengan kondisi steady dan transient pada retakan dangkal, perubahan pada PWP (pore
puncak lereng terhadap besarnya nilai water pressure) dan FOS (factor of safety)
angka keamanan (SF) pada lereng. nya kecil. Ketika retakannya dalam dan
penetrasi pada lapisan dalam yang tertanam
E. MANFAAT PENELITIAN dalam lereng, PWP (pore water pressure)
Adapun Manfaat dari tugas akhir ini meningkat secara signifikan dan FOS (factor
adalah : of safety) menurun secara bertahap.
1. Penelitian ini bermanfaat mengetahui Penurunan FOS (factor of safety) lebih besar
perubahan angka keamanan akibat ketika lokasi retakan berada dipuncak lereng
adanya variasi jarak retakan dan daripada retakan yang terletak di tengah
kedalaman retakan akibat adanya lereng. Hasil yang didapatkan juga
pengaruh aliran transient dan aliran menunjukkan bahwa stabilitas dari lereng
steady. tanah sangat buruk ketika terjadi turun hujan
2. Penelitian ini diharapkan mampu yang sangat lama namun intensitasnya kecil
mengaplikasikan Software Geostudio R2 daripada hujan sebentar dengan intensitas
2018 Version 9 untuk menganalisis hujan deras.
stabilitas lereng. Usmaningtia (2018), meneliti tentang
pengaruh tinggi muka air tanah dan
II. LANDASAN TEORI kemiringan lereng. Analisis dilakukan dengan
A. Tinjauan Pustaka membuat permodelan menggunakan
Zhang (2018), melakukan penelitian software Geostudio V.12 dan meningkatkan
terhadap dua jenis retakan, yaitu retakan tinggi elevasi muka air tanah hingga
vertikal dan retakan miring. Hasil mencapai jenuh dan memvariasikan
penelitiannya menunjukkan bahwa apabila kemiringan lereng dengan sudut kemiringan
retakan berada pada puncak lereng maka 20°, 28° (kondisi asli) dan 35°. Metode
retakan vertikal tidak berpengaruh terhadap Analisis yang digunakan dalam perhitungan
terjadinya longsoran dibandingkan dengan yaitu menggunakan metode Ordinary,
retakan miring. Pengaruh retakan saat Bishop, dan Janbu dengan bantuan software
terjadinya hujan adalah air hujan lebih cepat Geostudio V.12. Hasil Analisis menunjukkan
berinfiltrasi, sehingga tanah menjadi jenuh bahwa saat terjadi peningkatan muka air
dan terjadi deformasi lereng. tanah dan kemiringan lereng dapat
Mukhlisin dan Khiyon (2018), meneliti menurunkan nilai angka keamanan lereng.
pengaruh lokasi retak, kedalaman, ukuran, Pada kondisi asli (kemiringan 28°) nilai angka
dan arah pada distribusi tekanan air dan keamanan tanpa pengaruh muka air tanah
stabilitas lereng dengan menerapkan dengan metode Ordinary, Bishop dan Janbu
intensitas curah hujan yang berbeda. Analisis diperoleh hasil berturut-turut sebesar 0,970;
rembesan dan stabilitas dilakukan dengan 0,980; dan 0,890. Saat terjadi kenaikan muka
menggunakan perangkat lunak Geostudio air tanah hingga mencapai puncak lereng
2007 Seep/W dan Slope/W. Hasil terjadi penurunan nilai angka keamanan
penelitiannya menunjukkan bahwa faktor sebesar 60% dengan hasil berturut-turut
keamanan lereng menurun tajam ketika sebesar 0,438; 0,366; dan 0,306.
retakan berada di tengah lereng. Selain itu, Handayani, dkk (2014); melakukan
faktor keamanan lereng menurun dengan penelitian dengan membuat bore hole pada
meningkatnya kedalaman retakan. Tekanan titik tertentu untuk mengetahui tingkat muka
air pori dan faktor keamanan lereng semakin air tanah pada setiap kedalaman yang
menurun ketika terjadi intensitas hujan kecil direncanakan dan selanjutnya dianalisis
untuk waktu yang lama, dengan menggunakan metode Ordinary, Bishop dan
membandingkan ketika intensitas hujan tinggi Janbu yang dalam proses analisisnya
untuk waktu yang pendek. Penelitian ini menggunakan software GEOSLOPE/W.
menunjukkan bahwa retakan ini harus Berdasarkan hasil analisis dengan ketiga
menjadi bagian dari analisis integral stabilitas metode tersebut diperoleh nilai faktor
lereng. keamanan yang termasuk kedalam lereng
Wang dan Li (2011), meneliti pengaruh stabil yaitu lereng-1 (muka air tanah setinggi
retakan pada stabilitas lereng tanah. Hasil 0,650 m) dan lereng-4 (muka air tanah

6
setinggi 2,450 m) dengan FK = 2,523 – 3,705. retakan maka angka keamanan semakin
Lereng-2 (muka air tanah setinggi 3,750 m) kecil. Digunakan variasi kedalaman 1, 2, 3,
tergolong lereng kritis dengan FK 0,065 – dan 4 meter dengan angka keamanan
1,203 dan lereng-3 (muka air tanah setinggi berturut-turut sebesar 0,868; 0,800; 0,754;
2,300 m) tergolong labil 0,625 – 0,710. Jarak dan 0,710.
muka air tanah terhadap dasar bidang Silvianengsih, dkk (2016), meneliti
longsor juga dapat mempengaruhi kestabilan tentang pengaruh aliran air atau rembesan
suatu lereng, yaitu semakin jauh jarak muka menjadi faktor yang sangat penting dalam
air tanah terhadap dasar bidang longsor dan menentukan stabilitas lereng khususnya pada
semakin dekat jarak muka air tanah terhadap tanah lempung. Sampel tanah yang diambil
tanah permukaan lereng, maka semakin kecil adalah sampel tidak terganggu (undisturb
nilai faktor keamanannya. Begitu pula sample). Pengujian laboratorium dilakukan
sebaliknya semakin dekat jarak muka air dengan cara penambahan air secara
tanah terhadap dasar bidang longsor dan bervariasi ke dalam sampel tanah,
semakin jauh jarak dari permukaan lereng, penambahan air mulai dari kadar air dibawah
maka semakin besar nilai faktor Liquid Limit (LL) dan diatas Liquid Limit (LL).
keamanannya. Penambahan air pada sampel tanah dimulai
Silmi dan Hamdhan (2018), melakukan dari 40%, 45%, 50%, 55% dan 60% pada
penelitian dengan memodelkan antara masing-masing variasi dilakukan uji kuat
kedalaman retakan tarik, posisi retakan tarik geser dan analisis kestabilan lereng. Hasil
serta kemiringan lereng dengan kondisi tanah analisis menunjukkan nilai Liquid limit didapat
tidak jenuh dan kondisi tanah jenuh air 66% dengan jenis tanah lempung-lanau (MH-
menggunakan PLAXIS 2D dengan metode OH). Jika kadar air tanah diatas 40%, nilai
elemen hingga. Dari hasil analisis diperoleh kuat geser tanah turun drastis yang diikuti
nilai faktor keamanan untuk kondisi tanah dengan menurunnya nilai faktor keamanan
tidak jenuh air berada pada 1,6-1,8 dengan lereng. Penurunan nilai faktor keamanan
kondisi aman sedangkan untuk kondisi jenuh lereng sampai mencapai 77%.
air untuk kemiringan 1:1 dibawah satu atau
berada pada kondisi tidak aman, kemiringan B. Landasan Teori
1:1,5 dan kemiringan 1:2 berada pada 1,4-1,5 Pengertian Longsoran
dengan kondisi aman. Semakin jauh posisi Hardiyatmo (2012), longsoran
retakan tarik, semakin dalam retakan tarik merupakan gerakan masa (mass movement)
serta semakin curam kemiringan lereng maka tanah atau batuan pada bidang longsor
semakin kecil pula nilai faktor keamanan dari potensial. Gerakan massa adalah gerakan
lereng tersebut. dari massa tanah yang besar di sepanjang
Yulikasari, dkk (2017), melakukan bidang longsor kritisnya. Gerakan massa
penelitian terhadap dua keadaan yang tanah ini merupakan gerakan melorot ke
berbeda yaitu pada keadaan kering dan bawah dari material pembentuk lereng yang
keadaan jenuh air, nilai faktor keamanaan dapat berupa tanah, batu, tanah timbuan atau
lereng menunjukkan perubahan yang campuran material lain. Bila gerakan massa
signifikan. Nilai faktor keamanan akan tanah tersebut sangat berlebihan, maka
mengecil seiring dengan penambahan air ke disebut tanah longsor (landslide).
dalam lereng tanah. Pada penelitian ini
didapatkan nilai faktor kemanan lereng pada Analisa Stabilitas Lereng dengan Metode
keadaan kering adalah 1,468; sedangkan Irisan
nilai faktor keamanan lereng pada keadaan
jenuh air adalah 1,250. Semakin kecil nilai
faktor keamanan lereng tanah hingga
mendekati atau lebih kecil dari 1 (satu), maka
lereng tersebut berada pada keadaan yang
kritis bahkan longsor.
Xie (2018), meneliti tentang pengaruh
kedalaman retak terhadap stabilitas lereng.
Dalam penelitian ini pengaruh kedalaman
retak memiliki angka keamanan terkecil
dibandingkan dengan pengaruh deformasi Gambar 1 Gaya yang bekerja pada irisan
dan pengaruh gempa. Hasil penelitian (Sumber : Hardiyatmo, 2012)
menunjukkan bahwa semakin dalam suatu

7
Bila terdapat air pada lereng, tekanan c’= kohesi tanah efektif (kN/m2 ),
air pori pada bidang longsor tidak menambah φ’ = sudut gesek dalam tanah efektif (derajat),
momen akibat tanah yang akan longsor (Md), bi = lebar irisan ke-i (m),
karena resultan gaya akibat tekanan air pori W i = berat irisan tanah ke-i (kN),
lewat titik pusat lingkaran. θ1 = sudut (derajat),
∑i=n
i=1 ca1+(Wi cos ϴi−ui ai)tg φ ui = tekanan air pori pada irirsan ke-i (kN/m2 ),
F = (1)
∑i=n
i=1 Wi sin ϴi ru = rasio tekanan pori,
dengan : u = tekanan air pori (kN/m2),
F = faktor aman, b = lebar irisan (m),
c = kohesi tanah (kN/m²), γ = berat volume tanah (kN/m3),
𝜑 = sudut gesek dalam tanah (derajat), h = tinggi irisan rata-rata (m).
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan
ke-i (m), Pengaruh Retakan Akibat Tarikan Pada
W i = berat irisan tanah ke-i (kN), Tanah Kohesif
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m²), Dalam tanah kohesif (lempung jenuh),
ϴi = sudut biasanya tanah mengalami retak di
permukaan akibat adanya tegangan tarik.
Analisa Stabilitas Lereng dengan Metode Kedalaman retakan dinyatakan oleh (untuk
Bishop 𝜑 = 0):
Metode Bishop disederhanakan (Bishop, 𝟐𝒄
hc = 𝜸
(5)
1955) menganggap bahwa gaya-gaya yang
bekerja pada sisi-sisi irisan mempunyai dengan c adalah kohesi dari komponen
resultan nol pada arah vertikal. Persamaan tahanan geser dan 𝛾 adalah berat volume
kuat geser dalam tinjauan tegangan efektif tanah. Pengaruh adanya retakan di
yang dapat dikerahkan tanah, hingga permukaan, antara lain :
tercapainya kondisi keseimbangan batas 1. Pada retakan, tidak ada tahanan geser
dengan memperhatikan faktor aman, adalah : yang dapat dikerahkan oleh tanah. Jadi,
c' tg φ′ tahanan geser tanah terhadap longsoran
τ = F + (σ-u ) F (2) hanya diperhitungkan terhadap
permukaan lingkaran, yang dihitung dari
ujung lingkaran yang satu sampai ujung
lingkaran lain yang dimulai dari dasar
retakan.
2. Jika air (hujan) mengisi retakan yang
terbuka, tekanan hidrostatis yang
bekerja pada sisi retakan menambah
momen yang menggerakkan tanah untuk
longsor.
Menurut Wang dan Li (2011)
mengatakan bahwa retakan secara luas
menunjukkan kemiringan dalam tanah dan
dapat mengurangi stabilitas dari kemiringan
tanah tersebut berdasarkan tiga sebab.
1. Retakan memberikan saluran yang
Gambar 2 Gaya-gaya yang bekerja pada istimewa yang mana dapat
irisan (Metode Bishop Simplified) meningkatkan permeabilitas tanah dan
(Sumber : Hock & Bray, 1981 (Eveny, 2014)) mengurangi kekuatan tanah.
2. Retakan yang diisi air mengakibatkan
rasio tekanan pori (pore pressure ratio) penambahan tekanan yang bergerak
didefinisikan sebagai : pada bidang miring.
ub u Retakan dapat membentuk bagian dari
ru = W = γh (3)
bidang gelincir yang tidak memiliki kekuatan
persamaan faktor aman untuk analisis geser.
stabilitas lereng yaitu:
1
R ∑i=n '
i=l [ c bi+(Wi (l-ru))tg φ']( )
cos θi (1+tgθi tg φ' /F
F= (4)
∑i=n
i=l Wi sinθi
dengan :
F = faktor aman,

8
Gambar 4 Lokasi Penelitian
Gambar 3 Pengaruh Retakan di Permukaan B. Pemodelan Retakan
(Sumber : Hardiyatmo, 2012)
Retakan merupakan gaya dorong dikali
dengan y adalah jarak pusat berat W
terhadap O, dengan rumus :
1
Pw = 2 γsat .hc 2 (6)
Faktor keamanan adalah perbandingan
jumlah momen dari tahanan geser sepanjang
bidang longsor dengan jumlah momen dari
berat massa tanah yang longsor, atau
dinyatakan dengan persamaan sebagai Gambar 5 Model Retakan
berikut.
∑i=n
i=1 (cai+Ni tg φ) C. Pengumpulan Data
F= Pw.y (7)
∑i=n
i=1 wi sin θi+( R )
Data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan : berupa data sekunder. Data sekunder adalah
F = faktor aman, data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
c = kohesi tanah (kN/m²), sudah ada. Data sekunder ini diperoleh dari
𝜑 = sudut gesek dalam tanah (derajat), hasil uji laboratorium peneliti sebelumnya dan
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan data pendukung lainnya diperoleh dari
ke-i (m), laporan hasil pengujian di Laboratorium
W i = berat irisan tanah ke-i (kN), Geoteknik dan Mekanika Tanah Fakultas
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m²), Teknik Universitas Mataram. Data yang
ϴi = sudut (derajat), diperoleh selanjutnya akan di input ke dalam
𝛾𝑤 = berat volume air (kN/m2), software Geostudio R2 2018 Version 9 untuk
hc = tinggi retakan (m),
y = jarak pusat berat W terhadap O (m), dianalisis. Berikut data hasil laboratorium
R = jari-jari lingkaran bidang longsor (m). peneliti sebelumnya.
Tabel 2 Data hasil laboratorium
III. METODOLOGI Properties Satuan Nilai
A. Lokasi Penelitian 1. Kadar air
% 43,92
Lokasi penelitian pada tugas akhir ini lapangan (w)
adalah Lereng alam yang terletak pada 2. Berat volume
kN/m3 18,8
koordinat (50L 0403304 UTM 9057649) di tanah basah (γb)
dusun Ladangan desa Guntur Macan 3. Berat volume
kN/m3 13,04
Kabupaten Lombok Barat. Lereng tersebut tanah kering (γd)
memiliki ketinggian 40 m dengan sudut 4. Berat jenis
kemiringan lereng sebesar 28º. Terdapat  Berat jenis 2,727
pemukiman warga di sekitar lereng Guntur (Gs)
Macan yang merupakan lokasi penelitian  Angka pori (e) 1,164
tersebut.  Porositas (n) 0,537
 Derajat
0,986
kejenuhan (S)
5. Indeks properties
% 56,00
 Batas cair (LL)
 Batas plastis
% 29,49
(PL)

9
 Indeks MULAI
% 26,51
plastisitas (IP)
6. Analisis Butiran
% 6,68
 Kerikil Studi Pustaka
 Pasir % 30,18 Studi Literatur
Pemahaman Software
 Lanau % 47,38
 Lempung % 15,76
7. Klasifikasi tanah
CH Pengumpulan Data
(USCS)  Geometri Lereng
 Material Tanah
8. Kuat geser tanah
 Sudut geser derajat 16
(ϕ)
PLOT DATA KE SOFTWARE
 Kohesi ( c ) kN/m2 18,63 SEEP/W & SLOPE/W
Kondisi Perhitungan
9. Permeabilitas 1. Lereng dalam keadaan tanpa
4,439 x
 Falling head m/dt retakan dan rembesan
10-6 2. Lereng dalam keadaan retakan
(k) dengan variasi retakan 1m, 2m,
3m, 4m dan 5m dari puncak
Sumber : Hasil Laboratorium Peneliti lereng. Serta kedalaman lereng
mulai dari 1m, 2m, 3m, 4m dan
Sebelumnya (Usmaningtia, 2018) 5m.

Tabel 3 Data masukan analisis stabilitas


lereng dengan SEEP/W
ANALISIS STABILITAS LERENG GUNTUR
Data Masukan Analisis Stabilitas Lereng MACAN DENGAN SOFTWARE
Analysis Type Steady-State GEOSTUDIO VERSION 18

Sample function,
Saturated WC
Volume Water Content
(porositas), Sample HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
material (Clay ).
Fredlund & Xing,
Hydraulic Conductivity
Saturated Kx KESIMPULAN
Define Points Titik koordinat
Porositas (n) 0,537 Gambar 6 Bagan alir alir studi analisis
Klasifikasi tanah (USCS) CH
Falling head (k) 4,439 x 10-6
Intensitas Hujan Maksimum 33,3 mm/jam
Tabel 4 Data masukan analisis stabilitas
lereng dengan SLOPE/W
Data Masukan Analisis Stabilitas Lereng
Ordinary, Bishop, dan
Analysis Method
Janbu
Other Geostudio
P.W.P Option Analysis – Select a
SEEP/W
Direction of movement Left to Right
Slip Surface Option Grid and Radius
Tension Crack Option Tension Crack Line
Seismic Coefficient (none)
Soil Model Mohr-Coulumb
Jenis Tanah CH
Berat Volume Basah
18,8 kN/m3
Lapangan (γ b)
Kohesi (c) 18,63 kN/m2
Sudut Geser Dalam ( Ø ) 16°

10
SEEP/W GEO-SLOPE R2 SLOPE/W INPUT
2018 V.9

SET ANALYSIS TYPE


SET ANALYSIS TYPE Ordinary dan Bishop
Steady State & Transient

SET PWP CONDITION


Seep/W Contour
SET SATUAN & DIMENSI KERTAS KERJA

SET SLIP SURFACE


Grid and Radius, Tension Crack
PEMODELAN TUBUH LERENG DENGAN VARIASI Line
RETAKAN
Lereng dengan kedalaman retakan 1 m dari permukaan tanah
Lereng dengan kedalaman retakan 2 m dari permukaan tanah
Lereng dengan kedalaman retakan 3 m dari permukaan tanah SET SATUAN & DIMENSI KERTAS KERJA
Lereng dengan kedalaman retakan 4 m dari permukaan tanah
Lereng dengan kedalaman retakan 5 m dari permukaan tanah

PEMODELAN KONSTRUKSI
1. Pemodelan tubuh lereng dengan variasi retakan.
2. Pemodelan material
INPUT DATA & MATERIAL

TIDAK
START RUNNING INPUT (SLOPE/W SOLVE)
9(
INPUT KONDISI BATAS
YA
Boundary Condition
KONTUR FAKTOR AMAN (SLOPE/W CONTOUR)
TIDAK

START RUNNING INPUT (SEEP/W


SOLVE) SLOPE/W OUTPUT

YA Gambar 9 Bagan Alir dengan Analisis


SLOPE/W
KONTUR GARIS REMBESAN (SEEP/W
CONTOUR)
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 7 Bagan alir dengan Software A. Hasil Analisis Tekanan Air Pori
Seep/W Analisis stabilitas lereng dilakukan
dengan bantuan Software Geostudio R2 2018
Version 9 tipe analisis Seep/W dan Slope/W.
Analisis ini dilakukan untuk mencari nilai
rembesan air dan nilai faktor keamanan dari
lereng Guntur Macan – Lombok Barat.
-Tekanan Air Pori Lereng Kondisi Asli

Gambar 10 Hasil Analisis Tekanan Air Pori


Kondisi Asli

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa garis


kontur 0 (nol) merupakan permukaan air dari
lereng tersebut. Nilai di atas garis 0 (nol)
menunjukkan nilai suction (pengaruh hisapan
tanah) yaitu tekanan air pori negatif dengan
nilai maksimum sebesar -191,521 kPa. Nilai
Gambar 8 Bagan alir dengan Software di bawah garis kontur 0 merupakan tekanan
Seep/W

11
air pori positif. Hal ini menunjukkan bahwa
tanah di bawah garis kontur 0 (nol)
merupakan kondisi tanah jenuh (saturated).
Semakin ke bawah dari garis kontur 0 (nol)
tekanan air pori meningkat dengan nilai
maksimum sebesar 191,521 kPa. Nilai
tekanan air pori meningkat dikarenakan
adanya muka air tanah.

-Pengaruh Variasi Jarak Retakan Tanpa


Aliran Air Permukaan Terhadap Tekanan
Air pori
Gambar 12 Hasil Analisis Tekanan Air Pori
dengan Variasi Kedalaman Retakan Tanpa
Air Permukaan

Dari Gambar 12, yaitu hasil analisis tekanan


air pori berdasarkan variasi kedalaman
retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00
m dengan jarak tetap yaitu 5,00 m tanpa
pengaruh air permukaan menunjukkan
bahwa tidak terjadi perubahan pada muka air
tanah karena tidak ada air permukaan pada
retakan dan tidak ada aliran air dari
Gambar 11 Hasil Analisis Tekanan Air Pori permukaan ke muka air tanah, sehingga
dengan Variasi Jarak Retakan Tanpa muka air tanah tetap. Bila dibandingkan
Pengaruh Air dengan (Gambar 10) menunjukkan hasil
analisis yang sama. Adanya retakan tidak
Dari Gambar 11, yaitu hasil analisis tekanan mempengaruhi tanah tak jenuh yang berada
air pori berdasarkan variasi jarak retakan 1,00 di atas muka air tanah karena tidak ada air
m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00 m dengan permukaan pada retakan. Bila dibandingkan
kedalaman tetap yaitu 5,00 m tanpa pengaruh dengan dengan kondisi asli (Gambar 9), hasil
air permukaan menunjukkan bahwa tidak analisis menunjukkan muka air tanah berupa
terjadi perubahan pada muka air tanah kontur masih sama dan nilai tekanan air pori
karena tidak ada air permukaan pada retakan negatif masih sama yaitu sebesar -191,521
dan tidak ada aliran air dari permukaan ke kPa. Tanah di atas muka air tanah adalah
muka air tanah, sehingga muka air tanah tanah tak jenuh (unsaturated) sehingga
tetap. Adanya retakan tidak mempengaruhi tekanan airnya adalah negatif yang memiliki
tanah tak jenuh yang berada di atas muka air nilai maksimum sebesar -191,521 kPa,
tanah karena tidak ada air permukaan pada sedangkan tanah di bawah muka air tanah
retakan. Bila dibandingkan dengan dengan adalah tanah jenuh (saturated) sehingga
kondisi asli (Gambar 9), hasil analisis tekanan airnya adalah positif yang memiliki
menunjukkan muka air tanah berupa kontur nilai maksimum sebesar 191,521 kPa.
masih sama dan nilai tekanan air pori negatif
masih sama yaitu sebesar -191,521 kPa. -Tekanan Air Pori Lereng tanpa Retakan
Tanah di atas muka air tanah adalah tanah dengan Aliran Transient
tak jenuh (unsaturated) sehingga tekanan
airnya adalah negatif yang memiliki nilai
maksimum sebesar -191,521 kPa,
sedangkan tanah di bawah muka air tanah
adalah tanah jenuh (saturated) sehingga
tekanan airnya adalah positif yang memiliki
nilai maksimum sebesar 191,521 kPa.
Gambar 13 Hasil Analisis Tekanan Air Pori
-Pengaruh Variasi Kedalaman Retakan tanpa Retakan Pengaruh Aliran Transient
Tanpa Aliran Air Permukaan Terhadap
Tekanan Air pori

12
Dari Gambar 13 yaitu lereng tanpa retakan transient (Gambar 9), yaitu nilai tekanan air
dengan aliran transient menunjukkan bahwa pori negatif sebesar -167,581 kPa mengalami
hujan dengan durasi 24 jam membuat tanah penurunan 85,714 %.
bagian tumit menjadi lebih cepat jenuh. Hal ini
dikarenakan air hujan berinfiltrasi dan -Pengaruh Variasi Kedalaman Retakan
menimbulkan limpasan. Air hujan akan dengan Aliran Transient Terhadap
menumpuk dibagian tumit sehingga muka air Tekanan Air Pori
tanahnya naik sejauh 17,5 m. Peningkatan
muka air tanah di bagian kaki lereng ini
diakibatkan karena muka air tanah dekat
dengan tumit, sehingga tanah permukaan
menjadi cepat jenuh. Bila dibandingkan
dengan muka air tanah sebelah kiri yaitu
elevasi 20,00 m, tidak mengalami perubahan
karena air tidak sampai pada titik tersebut. Air
hujan tidak cukup membuat lapisan tanah di
puncak lereng menjadi jenuh. Hal ini ditandai
dengan nilai tekanan air pori negatif menurun
sebesar -167,581 kPa. Bila dibandingkan
dengan kondisi asli (Gambar 9) yaitu nilai Gambar 15 Hasil Analisis Tekanan Air Pori
tekanan air pori negatif sebesar -191,521 kPa dengan Variasi Kedalaman Retakan
mengalami penurunan 12,499 %. Pengaruh Aliran Transient
-Pengaruh Variasi Jarak Retakan dengan Dari Gambar 15 yaitu hasil analisis tekanan
Aliran Transient Terhadap Tekanan Air air pori berdasarkan variasi kedalaman
Pori retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00
m dengan jarak tetap yaitu 5,00 m pengaruh
aliran transient menunjukkan bahwa terjadi
perubahan pada muka air tanah karena
adanya air permukaan berupa air hujan.
Adanya retakan mempengaruhi tanah tak
jenuh yang berada di atas muka air tanah.
Terilihat jelas terdapat air yang berinfiltrasi
disekitar retakan yaitu semakin dalam retakan
maka tanah jenuh semakin meningkat
sehingga nilai tekanan air pori negatif
mengalami penurunan yang signifikan
sebesar -23,940 kPa. Bila dibandingkan
Gambar 14 Hasil Tekanan Air Pori dengan dengan Gambar 13 menunjukkan pola muka
Variasi Jarak Retakan Pengaruh Aliran air tanah yang berbeda di sekitar retakan.
Transient
-Pengaruh Variasi Jarak Retakan dengan
Dari Gambar 14 yaitu hasil analisis tekanan Aliran Steady Terhadap Tekanan Air Pori
air pori berdasarkan variasi jarak retakan 1,00
m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00 m dengan
kedalaman tetap yaitu 5,00 m, pengaruh
aliran transient menunjukkan bahwa terjadi
perubahan pada muka air tanah karena
adanya air permukaan berupa air hujan.
Adanya retakan mempengaruhi tanah tak
jenuh yang berada di atas muka air tanah.
Terilihat jelas terdapat air yang berinfiltrasi
disekitar retakan yaitu semakin jauh retakan
dari tepi lereng maka semakin jenuh lereng
tersebut sehingga nilai tekanan air pori Gambar 16 Hasil Analisis Tekanan Air Pori
negatif mengalami penurunan sebesar - dengan Variasi Jarak Retakan Pengaruh
23,940 kPa. Bila dibandingkan dengan Aliran Steady
kondisi lereng tanpa retakan dengan aliran

13
Dari Gambar 16 yaitu hasil analisis tekanan air tanah berdasarkan variasi jarak
air pori berdasarkan variasi jarak retakan 1,00 retakannya yaitu semakin dalam retakan
m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00 m dengan maka elevasi muka air tanah semakin tinggi
kedalaman tetap yaitu 5,00 m, pengaruh dan semakin jenuh lereng tersebut. Hal ini
aliran steady menunjukkan bahwa terjadi ditandai dengan nilai tekanan air pori negatif
perubahan muka air tanah yang signifikan. meningkat sebesar -71,820 kPa. Bila
Terlihat jelas bahwa adanya air yang terus- dibandingkan dengan Gambar 15
menerus mengalir membuat muka air tanah menunjukkan pola muka air tanah yang
naik menuju bagian retakan. Hal ini berbeda di sekitar retakan.
dikarenakan air yang masuk melalui retakan
membuat tanah semakin jenuh ke bawah B. Hasil Analisis Stabilitas Lereng
sampai muka air tanah, sehingga muka air Analisis stabilitas lereng dilakukan dengan
tanah naik menuju retakan. Perubahan muka bantuan Software Geostudio R2 2018
air tanah berdasarkan variasi jarak Version 9 tipe analisis SEEP/W dan
retakannya yaitu semakin jauh jarak retakan SLOPE/W. Analisis ini dilakukan untuk
dengan tepi lereng maka elevasi muka air mencari nilai rembesan air dan nilai faktor
tanah semakin tinggi dan semakin jenuh keamanan dari lereng Guntur Macan –
lereng tersebut. Hal ini ditandai dengan nilai Lombok Barat. Data yang dibutuhkan untuk
tekanan air pori negatif meningkat sebesar - melakukan analisis merupakan data material
71,820 kPa. Bila dibandingkan dengan tanah yang terdiri dari berat volume tanah
kondisi retakan pengaruh aliran transient basah (γb), (γsat), sudut geser dalam (ϕ), dan
yaitu nilai tekanan air pori negatif sebesar - kohesi (c). Data tersebut diperoleh dari
23,940 kPa mengalami peningkatan sebesar pengujian tanah yang telah dilakukan oleh
66,666 %. Usmaningtia (2015).
-Stabilitas Lereng Kondisi Asli
-Pengaruh Variasi Kedalaman Retakan Tabel 4 Hasil Analisis Stabilitas Lereng
dengan Aliran Steady Terhadap Tekanan dengan Kondisi Asli
Air Pori FS ijin
Metode
(Hardiyatmo, FS Analisis
Analisa
2003)
Ordinary >1,5 0,785
Bishop >1,5 0,868
Pada Tabel 4 faktor keamanan pada
kemiringan 28° dengan asumsi muka air
tanah setinggi 20 meter lebih kecil dari angka
keamanan ijin yang telah ditentukan.

-Pengaruh Variasi Jarak Retakan Tanpa


Aliran Air Permukaan Terhadap Stabilitas
Lereng
Gambar 17 Hasil Analisis Tekanan Air Pori
dengan Variasi Kedalaman Retakan
Pengaruh Aliran Steady

Dari Gambar 17, yaitu hasil analisis tekanan


air pori berdasarkan variasi kedalaman
retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m; 5,00
m dengan jarak tetap yaitu 5,00 m pengaruh
aliran steady menunjukkan bahwa terjadi
perubahan muka air tanah yang signifikan. Gambar 18 Grafik Hubungan Variasi Jarak
Terlihat jelas bahwa adanya air yang terus- Retakan Tanpa Air Permukaan dan Safety
menerus mengalir membuat muka air tanah Factor
naik menuju bagian retakan. Hal ini
dikarenakan air yang masuk melalui retakan Dari hasil analisis stabilitas lereng
membuat tanah semakin jenuh ke bawah berdasarkan variasi jarak retakan tanpa air
sampai muka air tanah, sehingga muka air permukaan menggunakan metode Ordinary
tanah naik menuju retakan. Perubahan muka (Gambar 18) menunjukkan bahwa pada
kedalaman retakan 1,00 m, angka

14
keamanannya sama karena retakan pada membentuk bagian dari bidang gelincir. Mulai
variasi tersebut belum mempengaruhi bidang pada jarak retakan 3,00 m; 4,00 m dan 5,00
longsor sehingga retakan belum bisa m terlihat bahwa angka keamanan menurun
membentuk bagian dari bidang gelincir. Mulai seiring dengan bertambahnya kedalaman
pada kedalaman retakan 2,00 m; 3,00 m; 4,00 retakan. Terlihat jelas pada jarak retakan 5,00
m dan 5,00 m terlihat bahwa angka m. Angka keamanan pada jarak retakan 5,00
keamanan menurun seiring dengan jarak m dengan kedalaman retakan 1,00 m adalah
retakan menjauhi puncak lereng. Hal ini 0,783 dan kedalaman retakan 5,00 m adalah
disebabkan makin jauh dari puncak lereng, 0,777 mengalami penurunan 0,766 %.
retakan akan mendekati bidang gelincir, Metode Bishop juga memberikan gambaran
sehingga retakan menjadi bidang gelincir yang sama dengan metode Ordinary. Angka
yang tidak mempunyai kekuatan geser. Hal keamanan sama pada jarak retakan 1,00 m
ini sesuai dengan pernyataan Wang dan Li, dan 2,00 m. Mulai dari jarak retakan 3,00 m;
(2011) yang mengatakan bahwa retakan 4,00 m dan 5,00 m angka keamanan menurun
dapat membentuk bagian dari bidang gelincir seiring dengan bertambahnya kedalaman
yang tidak memiliki kekuatan geser. Terlihat retakan.
jelas pada kedalaman retakan 5,00 m. Angka
keamanan pada kedalaman retakan 5,00 m
dengan jarak retakan 1,00 m adalah 0,785 -Stabilitas Lereng Tanpa Retakan Dengan
dan jarak retakan 5,00 m adalah 0,777 Aliran Transient
mengalami penurunan 1,019 %. Tabel 4 Hasil Analisis Stabilitas Lereng tanpa
Metode Bishop juga memberikan gambaran Retakan dengan Pengaruh Aliran Transient
yang hampir sama dengan metode Ordinary. FS ijin
Metode
Angka keamanan sama pada kedalaman (Hardiyatmo, FS Analisis
Analisa
retakan 1,00 m dan 2,00 m. Mulai dari 2003)
kedalaman retakan 3,00 m; 4,00 m dan 5,00 Ordinary >1,5 0,773
m angka keamanan menurun seiring dengan Bishop >1,5 0,851
dengan jarak retakan menjauhi puncak Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa metode
lereng. Hasil yang didapat pada penelitian ini Ordinary dan Bishop menghasilkan faktor
sesuai dengan pernyataan Wang dan Li, keamanan 0,767 dan 0,846; berturut-turut.
(2011) yang mengatakan bahwa retakan Bila dibandingkan dengan hasil analisis
dapat membentuk bagian dari bidang gelincir lereng dengan kondisi asli dengan metode
yang tidak memiliki kekuatan geser. Ordinary dan Bishop yaitu 0,785 dan 0,868
mengalami penurunan 1,528 % dan 1,958 %;
-Pengaruh Variasi Kedalaman Retakan berturut-turut. Penurunan ini terjadi karena air
Tanpa Aliran Air Permukaan Terhadap hujan yang berinfiltrasi ke dalam tanah yang
Stabilitas Lereng lolos air bergerak merembes ke bawah tanah.
Air ini mengakibatkan beban tanah
bertambah. Hasil analisis ini sesuai dengan
pernyataan Hardiyatmo, (2010) yang
menyatakan bahwa air hujan yang
menggenang di permukaan atau yang
berinfiltrasi ke dalam tanah akan menambah
beban yang harus didukung tanah di bawah
bidang gelincir lereng.
Gambar 19 Grafik Hubungan Variasi -Pengaruh Variasi Jarak Retakan Dengan
Kedalaman Retakan Tanpa Pengaruh Air Aliran Transient Terhadap Stabilitas
Permukaan dan Safety Factor Lereng
Dari hasil analisis stabilitas lereng
berdasarkan variasi kedalaman retakan tanpa
air permukaan menggunakan metode
Ordinary (Gambar 19) menunjukkan bahwa
pada jarak retakan 1,00 m dan 2,00 m angka
keamanannya sama karena retakan pada
variasi tersebut belum mempengaruhi bidang
longsor sehingga retakan belum bisa

15
-Pengaruh Variasi Kedalaman Retakan
Dengan Aliran Transient Terhadap
Stabilitas Lereng
ORDINARY

0,769
0,769
0,769
0,769

0,769
0,769

0,769
0,769

0,769
0,775

0,767
0,766
0,765

0,765

0,764
0,77

SAFETY FACTOR

0,762

0,762
0,761

0,761

0,759
0,76
0,765

0,758

0,758
0,758

0,754
0,754
0,76
0,755
0,75
0,745
Gambar 20 Grafik Hubungan Variasi Jarak 1 2 3 4 5
JARAK (M)
Retakan Pengaruh Aliran Transient dan
Safety Factor KEDALAMAN 1 KEDALAMAN 2 KEDALAMAN 3 KEDALAMAN 4 KEDALAMAN 5

Gambar 21 Grafik Hubungan Variasi


Dari hasil analisis stabilitas lereng Kedalaman Retakan Pengaruh Aliran
berdasarkan variasi jarak retakan pengaruh Transient dan Safety Factor
aliran transient menggunakan metode
Ordinary (Gambar 20) menunjukkan bahwa Dari hasil analisis stabilitas lereng
pada kedalaman retakan 1,00 m angka berdasarkan variasi kedalaman retakan
keamanannya sama karena retakan pada pengaruh aliran transient menggunakan
variasi tersebut berada jauh dari bidang metode Ordinary (Gambar 21) menunjukkan
gelincir sehingga belum mempengaruhi bahwa pada jarak retakan 1,00 m; 2,00 m;
bidang longsor sehingga retakan belum bisa 3,00 m; 4,00 m dan 5,00 m angka keamanan
membentuk bagian dari bidang gelincir. Mulai menurun seiring dengan bertambahnya
pada kedalaman retakan 2,00 m; 3,00 m; 4,00 kedalaman retakan. Hal ini dikarenakan
m dan 5,00 m terlihat bahwa angka tahanan geser lereng berkurang akibat
keamanan menurun seiring dengan jarak adanya retakan, sehingga retakan menjadi
retakan menjauhi puncak lereng. Hal ini bidang gelincir yang tidak mempunyai
disebabkan makin jauh dari puncak lereng, kekuatan geser. Hal ini sesuai dengan
retakan akan mendekati bidang gelincir, pernyataan Wang dan Li, (2011) yang
sehingga retakan menjadi bidang gelincir mengatakan bahwa retakan dapat
yang tidak mempunyai kekuatan geser. Hal membentuk bagian dari bidang gelincir yang
ini sesuai dengan pernyataan Wang dan Li, tidak memiliki kekuatan geser. Terlihat jelas
(2011) yang mengatakan bahwa retakan pada jarak retakan 5,00 m. Angka keamanan
dapat membentuk bagian dari bidang gelincir pada jarak retakan 5,00 m dengan kedalaman
yang tidak memiliki kekuatan geser. Terlihat retakan 1,00 m adalah 0,769 dan kedalaman
jelas pada kedalaman retakan 5,00 m. Angka retakan 5,00 m adalah 0,754 mengalami
keamanan pada kedalaman retakan 5,00 m penurunan 1,951 %. Penurunan ini terjadi
dengan jarak retakan 1,00 m SF (safet factor) karena pada kondisi variasi kedalaman
= 0,760 dan jarak retakan 5,00 m SF (safety retakan pengaruh aliran transient tanah jenuh
factor) = 0,754 mengalami penurunan 0,789 meningkat di sekitaran retakan. Adanya air
%. membuat gaya kesamping menurut
Metode Bishop juga memberikan gambaran persamaan 6, maka SF (safety factor)
yang sama dengan metode Bishop. Angka menurun.
kemanan sama pada kedalaman retakan 1,00 Metode Bishop juga memberikan gambaran
m. Mulai pada kedalaman retakan 2,00 m; yang sama dengan metode Ordinary. Angka
3,00 m; 4,00 m dan 5,00 m terlihat bahwa keamanan menurun seiring dengan
angka keamanan menurun seiring dengan bertambahnya kedalaman retakan pada jarak
jarak retakan menjauhi puncak lereng. retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m dan
Penurunan angka keamanan terjadi karena 5,00 m. Penurunan angka kemanan ini sesuai
pada kondisi variasi jarak retakan pengaruh dengan pernyataan Xie (2018) yang
aliran transient tanah jenuh meningkat di mengatakan bahwa semakin dalam retakan
sekitaran retakan. Adanya air membuat gaya maka angka keamanan semakin menurun.
kesamping menurut persamaan 6, maka SF
(safety factor) menurun.

16
-Pengaruh Variasi Jarak Retakan Dengan metode Ordinary (Gambar 23) menunjukkan
Aliran Steady Terhadap Stabilitas Lereng bahwa pada jarak retakan 1,00 m; 2,00 m;
3,00 m; 4,00 m dan 5,00 m angka keamanan
menurun seiring dengan bertambahnya
kedalaman retakan. Hal ini dikarenakan
tahanan geser lereng berkurang akibat
adanya retakan, sehingga retakan menjadi
bidang gelincir yang tidak mempunyai
kekuatan geser. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wang dan Li, (2011) yang
mengatakan bahwa retakan dapat
Gambar 22 Grafik Hubungan Variasi Jarak membentuk bagian dari bidang gelincir yang
Retakan Pengaruh Aliran Steady dan Safety tidak memiliki kekuatan geser. Terlihat jelas
Factor pada jarak 5,00 m. Angka keamanan pada
jarak retakan 5,00 m dengan kedalaman
Dari hasil analisis stabilitas lereng retakan 1,00 m adalah 0,764 dan kedalaman
berdasarkan variasi jarak retakan pengaruh retakan 5,00 m adalah 0,715 mengalami
aliran steady menggunakan metode Ordinary penurunan 6,413 %.
(Gambar 22) menunjukkan bahwa pada Metode Bishop juga memberikan gambaran
kedalaman retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; yang sama dengan metode Ordinary. Angka
4,00 m dan 5,00 m angka keamanan menurun keamanan menurun seiring dengan
seiring dengan retakan menjauhi puncak bertambahnya kedalaman retakan pada jarak
lereng. Hal ini disebabkan karena semakin retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m dan
jauh jarak retakan dengan puncak maka 5,00 m. Penurunan angka keamanan ini
semakin meningkat muka air tanah, sehingga sesuai dengan pernyataan Mukhlisin dan
tanah tersebut semakin jenuh dan Khiyon (2018) yang mengatakan bahwa
menyebabkan beban lereng semakin berat. faktor keamanan lereng menurun seiring
Terlihat jelas pada kedalaman retakan 5,00 dengan meningkatnya kedalaman retakan.
m. Angka keamanan pada kedalaman
retakan 5,00 m dengan jarak retakan 1,00 m C. Analisis Stabilitas Lereng Guntur
adalah 0,694 dan jarak retakan 5,00 m adalah Macan Secara Manual
0,715 mengalami peningkatan 3,026 %. Perhitungan secara manual perlu dilakukan
Metode Bishop juga memberikan gambaran untuk mengontrol hasil analisis dari program
yang sama dengan metode Ordinary. Angka yang digunakan. Seperti hasil analisis dari
keamanan menurun seiring dengan retakan Geostudio R2 2018 Version 9 yang dikontrol
menjauhi puncak lereng pada kedalaman dengan perhitungan manual menggunakan
retakan 1,00 m; 2,00 m; 3,00 m; 4,00 m dan metode Fellinius (Ordinary. Hasil analisis
5,00 m. secara manual dengan lereng kondisi asli
diperoleh angka keamanan hitungan manual
-Pengaruh Variasi Kedalaman Retakan dengan metode Ordinary sebesar 0,774 dan
Dengan Aliran Steady Terhadap Stabilitas hasil analisis menggunakan software
Lereng Geostudio metode Ordinary sebesar 0,785.
ORDINARY Dari hasil analisis tersebut didapati
0,764
0,762
0,761
0,759

0,759

0,78
persentase perbedaan angka keamanan
0,748

0,748
0,746

0,75
0,743

0,735

0,76
0,729

0,727
0,73
0,73
SAFETY FACTOR

sebesar 1,401 %.
0,715
0,714

0,72
0,713
0,711

0,74
0,709

0,703
0,694

0,694

0,72
Perhitungan manual berdasarkan pengaruh
0,7

0,7
0,68
variasi jarak retakan 5,00 m dan kedalaman
0,66 retakan yaitu 5,00 m tanpa air permukaan
0,64
1 2 3 4 5 diperoleh angka keamanan hitungan manual
JARAK (M) dengan metode Ordinary sebesar 0,769 dan
KEDALAMAN 1 KEDALAMAN 2 KEDALAMAN 3 KEDALAMAN 4 KEDALAMAN 5 hasil analisis menggunakan software
Gambar 23 Grafik Hubungan Variasi Geostudio metode Ordinary sebesar 0,777.
Kedalaman Pengaruh Retakan Aliran Steady Dari hasil analisis tersebut didapati
dan Safety Factor persentase perbedaan angka keamanan
sebesar 1,029 %.
Dari hasil analisis stabilitas lereng Dari perhitungan manual menggunakan
berdasarkan variasi kedalaman retakan metode Ordinary tersebut dapat diketahui
pengaruh aliran steady menggunakan bahwa angka keamanan lereng kondisi asli

17
adalah 0,774 dan angka keamanan lereng faktor keamanan yang semakin dalam
pada variasi jarak retakan 5,00 m dan retakan maka angka keamanan lereng
kedalaman retakan yaitu 5,00 m tanpa air semakin menurun. Berdasarkan hasil
permukaan adalah 0,769 mengalami analisis variasi kedalaman retakan
penurunan 0,645 %. dengan aliran transient kemungkinan
besar dapat mengakibatkan longsor
V. KESIMPULAN DAN SARAN terdapat pada kedalaman 5,00 m.
A. KESIMPULAN Sedangkan hasil analisis variasi
Setelah melakukan studi tentang kedalaman retakan dengan aliran steady
stabilitas lereng Guntur Macan – Lombok kemungkinan besar dapat mengakibatkan
Barat pada koordinat (50L 0403304 UTM longsor terdapat pada kedalaman 5,00 m
9057649) dengan menggunakan software dari tepi puncak lereng.
Geostudio R2 2019 Version 9, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut : B. SARAN
1. Nilai faktor keamanan yang dihasilkan Berdasarkan hasil dari seluruh kajian
pada kondisi asli dengan retakan tanpa yang dilakukan dalam skripsi ini, maka perlu
pengaruh air lebih rendah daripada kondisi adanya studi lanjutan untuk mengembangkan
asli tanpa retakan. Nilai faktor keamanan studi. Adapun diantaranya sebagai berikut :
yang dihasilkan pada analisis ini 1. Untuk analisis selanjutnya dapat dilakukan
menggunakan metode Ordinary dan analisis terhadap perkuatan lereng pada
Bishop yaitu 0,785 dan 0,868; berturut- lereng Guntur Macan – Lombok Barat
turut. yaitu pada lokasi penelitian penulis.
2. Nilai faktor keamanan lereng setelah 2. Analisis dengan program masih memiliki
dibebani hujan mengalami penurunan. kelemahan, sehingga untuk mendapatkan
Nilai faktor keamanan yang dihasilkan hasil yang lebih akurat terlebih dahulu
pada analisis ini menggunakan metode harus dibandingkan dengan metode lain
Ordinary dan Bishop yaitu 0,773 dan terutama dengan menggunakan
0,851; berturut-turut. perhitungan manual.
3. Untuk aliran steady, semakin jauh jarak 3. Diharapkan bagi para pengguna
retakan dari tepi lereng maka semakin menjadikan program ini sebagai tempat
naik muka air tanah. Untuk aliran transient, belajar, khususnya mahasiswa.
muka air tanahnya tetap pada elevasi 20 4. Penelitian ini menggunakan satu
meter dan hanya mengalami peningkatan parameter tanah (dianggap seragam),
di dekat kaki lereng selebar 17,5 meter. untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
Selain itu, kondisi aliran steady menggunakan kondisi tanah bervariasi
menghasilkan angka keamanan yang karena sesuai SNI 8460 2017 untuk
semakin dekat retakan dengan bidang tingkat ketidakpastian kondisi analisis
gelincir maka angka keamanan lereng dikategorikan rendah, apalagi bila pada
semakin menurun. Kondisi aliran transient lereng terdapat struktur batuan yang
menghasilkan angka keamanan yang sangat mempengaruhi stabilitas lereng.
semakin dekat retakan dengan bidang
gelincir maka angka keamanan lereng DAFTAR PUSTAKA
semakin menurun. Berdasarkan hasil Eveny, ON., 2014, Perbandingan Metode
analisis variasi jarak retakan dengan aliran Bishop, Janbu dan Spencer Dalam
transient kemungkinan besar dapat Perhitungan Stabilitas Lereng Pada
mengakibatkan longsor terdapat pada Batuan Tuff, Universitas
jarak 5,00 m. Sedangkan hasil analisis Pembangunan Nasional “Veteran”,
variasi jarak retakan dengan aliran steady Yogyakarta.
kemungkinan besar dapat mengakibatkan Fredlund, dkk., 1993, Soil Mechanics for
longsor terdapat pada jarak 1,00 m dari Unsaturated Soils, A Wlley-
tepi puncak lereng. Interscience Publication, America.
4. Untuk aliran steady, semakin dalam Gustafsson, J., dan Lindstrom, M., 2014,
retakan maka muka air tanah semakin Evaluation of A Software’s
tinggi. Untuk aliran transient, semakin Optimisation Function For Generating
dalam retakan maka semakin lebar aliran Composite Slip Surfaces, Applied on
air dan semakin mudah air berinfiltrasi ke Stability Analysis of Clay Slopes,
dalam tanah. Selain itu, kondisi aliran Master’s Thesis, Chalmers University
steady dan aliran transient menghasilkan of Technology, Gothenburg.

18
Handayani, T., 2014, Pengaruh Muka Air Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1999.
Tanah Terhadap Kestabilan Lereng Hidrologi untuk Pengairan. PT.
Menggunakan Geoslope/W 7.12, Pradnya Pramita. Jakarta.
Jurnal, Fakultas Teknik Univesitas Subiyanti, H., dkk,. 2011. Analisa
Gunadarma. Kelongsoran Akibat Pengaruh
Hardiyatmo, C.H., 2006, Mekanika Tanah I, Tekanan Air Pori di Saluran Induk
Gajah Mada University Press, Kalibawang-Kulonprogo. Semesta
Yogyakarta. Teknika. 14(1): 15-25.
Hardiyatmo, C.H., 2010, Mekanika Tanah II, Sudjarwadi. 1987. Teknik Sumber Daya Air
Gajah Mada University Press, PAU. Ilmu Teknik UGM, Yogyakarta.
Yogyakarta. Suryo, Eko Andi. 2018. The Effects of Deep
Hasrullah, 2009, Studi Pengaruh Infiltrasi Air Cracks on the Rain-Induced Instability
Hujan Terhadap Kestabilan Lereng, of Slopes: A Study Case. Faculty of
Jurnal Ilmu-Ilmu Teknik – Sistem, vol 5 Science and Engineering Queensland
No. 2:1-13. University of Technology (QUT)
Hidayah S, Gratia YR. 2007. Program Brisbane, Australia 1.
Analisis Stabilitas Lereng, Universitas Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi
Diponegoro, Semarang. Terapan. Beta Offset Yogyakarta.
Karnawati, 2006, Pengaruh Kondisi Vegetasi Yogyakarta.
dan Geologi Terhadap Gerakan Tanah Usmaningtia, Arnia. 2018. Analisis
dengan Pemicu Hujan, Media Teknik Kelongsoran Pengaruh Tinggi Muka Air
No. 3:12-22. Tanah Dan Kemiringan Lereng
Mukhlisin, M. dan Khiyon. 2018. The Effect of Menggunakan Software Geostudio R2
Cracking on Slope Stability. Journal 2018 Version 9. Fakultas Teknik,
Geological Society Of India 704. Universitas Mataram 1.
Septia, Karnia. Longsor di Lombok Barat, 4 Wang, ZF., dan Li, JH, 2011, Influence of
Orang Tewas. Cracks on the Stability of a Cracked
n.d.https://regional.kompas.com/read/ Soil Slope, Kasetsart University,
2015/12/19/12321911/Longsor.di.Lom Thailand, ISBN 978-616-7522-77-7.
bok.Barat.4.Orang.Tewas (accessed Xie, Canrong., dkk, 2014. Stability Analysis
December 19, 2015). for the Expenxive Soil Slope
Silmi, Frizkia Azifa. dan Hamdan. 2018. Considering the Influence of Cracks
Pengaruh Tension Crack (Retakan Based on the Upper Bound Method.
Tarik) pada Analisis Stabilitas Lereng International Conference on Civil and
menggunakan Metode Elemen HIngga. Hydraulic Engineering 1.
Jurusan Teknik SIpil, Institut Teknologi Yulikasari, Andriyani. 2017. Analisis Stabilitas
Nasional, Bandung 1. Lereng Tanah di Daerah Olak Alen
Silvianengsih. 2016. Pengaruh Kadar Air Blitar. Departemen Teknik Geofisika,
Terhadap Kestabilan Lereng. Teknik Fakultas Teknik Sipil dan
Sipil Politeknik Negeri Padang 369. Perencanaan, ITS C579.
SNI 8460-2017. 2017. Persyaratan Zhang, Ga. 2018. Effect Study of Cracks on
perancangan geoteknik. Badan Behavior of Soil Slope Under Rainfall
Standardisasi Nasional: Jakarta. Conditions. The Japanese
SNI M-23-1990-F. 1990. Standar Metode Geotechnical Society 634.
Pencatatan dan Interpretasi Hasil
Pemboran Inti. Departemen Pekerjaan
Umum: Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai