Anda di halaman 1dari 3

Metode Penyusutan Aset Tetap

Metode Penyusutan Garis Lurus (Straight Line


Depreciation)
Metode ini merupakan metode paling umum digunakan dan sederhana dalam
perhitungannya.

Beban penyusutan aset tetap per tahun memiliki nilai sama hingga akhir umur
ekonomi aset tetap tersebut.

Metode penyusutan garis lurus dapat digunakan untuk menyusutkan aset


fungsional yang tidak memiliki pengaruh besar dan kecil volume produk atau jasa
yang dihasilkan seperti bangunan dan peralatan kantor.

Rumus perhitungan dengan nilai residu:

Penyusutan = (harga perolehan – nilai residu) : umur ekonomi


Metode Penyusutan Saldo Menurun (Double Declining
Balance)
Metode penyusutan aset tetap ini didasarkan pada persentase tertentu yang
dapat dihitung dari harga buku pada saat itu.

Besaran persentase penyusutan adalah dua kali persentase atau nilai dari metode
garis lurus (straight line) pada penjelasan sebelumnya.
Penyusutan = 2 x (100% : umur ekonomi) x harga perolehan nilai residu.
Metode Penyusutan Jumlah Angka Tahun (Sum of The
Year)
Perhitungan penyusutan aset tetap dengan cara ini dilakukan berdasarkan besar
penyusutan aset tiap tahun dan jumlah yang semakin menurun.

Penyusutan = Sisa umur penggunaan : jumlah angka tahun x harga


perolehan nilai residu.
Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja (Service Hours)

Biaya penyusutan metode ini berdasarkan pada jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode tersebut.

Nilai penyusutan per jam = harga perolehan – nilai residu : total jumlah jam
kerja penggunaan aset tetap
Biaya penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x nilai
penyusutan per jam
Contoh:

PT Dua Indonesia memiliki mesin produksi dengan harga perolehan sebesar Rp.
62.000.000,00, nilai residu sebesar Rp. 6.000.000,00 diasumsikan bisa digunakan
selama 70.000 jam. Perhitungan nilai penyusutan per jam dengan metode garis
lurus adalah sebagai berikut:

Nilai penyusutan per jam = harga perolehan – nilai residu : masa manfaat

Nilai penyusutan per jam = Rp. 62.000.000,00 – Rp. 6.000.000,00 : 70.000

Nilai penyusutan per jam = Rp. 800,00

Kemudian, di tahun pertama mesin produksi tersebut bisa digunakan selama


9.000 jam. Perhitungan biaya penyusutan yang dibebankan perusahaan adalah
dengan mengalikan jam kerja yang dapat dicapai dengan nilai penyusutan per
jam alat tersebut.

Biaya penyusutan per tahun = 9.000 jam x Rp. 800,00  = Rp. 7.200.000,00.

Metode perhitungan jam kerja ini sangat cocok digunakan untuk menghitung
nilai penyusutan kendaraan karena akan lebih cepat rusak jika sering digunakan.

Metode Satuan Hasil Produksi (Productive Output)


Perhitungan penyusutan aset ini berdasarkan pada jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode waktu tersebut.
Metode satuan hasil produksi cocok digunakan untuk mengukur hasil produksi
seperti mesin.

Biaya atau penyusutan per tahun tergantung dari jumlah produksi sehingga
hitungannya bersifat variabel.

Nilai penyusutan per produk = harga perolehan – nilai residu : total produk
yang dihasilkan.
Beban penyusutan per tahun = jam satuan produk x nilai penyusutan per
produk.
Contoh:

Sebuah mesin produksi di perusahaan manufaktur memiliki harga perolehan


sebesar Rp. 62.000.000,00 dan nilai sisanya sebesar Rp. 6.000.000,00 diasumsikan
selama usia ekonomisnya akan menghasilkan 38.000 produk. Cara perhitungan
tarif penyusutannya adalah sebagai berikut:

Nilai penyusutan  = harga perolehan – nilai residu : total produk yang dihasilkan

                            = Rp. 62.000.000,00 – Rp. 6.000.000,00 : 38.000

                            = Rp. 1.473,00

Lalu, dalam satu tahu penggunaan mesih produksi tersebut bisa memperoleh
produk sebanyak 10.000 unit, beban penyusutan untuk tahun ini adalah sebagai
berikut:

Beban penyusutan = 10.000 x Rp. 1.473,00 = Rp. 14.730.000,00.

Anda mungkin juga menyukai