Anda di halaman 1dari 50

RANCANGAN AKTUALISASI

NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM


PEMANFAATAN AGEN HAYATI TRICODERMA SEBAGAI UPAYA
PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN
HORTIKULTURA DI KECAMATAN RAKIT KULIM
INDRAGIRI HULU

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN II ANGKATAN VIII KELAS H GELOMBANG III
DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU

OLEH:
HIDAYATI ROHIMAH
NIP.199404062020122012

PEMERINTAH PROVINSI RIAU


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
JALAN RONGGOWARSITO NO.14 PEKANBARU
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

RANCANGAN AKTUALISASI NILAI NILAI DASAR


PEGAWAI NEGERI SIPIL

Nama : Hidayati Rohimah


NIP : 199404062020122012
Pangkat/golongan : Pelaksana Pemula/IIa
Jabatan : Pemula – Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan(POPT)
Instansi : Dinas Pangan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Riau
Isu : Belum Adanya Sosialisasi Pemanfaatan Agen Hayati
Sebagai Upaya Pengendalian Hama Terpadu

Disahkan Pada:
Pekanbaru,

Penguji Coach Mentor

Drs.ahmad Fauzi, Msi Ir.Mahfayeri Usnadi SH.MM


NIP.196110031993031002 NIP.195710171985031004 NIP.196810181997031001

ii
BIODATA PENULIS

Nama : Hidayati Rohimah


Nip : 199404062020122012
Jabatan : Pelaksana Pemula – Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan
Instansi : Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Riau
Pangkat/Golongan : Pelaksana Pemula/IIa
Tempat, Tanggal Lahir : Bengkalis, 06 April 1994
Agama : Islam
Alamat : Desa Beringin Indah, RT/RW 02/05,
Kec. Pangkalan Kuras, Kab. Pelalawan, Riau
Email : hidayati.rohimah@gmail.com
No. Hp : 0812-1777-6067
Riwayat Pendidikan : SDN 015 Beringin Indah
SMPN 02 Sialang Indah
SMKN 01 Pangkalan Kuras

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi
nilai-nilai dasar Pegawai Negeri Sipil dengan judul “Pemanfaatan Agen Hayati
Tricoderma Sebagai Upaya Pengendalian hama Terpadu di Kec.Rakit
Kulim, Indragiri Hulu”. Rancangan aktualisasi ini disusun oleh penulis dalam
rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan CPNS menjadi PNS di lingkungan
Pemerintah Provinsi Riau melalui kegiatan Pelatihan Dasar yang diselenggarakan
oleh Badan Pengembangan sumber Daya Manusia Provinsi Riau.
Dalam proses pelaksanaan dan penyusunan rancangan aktualisasi ini,
penulis mendapat banyak bimbingan, dukungan, dan pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada:
1. Kepala Badan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Riau
2. Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau
3. Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau
4. Bapak Ir.Mahfayeri selaku Coach
5. Bapak Usnadi SH.MM selaku Mentor
6. Seluruh Widyaiswara
7. Kedua Orang Tua, Keluarga dan Rekan-rekan peserta Pelatihan Dasar Calon
pegawai Negeri Sipil Golongan II Angkatan VII Gelombang III Tahun 2021
Provinsi Riau dan semua pihak yang membantu.
Dalam rancangan aktualisasi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk
menyempurnakan rancangan aktualisasi ini.
Pekanbaru, 2021

Hidayati rohimah
NIP.199404062020122012

iv
DARTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii


BIODATA PENULIS ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan .............................................................................. 3
C. Gambaran Umum Instansi ................................................................... 4
1. Struktur Organisasi .................................................................. 4
2. Visi Misi Organisasi................................................................. 5
3. Nilai-Nilai Organisasi .............................................................. 6
4. Sasaran Kinerja Pegawai .......................................................... 7
BAB II RANCANGAN AKTUALISASI NILAI NILAI DASAR ASN
A. Konsep Aktualisasi .............................................................................. 9
B. Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI ............................................ 15
C. Isu Aktual ............................................................................................. 19
D. Gagasan Pemecahan Isu ....................................................................... 25
E. Jadwal Kegiatan ................................................................................... 40
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 41
B. Saran ..................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 42

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. UPT Perlindungan Tanaman Provinsi Riau ................................... 4


Gambar 2. Struktur Organisasi......................................................................... 5
Gambar 3. Fishbone Diagram .......................................................................... 23

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisis Isu Aktual Menggunakan metode APKL ........................... 21


Gambar 2.2 Analisis Isu Aktual Menggunakan Metode USG ................................ 22
Tabel 2.3 Kegiatan I ......................................................................................... 26
Tabel 2.4 Kegiatan II........................................................................................ 29
Tabel 2.5 Kegiatan III ................................................................................................. 32
Tabel 2.6 Kegiatan IV ................................................................................................ 36
Tabel 2.7 Jadwal kegiatan Pelaksanaan rancangan Aktualisasi ................................. 40

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan pegawai yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam
suatu jabatan negeri dan digaji berdasarkan peraturan peraturan perundang
undangan yang berlaku. PNS memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan publik,
pelayan publik dan perekat serta pemersatu bangsa. Dari fungsi tersebut maka
diperlukan sosok-sosok PNS yang akuntabel, nasionalis, beretika publik,
berkomitmen mutu dan anti korupsi sehingga mampu secara profesional
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif, efisien dan kompeten.
Oleh karena itu, berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah wajib memberikan pendidikan
dan pelatihan (Diklat) terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
selama satu tahun masa percobaan Selama masa percobaan satu tahum, CPNS
diwajibkan mengikuti Pendidikan Latihan Dasar (Latsar) seperti yang telah diatur
dalam PERLAN Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil. Kegiatan Latsar terdiri dari materi on campus (materi didalam kelas
syncronous dan asyncronous) dan of campus (habituasi di instansi masing
masing). Materi dan kurikulum Pelatihan Dasar meliputi:
1. Agenda I sikap perilaku bela negara dan wawasan kebangsaan dan analisis
isu kontemporer.
2. Agenda II nilai nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi).
3. Agenda III kedudukan dan peran PNS dalam NKRI.
4. Agenda IV habituasi, yaitu aktualisasi pembiasaan diri terhadap kompetensi
yang telah diperoleh melalui mata pelatihan yang telah dipelajari.
Kegiatan habituasi dilakukan setelah materi on campus selesai dengan
tujuan agar peserta pelatihan dapat mengaktualisasikan kegiatan yang telah
dirancang. Dalam pelaksanaan agenda habituasi CPNS diharapkan mampu

1
membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai nilai dasar ASN yang telah
disampaikan dalam Pelatihan Dasar sehingga terbentuk karakter ASN yang
memiliki jiwa Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi (ANEKA) yang diwujudkan dalam melaksanakan tugas pokok.
Sebagai CPNS dalam jabatan fungsional Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT), tugas pokok POPT sangat berkaitan erat dengan
perlindungan tanaman. Berdasarkan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1992,
tentang Sistem Budidaya Tanaman, pasal 1 ayat 7 disebutkan bahwa perlindungan
tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman
yang diakibatkan oleh Organisme Pengganggu Tumbuhan.
Pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) merupakan
pegawai yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan
kegiatan perlindungan tanaman. Dalam PP nomor 6 tahun 1995 menyebutkan
bahwa perlindungan tanaman adalah segala upaya unutk mencegah kerugian
pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh organisme pengganggu
tumbuhan. Organisme pengganggu tumbuhan yang dimaksud adalah semua
organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau menyebabkan
kematian tumbuhan. Pada hakekatnya kegiatan perlindungan tanaman adalah
suatu rangkaian kegiatan untuk mencegah atau mengurangi organisme
pengganggu tumbuhan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan eradikasi
organisme pengganggu tumbuhan. Kegiatan perlindungan tanaman berazaskan
evektivitas, efisiensi, dan keamanan terhadap manusia, sumber daya alam, dan
lingkungan hidup, sehingga diharapkan dapat mempertahankan dan
memantapkan produksi pada tahap optimal dan mendukung pembangunan yang
berkelanjutan melalui pelestarian kemampuan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup dapat tercapai.
Dalam rancangan aktualisasi ini penulis mengangkat isu tentang “Belum
Adanya Sosialisasi Pemanfaatan Agen Hayati Sebagai Pengendalian Hama
Terpadu di Kec. Rakit Kulim”. Selama penulis bertugas dan mengenali
wilayah desa-desa yang ada di kec. Rakit Kulim banyak dijumpai petani petani

2
yang memang belum mengetahui tentang agen hayati itu sendiri. Hal ini dapat
dilihat dilapangan bahwa ketika penulis melakukan tanya jawab secara langsung
pada petani mengenai pengendalian hama penyakit pada tanaman, ternyata
petani masih selalu menggunakan pestisida sebagai solusi untuk pengendalian
hama. Seperti di Desa Keloyang ada beberapa petani yang menanam padi sawah
dan menanam tanaman hortikultura di sekiatan sawah mereka

B. Maksud danTujuan
Tujuan dari pelaksanaan aktualisasi ini adalah:
1. Untuk Individu, Sebagai Aparatur Sipil Negara dapat melaksanakan
tugasnya dan kinerjanya dengan didasari nilai nilai dasar ASN yaitu nilai
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi, dan kegiatan tersebut dapat dilakukan seterusnya.
2. Untuk internal, Dengan adanya penerapan pemanfaatan agen hayati
tricoderma serta pengamatan dan pelaporan hasil pengamatan secara rutin
maka dapat meningkatkan pelayanan mutu dan berkualitas.
Untuk eksternal, Dengan adanya sosialisasi pemanfaatan tricoderma ini
diharapkan petani menjadi mampu dan terus melakukan pengendalian hama
terpadu, serta kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai mutu kinerja
ASN dalam pandangan masyarakat

3
C. Gambaran Umum Instansi

Gambar 1. UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi


Riau

1. Struktur Organisasi

1. Struktur organisasi
UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau
merupakan organisasi unit pelaksana teknis yang berada dibawah Dinas Pangan
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau. UPT dipimpin oleh seorang

4
pejabat sruktural eselon III dengan nama jabatan Kepala UPT. Kepala UPT
dibantu oleh 3 orang pejabat strukturaleselon IV yaitu masing masing 1 orang
Kepala Sub Bagian (Kasubbag) dan 2 orang Kepala Seksi (Kasi). Sruktur
organisasi UPT Perlindungan Tanaman Pangan Provinsi Riau dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 2. Struktur Organisasi UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan
Hortikultura

Kepala DPTPH Provinsi


Riau

Kepala UPT PTPH

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Perlindungan Seksi Pengujian


Tanaman Pupuk,Pestisida dan
Identifikasi OPT

Kelompok Jabatan Fungsional


POPT

2. Visi Misi Organisasi


Berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 42 Tahun 2020 Visi UPT
Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau yaitu

5
“Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Petani Dalam Penerapan Pengendalian
Hama Terpadu (PHT) Pada Sistem Pembangunan Pertanian Berkelanjutan,
Berwawasan Lingkungan, Berbasis Pedesaan dan Berorientasi Agribisnis, Serta
Misi UPT Perlindungan adalah:
1) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan petani tentang
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
2) Menciptakan kondisi yang kondusif untuk terbinanya kemandirian petani
dalam pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
3) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dari hasil usaha
taninya
4) Melindungi petani dan konsumennya hasil pertanian dari akibat samping
penggunaan sarana perlindungan tanaman
5) Mengurangi pencemaran lingkungan dan mempertahankan keaneka
ragaman hayati di ekosistem pertanian
6) Melindungi hak dan kewajiban petani

3. Nilai-nilai Organisasi
Berdasarakan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37 Tahun 2020 tentang
Pengembangan Nilai Budaya Lingkup Kementerian Pertanian yaitu:

a. Komitmen
Indikator nilai komiten, sebagai berikut:
• Mentaati peraturan/Kesepakatan
• Melakukan internalisasi tujuan dan sasaran organisasi
• Menyamakan persepsi dalam langkah kerja
• Konsisten dan loyal terhadap pelaksanaan tugas, dan
• Menepati janji

b. Keteladanan
Indikator keteladanan, sebagai berikut:
• Berperan aktif meningkatkan kinerja

6
• Membangin keterbukaan dan komunikasi
• Menghargai pendapat orang alain
• Bersikap tegas dan berani
• Bersikap peduli
c. Profesionalisme
Indikator profesionalisme , sebagai berikut:
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang tugas
• Melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
• Menyelesaikan pekerjaan sesuai target kinerja
• Melaksanakan pelayanan prima

d. Integritas
Indikator dari integritas, sebagai berikut:
• Bertanggung jawab
• Bertindak sesuai nilai dan norma yang berlaku
• Melaporkan penyimpangan, dan
• Menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar

e. Disiplin
Indikator dari didiplin, sebagai berikut:
• Mentaati ketentuan jam kerja
• Pemakaian seragam dan atribut kerja sesuai peraturan
• Mengikuti upacara
• Menggunakan fasilitas kantor sesuai peraturan

4. Uraian Tugas Jabatan Peserta (SKP)


Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) merupakan unsur yang berhubungan
dengan penilaiaan Prestasi Kerja Pegawai. Sesuai dengan tugas yang diberikan

7
pada setiap CPNS/PNS golongan II Tahun 2021, berikut uraian kegiatan yang
terdalam Sasaran Kinerja Pegawai (SKP):
1. Mengumpulkan data dasar dalam rangka menyiapkan bahan penyusunan
rencana kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk perlindungan
tanaman pangan
2. Mengolah data dasar ke dalam bentuk tabel secara manual/komputer yang
siap dianalisis sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk perlindungan
tanaman pangan
3. Menganalisis data dasar dalam rangka menyiapkan bahan penyusunan
rencana kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk perlindungan
tanaman pangan
4. Menyiapkan tempat, alat dan bahan pengamatan, dan/atau pengendalian
OPT tingkat lapangan sesuai dengan Standard Operational Process (SOP)
yang berlaku untuk perlindungan tanaman pangan
5. Menyiapkan tempat, alat dan bahan pengamatan, dan/atau pengendalian
OPT tingkat laboratorium sesuai dengan Standard Operational Process
(SOP) yang berlaku untuk perlindungan tanaman pangan
6. Melaksanakan Tugas kedinasan lain yang diberikan atasan baik lisan
maupun tertulis

8
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI NILAI NILAI DASAR PNS

A. Konsep Aktualisasi
Aktualisasi berasal dari kata ‘aktual’ yang berarti nyata / benar-benar
terjadi / seseungguhnya ada. Berdasarkan pengertian tersebut aktualisasi dapat
diartikan sebagai suatu proses untuk menjadikan pengetahuan dan pemahaman
yang telah dimiliki dapat menjadi aktual / nyata/ terjadi. Aparatur Sipil Negara
(ASN) merupakan salah satu sumber daya pemerintahan. ASN berperan sebagai
pelayan publik, pelaksana kebijakan publik, dan perekat serta pemersatu
bangsa. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, seorang ASN haruslah
bersikap profesional dalam menjalankan perannya sebagai pelayan publik. Oleh
karena itu, seorang ASN haruslah memahami mengenai wawasan kebangsaan
dan nilai-nilai bela negara serta menanamkan nilai-nilai dasar profesi ASN yaitu
akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi atau
yang diakronimkan menjadi ANEKA dan peran dan kedudukan ASN.

1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


a) Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati
diri bangsa dan kesadaran terhadap sistem nasional yang bersumber dari
pancasila, UUD 1945, NKRI, dan bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat
yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Terdapat 4 (empat) konsesus dasar berbangsa dan bernegara, yaitu:
• Pancasila
Pancasila disampaikan pertama kali secara sistematik oleh Ir. Soekarno
pada tanggal 1 Juni 1945 pada sidang BPUPKI. Pancasila dinyatakan oleh Bung
Karni merupakan Philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafat, pikiran
yang sedalam-dalamnya, merupakan landasan atau dasar bagi negara merdeka

9
yang akan didirikan. Selain berfungsi sebagai landasan bagi kokoh tegaknya
negara dan bangsa, Pancasila juga berfungsi sebagai bintang pemandu atau
Leitstar, sebagai idiologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai
perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa Indonesia
dalam mencapai cita-cita nasional.
• Undang-undang Dasar 1945
Undang-undang mempunyai fungsi yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraankekuasaan tidak bersifat
sewenang-wenang. Dengan demikian hak-hak warga Negara terlindungi.
• Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetapi pada
hakekatnya satu. Meskipun secara keseluruhannya memiliki perbedaan tetapi
pada hakekaktnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia.
• Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tujuan NKRI tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu:
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpuh darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

b) Analisis Isu Kontemporer


Isu merupakan suatu fenomena/kejadian yang diartikan sebagai
masalah, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah
masalah yang dikedepankan untuk ditanggapi; kabar yang tidak jelas asal
usulnya dan tidak terjamin kebenarannya; kabar angin; desas desus. Isu kritikal
dipandang dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah
sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya lesadaran
publik akan isu tersebut.
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda
berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu isu saat ini, isu berkembang, dan isu
potensial. Isu saat merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan

10
sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari
pengambilan keputusan. Isu berkembang merupakan isu yang perlahan-lahan
masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu
tersebut. Sedangkan isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di
ruang publik, namun dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial,
penelitian ilmiah, analisis intelejen, dsb) yang mengidentifikasi adanya
kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan.

c) Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
ileh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi
situasi kerja yang beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikpa dan
tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga
yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat,
dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Pada pasal 27 ayat
3 dan pasal 30 ayat 1 menyatakan bahwa semua warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Untuk melakukan bela negara, diperlukan suatu kesadaran bela negara.
Kesadaran bela negara adalah kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan
berbakti pada negara dan kesedian berkorban membela negara. Kegiatan bela
negara dapat dilakukan dengan menanamkan jiwa kedisiplinan, mencintai tanah
air (dengan menjaga kelestarian hayati), menjaga aset bangsa, menggunakan
produksi dalam negeri, dan beberapa kegiatan fisik dalam rangka menunjang
kesiapsiagaan dan meningkatkan kebugaran fisik.

2. Nilai - Nilai Dasar ASN


a) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai
atau yang dapat dipertanggungjawabkan. Seorang PNS memiliki amanah yaitu
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain:

11
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negar secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukkan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintah ;
5. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel seorang ASN
haruslah memiliki beberapa nilai-nilai dasar seperti: Kepemimpinan,
transparansi, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan dan konsistensi.

b) Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri dan tidak menghargai bangsa lain. Sedangkan nasionalisme
dalam arti luas, yaitu pandanagan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara serta menghormati bangsa lain. Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
air yang didasarkan pada nilai-nilai pancasila.
Prinsip nasionalisme dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan-kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kpentingan
golongan, menunjukkan sikap rela berkorban demi kpentingan bangsa dan
negaranya, bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta
tidak merasa rendah diri, mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiaban anatar sesama manusia dan sesama bangsa, menumbuhkan sikap
saling mencintai sesama manusia, dan mengembangkan sikap tenggang rasa.
ASN sebagai pelaksana kebijakan publik sangatlah penting untuk
memiliki jiwa nasionalisme. Jiwa nasionalisme harus menjadi dasar setiap
gerak langkah dan semangat bekerja untuk bangsa negara. Untuk itu, setiap

12
ASN harus senantiasa taat menjalankan nilai-nilai pancasila dan
mengaktualisasikannya dengan semnagat nasionalisme yang kuat dalam
menjalankan tugasnya sebagai pelaksanan kebijakan publik, pelayan publik, dan
perekat dan pemersatu bangsa.

c) Etika Publik
Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan. Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta
keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya
perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan
keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk
serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang
dianut.
Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip
dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Nilai-nilai dasar etika publik
sebagaimana tercantum dalam Undang-undang ASN, sebagai berikut:
1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi negara pancasila
2. Setia dan mempertahankan Undang-undang dasar negara kesatuan
republik Indonesia 1945
3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak
4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
5. Menciptakan lingkungan kerja yang nin diskriminatif Memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika luhur
6. Mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik
7. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah
8. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun

13
9. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi
10. Mengahargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama
11. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai
12. Mendorong kesetaraan dalam bekerja
13. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

d) Komitmen Mutu
Mutu menurut Edward Deming adalah apapapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan
pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai
komitmen mutu antara lain:
1. Efektif, yaitu tercapainya target yang telah direncanakan, baik dilihat dari
capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga mampu memberikan
kepuasan
2. Efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil
tanpa menimbulkan pemborosan
3. Inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan
4. Berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi individu
terhadap produk atau jasa

e) Anti Korupsi
Kata korupsi dalam bahasa Yunani Corruptio adalah perbuatan yang
tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral, menyimpang dari
kesucian, melanggar norma-norma agama, meterial, mental dan umum.
Kelompok tindak pidana korupsi Menurut UU No. 31/1999 jo UU
nomor 20 tahun 2001, terdapat 7 : (1) Kerugian keuangan negara, (2)Suap-
menyuap, (3) Pemerasan, (4) Perbuatan Curang, (5)Penggelapan dalam Jabatan,
(6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan, (7) Gratifikasi.
Nilai-nilai dasar anti korupsi sebagai berikut :

14
1. Jujur, yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran
2. Peduli, yaitu ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang lain
3. Mandiri, yaitu tidak bergantung terlalu banyak kepada orang lain sehingga
membentuk karakter yang kuat.
4. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuia dengan undang-undang
yang mengatur
5. Tanggung jawab, yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang
kita kerjakan dalam bentuk apapun
6. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target
dari suatu pekerjaan
7. Sederhana, yaitu dapat menerima dengan tulus dan ikhlas terhadap apa
yang telah ada dan diberikan oleh tuhan kepada kita
8. Berani dalam mengatakan atau melapor ke atasana atau pihak yang
berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan
9. Adil, yaitu memandang kebenaran sebagai suatu tindakan dalam
perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.

B. Peran dan Kedudukan ASN Dalam NKRI


1. Manajemen ASN
Sebagai salah satu sumber daya dalam pemerintahan, Aparatur Sipil
Negara (ASN) mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan
masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun
1945.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik.
Dalam penyelenggaraan kebijakan dan manajemn ASN, dikenal adanya asas
proposionalitas yang mengutamanakan keseimbangan antara hak dan

15
kewajiaban ASN. Untuk mendapatkan profil pegawai yang produktif, efektif
dan efisien diperlukan sebuah sistem pengelolaan SDM yang mampu
memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan bagi individu yang bekerja di
dalamnya. Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar
dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal
usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan. Tahapan
pelaksanaan sistem merit dalam beberapa komponen pengelolaan ASN
diantaranya perencanaan kebutuhan pegawai, penilaian kinerja, pengembangan
kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan yang terdapat dalam UU ASN.
Dengan terlaksananya manajemen ASN yang terkelola dengan baik,
maka akan terciptanya pegawai ASN yang unggul dam memiliki nilai
kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan bidang yang ditekuni sehingga
dalam penerapan di tempat kerja diperoleh ASN yang unggul dalam bidangnya.

b) Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu pertama, organisasi
penyelenggara pelayanan publik, kedua, penerima layanan (pelanggan) yaitu
orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan ketiga, kepuasan
yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Prinsip - prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah:
1. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan public yang dibutuhkan masyarakat
pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan

16
dan mengevaluasi hasilnya.
2. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan public, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan public harus menyediakan akses bagi warga negara
untuk mengetahui segala hal terkait dengan pelayanan public yang
diselenggarakan tersebut. Seperti persyaratan prosedur, biaya dan sejenisnya.
Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar besarnya untuk bertanya dan
menyampaikan pengaduan jika masyarakat merasa tidak puas dengan pelayanan
public yang diselenggarakan oleh pemerintah.
3. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan public pemerintah wajib mendengarkan
dan memenuhi tuntutan kebutuhan warganegaranya.
4. Tidak Diskriminatif
Pelayanan public yang diselenggarakan pemerintah tidak boleh membeda
bedakan warganya dangan warga negara yang lain atas dasar perbedaan
identitas seperti status social, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin
difabel dan sejenisnya.
5. Mudah Dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan pblik dimana masyarakat harus memenuhi
berbagai persyaratan dan membayar bonus untuk memperoleh layanan yang
mereka butuhkan harus diterapkanprinsip mudah dan murah. Hal ini
dimaksudkan untuk tidak mencari keuntungan melainkan untuk memenuhi
mandate konstitusi.
6. Efektif Dan Efesien
Efektif dan Efisien penyelenggaraan pelayanan public harus mampu
mewujudkan tujuan tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang
sedikit, dan biaya yang murah.
7. Aksesibel
Pelayanan public yang diselenggarakan pemerintah harus dapat dijangkau
oleh warna negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan dapat dijangkau

17
dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan persyaratan yang harus
dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
8. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka pada masyarakat. Pertanggungjawaban
disini tidak hanya secara formal kepada atasan akan tetapi yang lebih penting
harus dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat laua melalui
media public.
9. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan public harus dapat dijadikan sebagai alat
melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan bagi
kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

c) Whole of Government (WoG)


Whole of Government (WOG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. WoG penting karena diperlukan sebuah upaya
untuk memahami pentingnya kebersamaan dari seluruh sektor guna mencapai
tujuan bersama.
Beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi penting
dan tumbuh sebagai penekatan yang mendapatkan perhaian dari pemerintah:
1. Adanya faktor eksternal seperti dorongan publik daam mewujudkan
intrsi kebijakan, program pembangunan dan pelayaan agar terciptanya
pelayaan yang lebih baik.
2. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas
sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetens antar sektor
dalam pembangunan.
3. Keberaaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, seta bentuk latar
belakang lannya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.

18
C. Isu Aktual
1. Isu Aktual
Pengendali organisme pengganggu tumbuhan (POPT) sebagai ASN yang
merupakan ujung tombak di jajaran perlindungan tanaman ditugaskan secara
penuh untuk melaksanakan pengendalian OPT secara profesional. Berdasarkan
pengalaman penulis menjadi POPT di kecamatan Rakit Kulim, ditemukan
beberapa isu yang ditemukan dalam menjalankan tugas dimana isu tersebut
berkaitan dengan tugas perlindungan tanaman, diantaranya sebagai berikut:

1) Minimnya pengetahuan tentang pengendalian hama terpadu di


kecamatan Rakit Kulim
Pendekatan PHT mengintegrasikan langkah-langkah prefentif dan korektif
untuk menjaga hama agar tidak menyebabkan masalah, dengan bahaya yang
minimal bagi manusia dan komponen lingkungan. Empat prinsip dasar dalam
Pengendalian Hama Terpadu yaitu budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh
alami, pengamatan rutin atau pemantauan dan petani sebagai ahli PHT
Namun pada kenyataannya masih banyak petani yang belum memahami
dan menerapkan PHT di lahan mereka. Dalam rangka meningkatkan produksi
pertanian banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan oleh petani agar produksi
mereka meningkat. Namun dalam upaya peningkatan produksi tersebut petani
sering kali tidak memperhatikan dampak yang timbul akibat penggunaan pestisida
secara berlebihan.

2) Belum adanya sosialisasi pemanfaatan agen hayati sebagai pengendali


organisme pengganggu tumbuhan di Kec.Rakit Kulim
Pengendali hayati merupakan suatu pemanfaatan mikroorganisme yang
bertujuan untuk mengendalikanOrganisme Pengganngu Tumbuhan(OPT). Adapun
kegiatan atau aktivitaas dalam pengendalian hayati yaitu pemberian
mikroorganisme antagonis dengan perlakuan tertentu yang bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah diantaranya dengan memberikan
bahan organik sehingga mikroorganisme antagonis menjadi tinggi aktifitasnya di

19
dalam tanah.Contohnya seperti Tricoderma yang dapat diaplikasikan pada lahan
atau tanah yang berperan dalam merangsang pertumbuhan mikroorganisme
antagonis serta untuk meningkatkan aktivitas penghambat terhadap pathogen.
Pengaruh agensia hayati pada tanaman yaitu kemampuan melindungi
tanaman atau mendukung pertumbuhan tanmana melalui salah stu mekanismenya
yaitu mendukung pertumbuhan tanaman itu sendiri. Sedangkan pengaruh agensia
hayati terhadap pathogen adalah menekan daya tahan dan pertumbuhan patogen
yang mengganggu tanaman.

3) Tingginya penggunaan dan peredaran pestisida kimia di Kec. Rakit


Kulim
Pestisida kimia adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan berbagai macam hama. Peredaran pestisida juga beredar sangat
mudah di wilayah kec.Rakit Kulim, dapat dilihat bahwa di desa-desa sudah
banyak toko pupuk dan pestisida. Namun penggunaan pestisida secara terus
menerus juga dapat meninggalkan residu berbahaya yang dapat merusak
ekosistem di lingkungan pertanaman. Penggunaan pestisida di lingkungan
pertanian menjadi masalah yang dilematis. Hal ini dapat menimbulkan dampak
negatif seperti: Terjadinya resistensi, Resurgensi (Peledakan hama setelah
aplikasi), Kematian musuh alami, Terbentuknya biotipe baru, Kematian organisme
non target, Kerusakan agroekosistem, Dampak terhadap kesehatan manusia.

4) Meningkatnya populasi hama


Timbulnya katahanan hama terhadap pestisida membuat hama masih dapat
meneruskan kehidupannya dan berkembang biak dengan cepat/bermutasi.
Populasi hama ini juga akan berkembang pesat melebihi populasi semula, hal ini
juga disebabkan oleh penggunaan pestisida secara rutin sehingga musuh alami
bagi hama pengganggu tumbuhan pun ikut mati. Kerugian yang dapat ditimbulkan
oleh serangan hama ini adalah berkurangnya hasil produksi dan menurunnya
kualitas hasil panen yang tentunya menurunkan nilai ekonomis pada hasil
panennya yang akan merugikan petani.

20
2. Seleksi Isu
a. Menggunakan Teknik Tapisan APKL
Keempat isu diatas diidentifikasi dengan menggunakan metode APKL
(Aktual, Problematik, Kekhalayakan, Kelayakan), Teknik ini digunakan untuk
menetapkan tiga isu yang berkualitas dengan menatapkan rentan penilaiaan 1-5
pada kriteria yang dijelaskan sebagai berikut:
• Aktual artinya isu tersebut benar benar terjadi dan sedang hangat
dibicarakan masyarakat.
• Problematik artinya isu tersebut memiliki dimensi maslah yang kompleks
sehingga perlu dicarikan solusinya secara komprehensif.
• Kekhalayakan artinya isu tersebut menyangkut hidup orang banyak.
• Kelayakan artinya isu tersebut masuk akal realistis, relevan, dan dapat
dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Dalam penulisan rancangan aktualisasi ini, isu yang telah diidentifikasi
selanjutnya akan dianalisis kelayakannya menggunakan metode APKL.
Tabel analia dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.1 Analisis Isu Aktual Menggunakan metode APKL


No Identifikasi Isu A P K L Kesimpulan
1 Minimnya pengetahuan tentang
Memenuhi
pengendalian hama terpadu di ˅ ˅ ˅ ˅
Syarat
kecamatan Rakit Kulim
2 Belum adanya sosialisasi
pemanfaatan agen hayati sebagai Memenuhi
˅ ˅ ˅ ˅
pengendalian hama terpadu di Syarat
Kec.Rakit Kulim
3 Tingginya penggunaan dan
Memenuhi
Peredaran pestisida kimia di ˅ ˅ ˅ ˅
Syarat
Kec.Rakit Kulim

21
4 Meningkatnya populasi hama Tidak
˅ ˅ ˅ - Memenuhi
Syarat

b. Menggunakan Teknik Tapisan USG


Ketiga isu yang telah memenuhi syarat diatas diidentifikasi lagi dengan
menggunakan teknik tapisan USG ( Urgensi, Seriousness, Growth) yang
umumnya digunakan untuk mencari isu yang menjadi prioritas untuk
diselesasikan. Metode USG menilai suatu isu berdasarkan 3 parameter yaitu:
• Urgency merupakan parameter penilaian seberapa mendesak isu tersebut
harus dibahas, dianalisis dan ditindak lanjuti dikaitkan dengan waktu yang
tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan
masalah penyebab isu.
• Seriousness merupakan parameter seberapa serius isu tersebut harus dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah
yang membuat isu tersebut menimbulkan masalah masalah lain jika isu
tersebut tidak terpecahkan.
• Growth menilai seberapa kemungkinan kemungkinan isu yang ada menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu jika dibiarkan.
Parametaer penilaiaan metode USG yaitu skor 1 sebagai dampak terendah
hingga skor 5 sebagai dampak tertinggi atau terparah, kemudian ketiga
parameter tersebut dijumlahkan dan diambil isu yang memiliki nilai total
tertinggi atau terparah sebagai core issue. Analisis isu dengan mengguanakan
metode USG dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini;

Gambar 2.2 Analisis Isu Aktual Menggunakan Metode USG


No Identifikasi Isu U S G Total
Minimnya pengetahuan tentang
1 pengendalian hama terpadu di 5 4 4 13
kecamatan Rakit Kulim

22
Belum adanya sosialisasi pemanfaatan
2 agen hayati sebagai pengendalian hama 5 5 5 15
terpaadu
Tingginya penggunaan dan peredaran
3 4 5 5 14
pestisida kimia di Kec.Rakit Kulim

Keterangan:
Urgency Seriousness Growth
1: Sangat Tidak Mendesak 1: Sangat Tidak Berpengaruh 1: Sangat Tidak Berdampak
2: Tidak Mendesak 2: tidak Berpengaruh 2: Tidak Berdampak
3: Cukup mendesak 3: Cukup Berpengaruh 3: CukupBerdampak
4: Mendesak 4: Berpengaruh 4: Berdampak
5: Sangat Mendesak 5: Sangat Berpengaruh 5: Sangat Berdampak

3. Penyebab Isu
Untuk menemukan penyebab penyebab terjadinya isu, penulis
menggunakan teknik analisis fishbone diagram. Fishbone diagram dapat dilihat
pada gambar 2.3
Gambar 3 Analisis Penyebab Isu Menggunakan Fishbone Diagr

Belum optimalnya Belum tersedianya


sosialisasi tentang klinik PHT di Minimnya
pengendalian hama kecamatan Rakit Kulim pengetahuan
penyakit
dan penggunaan
agen hayati
sebagai
pengendali
organisme
Pestisida kimia yang Belum tersedianya pengganggu
mudah didapatkan wadah untuk tumbuhan
dan dibeli langsung berkumpul
di tempat terdekat melaksanakan kegiatan
tanpa rekomendasi pelatihan pelatihan PHT

23
Keterangan:
• Belum optimalnya sosialisasi tentang pengendalian hama penyakit
menggunakan agen hayati tricoderma. Hal ini terjadi disebabkan juga oleh
minimnya petugas POPT ahli yang ditugaskan di kabupaten Indragiri Hulu,
sehingga petani dan masyarakat di Kec. Rakit kulim kurang mendapatkan
sosialisasi dan informasi terkait Perlindungan tanaman.

• Belum tersedianya klinik PHT di Kecamatan rakit Kulim, Klinik


Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan salah satu kelembagaan
petani di tingkat kecamatan yang berfungsi memproduksi Agen Pengendali
Hayati di tingkat petani dan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
terkait dengan proses budidaya tanaman di lahan mereka. Keberadaan
klinik ini diharapkan dapat membantu petani dalam dalam pengelolaan
hama penyakit agar tanaman yang petani tanam terhindar dari hama
penyakit.

• Pestisida kimia yang mudah didapatkan dan dibeli langsung di tempat


terdekat tanpa rekomendasi. Hal ini dapat kita lihat bersama bahwa sudah
banyak distributor/sales/reseller pestisida yang berdiri disetiap desa maupun
kecamatan sehingga petani mudah untuk membeli dan menggunakannya
sebagai pengendali hama bagi tanamannya. Telah kita ketahui Bersama
pada dasranya bahan kimia pestisida tersebut dapat menimbulkan dampak
buruk bagi ekosistem di area pertanaman.

• Belum tersedianya wadah untuk berkumpul melaksanakan pelatihan


pelatihan pengendalian hama terpadu. Dalam Pengendalian Hama Terpadu
ada 4 prinsip didalamnya yaitu budi daya tanaman sehat, pemanfaatan
musuh alami, pemantauan atau pengamatan secara rutin dan petani sebagai
ahli PHT.

24
4. Dampak Isu
• Masyarakat akan terus menerus menggunakan pestisida kimia berbahaya
Jika petani tetap terus menggunakan pestisida kimia sebagai solusi untuk
pengendalian hama penyakit maka residu berbahaya akan tertinggal di lahan
pertanaman dan merusak organisme dan musuh alami yang berguna bagi
tanaman.
• Merusak lingkungan hidup
Bahan bahan kimia dalam pestisida akan meninggalkan residu kimia
berbahaya yang apabila digunakan terus menerus dapat mengakibatkan
dampak buruk bagi manusia, hewan dan tumbuhan yang lain atau dapat
merusak ekosistem di lingkungan budidaya tanaman.
• Populasi Organisme Pengganggu Tumbuhan meningkat
para pelaksana budidaya yang tidak memanfaatkan agen hayati sebagai
solusi pengendalian hama penyakit pada tanamannya maka populasi hama
akan meningkat. Hal ini disebabkan hama tersebut resisten terhadap pestisida
kimia yang sering diapikasikan.

D. Gagasan Penyelesaian Isu


Berdasarkan uraian diatas penulis mengangkat isu mengenai “Belum
adanya sosialisasi pemanfaatan agen hayati sebagai pengendali organisme
pengganggu tumbuhan” yang akan diangkat menjadi topik pembahasan dan
judul dalam laporan aktualisasi. Berdasarkan isu yang telah terpilih maka penulis
menemukan gagasan ide kreatif yaitu melakukan “pemanfaatan agen hayati
tricoderma sebagai upaya pengendalian hama terpadu di kecamatan Rakit Kulim”
yang akan dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu:
1. Berkoordinasi dengan mentor, penyuluh pertanian dan pihak terkait
di kec. Rakit Kulim
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Melakukan sosialisasi pemanfaatan agen hayati tricoderma
4. Monitoring dan Evaluasi

25
Unit Kerja : UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Riau
Identifikasi Isu : ~Minimnya pengetahuan tentang perlindungan tanaman
di kecamatan Rakit Kulim
~Belum adanya sosialisasi pemanfaatan agen hayati
sebagai pengendali organisme pengganggu tumbuhan
~Tingginya penggunaan pestisida kimia sebagai
pengendali OPT
Isu Yang Diangkat : Minimnya pengetahuan dan penggunaan agen hayati
sebagai pengendali organisme pengganggu tumbuhan
Gagasan Pemecahan Isu : Pemanfaatan Agen Hayati Tricoderma Sebagai
Upaya Pengendalian Hama Terpadu

Tabel 2.3 Kegiatan I


1. Berkoordinasi dengan mentor penyuluh pertanian dan pihak terkait
di kec. Rakit Kulim
1 Tahapan Kegiatan 1. Meminta saran, masukan dan persetujuan dari
mentor
Dalam kegiatan meminta saran, masukan dan
persetujuan dari mentor saya melakukannya dengan
sikap sopan, jujur untuk mendapatkan kejelasan
dan Kepercayaan judul rancangan aktualisasi
(Etika publik, Akuntabilitas)

2. Berkoordinasi dengan staff Laboraturium


Pengamatan Hama Penyakit
Dalam melakukan koordinasi dengan staff LPHP
kami berbicara dan berdiskusi tentang perlakuan
teknis biang induk agen hayati tricoderma dengan
saling menghormati, sopan dan santun dan saya

26
meminta bantuan biang induk tricoderma dengan
jujur dan penuh tanggung jawab (Anti Korupsi,
Komitmen Mutu dan Etika Publik)

3. Berkoordinasi dengan penyuluh pertanian


kec.Rakit Kulim
Penulis berkoordinasi dengan rasa penuh tanggung
jawab untuk bekerjasama dalam menentukan
lokasi pelaksanaan kegiatan, dan dalam melakukan
kegiatan koordinasi ini kami terhadap tugas pokok
masing di lapangan(Etika Publik, Nasionalisme,
dan Whole Of Government)
2 Output/hasil 1. Dengan meminta saran dan masukan dari
mentor maka penulis dapat menentukan judul
dan tahapan kegiatan dalam rancangan
aktualisasi

2. Setelah berkoordinasi dengan staff


Laboraturium Pengamatan Hama Penyakit
maka penulis dapat mengusulkan permintaan
bahan induk/biang induk agen hayati
tricoderma untuk melaksanakan sosialisasinya

3. Dengan Berkoordinasi dengan penyuluh


pertanian kec.Rakit Kulim maka saya
mendapatkan lokasi sasaran pelaksanaan
kegiatan sosialisasi pemanfaatan agen hayati
tricoderma

27
3 Keterkaitan Akuntabilitas
Substansi Mata Kegiatan koordinasi dengan mentor bertujuan
Pelatihan untuk mendapat kejelasan dan kepercayaan
untuk Menyusun rancangan aktualisasi
Nasionalisme
Dalam melaksanakan koordinasi dengan penyuluh
pertanian di kec. Rakit Kulim, kami sebagai
petugas lapangan saling menghargai terhadap
tugas pokok masing masing
Etika Publik
Dalam meminta saran kepada mentor dan
berkoordinasi dengan saff LPHP penulis selalu
berbicara dengan sopan dan santun serta
bertanggung jawab
Komitmen Mutu
Dalam melakukan koordinasi dengan staff LPHP
kami berbicara dan berdiskusi tentang perlakuan
teknis biang induk agen hayati tricoderma dengan
saling menghormati
Anti Korupsi
Dalam meminta bantuan biang induk tricoderma
penulis melakukannya dengan jujur dan penuh
tanggung jawab (Anti Korupsi)
Whole Of Goverment

4 Keterkaitan Peran Manajemen ASN


dan kedudukan Dalam melakukan kegiatan koordinasi ini penulis
ASN menyampaikan usulan rancangan judul dan
kegiatan aktualisasinya dengan jujur dan penuh
rasa tanggung jawab.
➢ Pelayanan publik

28
Dalam menyampaikan rancangan kegiatan
aktualisasi ini saya menggunakann bahasa yang
sopan dan santun.
➢ Whole Of Goverment
Dalam membuat rancangan aktualisasi ini saya
juga bekerjasama serta berkoordinasi langsung
dengan penyuluh pertanian dan petani
dikecamatan rakit kulim
5 Kontribusi Dengan terlaksananya koordinasi dengan mentor
Terhadap Visi Misi penyuluh pertanian dan pihak terkait maka hal ini
Organisasi telah membantu terwujudnya visi misi UPT
Perlindungan Tanaman yaitu “menciptakan
kondisi yang kondusif untuk terbinanya
kemandirian petani dalam pengelolaan OPT”
6 Penguatan Nilai Dengan terlaksananya kegiatan koordinasi dengan
Nilai Organisasi mentor, penyuluh pertanian dan pihak terkait
maka dapat memperkuat nilai Keteladan dan
Integritas karena kegiatan ini membangun
keterbukaan dan komunisasi dalam mewujudkan
visi dan misi organisasi.

Tabel 2.4 Kegiatan II


2. Menyiapkan alat dan bahan
1 Tahapan Kegiatan 1. Pengumpulan bahan meteri terkait dan
pembuatan bahan tayang untuk sosialisasi
Mengumpulkan refrensi dengan penuh tanggung
jawab, berintegritas dan jujur (akuntabilitas
dan anti korupsi). Informasi yang didapat
merupakan informasi yang jelas, inovatif dan

29
tidak menyesatkan (etika public dan komitmen
mutu). Penulis bekerja keras dengan ikhlas
dalam mencari materi agar dapat melakukan
sosialisasi dengan baik (anti korupsi).
Dalam kegiatan ini saya mencari bahan materi dari
internet buku dan file yang bersumber resmi
dengan penuh tanggung jawab, jujur dan
berintegritas (Akuntabilitas)

2. Membuat buku panduan terkait


pemanfaatan agen hayati
Buku panduan yang akan saya tulis secara
sistematis dan terstruktur dengan bahasa yang
sopan dan santun (Etika Publik), didalamnya
berisi tentang panduan/tahapan tahapan yang jelas
(Akuntabilitas) apa saja yang diperlukan dalam
penggunaan agen hayati

3. Mengambil agen hayati tricoderma di


LPHP Provinsi Riau
Dalam kegiatan mengambil agen hayati
tricoderma di LPHP Provinsi Riau, penulis
melaksankannya dengan jujur dan penuh
tanggungjawab (Anti Korupsi) dan
(Akuntabilitas)

4. Membuat undangan
Kegiatan membuat undangan ini penulis dengan
konsisten dan bertanggung jawab
(Akuntabilitas), undangan ini dibuat agar para
petani terwujudnya sikap saling menghargai

30
(Komitmen Mutu). waktu menetapkan jadwal
untuk pelaksanaan kegiatan. Undangan dibuat
secara tertulis dan disampaikan langsung oleh
penulis (etika public dan anti korupsi).
2 Output/hasil 1. Dengan pengumpulan bahan materi maka
penulis mendapatkan bahan materi terkait
pemanfaatan tricoderma, dan mendapat bahan
tayang
2. Dengan pembuatan buku panduan ini maka
petani akan mendapatkan buku panduan
perbanyakan tricoderma dan aplikasinya
3. Dalam kegiatan pengambilan tricoderma ini
maka penulis mendapatkan biang tricoderma
yang akan di perkembangbiakan secara
mandiri dan dapat di aplikasikan pada tanaman
4. Dengan terlaksananya kegiatan membuat
undangan ini maka penulis dapat mencetak dan
memberikan undangan pelaksanaan kegiatan
sosialisasi pemanfaatan agen hayati tricoderma
pada petani
3 Keterkaitan ➢ Akuntabilitas
Substansi Mata ➢ Mengumpulkan refrensi dengan penuh tanggung
Pelatihan jawab, berintegritas dan jujur (akuntabilitas
dan anti korupsi)
Dalam penulisan buku panduan tentang
tricoderma ini saya bertanggung jawab membuat
dan menulisnya dengan bahan materi yang jelas
sesuai sumber yang terpercaya.
➢ Etika Publik
➢ Informasi yang didapat merupakan informasi yang

31
jelas, inovatif.
Sopan santun dan hormat pada staff LPHP
dalam rangka pengambilan agen hayati
tricoderma.
➢ Anti korupsi
Kemudian ketika meminta bahan agen hayati
tricoderma ini saya ajukan dengan jujur dan
bertanggung jawab sesuai kebutuhan di lapangan

4 Keterkaitan Peran ➢ Managemen ASN


dan kedudukan Dalam pelaksanaan kegiatan ini, maka penulis
ASN menjalin kerjasama d eng a n staff
l ab o ra t u ri aum dan d al am kegiatan ini akan
meningkatkan profesionalitas dan menerima
masukan untuk pembuatan buku panduan tersebut.
➢ Pelayanan publik
Dalam menyiapkan alat dan bahan penulis
menyadari dan bertanggung jawab bahwa
kegiatan ini adalah tugas pokok saya sebagai
pengndali organisme tumbuhan
➢ Whole Of Goverment
Dalam kegiatan membuat buku panduan ini
penulis juga b e kerjasama tidak hanya sesama
rekan kerja, tetapi juga adanya kerja sama
dengan pihak percetakan untuk memperbanyak
leafet tersebut.
5 Kontribusi Dengan terlaksananya kegiatan pembuatan buku
Terhadap Visi Misi panduan tentang pemanfaatan agen hayati tricoderma

Organisasi ini, maka saya ikut mewujudkan misi UPT


Perlindungan Tanaman yaitu “meningkatkan
pengetahuan petani, keterampilan dan kemampuan

32
petani dalam pengendalian OPT”.
6 Penguatan Nilai Dengan terlaksananya kegiatan persiapan alat dan
Nilai Organisasi bahan untuk pelaksanaan kegiatan ini maka
penulis telah memperkuat nilai Profesionalisme
dan Integritas. Hal ini karena pada pembuatan
buku panduan dilakukan dengan menggunakan
sumber yang terpecaya.

Tabel 2.5 Kegiatan III


1. Melakukan sosialisasi pemanfaatan agen hayati tricoderma
1 Tahapan Kegiatan 1. Pembukaan kegiatan
Kegiatan sosialisasi pemanfaatan tricoderma ini
penulis hadir lebih dulu mempersiapkan tempat,
alat dan bahan serta makanan untuk para peserta
(disiplin, Anti korupsi) dan penulis dengan
ramah sopan santun menyambut kedatangan
peserta undangan (pelayanan public), Ketika
peserta sudah memasuki ruangan penulis meminta
peserta untuk mengisi daftar hadir dengan penuh
rasa hormat ( etika public), Pembukaan acara
juga diawali dengan doa agar acara dapat berjalan
dengan lancar ( Nasionalisme sila ke 1)

2. Melakukan sosialisasi pemanfaatan agen


hayati tricoderma
Saat melakukan presentasi materi terkait
pemanfaatan agen hayati tricoderma ini penulis
menjelaskan dengan penuh integritas
(Akuntabilitas) dan tanggung jawab namun tetap
dalam bahasa yang sederhana (Anti Korupsi)

33
sehingga mudah dipahami oleh peserta. Penulis
juga bertanggung jawab (Etika Publik) dengan
seluruh pengetahuannya untuk menyampaikan
secara jelas, transparan, efektif dan efisien
(Komitmen Mutu), kegiatan ini juga dilakukan
secara kekeluargaan dan persamaan derajat
sehingga acara berjalan efektif dan efisien
(Nasionalisme dan Komitmen Mutu)

3. Demo perbanyakan dan pengaplikasian


agen hayati tricoderma pada tanaman
Dalam melaksanakan kegiatan demo ini penulis
memberikan penjelasan (Akuntabilitas) terkait
perbanyakan tricoderma. Penulis bertanggung
jawab untuk mensosialisasikan kegiatan yang
tidak memberatkan petani (akuntabilitas). Ketika
melaksanakan sosialisasi ini penulis membuat sesi
tanya jawab secara terbuka dan saling
menghargai sehingga peserta/petani dapat
memahami materi dan kegiatan pun mendapat
hasil yang baik (etika public)
2 Output/hasil 1. Dengan terlaksananya kegiatan sosialisasi ini
maka petani faham dan mampu menerapkan
Pengendalian Hama Terpadu dengan
menggunakan tricoderma
2. Setelah melaksanakan kegiatan ini maka
petani mendapatkan formula/resep
perbanyakan dan pemanfaatan tricoderma
3 Keterkaitan ➢ Akuntabilitas
Substansi Mata Penulis bertanggung jawab dalam memberikan

34
Pelatihan penjelasan yang mudah difahami dan isi materi
pada buku panduan pemanfaatan agen hayati
tricoderma secara integritas dan jelas mudah
difahami oleh petani
➢ Nasionalisme
Dalam melaksanaan kegiatan ini saya
menciptakan suasana kekeluargaan dan
persamaan derajat sehingga komunikasi menjadi
lebih nyaman.
➢ Etika publik
Dalam sesi tanya jawab penulis bersikap saling
menghargai, hormat dan penuh rasa tanggung
jawab.
➢ Komitmen mutu
Efektif, efisien dalam melaksanakan kegiatan
penggunaan tricoderma di lahan pertanaman. tepat
guna agar manfaat yang didapat menjadi
maksimal serta petani dapat memahami dan dapat
memperbanyak tricoderma ini secara mandiri.
➢ Anti korupsi
Dalam pelaksanaannya penulis bersikap
sederhana dan disiplin agar penggunaan agen
hayati tricoderma ini dapat berjalan lancar serta
dilakukan secara terus menerus oleh petani.
4 Keterkaitan Peran ➢ Managemen ASN
dan kedudukan Penulis bertanggung jawab dalam melaksanakan
ASN kegiatan ini dengan tujuan petani dapat
memahami dan melakukan kegiatan ini secara
terus menerus.
➢ Pelayanan publik
Dalam pelaksanaan kegiatan ini dilakuakan

35
dengan memberikan arahan yang jelas terkait
penggunaan agen hayati tricoderma.
➢ Whole Of Goverment
Dalam pelaksanaan kegiatan ini penulis bekerja
sama dangan petani dalam mempersiapkan alat
dan bahan pengaplikasian tricoderma pada
tanaman

5 Kontribusi Dengan terlaksananya kegiatan sosialisasi dan


Terhadap Visi Misi penerapan Pengendalian Hama Terpadu, penulis
Organisasi turut berkontribusi dalam mewujudnya Misi UPT
Perlindungan Tanaman pada poin 1 yaitu
“Meningktakan pengetahuan, keterampilan
dan kemampuan petani tentang PHT” dan
juga ikut berkontribusi terhadap Visi UPT
perlindungan tanaman yaitu” terwujudnya
kemandiriran masyarakat petani dalam
penerapan Pengendalian Hama Terpadu
(PHT) pada sistem pembangunan pertanian
berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
berbasis pedesaan dan berorientasi
agribisnis” dan “Mengurangi pencemaran
lingkungan dan mempertahankan
keanekaragaman hayati di ekosistem
pertanian”.

6 Penguatan Nilai Dengan terlaksananya kegiatan sosialisai dan


Nilai Organisasi penerapan pengendalian hama terpadu maka hal
ini telah memperkuat nilai Keteladanan (sikap,
perilaku, dan kebiasaan yang ditampilkan akan

36
menjadi perhatian bagi peserta pelatihan), dan
Profesional (melaksanakan tugas sesuai dengan
profesi).

Tabel 2.6 Kegiatan IV


4.Monitoring dan evaluasi
1 Tahapan Kegiatan 1. Monitoring lokasi penerapan agen hayati
tricoderma
Penulis bertanggung jawab untuk melakukan
pengamatan secara berkala sebab ini telah menjadi
keajiban dan tugas pokok penulis sebagai
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
yang hakikinya dikerjakan dengan tulus ihklas
(Akuntabilitas, Etika Publik). Sebagai seorang
POPT penulis dengan konsisten melakukan
pengamatan dan monitoring untuk menunjukan
integritas ASN, dan memberikan rasa percaya
(Akuntabilitas, Anti Korupsi, Pelayanan
Publik). Dan dalam melaksanakan kegiatan ini
penulis Bersama PPl mengutamakan komunikasi
dan kerja sama yang baik (Whole Of
Government, Etika Publik)

2. Evaluasi kegiatan dan membuat laporan


Evaluasi ini dilakukan agar dapat mengetahui
kegiatan ini berhasil atau tidak. Ini merupakan
tanggung jawab penulis (Akuntabilitas dan
Anti Korupsi), Penerapan PHT harus terlaksana
agar tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai
dengan baik (Komitmen Mutu), Saat membuat

37
laporan hasil evaluasi penulis dengan jujur dan
transparan serta profesional menunjukan
integritas seorang ASN (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Anti Korupsi).
Penulis juga bekerja keras agar laporan dapat
selesai dengan hasil mutu yang maksimal
(Akuntabilitas, Komitmen Mutu)

2 Output/hasil 1. Dengan terlaksananya kegiatan monitoring dan


evaluasi maka terwujudlah penerapan
pengendalian hama terpadu dengan
menggunakan agen hayati tricoderma
2. Tewujudnya hasil rancangan aktualisasi

3 Keterkaitan ➢ Akuntabilitas
Substansi ➢ Kegiatan monitoring dan evaluasi dikerjakan
Mata
Pelatihan dengan tulus ihklas, penulis dengan konsisten
melakukan pengamatan dan monitoring, Evaluasi
ini dilakukan agar dapat mengetahui kegiatan ini
berhasil atau tidak. Ini merupakan tanggung
jawab penulis, Saat membuat laporan hasil
evaluasi penulis dengan jujur dan transparan
➢ Nasionalisme
➢ Penulis secara profesional menunjukan integritas
seorang ASN
➢ Etika publik
➢ Tugas pokok penulis sebagai Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan yang
hakikinya dikerjakan dengan tulus ihklas, Dan

38
dalam melaksanakan kegiatan ini penulis Bersama
PPl mengutamakan komunikasi dan kerja sama
yang baik, Bersikap jujur dan terbuka dalam
membuat hasil evaluasi kegiatan aktualisasi.
Komitmen Mutu
Penerapan PHT harus terlaksana agar tujuan dari
kegiatan ini dapat tercapai dengan baik, Penulis
juga bekerja keras agar laporan dapat selesai
dengan hasil mutu yang maksimal
4 Keterkaitan ➢ Managemen ASN
Peran
dan kedudukan Dalam pelaksanaan kegiatan ini penulis dengan
ASN penuh tanggung jawab dan cermat saat
melakukan pengamatan dan monitoring secara
berkala
➢ Pelayanan publik
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai tugas pokok
penulis sebagai Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan, penulis dengan konsisten
melakukan pengamatan dan monitoring untuk
menunjukan integritas ASN, dan memberikan
rasa percaya dan setelah selesainya kegiatan ini
saya berharap pelayanan mutu yang jelas dan
konsisten dalam pendampingan terhadap petani.
➢ Whole Of Goverment
Dalam kegiatan ini penulis juga mengajak
penyuluh pertanian untuk bekerja sama dan
berkoordinasi langsung agar kegiatan dapat
berjalan lancar
5 Kontribusi Dengan terlaksananya kegiatan ini maka
Terhadap Visi Misi membantu terwujudnya misi UPT Perlindungan

39
Organisasi Tanaman pada poin 4 dan 5 yaitu “Melindungi
petani dan konsumen hasil pertanian dari
akibat samping penggunaan sarana
perlindungan tanaman, dan Mengurangi
pencemaran lingkungan dalam
mempertahankan keanekaragaman hayati di
ekosistem pertanian”.
6 Penguatan Nilai Dengan terlaksananya kegiatan maka dapat
Nilai Organisasi memperkuat nilai organisasi profesionaliseme
sebagai POPT karena dalam penerapannya akan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
ASN.

40
4. Jadwal Kegiatan

Dalam melaksanakan kegiatan dan tahapan kegiatan yang telah penulis buat
dalam rancangan aktualisasi ini, peserta Pelatihan Dasar mendapat waktu selama
30 hari kerja untuk melaksanakannya, Rencana pelaksanaan kegiatan dapat dilihat
pada tabel

Tabel 2.7 Jadwal kegiatan Pelaksanaan rancangan Aktualisasi


No Kegiatan November-Desember 2021
M1 M2 M3 M4 M5
Berkoordinasi dengan mentor
1 dan penyuluh pertanian di
Kec. Rakit Kulim

2 Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan sosialisasi
penggunaan agen hayati
3
tricoderma pada tanaman
cabe

Monitoring dan evaluasi


4
kegiatan

41
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam rancangan aktualisasi ini penulis membuat gagasan kretif
“Pemanfaatan Agen Hayati Tricoderma Sebagai Upaya Pengendalian Hama
Terpadu di Kec.Rakit Kulim” gagasan kreatif tersebut penulis membuat 4
kegiatan yang menjadi rancangan aktualisasi dengan melaksanakan kegiatan yang
berkaitan erat dengan nilai-nilai dasar profesi PNS yang akan dilaksanakan mulai
tanggal 10 November-09 Desember 2021 di Kecamatan Rakit Kulim.

B. Saran
Demikian rancangan aktualisasi ini saya buat. Semoga rancangan
aktualisasi ini dapat terlaksana sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat dan
dapat meningkatkan mutu pelayanan sebagai Pengendali Orghanisme Pengganggu
Tumbuhan.
Diharapkan adanya kritik dan saran dari coach, mentor, dan rekan kerja
yang dapat membangun demi terwujudnya kelancaran dan perbaikan dalam proses
aktualisasi yang akan dilaksanakan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Agus Purwanto, Erwan dkk. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Pelayanan
Publik. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Pemerintah Provinsi Riau.


https://distanhor.riau.go.id/profil/struktur-organisasi. (Diakses pada tanggal
31 oktober 2021)

Peraturan Mentri Pertanian Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2020.


Pengembangan Nilai Budaya Kerja Lingkup Kementrian Pertanian. Mentri
Pertanian Republik Indonesia

43

Anda mungkin juga menyukai