FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS UDAYANA 2022 Jurnal Pertama Judul Tingkat Pemanfaatan dan Status Konservasi Perikanan Hiu di Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS) Cilacap Jurnal Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Volume 9(1): 34-35 Tahun 2018 Penulis Irfan Hanifa, Mulyono S. Baskoro, Sulaeman Martasuganda, Domu Simbolon Reviewer Christy Gleania Tampubolon_2013521002 Tanggal 02 Mei 2022 Review Tujuan Untuk Mengetahui tingkat pemanfaatan dan status konservasi ikan Hiu di PPS Cilacap Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian deskriptif survey. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini meliputi jumlah dan jenis hiu yang didaratkan di PPS Cilacap. Jenis hiu yang didaratkan di PPS Cilacap diidentifikasi menggunakan buku identifikasi sesuai dengan ciri-ciri yang dapat dilihat. Buku identifikasi hiu yang digunakan adalah “Economically Important Sharks and Rays “ .Metode yang digunakan dalam pengambilan data primer adalah purposive sampling (pengambilan data hiu dilakukan terhadap semua armada penangkapan yang mendaratkan hiu di PPS Cilacap). Data sekunder meliputi data jenis dan jumlah hasil tangkapan hiu dari Loka Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Laut dan Pesisir (PSPL) Isi Tingkat Pemanfaatan Perikanan Hiu Hasil perhitungan nilai MSY berdasarkan model surplus produksi Fox menunjukkan bahwa hubungan hasil tangkapan per satuan upaya dan upaya penangkapan diperoleh nilai intercept (c) sebesar 8,011 dan nilai slope (d) sebesar -0,00187, sehingga persamaan produksi lestari model Fox berdasarkan nilai intercept dan nilai slope adalah y = 8,011-0,00187x. Persamaan linier hubungan hasil tangkapan per satuan upaya dan upaya penangkapan model surplus produksi Fox . Hasil analisis berdasarkan model surplus produksi Fox menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan hiu di PPS Cilacap berkisar antara 24-81%. Tren tingkat pemanfataan perikanan hiu di PPS Cilacap cenderung mengalami kenaikan. Sumberdaya hiu di PPS Cilacap pada tahun 2010-2014 belum mencapai kategori penangkapan berlebih (TAC>Total Catch). Status Konservasi Perikanan Hiu otal hasil tangkapan selama bulan Februari-Mei 2015 yang didaratkan di PPS Cilacap adalah 4.759 ekor. Hiu yang tertangkap dan didaratkan di PPS Cilacap pada bulan Februari-Mei 2015 terdiri dari 11 famili atau 30 spesies. Hasil tangkapan tersebut meliputi famili Alopiidae, Carcharhinidae, Squalidae, Hexanchidae, Lamnidae, Triakidae, Sphyrnidae, Squatinidae, Rhinidae, Centrophoridae, dan Chimaeridae. Jumlah hasil tangkapan hiu berdasarkan famili yang didaratkan di PPS Cilacap pada bulan Februari-Mei 2015. Jenis alat tangkap yang sering digunakan untuk menangkap hiu baik sebagai by-catch (hasil tangkapan sampingan) maupun sebagai target species(target utama penangkapan) yang didaratkan di PPS Cilacap adalah longline, multifilament drift gill net, bottom gill net, bottom longline, dan drift longline other than tuna longline. Produksi perikanan hiu yang didaratkan di PPS Cilacap berdasarkan jenis alat tangkap. Perlu adanya prediksi yang akurat mengenai stok hiu yang berada di alam melalui monitoring secara rutin sehingga sumber daya hiu dapat dikatakan melimpah ataupun overfishing (penangkapan berlebih) Kesimpulan Tingkat pemanfaatan perikanan hiu yang didaratkan di PPS Cilacap pada tahun 2010-2014 berdasarkan model surplus produksi Fox belum termasuk dalam kategori overfishing dengan nilai tingkat pemanfaatan sebesar 24-81%. Status konservasi perikanan hiu di PPS Cilacap pada bulan Februari-Mei 2015 sebagian besar termasuk kategori rawan (46,44%) dan hampir terancam (39,65%). Jurnal Kedua Judul Kajian Morfologi, Morfometri, dan Status Konservasi Hiu yang Ditemukan di Sumatera Bagian Utara Jurnal Jurnal Biosains Volume Vol. 2 No. 1 Tahun 2016 Penulis Puput Rahayu dan Mufti Sudibyo Reviewer Christy Gleania Tampubolon_2013521002 Tanggal 02 Mei 2022 Review Tujuan Untuk mengetahui Kajian Morfologi, Morfometri, dan Status Konservasi Hiu yang Ditemukan di Sumatera Bagian Utara Metode Metode penelitian ini dilakukan secara metode kualitatif dan kuantatif Penelitian dimana dilakukan analisis morfologi yang meliputi ciri dan sifat hidup ikan hiu, morfometri yang mrliputi ukuran ikan hiu, dan status konservasi pada Hiu pada bulan Desember 2015 sampai Februari 2016. Isi Sebaran dan Status Konservasi Hiu Berdasarkan hasil penelitian, hiu sirip hitam (Carcharhinus melanopterus) yang tersebar di Sumatera Bagian Utara tidak terdapat perbedaan dengan hiu sirip hitam (Carcharhinus melanopterus) yang tersebar didaerah tropis lautan Hindia, Sentral Pasifik bagian barat dan bagian timur laut Mediterania. Tidak ada perbedaan diantara kedua spesies tersebut karena sama-sama di setiap ujung siripnya berwarna hitam. Status konservasi : Red List IUCN 2010: Hampir Terancam (NT). hiu tokek (Atelomycterus marmoratus) yang tersebar di Sumatera Bagian Utara tidak terdapat perbedaan dengan hiu tokek (Atelomycterus marmoratus) yang tersebar luas di perairan Indonesia-Pasifik Barat dari Pakistan hingga Papua Nugini dan Selatan cina. Tidak ada perbedaan diantara kedua spesies tersebut karena sama-sama di bagian tubuhnya terdapat bintik berwarna abu-abu muda dan putih terdapat belang putih di bagian celah insang. Status konservasi : Red List IUCN 2010 : Hampir Terancam (NT). hiu cicak insang putih (Chiloscyllium punctatum) yang tersebar di Sumatera Bagian Utara tidak terdapat perbedaan dengan hiu cicak insang putih (Chiloscyllium punctatum) yang tersebar luas di perairan Indonesia sampai Pasifik Barat. Tidak ada perbedaan diantara kedua spesies tersebut karena sama-sama di bagian tubuh dan ekor ramping, kedua sirip punggung hampir sama besar. Status konservasi : Red List IUCN 2010:Hampir Terancam (NT). hiu sirip putih (Triaenodon obesus) yang tersebar di Sumatera Bagian Utara tidak terdapat perbedaan dengan hiu sirip putih (Triaenodon obesus) yang tersebar diseluruh perairan Indonesia sampai Pasifik.Tidak ada perbedaan diantara kedua spesies tersebut karena sama-sama di bagian ujung sirip punggung pertama dan cuping bagian atas sirip ekor berwarna putih. Status konservasi : Red List IUCN 2010: Hampir Terancam (NT). hiu bintik putih (Hemigaleus microstoma) yang tersebar di Sumatera Bagian Utara tidak terdapat perbedaan dengan hiu hiu bintik putih (Hemigaleus microstoma) yang tersebar diseluruh perairan tropis Indo–Pasifik Barat. Tidak ada perbedaan diantara kedua spesies tersebut karena sama-sama terdapat tumpukan kecil berwarna putihpada badan. Status konservasi : Red List IUCN 2010: Rawan (VU) Kesimpulan Hiu yang ditemukan di perairan Sumatera bagian utara adalah Sphyrna lewini,Squalus megalops, Carcharhinus melanopterus, Atelomycterus marmoratus, Chiloscyllium punctatum, Triaenodon obesus dan Hemigaleus microstoma . Faktor morfometri yang paling berpengaruh terhadap panjang total pada jenis Hiu martil yakni PGI 92%, PD2 97% dan panjang sirip ekor /PSE 97,7%. Pada Hiu duri pasir yang FL 92%, PPL 98%, PSD 98%, panjang sirip dada/PSD 98% dan PPS 99%.Pada Hiu sirip hitam FL 98%, PPL 99%, dan panjang sirip dada/PSD adalah 99%. Pada Hiu tokek PD2 89%, panjang pre oral/PP 93%, dan panjang sirip perut 95%. Status konservasi dari hiu yang di temukan pada hiu Carcharinus melanopterus, Atelomycterus marmoratus, Chiloscyllium punctatum, Triaenodon obesus adalah hampir terancam (NT), Squalus megalops adalah minim informasi (DD), Hemigaleus microstoma adalah rawan (VU) dan Sphyrna lewini adalah terancam (EN). Jurnal Ketiga Judul Jenis dan Status Konservasi Ikan Hiu yang Tertangkap di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuhan Bajo, Manggarai Barat, Flores Jurnal Jurnal Biologi Volume Volume 7 Nomor 2 Tahun 2014 Penulis Ismail Syakurachman Alaydrus, Narti Fitriana dan Yohannes Jamu Reviewer Christy Gleania Tampubolon_2013521002 Tanggal 02 Mei 2022 Review Tujuan Untuk Mengetahui Jenis dan Status Konservasi Ikan Hiu yang Tertangkap di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuhan Bajo, Manggarai Barat, Flores Metode Metode yang digunakan adalah Market Survey, identifikasi secara Rapid Penelitian Assessment mengacu pada metode yang dilakukan oleh Fahmi & White (2006). Isi Penelitian ini mendata jumlah jenis hiu yang menjadi hasil tangkapan sampingan nelayan (by catch) di TPI Labuan Bajo. Terdapat 9 jenis hiu yang tercatat, dari jumlah jenis tersebut digolongkan dalam 3 ordo, 4 famili, dan 7 genera. Berdasarkan jumlah jenis hiu yang tertangkap, dapat dikatakan terdapat sekitar 12% dari jumlah total jenis hiu yang diketahui di Indonesia.. Ordo hiu yang juga ditemukan tertangkap dan didaratkan di TPI adalah Carcharhiniformes. Ditemukan 4 genera dari ordo Carcharhiniformes seperti Carcharhinus, Triaenodon, Prionace dan Rhizopriodon serta 6 spesies dari genera tersebut. Spesies yang berhasil diidentifikasi dari genera tersebut adalah Carcharhinus melanopterus (hiu sirip hitam karang), Carcharhinus limbatus (hiu sirip hitam), Carcharhinus amblyrhynchos (hiu abu-abu karang), Triaenodon obesus (hiu sirip putih karang), Prionace glauca (hiu biru) dan Rhizopriodon acutus (hiu pilus). Status Konservasi Hiu yang Tertangkap di TPI Labuan Bajo Status konservasi dari jenis-jenis hiu yang tertangkap yaitu Endangered (Terancam Punah), Vulnerable (Rentan) dan Near Threatened (Hampir Terancam). Sekitar 90% jenis hiu yang didaratkan di TPI Labuan Bajo memiliki status hampir terancam atau Near Threatened. Kategori ini diberikan kepada jenis yang diyakini akan terancam keberadaannya di masa mendatang, apabila tidak ada usaha pengelolaan terhadap jenis tersebut. Satu jenis hiu tercatat memiliki status konservasi dalam kategori rentan (Vulnerable) yaitu Nebrius ferruginus (Hiu Buto).Rhynchobatus australiae atau hiu pari bintik putih adalah jenis hiu yang memiliki status konservasi dalam kategori terancam punah (Vulnerable). Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah terdapat 9 jenis hiu yang tertangkap dan didaratkan di TPI Labuan Bajo, diklasifikasikan dalam 3 ordo, 4 famili, dan 5 genera. Dari 9 jenis hiu tersebut, 7 diantaranya memiliki status konservasi dengan kategori Near Threatened dan Vulnerable. Jurnal Keempat Judul Keanekaragaman Spesies dan Status Konservasi Ikan Pari di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke Jakarta Utara Jurnal Jurnal Biodjati Volume 3 (1) Tahun 2018 Penulis Fahma Wijayanti, M. Pandu Abrari, Narti Fitriana Reviewer Christy Gleania Tampubolon_2013521002 Tanggal 02 Mei 2022 Review Tujuan Untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies dan status konservasi ikan pari di tempat pelelangan ikan muara angke jakarta utara Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survei yang bersifat Penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran hasil identifikasi keanekaragaman spesies dan status konservasi pari ikan pari. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling di 13 kapal nelayan yang baru berlabuh di TPI Muara Angke Jakarta Utara pada bulan Juni sampai November sebanyak 3 kali tiap bulannya. Sampel diambil pada waktu pagi hari (Pukul 5.00 s/d 7.00 WIB) di lokasi pengambilan sampel. Pengambilan sampel ikan pari dilakukan dengan melihat seluruh hasil tangkapan nelayan sebelum dibeli oleh pedagang atau tengkulak yang berada di TPI Muara Angke Jakarta Utara Isi Biodiversitas Ikan Pari di TPI Muara Angke Nilai produksi TPI rata-rata 105 milyar Rupiah per tahunnya, sedangkan aktivitas bongkar/muat ikan di TPI Muara Angke rata-rata mencapai 500 unit kapal per bulan dengan produksi ikan yang didaratkan rata-rata mencapai kurang lebih 3000 ton per bulannya (UPPP Muara Angke, 2015). Berdasarkan kondisi di atas, maka kawasan TPI Muara Angke merupakan tempat yang berpotensi ditemukannya spesies dan jumlah ikan pari yang cukup tinggi. kan pari yang didapatkan di TPI Muara Angke berjumlah 713 individu yang termasuk ke dalam 6 famili, 8 genus dan 14 spesies. Famili ikan pari yang paling banyak ditemukan adalah famili Dasyatidae sebanyak 7 spesies, Myliobatidae sebanyak 2 spesies, Rhinobatidae sebanyak 2 spesies, sedangkan famili yang paling sedikit spesiesnya adalah Rhincobatidae, Gymnuridae, Rhinopteridae yang masing-masing hanya terdapat 1 spesies saja dari tiap famili. Status Konservasi Ikan Pari di TPI Muara Angke Jakarta Utara Terdapat 9 spesies yang masuk kedalam kategori rentan atau vulnerable (VU) yaitu A. nichofii, R. javanica, G. typus, G. thouin, R. australiae, H. undulata, H. uarnak, H. uarnacoides, H. gerrardi. Kategori IUCN rentan atau vulnerable (VU) diberikan untuk spesies yang terbukti memenuhi kriteria dalam IUCN, salah satunya adalah pengurangan ukuran populasi dan terjadi dalam rentang waktu kurang dari 10 tahun dan dapat dipastikan akan menghadapi kepunahan di alam. Hal ini disebabkan pemanfaatan dan eksploitasi besar-besaran terutama pada daging, kulit serta sirip, sehingga jumlah dari spesies-spesies ikan pari ini di alam mengalami penurunan yang tajam. kategori near threatened (NT), yaitu A. ocellatus, H. walga dan G. poecilura. Hal ini dapat disebabkan jumlah ketiga spesies ini masih terbilang cukup banyak di alam bebas. Faktor lainnya penyebab spesies tersebut tergolong near threatened yaitu ketiga spesies ini merupakan hewan yang hidupnya didalam kawanan dan selalu bersama didalam jumlah yang banyak sehingga perkembangan dan reproduksinya terbilang cepat dan banyak, lalu ketersediaan makanan yang banyak danmelimpah (karena spesies-spesies bukan termasuk spesies yang pemilih terhadap makanannya). Terdapat 2 spesies ikan pari yang masuk kedalam kategori kekurangan data atau data deficient (DD).yaitu N. kuhlii dan P. atrus. Hal yang menyebabkan kedua spesies ikan pari ini mengalami kekurangan data bisa disebabkan biologi dan perilaku yang belum banyak diketahui, sebaran dan habitat yang luas dan tidak menentu sehingga menyebabkan sulitnya para peneliti melakukan penelitian dan pendataan, juga sifat dari kedua spesies ini yang bisa dikatakan sebagai hewan kosmopolit (spesies yang keberadaanya dapat ditemukan hampir di seluruh habitat dan ekosistem, dalam hal ini “perairan”) dan nilai ekonomis yang rendah sehingga potensi penangkapan dan eksploitasi kurang diminati Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman spesies ikan pari di TPI Muara Angke tergolong sedang (H’ = 1,13) yang menunjukkan keberadaan ikan pari masih cukup stabil di habitat aslinya. Berdasarkan status konservasi dalam katalog IUCN, ikan pari yang ditemukan di Tempat Pelelangan Ikan Muara Angke 9 spesies termasuk dalam kategori vulnerable (VU), 3 spesies termasuk dalam kategori near threatened (NT), 2 spesies termasuk dalam kategori data deficient (DD). Jurnal Kelima Judul DNA Barcoding dan Status Konservasi Ikan Hiu (Hemiscylliidae dan Charcharhinidae) yang didaratkan di PPN Sungai Liat Bangka. Jurnal Journal of Fisheries and Marine Research Volume Vol. 4 No. 3 Tahun 2020 Penulis Risna Hidawatia, Okto Supratmana, Ahmad Fahrul Syarif, Siti Aisyaha Reviewer Christy Gleania Tampubolon_2013521002 Tanggal 02 Mei 2022 Review Tujuan Untuk Mengetahui DNA Barcoding dan Status Konservasi Ikan Hiu (Hemiscylliidae dan Charcharhinidae) yang didaratkan di PPN Sungai Liat Bangka. Metode Penelitian ini dilakukan secara metode kualitatif dan kuantatif dimana Penelitian dilakukan Identifikasi molekuler yang dimulai pada proses destruksi dan ekstraksi DNA yang bertujuan untuk menghancurkan sel dan mengambil jaringan pada sampel hiu tersebut. Kemudian Penyusunan DNA Consensus dimana pembacaan urutan nukleotida dan penjajaran (alignment) menggunakan Muscle untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Lalu Analisis Filogenetik adalah salah satu sistem klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan (evolusi) antara takson satu dengan lainnya. Dan penentuan status konservasi yang diperoleh dari identifikasi molekuler kemudian ditentukan status konservasinya dengan menggunakan pedoman IUCNd. Isi Identifikasi Molekuler Hasil sekuensing berupa urutan basa dianalisis menggunakan database GenBank yang berada di bawah NCBI (National Center for Biotechnology Information). Database tersebut merupakan database primer yang menampung semua urutan DNA yang didepositkan oleh para peneliti dari seluruh dunia. Teknik pencarian berdasarkan kekerabatan antar data menggunakan program pencari yang terdapat dalam data Base tersebut. Dua program yang banyak digunakan adalah Basic Local Alignment Search Tool (BLAST) dan FASTA. Dari program tersebut diperoleh bahwa sekuensing sampel ikan hiu dengan kode sampel H1 memiliki tingkat kemiripan 100% dengan famili Hemiscylliidae yaitu spesies Chiloscyllium punctatum (Hiu Bambu), dan sampel H2 memiliki tingkatkemiripan sebesar 100% dengan famili Carcharhinidae yaitu spesies Carcharhinus leucas (Hiu Banteng). Persentase tingkat kemiripan dari kedua spesies ini menunjukkan bahwa pengidentifikasian spesies menggunakan DNA molekuler sangat sesuai. Analisis Filogenetik Hasil analisis pohon filogenetik menggunakan metode Neighbour-joining tree. Rekonstruksi tersebut menunjukkan bahwa hiuyang didaratkan di PPN Sungailiat Bangka terbagi kedalam 2 famili yaitu Hemiscyllidae dan Carcharhinidae, yang membentuk 2 kelompok (Cluster) sesuai dengan familinya. Status Konservasi Adapun beberapa rekomendasi dalam upaya pengelolaan hiu berdasarkan hasil simposium hiu dan pari di Indonesia yang sebagai berikut: Perlunya melakukan pendataan hasil tangkapan yang baik untuk dapat mengestimasi stok dan status populasi hiu di Indonesia; Mengidentifikasi dan menentukan lokasi prioritas pendataan hiu di wilayah prioritas potensial, dan identifikasi lokasi berdasarkan data statistik perikanan, target penangkapan, alat penangkap ikan, dan daerah penangkapan; Membentuk kelompok kerja perikanan hiu yang salah satu tugas utamanya adalah mengelola data dan informasi perikanan hiu yang dikumpulkan oleh para pihak terkait; Memperkuat sistem ketelusuran (traceability) produk baik untuk pasar ekspor dan domestik; Menginisiasi wilayah percontohan dalam membangun sistem ketelusuran pasar domestik untuk perikanan hiu Kesimpulan Hasil identifikasi molekuler dan konstruksi pohon filogenetik dari urutan basa nukleotida menunjukkan sampel ikan hiu yang didaratkan di PPN Sungailiat Bangka terbagi ke dalam 2 spesies dengan 2 famili berbeda, yaitu family Hemiscyllidae dengan spesies Chiloscyllium punctatum (Hiu Bambu), dan family Carcharhinidae dengan spesies Carcharhinus leucas (Hiu Banteng). Ditinjau dari status konservasinya, kedua spesies hiu tersebut masuk ke dalam kategori hampir terancam (NT) dalam redlist IUCN.