Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Aspek Ekonomi Zakat

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah : Ekonomi Zakat
Dosen Pengampu : Irfandi, S.H.I, M.H.

Disusun Oleh :
1. Muhana Rahma 3619045
2. Ida Rahmawati 36190
3. Istiqomah 36190

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAIN) PEKALONGAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat dalam Islam diartikan sebagai aspek sosial keagamaan dan juga
diartikan sebagai sebagai aspek perekonomian guna membantu dalam
pengentasan kemiskinan masyarakat, sehingga zakat dapat difungsikan
sebagai jaminan sosial. Zakat merupakan redistrubusi terhadap pendapat yang
berdampak pada ekonomi masyarakat. Zakat merupakan redistribusi yang
memiliki sifat konsumtif, namun sekarang ini zakat sudah berkembang dalam
instrumen keuangan. Zakat dapat untuk memberikan dorongan pada
produktivitas ekonomi dan dapat memberikan dorongan pada investasi dan
produksi. Dengan demikian, dalam makalah ini akan dibahas mengenai aspek
perekonomian zakat dalam aspek ekonomi zakat mikro dan makro.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek ekonomi mikro dan makro zakat konsumsi rumah
tangga?
2. Bagaimana aspek ekonomi mikro dan makro zakat investasi?
3. Bagaimana aspek ekonomi mikro dan makro zakat produksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek ekonomi mikro dan makro zakat konsumsi
rumah tangga
2. Untuk mengetahui aspek ekonomi mikro dan makro zakat investasi
3. Untuk mengetahui aspek ekonomi mikro dan makro zakat produksi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Zakat dan Konsumsi Rumah Tangga

B. Zakat dan Investasi


Investasi dalam ekonomi Islam merupakan fungsi dari pendapatan
dengan bagi hasil. Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh umat
Muslim yang sudah mencapai nishab dan diberikan kepada orang yang
berhak menerima zakat yakni mustahiq. Zakat merupakan suatu ibadah dan
juga zakat dalam pandangan ekonomi makro dapat dijadikan sebagai suatu
sumber ekonomi dalam suatu negara yang diharapkan dapat mengembangkan
sumber ekonomi yang produktif bagi para fakir miskin, guna fakir miskin
dapat meningkatkan kualitas ekonominya.. Jika zakat masih dikelola sebagai
bantuan konsumtif, maka akan memberikan dampak kekayaan tetap akan
berada pada sisi orang-orang kaya saja. Sehingga hal ini perlu adanya
pengembangan terhadap zakat dalam bentuk investasi yang mana harta zakat
dapat mengalir pada mustahiq zakat.1
Investasi atau dalam bahasa arab disebut al-Istitsmar, yang berasal
dari kata dasar tsamar atau buah-buahan. Investasi secara istilah diartikan
sebagai suatu penambahan modal. Dalam syariat Islam, Investasi artinya
menginvestasikan suatu harta yang dapat dikembangkan dalam produksi
perdagangan, pertanian, industri, ataupun lainnya. Disisi lain, dalam ekonomi
islam, investasi diwujudkan dalam pendayagunaan suatu harta guna
mendapatkan keuntungan dalam pengembangan harta masyarakat guna
kemaslahatan individu atau kelompok.2 Zakat dalam ekonomi Islam
memberikan pengaruh bagi investasi, yakni zakat sebagai pendorong investasi
ketika harta tidak produksi dan zakat yang akan dikenakan pada hasil

1
Djawahir Hejazziey, Zakat Sebagai Sumber Investasi, Jurnal Al-Iqtishad: Volume III, Nomor 2,
Juli, 2011, hlm. 209-210.
2
Ibid., hlm. 221.
investasi. Berikut ini dijelaskan mengenai faktor-faktor investasi yang
memberikan pengaruh terhadap ekonomi Islam, diantaranya sebagai berikut:3
1) Zakat yang dijadikan sebagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh
pemegang aset akibat ketidakproduktifan.
Zakat terhadap Barang Milik Negara (BMN) atau idle assets berkaitan
dengan baik pada konsumsi, ketika BMN dikenakan zakat dengan nilai
yang tinggi maka investasi dalam memproduktifkan aset atau kepemilikan
menjadi tingi.
2) Zakat yang merupakan penerapan bagi hasil.
Penerapan bagi hasil dalam ekonomi Islam guna menjadi pengganti tingkat
bunga pada ekonomi konvensional. Bagi hasil dan investasi memiliki
keterkaitan yang negatif, artinya tingkat dari keduanya akan saling
mempengaruhi dengan tingkat yang sama. Jika tingkat dari bagi hasil (cost
of capital) tersebut semakin tinggi, makan akan berpengaruh pada tingkat
investasinya yang menjadi rendah.
3) Zakat yang dijadikan sebagai hasil investasi.
Pada hasil investasi yang dikenakan zakat dikatakan sebagai cost of capital
atau biaya modal. Sehingga akan memberikan pengaruh pada tingat
investi, yakni pengaruh negatif. Jika tingkat zakat itu semakin tinggi atas
hasil investasi maka mempengaruhi tingkat investasi yang menjadikannya
semakin rendah.

Zakat berdampak positif terhadap investasi yakni dengan


memberikan sanksi pada aktivitas penumpukan dana zakat, sumber daya yang
dianggurkan, dan juga sanksi atas ketidakproduktifan dalam penggunaan aset.
Hal ini dalam perekonomian Islam akan mengakibatkan terjadinya
investment-switching atau pengalihan saldo atas aset yang tidak produktif ke
investasi yang asetnya rill (produktif). Disisi lain, zakat dan investasi dalam
aspek keuangan dibagi atas dua jenis, yakni ekonomi konvensional dan

3
Puskas BAZNAS dan Pusat Ekonomi Bisnis Syariah FEB UI, Zakatnomics: Kajian Konsep
Dasar, (Jakarta Pusat: Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional, 2019), hlm. 55-56.
ekonomi Islam. Dalam ekonomi Islam, penerapan zakat yakni membuat
permintaan investasi pada nilai imbal hasil (expected rate of return ) yang
lebih tiggi dalam ekonomi Islam dibanding ekonomi konvensional.4
Sanksi zakat yang dikenakan dalam ekonomi Islam menyebabkan
biaya peluang yang tadinya tidak menginvestasikan harta namun justru akan
lebih tinggi dalam menginvestasikan harta dibanding dalan ekonomi
konvensional, sebab tingkat pengembalian memiliki potensi untuk diperoleh
dan biaya peluang yang menganggur diperoleh dari zakat yang dikenakan
pada Barang Milik Negara (BMN). Ketika biaya peluang tersebut tinggi,
maka investor-investor akan tertarik pada suatu investasi yang lebih tinggi.5
Jika disajikan dalam bentuk kurva, berikut ini ialah kurva yang
menjelaskan terkait perbedaan atas permintaan terhadap suatu investasi yang
dilakukan dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam. Dalam kurva
berikut digambarkan pada garis biru yang menunjukkan fungsi investasi
ekonomi Islam, dan kuning ditujukkan pada fungsi investasi ekonomi
konvensional.

Dari gambar kurva tersebut dijelaskan bahwa pada tingat return


atau [E(r1)] volume investasi ekonomi Islam lebih tinggi dibanding ekonomi
konvensional, sebab ketika investasi tersebut 0 dalam ekonomi konvensional
maka tidak ada biaya yang ditanggung, hal ini menjadikan investasi tidak
tergerak. Sedangkan dalam investasi ekonomi Islam, apabila tingkat

4
Ibid., hlm. 57.
5
Ibid., hlm 58.
investasinya ialah 0, menjelaskan bahwa terdapat biaya yang harus
ditanggung yakni zakat dalam bentuk Barang Milik Negara (BMN) atau idle
assets. Dapat disimpulkan bahwa tingkat permintaan terhadap investasi akan
meninggi ketika harta yang dikenakan zakat tersebut bergerak bukan pada
tingkat return yang bebas resiko.6 Hal ini, dalam pendistribian zakat harus
diubah dari bentuk konsumtif ke bentuk produktif. Sebab zakat investasi ini
dalam mengembangkan produktifitas zakat atupun pengelolanya dapat
melakukan strategi investasi atau dapat melakukan investasi dengan
pengucuran saham, yakni dengan pemilik dan keuntungannya ialah
mustahiq.7

C. Zakat dan Produksi

a.

6
Ibid., hlm. 58-59.
7
Op.Cit., Djawahir Hejazziey, Zakat Sebagai Sumber Investasi, hlm. 223.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai