Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH INDONESIA

JAKARTA INFORMAL MEETING

Disusun Oleh :

Dwi Ratna Wulandari


Khazelilah Rahmi
Nur Afifa Ramadhan
Khazelilah Rahmi

XII MIPA 2
SMA N 1 TANJUNG JABUNG BARAT
T.P. 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kamboja dan Vietnam merupakan dua negara yang sudah berkonflik cukup
lama hingga menelan banyak korban. Mengutip jurnal ilmiah berjudul Peran
Indonesia dalam Proses Penyelesaian Konflik Kamboja (Periode 1984-1991) yang
ditulis oleh Maradona Runtukahu, konflik antara Kamboja dan Vietnam dipicu oleh
pergolakan dan besarnya ketegangan politik dalam negeri.
Puncak konflik Kamboja-Vietnam terjadi pada akhir 1978 ketika terjadi
bentrokan antara rezim Khmer Merah dengan Vietnam. Dalam bentrokan tersebut
terjadi pembantaian warga keturunan Vietnam di Kamboja yang membuat Vietnam
akhirnya menyerbu Kamboja dengan tujuan menghentikan genosida tersebut.
Rezim Khmer Merah pun akhirnya berhasil digulingkan berkat invasi Vietnam
pada Januari 1979. Kemudian, Vietnam mendirikan rezim baru di Kamboja yang
dipimpin oleh Heng Samrin.
Namun, tindakan ini tentu mendapat penolakan dari berbagai pihak Kamboja
dan menyebabkan perang yang terus berlanjut dan terus memakan korban tanpa ada
tanda-tanda penyelesaian.
Hal inilah yang akhirnya mendorong Indonesia beserta negara ASEAN lainnya
untuk mengupayakan mediasi guna mencari penyelesaian yang damai, adil, dan
menyeluruh. Diprakarsai oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Ali Alatas, Jakarta
Informal Meeting diadakan untuk menyelesaikan konflik Kamboja-Vietnam.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Tujuan Dibentuknya Jakarta Informal Meeting


Tujuan dibentuknya Jakarta Informal Meeting adalah agar Indonesia
berupayauntuk berkontribusi dalam hal perdamaian duni, yaitu dengan
menyelenggarakandiplomasi atau negosiasi untuk konflik yang terjadi di Kamboja.
Penyelesaian konflik inidilakukan dengan cara mediasi, yaitu sebuah tindakan yang
berkenaan untuk memunculkan interventsi untuk membantu menyeleksaikan konflik
dan pertikaiandiantara pihak yang terlibat. Indonesia sebagai salah satu mediator yang
bertindak menjembatani masing-masing pihak yang bersengketa. Sementara itu, demi
mencapainya penyelasaian konflik, dibutuhkan independensi dari masing-masing
negara yang menjadimediator, yaitu dituntut untuk tidak memihak kepada salah satu
pihak yang bersengketa

2.2. Proses dan Hasil Perundingan Jakarta Informal Meeting


Mengemban tugas sebagai "penghubung". Indonesia mampu menjalankan
fungsi tersebut dengan baik. Tercatat pada bulan November 1985, Indonesia
menyatakan kesediaannya untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Cocktail Party
sehingga berhasil mendapatkan kesepakatan Ho Chi Minh City Understanding antara
Menlu RI Menlu Vietnam dan ditindak lanjuti dengan Jakarta Informal Meeting 1
(JIM I). Pertemuan yang merupakan babak baru dalam upaya mewujudkan
perdamaian ini untuk pertama kalinya berhasil mempertemukan masing-masing faksi
yang bertikai di Kamboja. Dengan demikian, Indonesia memainkan peran sentral
dalam upaya mediasi penyelesaian konflik internal di Kamboja ini. Perkembangan
dari pembicaraan tersebut kemudian dilanjutkan melalui Jakarta Informal Meeting II
(JIM II).
Terhitung sejak wacana Cocktail Party direncanakan, hingga penentuan
tanggal pelaksanaan acara, tercatat serangkaian kendala yang berpotensi untuk
menggagalkan penyelenggaraan acara im. Munculnya berbagai kendala ini disebabkan
oleh perbedaant pendapat dan agenda kepentingan masing-masing pihak yang bertikai.
Kendati jalan panjang dan melelahkan harus dilewati untuk merealisasikan rencana
gagasan pertemuan tersebut, akhirnya rencana pertemuan resmi pertama tersebut
berhasil diadakan pada tanggal 25-28 Juli 1988 di Bogor, Indonesia.
Pertemuan yang dikenal dengan Jakarta Informal Meeting 1 (JIM I) ini
menampilkan terobosan untuk pertama kalinya, di mana pihak-pihak yang secara
langsung terlibat di dalam konflik, yaitu keempat faksi, kedua tetangga Indochina dan
enam negara ASEAN bertemu untuk mendiskusikan elemen-elemen mekanisme
penyelesaian awal. Sekalipun pembicaraan antar faksi berjalan cukup alot karena
masing-masing bersikeras mempertahankan posisinya, namun hasil dari pertemuan ini
dinilai cukup efektif untuk menyepakati persepsi dan kesepahaman bersama sehingga
beberapa rekomendasi dapat dilahirkan dengan penekanan pada pemisahan dua isu
yaitu berkaitan dengan invasi Vietnam. Vietnam untuk menarik mundur pasukannya
dari Kamboja sebagai itikad baik penyelesaian konflik, kesepahaman mengenai
pentingnya pencegahan berkuasanya kembali rezim Pol Pot yang telah mengakibatkan
penderitaan bagi rakyat Kamboja, pembentukan kelompok kerja guna membahas
elemen-elemen dasar dari konflik itu sendiri dan menyusun usulan-usulan sebegai
bahan masukan bagi pertemuan selanjutnya.
Dalam rangka menindaklanjuti Jakarta Informal Meeting I (JIM 1), pada
tanggal 16-18 Februari 1989 digelar Jakarta Informal Meeting (JIM II) yang turut
dihadiri oleh negara-negara peserta Jakarta Informal Meeting I (JIM I). Pada
pertemuan ini dapat disepakati berbagai kemajuan yang bersifat teknis sebagai tindak
lanjut dan penyeragaman persepsi dari hasil pertemuan pertama. Beberapa hasil yang
menonjol diantaranya adalah penarikan seluruh pasukan Vietnam yang harus segera
dilakukan dengan batas waktu 30 September 1989 sebagai bagian dari kerangka
penyelesaian politik yang menyeluruh. Kemudian dibahas pula mengenai himbauan
penghentian keterlibatan pihak asing termasuk dukungan militer dan persenjataan
terhadap masing masing pihak yang bertikai di Kamboja.
Demi lancarnya rencana maka perlu dibentuk suatu nisme pengawasan
internasional yang memiliki tanggung jawab untuk memantau jalannya proses 13
perdamaian ini. Selanjutnya adalah penentuan langkah-langkah tepat yang harus
diambil guna mengantisipasi munculnya kembali kebijakan rezim kekerasan dan
kekejaman yang dapat mengakibatkan kesengsaraan masyarakat Kamboja, dan yang
tidak ketinggalan adalah kesepakatan dari setiap pihak untuk dimulainya program
internasional dalam rangka pemulihan dan pembangunan ekonomi di Kamboja serta
negara-negara di kawasan dan pengumpulan dana dalam rangka pelaksanaan proses
perdamaian di Kamboja. Pertemuan ASEAN di Brunei pada tanggal 3 4 Juli 1989
telah memformulasikan suatu pijakan bersama atas konflik Kamboja sebagai hasil dari
pertemuan Jakarta Informal Meeting 1 (JIM I) dan Jakarta Informal Meeting 11 (JIM
II).
Selanjutnya, pertemuan-pertemuan pasca Jakarta Informal Meeting I (JIM I)
dan Jakarta Informal Meeting II (JIM II) mulai melibatkan negara-negara di luar
ASEAN yang menunjukan bahwa upaya untuk mencapai perdamaian di Kamboja
telah mencapai tingkat internasional. Bahkan memasuki tahun 1980 terobosan untuk
mencapai resolusi atas konflik Kamboja yang diperankan oleh Indonesia selaku
mediator tahapan yang lebih progresif lagi dengan adanya partisipasi aktif PBB
melalui Dewan Keamanan dalam berbagai tahapan mediasi. Melalui kesepakatan yang
dicapai pada memasuki Konferensi Internasional Paris Paris International Conference
(PIC), dihasilkan suatu kerangka kerja PBB yaitu dengan dibentuknya Supreme
National Council of Cambodia (SNC). Kemudian dalam rangka mematangkan
kerangka kerja tersebut guna mencapai suatu dokumen akhir tentang penyelesaian
damai yang menyeluruh terhadap konflik Kamboja, digelarlah Informal Meeting on
Cambodia (IMC) I dan II di Jakarta. Akhirnya, setelah melalui proses perundingan
yang panjang dan melelahkan seperti yang telah dijelaskan secara singkat di atas,
maka pada tanggal : 123 3 Oktober 1991, digelarlah Paris International Conference on
Cambodia (PICC) di bawah pimpinan Ketua bersama (Co Chairmen) Indonesia dan
Perancis yang memberi hasil ditandatanganinya dokumen perjanjian Paris.
Kesepakatan ini telah menandai perjuangan akhir dari upaya perdamaian di Kamboja
dan memulai babak baru dalam pemerintahan yang demokratis.

2.2.1. Perundingan Jakarta Informal Meeting I (25-28 Juli 1988)


Pemerintahan Koalisi Demokratis Kamboja atau Coalition Government of
Democratic Kampuchea (CGDK) mengusulkan tiga tahap rencana penyelesaian
Perang Indochina 3, yaitu:
1. Gencatan senjata antara kedua belah pihak,
2. Diturunkannya pasukan penjaga perdamaian PBB untuk mengawasi penarikan
pasukan Vietnam dari Kamboja,
3. Penggabungan semua kelompok bersenjata Kamboja ke dalam satu kesatuan.
Usulan tersebut disetujui dan akan kembali dibahas dalam Jakarta Informal Meeting II

2.2.2. Perundingan Jakarta Informal Meeting II (16-18 Februari 1989)


Keikutsertaan Australia melalui perdana menterinya. Gareth Evans
mengusulkan rancangan Cambodia Peace Plan yang berisi:
1. Mendorong upaya gencatan senjata;
2. Menurunkan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah yang konflik:
3. Mendorong pembentukan pemerintah persatuan nasional untuk menjaga
kedaulatan Kamboja sampai pemilihan umum diadakan.
Berakhimya Jakarta Informal Meeting II ditindak lanjuti dengan kesepakatan
Paris yang menjadi akhir dari rangkaian proses perdamaian Kamboja.
a) Paris Interational Conference on Cambodia (PICC) mengenai Kamboja.
Kesepakatan ini telah menandai perjuangan akhir dari upaya perdamaian di Kamboja
dan memulai babak baru. dalam pemerintahan yang demokratis.
b) Persetujuan tentang penyelesaian masalah politik secara menyeluruh konflik
Kamboja berikut juga lampiran-lampirannya. berupa mandat UNTAC, masalah
militer. pemilihan umum, repatriasi para pengungsi Kamboja, dan prinsip prinsip
konstitusi baru Kamboja.
c) Kesepakatan tentang kedaulatan, kemerdekaan, integrasi wilayah, netralitas, dan
keutuhan nasional Kamboja.
d) Deklarasi mengenai rehabilitasi dan pembangunan Kamboja.
2.2.3. Perundingan Jakarta Informal Meeting III
Pada perundingan Jakarta Informal Meeting III membahas tentang pengaturan
pembagian kekuasaan di antara pihak Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja
dengan Republik Rakyat Kamboja dengan membentuk pemerintah persatuan yang
dikenal dengan nama Supreme National Council (SNC).

2.3. Apa peran Indonesia setelah perundingan Jakarta Informal


Meeting (JIM)
Dewan Keamanan Persenkatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations
(UN) mengapresiasi keberhasilan Indonesia dalam menyelenggarakan Jakarta
Informal Meeting untuk menyelesaikan permasalah di Vietnam dan Kamboja. Seluruh
anggota Dewan keamanan PBB menyetujui pembentukan pemerintahan transisi di
Kamboja dengan membentuk United Nation Transitional Authority in Cambodia
(UNTAC) tanggal 28 Februari 1992 berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB
Nomer 745.
Pasca pembentukan United Nation Transitional Authority in Cambodia
(UNTAC). Indonesia sekali lagi mengambil peran mengirimkan pasukan Kontingen
Garuda XII A XII D yang terdiri 2.000 personil militer ataupun polisi untuk menjaga
transisi pemerintahan di Kamboja.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam pemaparan diatas, memperlihatkan proses lahirnya kebijakan politik
luar negeri Indonesia bebas aktif dan dinamikanya sejak kemerdekaan hingga masa
reformasi, serta peran aktif Indonesia dalam memelihara perdamaian dunia baik di
tingkat regional dan global. Peran tersebut sesuai dengan komitmen bangsa
sebagaimana tertuang dalam alinea keempat UUD 1945, yang menekankan
pentingnya peran Indonesia dalam ikut serta mewujudkan perdamaian dunia yang
berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi.
Indonesia menjalankan politik luar negerinya pada salah satu perundingan
yaitu Jakarta Informal Meeting atau JIM yang bertujuan untuk menyudahi dan
meredakan konflik horizontal antara Kamboja dengan Vietnam. Bahkan setelah
perundingan Jakarta Informal Meeting atau JIM Indonesia mengambil peran
mengirimkan pasukan Kontingen Garuda XII A-XII D yang terdiri 2.000 personil
militer ataupun polisi untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja.
Peristiwa ini membuat Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan
Vietnam dan Kamboja serta menjadi bukti sejarah bahwa Indonesia sangat berperan
dalam menjaga perdamaian di Asia dan bahkan sampai kancah dunia, hal itu patut
perlu diperhitungkan oleh negara lainnya, bahwa Indonesia aktif mengenai misi
perdamaian dunia (Ketua Penandatanganan Damai).
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud. 2013. Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/SMAK kelas XII. Solo: PT


Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Detik com.2022."Sejarah Jakarta Informal Meeting, Berhasil Akhiri Konflik


Kamboja-Vietnam,https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5757087/sejarah-jakarta-in
formal-meeting-berhasil-akhiri-konflik-kamboja-vietnamsejarah-jakarta-informal-mee
ting-berhasil-akhiri-konflik-kamboja-vietnam, diakses pada 16 Febuari 2022, pukul
10:24.

Scribd.2022."Jakarta Informal Meeting",


https://id.scribd.com/document/522187579/7-Jakarta-Informal-Meeting, diakses pada
16 Febuari 2022, pukul 11:15.

Anda mungkin juga menyukai