Anda di halaman 1dari 86

MODUL

PELAKSANAAN PROGRAM
KELOMPOK LANSIA SEHAT BTPN
(KADER KESEHATAN PURNABAKTI)

Penyusun
Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi
Rachma Purwanti, SKM, M.Gizi
Oky Setiarso, SKM, MKM
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Binar Panunggal, S.Gz, MPH
Dewi Marfuah, S.Gz, M.Gizi

Editor:
Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi
Oky Setiarso, SKM, MKM
Zahra Maharani Latrobdiba, S.Gz
Putri Mei Saimima, S.GZ

Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2019
MODUL PELAKSANAAN PROGRAM KELOMPOK LANSIA SEHAT BTPN
(KADER KESEHATAN PURNABAKTI)
iv + 81 hlm.; 18 x 25 cm

ISBN: 978-602-451-617-8

Penulis : Hartanti Sandi Wijayanti… [et al.]


Editor : Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi.
Oky Setiarso, SKM, MKM.
Zahra Maharani Latrobdiba, S.Gz.
Putri Mei Saimima, S.Gz.
Tata Letak : Uki
Desain Sampul : Uki

Cetakan : November 2019

Copyright © 2019 by Penerbit K-Media


All rights reserved

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi


buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris maupun mekanis,
termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan
lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Penerbit K-Media
Anggota IKAPI No.106/DIY/2018
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
e-mail: kmedia.cv@gmail.com

ii
PENGANTAR
Modul ini dipersiapkan untuk Program Kader Kesehatan Purnabakti kerjasama
Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Allianz Indonesia dan Departemen
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang masa kegiatan
tahun 2018.

Juli 2018

ii
DAFTAR ISI
PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
PROGRAM KADER KESEHATAN PURNABAKTI ...............................1
A. DESKRIPSI PROGRAM .................................................................2
B. PERAN DAN TUGAS KADER KESEHATAN PURNABAKTI ..........9
C. PENCATATAN DAN PELAPORAN ..............................................11
PENILAIAN STATUS GIZI LANSIA .....................................................35
A. PENGUKURAN ANTROPOMETRI...............................................35
B. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH ............................................53
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA ...........................................................58
KONSELING GIZI ................................................................................70
TUJUAN KONSELING GIZI ...............................................................73
TAHAPAN KONSELING GIZI ............................................................73
TEKNIK KONSELING ........................................................................77

iii
BAGIAN 1

PROGRAM
KADER KESEHATAN
PURNABAKTI

Disusun Oleh:

Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Rachma Purwanti, SKM, M.Gizi

Oky Setiarso, SKM, MKM

1
A. DESKRIPSI PROGRAM
Kelompok Lansia Sehat BTPN merupakan suatu kelompok dukungan
lansia yang menekankan pada peran Kader Kesehatan Purnabakti untuk
mengajak dan memotivasi lansia untuk hidup sehat, serta memantau
dan memberikan informasi/konseling kesehatan dan gizi lansia. Kader
Kesehatan Purnabakti dipilih dari nasabah purnabakti yang sehat, aktif,
memiliki kepedulian sosial yang tinggi, serta mampu berkomunikasi
dengan baik.
Kelompok Lansia Sehat BTPN melaksanakan aktivitasnya secara
rutin setiap bulan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi kegiatan
pemantauan kesehatan dan gizi, pemberian informasi dan konseling
kesehatan, serta aktivitas kelompok yang dapat dikembangkan sesuai
keinginan anggotanya. Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN
dilaksanakan di kantor cabang BTPN.

1. VISI PROGRAM
Program Kelompok Lansia Sehat BTPN diselenggarakan dengan visi
untuk meningkatkan kualitas hidup lansia yang sehat dan aktif

2. TUJUAN
Program Kelompok Lansia Sehat BTPN bertujuan untuk:

a. Menyediakan wadah bagi lansia untuk beraktivitas, saling


berinteraksi, dan mendapatkan pelayanan kesehatan
b. Memberdayakan lansia sebagai kader kesehatan
c. Meningkatkan pengetahuan terkait gizi dan kesehatan pada lansia
d. Meningkatkan aktivitas fisik pada lansia
e. Meningkatkan pemantauan gizi dan kesehatan untuk lansia

2
f. Menyediakan forum diskusi dan berbagi bagi lansia, terutama
berkaitan dengan peningkatan kesehatan dan kualitas hidup lansia

3. SASARAN
Sasaran program adalah seluruh nasabah Purnabakti BTPN yang ingin
bergabung ke dalam komunitas Kelompok Lansia Sehat BTPN.

4. KEGIATAN KELOMPOK LANSIA SEHAT BTPN

Gambar 1.1. Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN

Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN terdiri dari:


a. Kegiatan Pekan Pertama

Kegiatan di Pekan Pertama berupa Posyandu Lansia. Kader


Kesehatan Purnabakti bertugas dalam bentuk tim, dimana satu tim
terdiri dari minimal 3 orang. Jumlah Kader Kesehatan Purnabakti

3
dengan jumlah 6 orang atau lebih dapat dibagi menjadi dua tim.
Pada pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia, satu tim
melaksanakan tugasnya selama dua hari sehingga apabila
terdapat dua tim, Posyandu Lansia dapat diselenggarakan selama
empat hari.

Kegiatan pada Posyandu Lansia terdiri dari:

1) Pendaftaran, meliputi:
a) Pencatatan data klien
b) Pemberian kartu bantu dan KMS Lansia.
2) Pemantauan Gizi dan Kesehatan, meliputi:
a) Penimbangan berat badan
b) Pengukuran tinggi badan
c) Pengukuran lemak tubuh
d) Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT)
e) Pengukuran tekanan darah
f) Pemeriksaan gula darah, asam urat, kolesterol (jika memenuhi
kriteria tertentu)
g) Pencatatan hasil pengukuran di kartu bantu dan KMS Lansia.
3) Konseling, meliputi:
a) Konseling gizi dan kesehatan
b) Pencatatan pelayanan kesehatan yang diberikan pada kartu
bantu dan KMS Lansia
c) Penyimpanan kartu bantu dan pemberian KMS Lansia kepada
klien

4
Gambar 1.2. Alur Pelayanan Posyandu Lansia di Pekan Pertama

Skema pembagian tugas pada saat Posyandu Lansia sebagai berikut:


1) Apabila satu tim terdiri dari 3 orang, maka pembagian tugasnya
sebagai berikut:
a) Kader I bertugas pada bagian pendaftaran
b) Kader II bertugas pada bagian pemantauan gizi dan kesehatan
c) Kader III bertugas pada bagian konseling
2) Apabila satu tim terdiri dari 4 orang, maka dua orang kader yang
akan bertugas pada bagian pemantauan gizi dan kesehatan
3) Apabila satu tim terdiri dari 5 orang, maka masing-masing dua
orang kader yang akan bertugas pada bagian pemantauan gizi
dan kesehatan serta bagian konseling
b. Kegiatan Pekan Ketiga
Kegiatan Pekan Ketiga merupakan kegiatan kelompok dengan
berbagai jenis kegiatan yang disesuaikan dengan minat anggota
Kelompok Lansia Sehat BTPN.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain,

5
1) Senam bersama
2) Penyuluhan kesehatan
3) Diskusi kesehatan (bertukar cerita) dan Membaca buku
4) Keterampilan, dan lain sebagainya

Gambar 1.3. Contoh Kegiatan Kelompok Pekan Ketiga

5. STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi Kelompok Lansia Sehat BTPN terdiri dari
pengurus dan anggota.
a. Pengurus Kelompok Lansia Sehat BTPN adalah Kader
Kesehatan Purnabakti.
b. Anggota Kelompok Lansia Sehat BTPN adalah klien/nasabah
BTPN yang rutin mengikuti kegiatan Posyandu Lansia di pekan
pertama dan kegiatan kelompok di pekan ketiga dan ditandai
dengan kepemilikan Buku Kesehatan Lansia.

6
6. PELAKSANA KELOMPOK LANSIA SEHAT BTPN

a. Kader Kesehatan Purnabakti


Kader kesehatan purnabakti berperan sebagai pelaksana utama
kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN.
b. Supervisor
Supervisor berperan sebagai pendamping dan pembina bagi
Kader Kesehatan Purnabakti, termasuk berperan dalam
memberikan penyegaran pengetahuan serta keterampilan
kesehatan dan gizi, serta menerima laporan dari Kader. Sebagai
tenaga profesional, supervisor juga dapat membantu memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensinya.
c. Petugas Puskesmas
Petugas Puskesmas berperan sebagai pembina Kelompok Sehat
Lansia BTPN sebagai salah satu Poksila binaan di wilayahnya.
Sebagai tenaga profesional, petugas puskesmas juga dapat
membantu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kompetensinya.
d. Dokter Layanan Kesehatan (LK)
Dokter LK berperan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang
dapat menjadi dokter rujukan ketika terdapat klien yang
membutuhkan rujukan/ penanganan lebih lanjut terkait masalah
kesehatan yang dialami. Dokter LK juga dapat membantu
memberikan pelayanan kesehatan pada saat kegiatan Posyandu
Lansia dilaksanakan.

7
7. LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN

a. Lokasi Pelaksanaan
Kelompok Lansia BTPN diselenggarakan di Kantor Cabang BTPN
di wilayah Semarang, Purwodadi, Pati, Jepara, Kudus, Salatiga,
Surakarta, Sragen, dan Yogyakarta.

JAWA TENGAH

Gambar 1.4. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN

b. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Kelompok Lansia sehat BTPN dilakukan pada waktu
sebagai berikut:
1) Posyandu Lansia di pekan pertama
Posyandu Lansia diselenggarakan 2 hingga 4 hari pada
pekan pertama setiap bulan, sesuai dengan ketersediaan
jumlah tim kader. Satu tim kader yang terdiri dari minimal 3
orang bertugas selama 2 hari. Kegiatan Posyandu Lansia
diselenggarakan pada saat jam kerja kantor BTPN dan
menyesuaikan dengan waktu yang ramai pengunjung.
8
2) Kegiatan Kelompok di pekan ketiga
Kegiatan kelompok diselenggarakan satu kali di pekan
ketiga. Waktu pelaksanaan kegiatan menyesuaikan dengan
kesepakatan antara Kader Kesehatan Purnabakti, anggota
Kelompok Lansia Sehat BTPN, supervisor, dan pihak lain
yang terkait, seperti bank BTPN dan narasumber.

B. PERAN DAN TUGAS KADER KESEHATAN


PURNABAKTI
1. PERAN KADER KESEHATAN PURNABAKTI
a. Memantau status gizi dan kesehatan lansia Purnabakti BTPN
dan melakukan pencatatan data kesehatan
b. Membantu lansia untuk mengatur pola makan yang sehat.
c. Membantu dan mendukung lansia melakukan aktivitas fisik
yang memadai
d. Melakukan konseling, edukasi, dan penyuluhan kesehatan
e. Menjadi fasilitator dalam kegiatan Kelompok Lansia Sehat
BTPN
f. Memotivasi lansia untuk hidup sehat dan mandiri sesuai
dengan kemampuan lansia guna membantu meningkatkan
kualitas hidup lansia.

2. TUGAS KADER KESEHATAN PURNABAKTI


Tugas Kader Kesehatan Purnabakti dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu tugas sebelum hari buka Posyandu Lansia, saat hari
buka Posyandu Lansia di pekan pertama, dan saat kegiatan
kelompok di pekan ketiga.

9
a. Tugas Kader Kesehatan Purnabakti sebelum hari buka
Posyandu Lansia
1) Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu
Lansia
2) Mengajak dan mengingatkan nasabah BTPN untuk datang
ke Posyandu Lansia
3) Membagi tugas antar kader
4) Melakukan koordinasi dengan supervisor, petugas
puskesmas, dokter Layanan Kesehatan (LK), dan BTPN
5) Menyiapkan kartu bantu, KMS lansia dan buku laporan
kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN

b. Tugas Kader Kesehatan Purnabakti saat hari buka


Posyandu Lansia
1) Mendaftar klien yang datang ke Posyandu Lansia
2) Menimbang, mengukur tinggi badan/ tinggi lutut, menilai
indeks massa tubuh (IMT) dan mencatat hasilnya.
3) Mengukur persen lemak tubuh dan mencatat hasilnya.
4) Mengukur tekanan darah klien dan mencatat hasilnya.
5) Mengukur kadar gula darah, asam urat, dan kolesterol klien
ketika diperlukan dan mencatat hasilnya.
6) Memberitahukan hasil pemeriksaan kesehatan,
7) Memberikan konseling
8) Memotivasi lansia agar terus menerapkan perilaku sehat.
9) Mengisi buku laporan kegiatan Kelompok Lansia Sehat
BTPN
10) Melakukan diskusi dengan supervisor untuk evaluasi
kegiatan Posyandu Lansia

10
c. Tugas Kader Kesehatan Purnabakti setelah hari buka
Posyandu Lansia
1) Melengkapi pengisian buku laporan kegiatan Kelompok
Lansia Sehat BTPN.
2) Melakukan persiapan kegiatan kelompok yang akan
dilaksanakan di Pekan Ketiga dan berkoordinasi dengan
pihak terkait, seperti supervisor, narasumber dan bank
BTPN.
3) Mengajak dan mengingatkan anggota Kelompok Lansia
Sehat untuk datang pada kegiatan kelompok

d. Tugas Kader Kesehatan Purnabakti pada Kegiatan


Kelompok di Pekan Ketiga
1) Mendaftar klien yang datang ke pada kegiatan kelompok
2) Memfasilitasi kegiatan kelompok
3) Melaksanakan kegiatan kelompok bersama-sama dengan
anggota Kelompok Lansia Sehat BTPN
4) Mengisi buku laporan kegiatan Kelompok Lansia Sehat
BTPN
5) Melakukan evaluasi bulanan bersama supervisor dan
membuat rencana kegiatan bulan berikutnya.

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Kegiatan pencatatan dilakukan pada KMS Lansia, kartu bantu dan pada
buku laporan kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN. Kegiatan
pelaporan dilakukan setiap bulan.

11
1. PANDUAN PENGISIAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)
LANSIA

a. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007 dan 2013 terlihat bahwa kecenderungan Penyakit Tidak
Menular (PTM) secara nasional meningkat. Begitu pula dengan
penduduk usia 55 tahun keatas, kecenderungan Penyakit Tidak
Menular (PTM) seperti hipertensi/tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus/kencing manis, dan stroke meningkat sejak tahun 2007
hingga 2013. Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah
mendeteksi dan memeriksakan kesehatan secara rutin.
Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia adalah kartu yang memuat
hasil pengukuran antropometri, tekanan darah dan beberapa
pemeriksaan darah seperti gula darah sewaktu, kolesterol total
dan asam urat. Dengan KMS, masalah kesehatan pada lansia
dapat terdeteksi sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat.
KMS lansia ini merupakan modifikasi dari KMS Lansia
Kementerian Kesehatan RI.

2) Fungsi dan Kegunaan KMS


a) Fungsi KMS Lansia
Terdapat 3 (tiga) fungsi utama KMS Lansia, yaitu:
„ Sebagai alat pemantauan kesehatan lansia. Pada KMS
tercantum nilai batas normal dari masing-masing indikator
pemeriksaan, sehingga dapat menjadi acuan apakah hasil

12
pemeriksaan saat ini masih normal, kurang atau lebih.
Dengan hasil pemeriksaan berkala, akan terlihat
perkembangan kesehatan lansia beserta intervensi yang
dirasa tepat untuk menanganinya.
„ Sebagai catatan keluhan lansia dan konsultasi pada
kader/dokter.
„ Sebagai alat edukasi tentang piring makan untuk lansia.

b) Kegunaan KMS Lansia


„ Bagi nasabah/lansia
Dengan pemeriksaan berkala, lansia dapat mengetahui
perkembangan kesehatannya. Apabila ada masalah
kesehatan dapat terdeteksi dan ditangani dengan tepat.
„ Bagi kader
KMS dapat digunakan untuk mencatat hasil pemeriksaan
lansia. Kader dapat memberikan penyuluhan kepada
lansia berdasarkan hasil pemeriksaan dan perilaku bersih
dan sehat serta bila perlu merujuk lansia ke petugas
kesehatan agar dapat pengobatan/penanganan yang
tepat.
„ Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menggunakan KMS untuk
mengetahui hasil pemeriksaan, perilaku bersih dan sehat
serta keluhan lansia. Dengan demikian petugas
kesehatan dapat memberikan penanganan atau
pengobatan yang tepat berdasarkan hasil tersebut. KMS
juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada lansia
tentang pola makan yang harus ditaati dan mengingatkan

13
lansia untuk melakukan pemeriksaan pada bulan
selanjutnya.
b. Penjelasan Umum Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia
KMS Lansia terdiri atas 1 lembar ukuran A3 (2 halaman) dengan 6
bagian di dalamnya.
Halaman 1 terdiri atas 5 bagian, yakni identitas lansia, tabel data
riwayat penyakit tidak menular, table pengukuran, tabel perilaku
bersih dan sehat serta pedoman piring makan untuk lansia.

Gambar 1.5. Halaman Pertama KMS Lansia


14
Halaman 2 terdiri atas 1 bagian, yakni tabel keluhan dan saran
yang diberikan.

Gambar 1.6. Halaman Kedua KMS Lansia

15
c. Langkah-langkah Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia
Langkah-langkah pengisian KMS adalah sebagai berikut:

1) Mengisi identitas lansia pada halaman muka KMS


Tuliskan identitas pasien lansia pada halaman 1 bagian 1:

Rosita Sari

Semarang 0 2 0 2 5 3 6 5

Jl. Ngadirjo Tengah, Ngadirjo, Kec. Mijen, Semarang

0 2 4 X X X X X XX 0 8 X X XXX X X X XX

Identitas pasien. Contoh: Catatan identitas Ibu Rosita


sebagai berikut.
Gambar 1.7. Contoh Pengisian Identitas Pasien

2) Mengisi riwayat penyakit tidak menular pada keluarga dan


pribadi lansia

√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √

Gambar 1.8. Cara Pengisian Riwayat Penyakit Tidak Menular

16
Yang dimaksud dengan riwayat keluarga adalah riwayat penyakit yang
pernah dialami oleh keluarga seperti ayah, ibu, kakek, nenek atau
saudara kandung. Yang dimaksud dengan riwayat pribadi adalah
riwayat penyakit yang pernah atau sedang dialami oleh pasien tersebut.
Beri tanda centang pada kolom “Y” bila mengalaminya; “T” bila tidak
mengalaminya; atau “TT” bila tidak mengetahui riwayat penyakit
tersebut.

3) Mengisi hasil pengukuran lansia


Setelah pasien diukur, hasil pengukuran dituliskan pada
Tabel 2 yang terdapat pada halaman 1 bagian 5.
a) Tuliskan tanggal pengukuran.

b) Tuliskan hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan.

c) Tuliskan hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)


dengan rumus:

d) Tuliskan hasil pemeriksaan lainnya yang diukur

Gambar 1.9. Contoh Pengisian Tabel Hasil Pengukuran


17
4) Mengisi tabel perilaku bersih dan sehat lansia sesuai
indikator
Pada tabel perilaku bersih dan sehat, pengisian perilaku merokok
dan cuci tangan diisi sesuai yang dilakukan pasien satu hari
sebelumnya. Misalkan pengukuran pada tanggal 04 Mei 2018,
maka kader menanyakan apakah pasien melakukan perilaku/
indikator tersebut kemarin (03 Mei 2018).
Contoh: “Apakah Ibu Rosita merokok kemarin?; Apakah Ibu Rosita
cuci tangan sebelum makan kemarin?; dan seterusnya.”
Pengisian tabel aktivitas fisik, makan sayur dan buah diisi sesuai
yang dilakukan pasien pada satu minggu terakhir.
Contoh: “Dalam seminggu terakhir, berapa kali Ibu Rosita
melakukan aktivitas fisik?”

Gambar 1.10. Contoh Pengisian Tabel Perilaku Bersih dan Sehat

18
5) Mengisi keluhan dan saran yang diberikan

Selain hasil pengukuran, pasien juga dapat digali informasi


seputar kesehatannya, seperti keluhan yang dirasakan, rutinitas
minum obat tanda-tanda gangguan kesehatan dan psikologis,
misalnya penglihatan mulai kabur, sulit mengunyah, kaki dan tangan
terasa baal, sering gelisah, merasa kesepian dan sebagainya. Adapun
saran yang diberikan dapat disesuaikan dengan hasil pengukuran dan
keluhan pasien. Bila pasien memerlukan tindakan lebih lanjut dapat
disarankan untuk konsultasi ke petugas kesehatan.

1 04/05/18 1) Tekanan darah 1. Tetap terapkan Nama Kader


tinggi pola makan gizi
2) Gula darah seimbang
sewaktu diatas 2. Konsultasi ke
normal dokter
3) Tangan terasa baal

Gambar 1.11. Contoh Pengisian Tabel Keluhan dan Saran yang Diberikan

19
d. Penjelasan Umum Isi Piringku untuk Lansia

Gambar 1.12. Isi Piringku untuk Lansia

Berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang Tahun 2014, terdapat 4 (empat)


pilar Gizi Seimbang, yaitu:
1) Mengonsumsi makanan beragam
Penerapan makanan beragam adalah mengonsumsi berbagai
kelompok makanan yang terdiri atas makanan pokok (seperti
nasi, kentang, jagung, singkong, ubi), lauk-pauk (protein hewani
seperti ikan, telur, ayam, daging sapi, susu dan protein nabati
seperti tempe, tahu dan kacang-kacangan), sayuran dan buah-
buahan. Cukupi juga kebutuhan cairan dengan minum air putih.

20
2) Membiasakan hidup bersih
Salah satu cara membiasakan hidup bersih adalah mencuci
tangan pakai sabun dan air mengalir. Pastikan mencuci tangan
sebelum makan atau sebelum memperiapkan makanan.

3) Melakukan aktivitas fisik


Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
penegluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas
fisik sebaiknya dilakukan selama 30 menit minimal 3-5 hari
dalam seminggu.

4) Mempertahankan dan memantau berat badan normal


Yang dimaksud berat badan normal adalah Indeks Massa
tubuh (IMT) termasuk dalam kategori normal, yaitu 18,5 – 25,0
kg/m2. Dianjurkan untuk menimbang berat badan minimal
sebulan sekali.

Anjuran Komposisi Isi Piringku dalam setiap kali makan adalah:


1) Makanan pokok sebanyak 2/3 bagian dari ½ piring (setara
dengan 3 centong nasi);
2) Lauk-pauk sebanyak 1/3 bagian dari ½ piring (setara dengan 1
butir telur ayam dan 2 potong sedang tempe);
3) Sayuran sebanyak 2/3 bagian dari ½ piring (setara dengan 1
mangkuk sedang sayuran); dan
4) Buah-buahan sebanyak 1/3 bagian dari ½ piring (setara dengan
1 buah pisang ambon).

21
2. KARTU BANTU
Kartu bantu merupakan kartu yang digunakan untuk
mempermudah mencatat data klien saat mendapatkan pelayanan
kesehatan di Posyandu Lansia. Kartu bantu berisi data identitas
klien, data hasil pemeriksaan klien, serta pelayanan kesehatan yang
diterima klien. Kartu bantu diisi oleh masing-masing kader di setiap
meja. Informasi dari kartu bantu kemudian akan disalin pada Buku
Laporan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN.
Pengisian kartu bantu dilakukan oleh kader di masing-masing
meja sebagai berikut:
- Kader di bagian pendaftaran mengisi data identitas klien, dan
menyerahkan kartu bantu kepada klien
- Kader di bagian pemantauan gizi dan kesehatan menerima
kartu bantu dari klien, mengisi kartu bantu dengan hasil
pemeriksaan kesehatan, dan menyerahkan kembali kartu bantu
kepada klien
- Kader di bagian konseling menerima kartu bantu dari klien,
mengisi kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
klien (misal. topik konseling yang diberikan untuk klien), dan
menyimpan kartu bantu.

22
3. BUKU LAPORAN KEGIATAN KELOMPOK LANSIA
SEHAT BTPN
Buku Laporan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN
merupakan buku yang berisi data mengenai kegiatan Kelompok
Lansia Sehat BTPN yang rutin dilaksanakan setiap bulan. Data
tersebut antara lain mencakup data klien penerima manfaat, jenis
pelayanan kesehatan yang diperoleh, serta kegiatan komunitas yang
dilaksanakan.
Buku Laporan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN
sebagai suatu bentuk kegiatan pelaporan mempunyai fungsi yang
penting, antara lain sebagai:
9 Sumber informasi mengenai status gizi dan kesehatan klien
9 Indikator keberhasilan bagi penyelenggara program, baik kader,
supervisor, BTPN, maupun Universitas Diponegoro
9 Bukti dan bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan

23
9 Evaluasi dan pembelajaran untuk peningkatan penyelenggaraan
program

a. Bentuk pelaporan yang dilakukan kader


Bentuk pelaporan yang dilakukan kader berupa 4 formulir yang
terdapat dalam buku Laporan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat
BTPN. Format Buku Laporan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat
BTPN yang diisi oleh kader meliputi :
1) Formulir 1: Data Klien Posyandu Lansia BTPN
Formulir 1 diisi hanya untuk mendata klien saat pertama kali
datang (bulan-bulan berikutnya tidak perlu didata lagi).
2) Formulir 2: Data Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia
BTPN
Formulir 2 diisi setiap kali kegiatan Posyandu Lansia
dilaksanakan. Formulir 2 berisi informasi hasil pemeriksaan
setiap klien yang mendapatkan pelayanan pada satu hari buka
Posyandu. Formulir 2 dapat diisi oleh kader kesehatan
purnabakti setelah kegiatan Posyandu selesai dilaksanakan,
dengan menyalin data dari kartu bantu.
3) Formulir 3: Data Kegiatan Kelompok
Formulir 3 berisi deskripsi kegiatan kelompok yang
dilaksanakan pada pekan ketiga setiap bulan
4) Formulir 4: Rekapitulasi kegiatan kader kesehatan
Formulir 4 berisi ringkasan semua kegiatan yang telah
dilaksanakan oleh Kader Kesehatan BTPN dalam satu bulan

b. Alur Pelaporan
Laporan kegiatan diberikan oleh kader kepada supervisor pada
pekan ketiga setiap bulan. Laporan kegiatan yang diberikan akan

24
menjadi bahan untuk diskusi dan evaluasi bersama-sama
mengenai perkembangan kondisi lansia dan dampak pelaksanaan
program, serta sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut
yang akan dilaksanakan pada bulan berikutnya.

Gambar 1.14. Alur Pencatatan dan Pelaporan Kegiatan Kelompok Lansia Sehat BTPN

25
Formulir 1 #KaderKesehatanBTPN
DATA KLIEN POSYANDU LANSIA BTPN
AREA:

No Jenis
Nama Lengkap Tgl lahir Riwayat penyakit
No Tanggal Rekening/ Kelamin Alamat Nomor Telepon
(sesuai KTP) (sesuai KTP) sebelumnya
E Karip (L/P)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Diketahui oleh,

….…………, ……………………………………………

Supervisor
Area :
________________________________________
26
Keterangan

Kolom Penjelasan
Kolom 1 diisi dengan nomor urut lansia (mulai dari nomor 1, 2, dst)
Kolom 2 diisi tanggal sesuai waktu penyelenggaraan dengan format tgl/bln/thn
Kolom 3 diisi nomor rekening / nomor E Karip, jika klien adalah nasabah btpn
Kolom 4 diisi dengan nama lengkap sesuai KTP
Kolom 5 diisi jenis kelamin (L/P)
Kolom 6 diisi tanggal lahir sesuai KTP dengan format :tgl/bln/thn
Kolom 7 diisi alamat tempat tinggal (nama jalan, kelurahan/desa, kecamatan, kab/kota)
Kolom 8 diisi dengan nomor hp/telepon
Kolom 9 diisi dengan menyebutkan penyakit yang pernah diderita
Kolom 10 diisi tanda tangan supervisor (pada kunjungan tiap bulan)

27
Formulir 2 #KaderKesehatanBTPN
DATA PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU LANSIA BTPN

AREA : TANGGAL :
___________________________ ____________________________________

Hasil Pengukuran Hasil Pemeriksaan


Tgl lahir Pelayanan
No No Rek/ Nama Lengkap JK
(sesuai % yang Ket.
urut E Karip (sesuai KTP) (L/P) BB TB IMT Tekanan Gula Asam Koles-
KTP) lemak diberikan
Darah Darah Urat terol
tubuh
(kg) (cm) (kg/m2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Diketahui oleh,
….………….., …………………………………………………….. ….………….., ……………………………………………………..

Supervisor Kepala Cabang BTPN


Area : ______________________________________ Area : ________________________________________

28
Keterangan:

Kolom Penjelasan
Kolom 1 diisi dengan nomor urut lansia (mulai dari nomor 1, 2, dst)
Kolom 2 diisi nomor rekening / nomor E Karip nasabah
Kolom 3 diisi dengan nama lengkap sesuai KTP
Kolom 4 diisi jenis kelamin (L/P)
Kolom 5 diisi tanggal lahir sesuai KTP dengan format :tgl/bln/thn
Kolom 6 diisi hasil penimbangan berat badan dalam kg, maksimal penulisan 1 angka dibelakang koma, misal 45,5
Kolom 7 diisi hasil pengukuran tinggi badan dalam satuan cm, maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 8 diisi dengan hasil perhitungan IMT. Maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 9 diisi persen lemak tubuh hasil pemeriksaan kesehatan, maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 10 diisi tekanan darah hasil pemeriksaan kesehatan, maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 11 diisi kadar gula hasil pemeriksaan kesehatan, maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 12 diisi kadar asam urat sesuai hasil pemeriksaan kesehatan, maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 13 diisi kadar kolesterol hasil pemeriksaan kesehatan, maksimal penulisan 1 angka di belakang koma
Kolom 14 diisi pelayanan yang diberikan selain pemeriksaan kesehatan yang rutin diberikan (misal konseling dengan topik tertentu).
Kolom 15 diisi dengan informasi penting yang belum termuat dalam kolom lain.

29
Formulir 3 #KaderKesehatanBTPN
KEGIATAN KELOMPOK (PEKAN KETIGA)
KADER KESEHATAN
AREA :
_______________________________ Bulan : _____________________________________

Jumlah
No Tanggal Nama kegiatan Pengisi acara Uraian kegiatan Lain-lain
peserta
1 2 3 4 5 6 7

Diketahui oleh,
..................., …………………………………………… ..................., ……………………………………………

___________________________________ _____________________________________________
Supervisor Kepala Cabang BTPN
Area : _____________________________ Area : ________________________________________

30
Formulir 4 #KaderKesehatanBTPN

Keterangan:
Kolom Penjelasan
Kolom 1 diisi nomor kegiatan dalam pekan ketiga tiap bulan
Kolom 2 diisi tanggal kegiatan
Kolom 3 Diisi nama kegiatan
Kolom 4 diisi jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan
Kolom 5 diisi nama pengisi acara
Kolom 6 diisi uraian/ deskripsi kegiatan yang diselenggarakan
Kolom 7 diisi bila ada keterangan penting lain yang belum termuat dalam kolom-kolom sebelumnya

31
REKAPITULASI KEGIATAN TEAM KADER KESEHATAN
AREA: __________________________ BULAN: _____________________________

Aktivitas
No Pelaksanaan Keterangan
Satu Dua Tiga Empat Lima Enam
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Tanggal Kegiatan
2 Lokasi
3 Nama Kegiatan **
4 Jumlah Klien
5 Jumlah Petugas
a. Kader
b. Supervisor
c. Puskesmas
d. Dokter LK
e. Lainnya
6 Keterangan
7 Diketahui oleh *
* perwakilan BTPN = tanda tangan
Diketahui oleh,
................, …………………………………….. ................, ……………………………………………

______________________________ ____________________________________
Supervisor Kepala Cabang BTPN
Area : ________________________ Area : ______________________________

32
Keterangan:
Kolom Penjelasan
Kolom 3: diisi aktivitas pertama yang dilakukan pada 1 bulan, informasi yang diisikan mengikuti keterangan baris
Kolom 4: diisi aktivitas kedua yang dilakukan pada bulan yang sama dengan aktivitas 1
Kolom 5-8 diisi aktivitas yang dilakukan berikutnya sesuai jumlah kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 1 bulan
Kolom 9: Memuat keterangan penting lain yang belum termuat dalam kolom-kolom sebelumnya

33
BAGIAN 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN
KADER KESEHATAN
PURNABAKTI

Disusun Oleh:
Choirun Nissa, S.Gz, M.Gizi
Deny Yudi Fitranti, S.Gz, M.Si
Binar Panunggal, S. Gz, MPH
Dewi Marfu’ah Kurniawati, S. Gz, M. Gizi

Editor:
Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi
Oky Setiarso, SKM, MKM
Zahra Maharani Latrobdiba, S.Gz

34
PENILAIAN STATUS GIZI LANSIA
Penilaian status gizi berfungsi untuk melihat bagaimana kondisi
kecukupan gizi pada tubuh sesorang. Berikut akan dipaparkan contoh dan
cara-cara pengukuran status gizi.

A. PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Antropometri merupakan penentuan status gizi dengan menilai ukuran
dan komposisi tubuh. Metode pengukuran ini dilakukan karena pada lansia
terjadi perubahan struktur dan komposisi tubuh serta penurunan fungsi organ
tubuh. Beberapa contoh pengukuran antropometri yaitu pengukuran berat
badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT).

1. BERAT BADAN
Berat badan adalah salah satu pengukuran massa tubuh. Penentuan
berat badan dilakukan dengan cara penimbangan.

Gambar 1. Timbangan Digital

35
Cara Menimbang Berat Badan
x Gunakan timbangan injak digital.
x Timbangan ditempatkan pada alas
yang keras dan datar
x Pastikan angka timbangan
menunjuk angka nol dengan satuan
kg (kilogram).

x Subjek menggunakan pakaian yang


tipis dan melepaskan segala
asesoris seperti jam tangan, gelang,
ikat pinggang, alas kaki.

x Subjek berdiri dengan tenang dan


tegap di tengah timbangan dengan
kepala menghadap ke depan tanpa
berpegangan.

x Catat hasil penimbangan

36
2. TINGGI BADAN
Pengukuran tinggi badan diperlukan untuk dikombinasikan dengan
berat badan dalam menentukan status gizi seseorang.

Membaca angka
pengukuran dari arah
bawah

Gambar 2. Cara Membaca

Gambar 3. Microtoise

37
Cara Mengukur Tinggi Badan

x Hanya menggunakan
microtoise

x Pilih bidang vertikal yang


datar (misalnya tembok)
sebagai tempat untuk
meletakkan

x Memasang microtoise:

Letakkan microtoise pada


lantai dan tahan Æ tarik
ujung meteran hingga 2
meter ke atas secara
vertikal/lurus hingga
Microtoise menunjukkan
angka nol.

x Pasang penguat seperti


paku dan lakban pada
ujung Microtoise agar
posisi alat tidak bergeser
(hanya berlaku pada
Microtoise portable).

38
x Mintalah subjek yang akan
diukur untuk melepaskan
alas kaki (sepatu dan kaos
kaki) dan melonggarkan
ikatan rambut atau topi
(bila ada)

x Persilahkan subjek untuk


berdiri tepat di bawah
Microtoise.

x Pastikan posisi subjek:

¾ Berdiri tegap

¾ Pandangan lurus ke
depan

¾ Kedua lengan berada di


samping

¾ Posisi lutut tegak / tidak


menekuk

¾ Telapak tangan
menghadap ke paha
(posisi siap)

¾ Kepala, punggung,
bokong, betis dan tumit
menempel pada bidang
vertikal/tembok

Subjek dalam keadaan rileks.

39
x Turunkan Microtoise
hingga mengenai /
menyentuh rambut subjek
namun tidak terlalu
menekan (pas dengan
kepala) dan posisi
Microtoise tegak lurus.

x Posisi mata pengukur


harus sejajar dengan
angka hasil pengukuran

x Catat hasil pengukuran

40
Gambar 4. Posisi Saat Pengukuran Tinggi Badan

41
TINGGI LUTUT
Tinggi Lutut digunakan untuk mengetahui perkiraan tinggi badan lansia atau
pasien yang tidak dapat berdiri.

Sisi tetap Sisi gerak

batang kaliper

Gambar 5. Alat Pengukur Tinggi Lutut

Gambar 6. Posisi Pengukuran Tinggi Lutut

42
Cara Mengukur Tinggi Lutut

x Subjek duduk di meja


pemeriksaan atau kursi
dengan kaki menggantung

x Pemeriksa berjongkok
kemudian mengangkat kaki
subjek dengan tangan
hingga membentuk sudut
90q

x Pasang alat pengukur


dengan posisi “sisi kaliper
tetap” diletakkan di bawah
tumit dan “sisi gerak
kaliper” di atas paha

x Tarik “sisi gerak kaliper” ke


arah bawah hingga
menyentuh permukaan
atas paha, kurang lebih 5
cm dari tempurung lutut (di
bagian tertinggi tulang
lutut)

x Posisikan batang kaliper


sejajar betis

43
x Pengukuran dilakukan saat
sisi yang bergerak
ditekankan di atas paha

x Catat hasil pengukuran

x Hasil pengukuran dalam


cm dikonversikan menjadi
tinggi badan menggunakan
rumus Chumlea

44
Gambar 7. Cara Pengukuran Tinggi Lutut

3. INDEKS MASSA TUBUH (IMT)


Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan hasil dari perhitungan
kombinasi sederhana antara berat badan dan tinggi badan yang hasilnya
menjadi kategori status gizi. Nilai IMT tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Penggunaan IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa
dan lansia, tidak dapat digunakan bagi bayi, balita, anak usia sekolah,
wanita hamil dan olahragawan/atlet.

45
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berikut adalah klasifikasi berat badan berdasarkan IMT pada orang
Indonesia menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
RI).

Status Gizi Kategori IMT


Kekurangan berat badan tingkat < 17,0
berat
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat 25,1 – 27,0
Gemuk ringan
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

46
PERSEN LEMAK TUBUH
Persen lemak tubuh menggambarkan kondisi massa lemak tubuh
secara umum, baik lemak subkutan (lemak bawah kulit) maupun
lemak viseral (lemak pada organ). Persen lemak tubuh menunjukkan
jumlah dari massa lemak tubuh dibandingkan dengan berat total
seluruh tubuh.

Salah satu cara ukur persen lemak tubuh menggunakan Body


Composition Monitor. Alat ini berbentuk seperti timbangan berat badan
digital. Agar dapat mengukur persen lemak tubuh, data subjek seperti
umur, jenis kelamin dan tinggi badan harus dimasukkan terlebih
dahulu.

Gambar 8. Body Composition Monitor

47
Cara Menggunakan Body Composition Monitor

A. Mempersiapkan alat

1. Pasang 4 baterai jenis A3 di bagian


belakang alat

2. Pastikan alat dalam keadaan on


dengan menyentuh tombol berlambang

3. Memasukkan data subjek berupa umur,


jenis kelamin dan tinggi badan. Agar
data dapat masuk, ada 2 pilihan yaitu
mode personal profil number dan mode
guest. Gunakan atau untuk
memilih mode, dilanjutkan tekan
lambang .
a. Mode Personal Profil Number Æ alat
dapat menyimpan sampai 4 set
subjek. Gunakan nomor ini untuk
memasukkan data identitas ketika
melakukan pengukuran. Bila “0,00

48
kg” ada di tampilan, artinya data
personal telah tersimpan. Bila telah
selesai digunakan, hapus data
identitas tersebut.
b. Mode guest Æ bila data personal
tidak ingin disimpan.
4. Masukkan data usia dengan cara
gunakan atau untuk memilih usia.
Rentang usia 10-80 tahun. Selanjutnya
tekan lambang . Data usia telah
tersimpan, dan selanjutnya simbol jenis
kelamin akan terlihat pada display
5. Masukkan data jenis kelamin dengan
cara gunakan atau untuk memilih
jenis kelamin. Selanjutnya tekan
lambang . Data jenis kelamin telah
tersimpan, dan selanjutnya simbol
tinggi badan akan terlihat pada display

6. Masukkan data tinggi badan dengan


cara gunakan atau untuk
mengubah tinggi badan. Selanjutnya
tekan lambang . Rentang tinggi badan
100 – 199,5cm. Data tinggi badan telah
tersimpan.

49
B. Melakukan Pengukuran

1. Pastikan dalam keadaan 0,0 kg

2. Injak dan tempatkan kaki pada elektroda


kaki dengan berat badan berimbang pada
kaki kanan dan kiri. Tetap tenang dan tidak
bergerak sampai pengukuran selesai. TIDAK
BOLEH menimbang dengan posisi sbb :

50
3. Display akan menunjukkan data berat badan
dan data berat badan akan berkedip 2 kali.
Alat akan mengukur komposisi tubuh

4. Selama pengukuran komposisi tubuh,


tanda akan bergerak yang menunjukkan
pengukuran sedang berlangsung.

5. Ketika pengukuran telah selesai, data berat


badan akan terlihat lagi. Subjek dapat turun
dari alat.

51
C. Membaca Hasil Pengukuran

Gunakan
panah untuk
mengganti
tampilan

Berat badan Klasifikasi persen


lemak tubuh

Klasifikasi IMT Klasifikasi tingkat


lemak visceral

Metabolisme Basal Klasifikasi persen otot


skelet

Umur tubuh

52
Kategori Persen Lemak Tubuh*

Jenis - 0 + ++
kelamin (Rendah) (Normal) (Tinggi) (Sangat Tinggi)

Wanita 5,0 – 19,9 20,0 – 29,9 30,0 – 34,9 35,0 – 50,0

Pria 5,0 – 9,9 10,0 – 19,9 20,0 – 24,9 25,0 – 50,0

*) nilai obesitas berdasar Lohman (1986) dan Nagamine (1972)

B. PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Pengukuran tekanan darah yang akurat menjadi kunci penting untuk


mendiagnosis tekanan darah tinggi/hipertensi. Tidak disarankan untuk
melakukan pengukuran tekanan darah setelah aktivitas fisik (misal berlari
atau naik tangga) karena dapat mempengaruhi pengukuran. Pengukuran
baru dapat dilakukan setidaknya 5 menit setelah istirahat tenang.

Terdapat 2 pengukuran tekanan darah, yaitu:

x Tekanan darah sistolik


- Merupakan tekanan tertinggi terhadap dinding arteri saat
jantung memompa darah (jantung berdetak)
- Ditulis di depan
- Nilai normal biasanya sekitar 110 – 120 mmHg

53
x Tekanan darah diastolik
- Merupakan tekanan terendah terhadap dinding arteri saat
jantung relaksasi dan terisi darah (jantung istirahat diantara
detakan jantung)
- Nilai normal biasanya 70 dan 80 mmHg.
Pengukuran tekanan darah dapat menggunakan tensimeter digital. Alat
ini dapat memberikan nilai hasil pengukuran tekanan darah tanpa harus
mendengarkan bunyi aliran darah dan hasil pengukuran tekanan darah dapat
dilihat pada layar.

Gambar 9. Tensimeter digital

54
Cara Menggunakan Tensimeter

1. Masukkan 4 baterai AA pada bagian


bawah alat, kemudian tutup kembali

2. Pasang selang pada lubang di sisi


samping alat

3. Duduk dengan posisi tegak bersandar


yang nyaman dengan kaki menapak
pada lantai dan tidak menyilang, serta
tangan bersandar pada meja dengan
telapak menghadap ke atas.

4. Masukkan manset pada lengan kiri


dengan posisi selang di atas mengarah
ke bawah sejajar jari tengah. Pastikan
posisi manset sejajar dengan jantung dan
selang manset terulur lurus tidak
tergulung atau tertekuk.

55
5. Batas bawah manset dengan dengan
siku kurang lebih 1-2 cm

6. Kencangkan dan rekatkan manset


dengan baik

7. Tekan tombol dengan lambang untuk


memulai pengukuran. Setelah manset
tensimeter menekan lengan atas secara
maksimal, tensimeter digital akan
menurunkan tekanan dan setelah tidak
merasakan tekanan, Anda dapat melihat
hasil ukur pada layar.
8. Apabila semua nilai telah terlihat pada
layar, catat.
9. Hindari mengambil tekanan darah saat
stres karena mempengaruhi pengukuran.
Hindari merokok, olahraga, atau makan
30 menit sebelum pengukuran

10. Pengukuran selesai, lepas manset.


Matikan alat dengan menekan tombol
berlambang .

56
Kategori Tekanan Darah
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistol (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 100 atau > 100

Joint National Committee 7, 2003

Berdasar Joint National Committee 8, 2014, terapi farmakologis untuk


menurunkan tekanan darah mulai diberikan dengan ketentuan berikut:

a. Pada kelompok usia ≥ 60 th


- Ketika tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg
- Target terapi: sistol < 150 mmHg dan diastol < 90 mmHg.
b. Pada populasi umum 30-59 th
- Ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 90 mmHg
- Target terapi: diastolik < 90 mmHg dan sistolik < 140 mmHg

57
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Sebagai upaya deteksi penyakit diabetes, kolesterol tinggi dan asam
urat yang semakin sering terjadi, banyak dijual alat pemeriksaan biokimia
berupa alat cek darah di pasaran. Alat tersebut menggunakan strip isi ulang
yang dapat kita beli di apotek dan toko alat kesehatan. Cara pemakaiannya
sangat mudah, tetapi penggunaan alat ini juga perlu diperhatikan secara
benar sehingga alat dapat berfungsi optimal. Walaupun keakuratan alat ini
belum menyamai alat di laboratorium klinik atau Rumah Sakit, namun alat ini
menyediakan informasi secara mudah, praktis, dan dapat digunakan dimana
saja.

Pengukuran ini tidak hanya sebagai alat monitoring bagi penderita


penyakit, tetapi juga dapat dilakukan pada orang normal sebagai alat deteksi
dini. Berikut adalah cara pengukuran biokimia yang sering digunakan untuk
mengecek kesehatan, diantaranya adalah pengukuran kadar gula darah,
kadar kolesterol dan kadar asam urat.

58
Cara Menggunakan Alat Pemeriksaan Biokimia

1. Persiapan Alat Pemeriksaan


Siapkan alat yang dibutuhkan : alat test, alkohol, kassa/kapas, jarum
penusuk (lancet), alat penusuk (lancing device), serta strip cek.

59
2. Persiapan Alat Tes Darah

Mengatur tahun, bulan, tanggal dan jam pemeriksaan

60
3. Persiapan Alat Penusuk dan Penusuk

Lepaskan bagian Pastikan bahwa jarum


ujung alat penusuk yang akan dipakai
masih baru dan steril

Atur kedalaman Masukkan jarum penusuk


jarum, alat siap (lancet) pada alatnya (lancing
digunakan device)

61
4. Cara Menggunakan Alat Tes Darah

A. Pengecekan Kadar Kolesterol dan Asam Urat


1. Ambil Masukkan chip dibagian bawah
alat.
x Chip warna kuning dan bertuliskan
“CHOL” untuk pemeriksaan kadar
kolesterol
x Chip warna hijau dan bertuliskan
“UA” untuk pemeriksaan kadar asam
urat

2. Pastikan nomor kode yang muncul pada


layar sama dengan nomor kode yang
terdapat pada chip dan botol strip

3. Ambil botol yang berisi strip cek sesuai


pemeriksaan yang akan dilakukan.
x Hijau = Asam urat
x Kuning = Kolesterol

62
4. Pastikan strip cek masih dapat digunakan
(belum kadaluarsa) ambil strip dalam
botol dan segera tutup botol kembali.
Botol yang terbuka lama dapat
mempengaruhi kualitas strip.

5. Masukkan strip cek ke bagian bawah


alat, tunggu hingga alat menyala dan
menunjukkan nomor kode. Nomor kode
yang muncul di layar harus sama dengan
nomor kode yang terdapat pada botol.
Simbol darah yang muncul pada layar
juga menandakan alat siap digunakan

6. Tarik bagian belakang alat penusuk


hingga berbunyi klik.

63
7. Gunakan kasa alkohol untuk
membersihkan jari supaya terhindar dari
infeksi

8. Tembakkan jarum pada jari. Usap darah


pertama yang keluar dengan kapas

9. Tekan jari dengan lembut & jangan terlalu


kuat untuk mengeluarkan darah

10. Sentuhkan darah pada strip di garis


dengan tanda panah, bukan ditetes.
Darah akan langsung meresap sampai
bagian berbentuk lingkaran pada strip.
Untuk pemeriksaan kolesterol penuhi
area lingkaran dengan sampel darah.

64
11. Tunggu sebentar hingga hasil
pemeriksaan muncul pada layar.
x Asam urat + 15 detik
x Kolesterol + 26 detik

12. Tempelkan kasa beralkohol ke ujung jari


mengehentikan perdarahan.
13. Dorong keluar tombol eject untuk
membuang strip.
14. Buka alat penusuk, pegang alat tanpa
menyentuh jarum penusuk, dan tekankan
jarum penusuk ke bekas penutupnya, lalu
lepaskan jarum dari alat penusuk. Tutup
kembali alat penusuk.
15. Buang strip dan jarum ke dalam tempat
sampah khusus

65
B. Pengecekan Kadar Gula Darah

1. Ambil botol yang berisi strip cek warna


biru. Pastikan strip cek masih dapat
digunakan (belum kadaluarsa), ambil
strip dalam botol dan segera tutup botol
kembali.

2. Masukkan strip cek ke bagian bawah alat


dan tunggu hingga alat menyala secara
otomatis.

3. Tunggu sebentar hingga logo darah


muncul di sebelah kanan layar, jika
sudah muncul alat siap untuk digunakan

4. Tarik bagian belakang alat penusuk


hingga berbunyi klik.

66
5. Gunakan kasa alkohol untuk
membersihkan jari supaya terhindar dari
infeksi

6. Tembakkan jarum pada jari. Usap darah


pertama yang keluar dengan kapas

7. Tekan jari dengan lembut & jangan terlalu


kuat untuk mengeluarkan darah.

8. Sentuhkan darah pada strip di garis


dengan tanda panah, bukan ditetes.
Darah akan langsung meresap sampai
bagian berbentuk bulat pada strip.

67
9. Tunggu sekitar 5 detik, hasil pemeriksaan
gula darah akan muncul pada layar

10. Tempelkan kasa beralkohol ke ujung jari


mengehentikan perdarahan.
11. Tempelkan kasa beralkohol ke ujung jari
mengehentikan perdarahan.
12. Dorong keluar tombol eject untuk
membuang strip.
13. Buka alat penusuk, pegang alat tanpa
menyentuh jarum penusuk, dan tekankan
jarum penusuk ke bekas penutupnya, lalu
lepaskan jarum dari alat penusuk. Tutup
kembali alat penusuk.
14. Buang strip dan jarum ke dalam tempat
sampah khusus

68
Kategori Gula Darah Sewaktu

Kadar Gula Darah


Waktu pemeriksaan
(mg/dL)
Sebelum makan 70 - 110

Setelah makan 120 - 160


(1 - 2 jam setelah makan)

Krall and Beaser, 1989

Kategori Kolesterol Darah


Kadar kolesterol
Kategori
(mg/dL)
Normal < 200

Tinggi > 200

NCEP, 2001

Kategori Asam Urat

Kadar Asam Urat


Jenis Kelamin
(mg/dL)
Pria 3,4 - 7,0

Wanita 2,4 - 6,0

Chernecky and Berger, 2004

69
KONSELING GIZI

Konseling gizi adalah suatu proses pemberian bantuan dari


petugas konseling kepada klien-nya, melalui pertemuan tatap muka
dengan menyampaikan informasi terkait gizi, pola makan dan aktivitas
fisik yang tidak memihak serta memberikan dukungan emosi, agar
klien mampu mengenali dirinya dan masalah yang dihadapinya
sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan mantap bagi
dirinya sendiri dengan kesadarannya sendiri tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun.
Lansia adalah masa dimana
seseorang mengalami perubahan
fisik dan psikologis. Perubahan
fisik diantaranya kulit mengendur,
rambut memutih, gerakan
melambat dan fungsi panca indera
berkurang. Sedangkan perubahan
psikologis diantaranya kesepian,
mudah tersinggung yang berakibat pada penurunan nafsu makan.
Lansia perlu menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan
kesehatan yang menurun. Penyesuaian diri terhadap situasi tersebut
dapat ditangani salah satunya dengan membina hubungan baik dengan
sesama usia lanjut (sebaya). Teman sebaya lebih memahami kondisi
yang dialami lansia sehingga mampu mengembalikan motivasi hidup
yang lebih sehat. Oleh sebab itu konseling sebaya menjadi salah satu
pendekatan yang efektif untuk merubah perilaku makan pada lansia.
70
Konseling sebaya merupakan layanan konseling yang diberikan
oleh teman sebayanya yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-
pelatihan untuk menjadi konselor sebaya. Konselor sebaya ini
diharapkan dapat memberikan bantuan, baik secara individual maupun
kelompok, kepada teman-temannya yang mempunyai masalah gizi dan
mengalami berbagai hambatan dalam kepribadiannya.

71
72
TUJUAN KONSELING GIZI
1. Membantu klien mengenal masalah gizi dan kesehatan
2. Membantu klien membuat keputusan mengenai pola dan kebiasaan
makan yang akan dijalani
3. Klien mampu mengatasi masalah gizi sendiri.

TAHAPAN KONSELING GIZI

73
1. TAHAP PERMULAAN

74
75
2. TAHAP PENGGALIAN MASALAH

KESIMPULAN
SEMENTARA
PERIHAL MASALAH
GIZI DAN
PENYEBABNYA

3. TAHAP PENYELESAIAN MASALAH


™ Memberikan informasi tentang masalah gizi dan kesehatan
yang dialami klien
™ Memberikan informasi tentang dampak dari masalah gizi dan
kesehatan yang dialami klien
™ Memberikan alternative penyelesaian masalah gizi
(perubahan pola makan dan aktivitas fisik yang baik)
™ Bantu klien membuat keputusan.
™ Tekankan bahwa pilihan klien adalah yang terbaik untuk
dikerjakan.
™ Pada saat tahapan memberikan alternative penyelesaian
masalah, konselor dapat menggunakan media seperti leaflet,
booklet, lembar balik dll.

76
4. TAHAP PENUTUPAN

TEKNIK KONSELING
Konselor sebaya memerlukan pengetahuan tentang dasar teknik
konseling. Dasar teknik konseling adalah bagaimana cara merespon
hal yang diungkapkan klien selama proses konseling. Dasar teknik
konseling meliputi :
1. Mendengarkan Aktif
a. Muka : ekspresi wajah tenang, senyum, ceria
b. Kepala : melakukan anggukan jika setuju

77
c. Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak perlu
diperhatikan tidak terlalu jauh/dekat, duduk akrab
berhadapan atau berdampingan
d. Tangan : variasi gerakan tangan sesuai dengan
ucapan, spontan dan berubah-ubah untuk menekankan
ucapan atau sebagai isyarat
e. Mendengarkan aktif penuh perhatian, menunggu ucapan
klien hingga selesai, tidak memotong pembicaraan klien,
diam, perhatian pada lawan bicara

2. Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk memahami
permasalahan klien, melihat melalui sudut pandang klien,
peka terhadap perasaan-perasaan klien, sehingga konselor
mengetahui bagaimana klien merasakan perasaannya.

Contoh :

a. Saya dapat memahami pikiran anda…..


b. Saya merasakan kepedihan anda…
c. Saya mengerti keinginan anda…
78
d. Setelah mendengar ungkapan anda, saya menjadi
mengerti mengapa anda merasa kecewa, dan saya ikut
bersedih dengan pengalaman anda .

3. Refleksi
Refleksi merupakan upaya konselor mengungkapkan
kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman yang
diungkapkan oleh klien. Tujuan: Memeriksa ketepatan isi
pesan klien.
Contoh :
“Kamu merasa depresi mengikuti pola makan ini?

Adakah yang kamu maksudkan adalah ..

Apakah yang anda maksudkan suatu peristiwa…

4. Memberikan penguatan
Memberi pujian, penghargaan dan mendengarkan
pembicaraan klien dengan sungguh-sungguh.
Contoh :

Konselor : “Saya kagum atas perjuangan saudara dalam


melakukan diit rendah garam ini…”

5. Bertanya
x Pertanyaan terbuka digunakan untuk menggali
permasalahan klien dan faktor penyebabnya.
79
Contoh :“Bagaimana cara anda mendapatkan bahan
makanan? Bagaimana anda berolahraga?”
x Pertanyaan tertutup digunakan untuk memperjelas
informasi yang dibicarakan klien

6. Dorongan minimal
Dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang
singkat dan sesedikit mungkin terhadap apa yang telah
dikatakan klien agar klien merasa didengarkan. Misalnya
dengan mengatakan terus, lalu, ya dan hmm…, dapat juga
dengan isyarat anggukan.

7. Mendekatkan diri
Konselor harus memiliki kemampuan membuka
informasi-informasi personal dengan tujuan membuat klien
menjadi lebih terbuka, menumbuhkan perasaan diterima, dan
kesediaan klien untuk mengikuti konseling.
Contoh: “Saya dulu pernah mengalami hal serupa seperti
yang anda alami…”

Secara singkat Konseling gizi dapat dilakukan dengan “SATU


TUJU”

80
81

Anda mungkin juga menyukai