Anda di halaman 1dari 5

Meraih Kemenangan di Hari yang Fitri dengan Memuliakan Al Qur’an

Kemenangan dalam Al Qur’an

1. Qs. At Taubah: 20
ٓ
َ َ‫يل ٱهَّلل ِ ِبَأ ْم ٰ َول ِِه ْم َوَأنفُسِ ِه ْم َأعْ َظ ُم َد َر َج ًة عِ ن َد ٱهَّلل ِ ۚ َوُأ ۟و ٰل‬
َ ‫ِئك ُه ُم ْٱل َفٓاِئ ُز‬
‫ون‬ ۟ ‫ُوا َو ٰ َج َه ُد‬
ِ ‫وا فِى َس ِب‬ ۟ ‫اجر‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫وا َو َه‬ َ ‫ٱلَّذ‬

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan.”

Tiga ciri orang yang mendapat kemenangan

Ciri pertama adalah orang-orang yang beriman. Orang yang dikategorikan menang di
Idulfitri adalah orang-orang yang tumbuh keimanan di dalam dirinya. Puasa yang
dijalankan selama sebulan penuh di bulan Ramadhan adalah tarbiyah bagi seorang muslim
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, karena itu puasa secara khusus
diserukan kepada orang-orang yang beriman. Ketika berpuasa, kita dituntut secara sadar
melakukannya semata-mata karena Allah; kita makan dan minum di waktu di mana Allah
mempersilakannya saja. Kita bisa saja membatalkan puasa kita tanpa sepengetahuan orang
lain, tetapi puasa mengajarkan kita bahwa bagaimana pun kita bersembunyi, Allah tetap
akan melihat dan mengawasinya.

Ciri kedua adalah orang-orang yang berhijrah. Nabi Saw punya penjelasan sendiri siapa
yang disebut orang yang berhijrah. Nabi bersabda: wal muhajir man hajara ma naha Allah
‘anh, hakikat orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan larangan-larangan
Allah. Puasa, sesungguhnya adalah ibadah tarkiyah, ibadah meninggalkan. Dalam berpuasa
kita dibina agar memiliki ketahanan diri untuk meninggalkan. Ketika kita lapar dan sangat
ingin makan, puasa melarang sampai berbuka. Ketika kita haus dan sangat ingin minum,
puasa menahan sampai berbuka. Ketika lidah gatal untuk membalas caci-maki, menebar
fitnah, mengadu-domba, atau menggosip orang lain, puasa mengajarkan kita untuk
menahan diri karena akan membatalkan pahala puasa. Semangat inilah yang hendak
ditularkan puasa ke dalam pribadi kita sehingga dapat memenuhi salah satu kriteria orang-
orang yang menang, yakni orang yang berhijrah.

Sedangkan ciri ketiga adalah orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan
jiwa mereka. Puasa mengajarkan kita untuk mengorbankan kepentingan pribadi dan
syahwat kita masing-masing demi mendahulukan perintah Allah. Semangat jihad adalah
semangat berkorban, baik mengorbankan harta maupun jiwa kepada Allah. Dalam surah
At-Taubah Allah menegaskan semangat ini sebagai alat barter Allah bagi siapapun yang
ingin diberikan surga.

2. Qs. Al Mu’minun: 111

َ ‫ص َبر ُٓو ۟ا َأ َّن ُه ْم ُه ُم ْٱل َفٓاِئ ُز‬


‫ون‬ َ ‫ِإ ِّنى َج َز ْي ُت ُه ُم ْٱل َي ْو َم ِب َما‬

“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka;
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang"

Dalam ayat sebelumnya disebutkan mereka berdo’a:

Yaa Rabb kami kami telah beriman, maka ampunilah kami dan beri kami rahmat…

Dan mereka bersabar, kemudian Allah memberi kemenangan untuk mereka, yakni Allah
menjadikan mereka sebagai orang-orang menangan dengan mendapatkan kebahagian,
keselamatan, surga dan keselamatan dari api neraka

3. Qs. An Nur: 52

َ َ‫ش هَّللا َ َو َي َّت ْق ِه َفُأول‬


َ ‫ِئك ُه ُم ْال َفاِئ ُز‬
‫ون‬ َ ‫َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َو َي ْخ‬

”Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”

Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam
mengerjakan apa yang diperintahkan oleh keduanya, meninggalkan apa yang dilarang oleh
keduanya, dan takut kepada Allah atas dosa-dosa yang telah lalu serta bertakwa kepada
Allah dalam menghadapi masa depannya. Mereka adalah orang-orang yang mendapat
kemenangan, yakni orang-orang yang berhasil meraih semua kebaikan dan selamat dari
semua keburukan di dunia dan akhirat.

4. Qs. Al Hasyr: 20

َ ‫ار َوَأصْ َحابُ ْال َج َّن ِة َأصْ َحابُ ْال َج َّن ِة ُه ُم ْال َفاِئ ُز‬
‫ون‬ ‫َأ‬
ِ ‫اَل َيسْ َت ِوي صْ َحابُ ال َّن‬
Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga, penghuni-
penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung
Diawali dengan perintah bertaqwa kepada Allah, kemudian dilanjutkan dengan perintah
untuk memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok.

Dalam ayat lain disebutkan

”Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula
sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang
durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran” (Al-Mu’min: 58)

Dalam Qs. AL Baqarah : 183-185 ayat yang sering sekali kita dengar, dan karena
seringnya itu kita bisa hafal ayat tersebut tanpa menghafalkannya secara khusus. Ayat 183
menjelaskan bahwa puasa akan mengantarkan kita pada derajat taqwa. Dalam kaitannya
dengan ke 4 ayat tentang kemenangan disebutkan bahwa taqwa merupkan syarat untuk
meraih kemenangan. Terlihat sekali keterkaitannya. Ramadhan melahirkan ketaqwaan dan
selanjutnya ketaqwaan akan mengantarkan kita pada kemenangan.

Ramadhan dan Al Qur’an bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Bulan Ramadhan dikenal dengan sebutan Syahrul Qur’an. Bulan diturunkannya Al Qur’an
(AL Baqarah:185). Ramadhan menjadi mulia diantara bulan-bulan yang lainnya karena
didalamnya ada sesuatu yang sangat istimewa yaitu Al Qur’an. Mari meraih kemengan
dibulan Ramadhan kali dengan semakin mendekatkan diri dengan Allah melalui kalamNya

Dipenghujung Ramadhan ini, mari kita evaluasi kebersamaan kita dengan Al Qur’an.
Disisa waktu yang tidak panjang lagi ini mari kita ambil inpsirasi dan para shabahat dan
tabi’in.

Mari bermujahadah seperti Umar Radhiallahu 'anhu yang sepulang shalat Isya, beliau
kembali mengerjakan shalat sepanjang malam, sampai terdengar adzan Shubuh.

Juga Utsman Radhiallahu 'anhu, setelah panjang berpuasa di siang hari, beliau
menghabiskan malam dengan shalat. Beliau hanya tidur sedikit, yaitu sebagian malam
pertama. Lalu bangun dengan shalat yang setiap rakaatnya beliau menghatamkan seluruh
Al Qur'an.

Di satu kitab Syarah, diriwayat Abu Thalib Al-Makki yang mutawatir menyebutkan tentang
empat puluh Tabi'in yang biasa melakukan shalat subuh dengan wudhu shalat isya.

Aswad bin Yazid, setelah tidur sebentar antara Maghrib dan Isya. Beliau biasa beribadah
sepanjang malam dalam bulan Ramadhan hingga subuh.

Diceritakan bahwa Said bin Musayyab Rahimahullah selama 50 tahun selalu melakukan
shalat Isya dan shalat Fajar dengan wudhu yang sama.
Shilah bin Ashyim, biasa menghabiskan seluruh malamnya untuk beribadah kepada Allah
hingga waktu subuh. Lalu setelah matahari terbit, ia berdoa, "Ya Allah, (hamba seperti
merasa) tidak pantas meminta surga kepada-Mu, tetapi hamba hanya memohon kepada-
Mu agar Engkau menyelamatkan hamba dari Jahannam."

Qatadah biasa membaca seluruh Al-Qur'an setiap tiga malam dalam bulan Ramadhan,
tetapi sepuluh malam terakhir dia mengkhatamkan seluruh Al-Qur'an setiap malam.

Imam Abu Hanifah terkenal karena selama 40 tahun melakukan shalat Isya dan shalat
Fajar dengan wudhu yang sama. Apabila para sahabatnya bertanya bagaimana ia
memperoleh kekuatan untuk mengerjakannya, beliau menjawab, "Ini karena doa khusus
aku mohon kepada Allah melalui Asma Allah yang agung." Beliau hanya tidur sebentar di
siang hari demi ikuti sunnah. Imam Abu Hanifah juga sering menangis sedemikian rupa
ketika membaca Al Qur'an sehingga tetangga-tetangganya merasa kasihan kepadanya.

Ibrahim bin Adham bahkan diriwayatkan tidak tidur sama sekali pada bulan Ramadhan
baik siang atau malam.

Imam Syafi'i biasa mengkhatamkan Al-Qur'an 60 kali dalam satu Ramadhan.

Sa’id bin Musayyib tidak pernah terlewat dari takbiratul ihram imam selama lima puluh
tahun. Burd Mawla berkata, “Tidaklah dikumandangkan adzan selama empat puluh tahun
melainkan Sa'id bin Musayib telah berada di dalam masjid. "

Sebagai penutup mari kita ambil pelajaran dari hadits berikut:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut


pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi
penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang
melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni
surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)

Akhwati fillah, Ramadhan sebentar lagi akan berakhir. Dihari-hari akhir merupkan
hari yang sangat menentukan nilai seluruh amal yang kita kerjakan selama 1 bulan ini.
Maka jangan sampai kita lalai. Dan sadarilah dihari-hari akhir ini akan sangat banyak
godaan. Bahkan syaithanpun mengutus pasukan terbaiknya untuk menggoda manusia akan
mereka tergelincir dihari-hari terakhir ini. Ada yang tergoda dengan kesibukan
menyiapkan baju lebaran, sepatu/sandal, meyiapkan hidangan lebaran yang beraneka
ragam, memperindah rumah dengan furniture yang baru, dsb. Semoga kita terhindar dari
hal-hal seperti itu. Dan semoga kita bisa mengantar kepergian bulan mulia ini dengan
ibadah terbaik kita, aamiin yaa Rabb

Wallahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai