Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODOLOGIPENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara: (1)

Pengawasan dengan peningkatan pelayanan kesehatan; (2) Etos Kerja dengan

peningkatan pelayanan kesehatan; (3) Iklim Organisasi dengan peningkatan

pelayanan kesehatan; (4) Pengawasan, Etos Kerja, dan Iklim Organisasi secara

bersama-sama terhadap peningkatan pelayanan kesehatan

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dan ujicoba akan dilaksanakan di Puskesmas Gunung Sari

tempat tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa Puskesmas Gunung Sari

sebagai tempat pemeriksaan kesehatan yang paling banyak digunakan untuk

warga Kota Cirebon maupun warga dari luar Kota Cirebon.

Waktu untuk melakukan penelitian ini diperkirakan selama enambulan pada

bulan September 2015.

C.Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan

korelasional.Metode penelitian survei adalah penyelidikan yang diadakan

untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi,

atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.Pendekatan

korelasional dilakukan untuk mencari hubungan antara variabel bebas dengan

57
58

variabel terikat.Model hubungan antara keempat variabel penelitian ini dapat

digambarkan dalam bentuk gambar di bawah ini.

X1

X2
YY

Y
X3

Gambar 3.1.
Model Hubungan antar variabel

Keterangan:

X1 = PengawasanPegawai
X2 = Etos Kerja
X3 = Iklim Organisasi
Y =Peningkatan pelayanan kesehatan

D. Populasi dan Pengambilan Sampel

Populasi adalah sekumpulan bahan yang akan dijadikan sampel pada

sebuah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai puskesmas

Gunung Sari, kader posyandu, PKK dan lintas sektoral sebanyak 226

orang..Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Two

Stage Random Sampling yang terdiri dari Proporsional Random Sampling dan

Simple Random Sampling. Teknik Proporsional Random Sampling digunakan


59

untuk menetapkan jumlah anggota dari setiap unit kerja yang akan dipilih sebagai

sampel. Besarnya jumlah sampel dari setiap unit kerja ditetapkan secara

proporsi.Simple Random Sampling digunakan untuk memilih anggota sampel unit

kerja berdasarkan besarnya proporsi yang sudah ditetapkan untuk setiap unit

kerja.Pada tabel 3.2 dapat dilihat jumlah sampel setiap unit kerja.

Tabel 3.2.
Jumlah Populasi Penelitian

No Nama Jumlah

1 Pegawai Puskesmas 50
2 Kader Posyandu 70
3 PKK 40
4 Lintas sektoral (kelurahan, SD,SMA, dan TTU ) 66
Jumlah 226
Sumber : Daftar Nama-Nama Petugas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Gunung Sari

Tabel 3.3. Jumlah Sampel Penelitian Berdasarkan Unit Kerja pelayanan


Kesehatan di Puskesmas Gunung Sari Cirebon

No Nama Jumlah
1 Pegawai Puskesmas 30
2 Kader Posyandu 35
3 PKK 21
4 Lintas sektoral (kelurahan, SD, SMA, dan TTU) 20
Jumlah 101
Sumber : Tabel 3.2, diolah.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini mengukur empat variabel, yaitu Pengawasan, Etos

kejar dan Iklim organisasisebagai variabel bebas, serta Peningkatan pelayanan


60

kesehatansebagai variabel terikat.Keempat instrumen ini dikembangkan sendiri

oleh peneliti dan setiap instrumen proses pengembangannya satu persatu dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Peningkatan pelayanan kesehatan

a. Definisi Konseptual

Peningkatan pelayanan kesehatanadalah penilaian tentang kemampuan

seseorang untuk melaksanakan tugas sesuai keahliannya di bidang kesehatan

yang meliputi komitmen terhadap tugas, bangga pada pekerjaan, bertanggung

jawab, memiliki inisiatif, mengutamakan hasil pekerjaan, dan dapat bekerja

dalam tim

b. Definisi Operasional

Peningkatan pelayanan kesehatanadalah penilaian tentang kemampuan

seseorang untuk melaksanakan tugas sesuai keahliannya di bidang kesehatan

yang tercermin dalam skor yang diperoleh responden secara administratif

setelah menjawab instrumen yang mengukur: 1) komitmen terhadap tugas, 2)

bangga pada pekerjaan, 3) bertanggung jawab, 4) memiliki inisiatif, 5)

mengutamakan hasil pekerjaan, dan 6) dapat bekerja dalam tim. Pengukuran

atas peningkatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan instrumen penelitian

yang berbentuk rating scale.Pengisian instrumen dilakukan oleh masyarakat

yangmenggunakan secara berulang pelayanan pemeriksaan

administrasi(frequent travellers).Dengan demikian pengisi instrumen adalah

masyarakat yang mengenal pegawai yang menjadi sampel penelitian.

Instrumen Peningkatan pelayanan kesehatanterdiri dari 28 butir berbentuk

pernyataan-pernyataan menyangkut ke enam indikator tersebut dan memiliki


61

alternatif jawaban yaitu: A (sangat setuju); B (setuju); C (ragu-ragu); D (tidak

setuju); E (sangat tidak setuju).

c. Kisi Kisi Instrumen

Tabel 3.4.
Kisi Kisi Instrumen Peningkatan pelayanan kesehatan

No Indikator Nomor Butir

1 Menurunkan Angka Kematian Ibu/Anak 1,2,3,4

2 Pemberantasan Penyakit Menular 5,6,7,8,9

3 Cakupan Gizi yang Seimbang 10,11,12,13,14

4 Ketersediaan obat Sesuai Standar 15,16,17,18,19

5 Kecukupan Tenaga Kesehatan 20,21,22,23,24

6 Cakupan Posyandu 25,26,27,28

Jumlah 28

d. Kalibrasi Instrumen

Proses pengembangan instrumen Peningkatan pelayanan kesehatan dimulai

dengan penyusunan instrumen berbentuk rating scale yangmempunyai lima

alternatif jawaban dan mengacu kepada indikator-indikator variabel Peningkatan

pelayanan kesehatan. Jumlah butir instrumen adalah 28 butir.

Tahap selanjutnya, konsep instrumen diperiksa oleh pembimbing untuk

diperiksa kecocokannya dengan definisi konseptual dan kisi-kisi instrumen serta

teori teori yang dipergunakan membahas variabel yang bersangkutan.Setelah

instrumen disetujui, kemudian instrumen tersebut diujicobakan kepada 30

responden.
62

2. Pengawasan

a. Definisi Konseptual

Pengawasanadalah kegiatan yang diperoleh sebagai hasil pengamatan dan

interaksi yang kontinu dalam bidang kesehatan sehingga menunjang

pelaksanaan tugas, yang meliputi dapat memenuhi kebutuhan pengguna,

memberi kontribusi yang berarti, dapat menyelesaikan masalah, memiliki

pandangan yang maju, dan mengenal tugas dengan baik.

b. Definisi Operasional

Pengawasan adalah kegiatan yang merupakan hasil pengamatan dan interaksi

yang kontinu dalam bidang kesehatan sehingga dapat menunjang pelaksanaan

tugas yang tercermin dalam skor yang diperoleh dari jawaban responden

mengenai: 1) dapat memenuhi kebutuhan pengguna, 2) memberi kontribusi

yang berarti, 3) dapat menyelesaikan masalah, 4) memiliki pandangan yang

maju, dan 5) mengenal tugas dengan baik.Pengukuran pengawasan dilakukan

dengan menggunakan instrumen penelitian berupa rating scale. Instrumen

pengawasanterdiri dari 27 butir dan mempunyai 5 (lima) alternatif pilihan

jawaban, yaitu: A (Selalu); B (Sering); C (Kadang-kadang); D (Jarang); E

(Tidak pernah).

c. Kisi Kisi Instrumen

Tabel 3.5.
Kisi Kisi Instrumen Pengawasan

No Indikator Nomor Butir

1 Memenuhi kebutuhan pengguna 1,2,3,4,5

2 Memberi kontribusi yang berarti 6,7,8,9,10,11


63

3 Dapat menyelesaikan masalah 12,13,14,15,16

4 Memiliki pandangan yang maju 17,18,19,20,21,22

5 Mengenal tugas dengan baik 23,24,25,26,27

Jumlah 27

d. Kalibrasi Instrumen

Proses pengembangan instrumen pengawasan dimulai dengan penyusunan

instrumen berbentuk rating scale yangmempunyai lima alternatif jawaban dan

mengacu kepada indikator-indikator variabel pengawasan. Jumlah butir

instrumen adalah 27 butir.

Tahap selanjutnya, konsep instrumen diperiksa oleh promotor untuk diperiksa

kecocokannya dengan definisi konseptual dan kisi-kisi instrumen serta teori

teori yang dipergunakan membahas variabel yang bersangkutan.Setelah

instrumen disetujui, kemudian instrumen tersebut diujicobakan kepada 30

responden.

3. Etos Kerja

a.Definisi Konseptual

Etos kerja adalah karakter petugas kesehatan dalam melaksanakan tugas-tugas

administrasi yang meliputi sikap suka bekerja keras, dapat menerima

perubahan, bertindak rasional, mematuhi aturan,memegang teguh

kepercayaan, jujur dalam bekerja, dan memiliki semangat dalam bekerja.

b.Definisi Operasional
64

Etos kerja adalah kebiasaan yang berkenaan dengan kegiatan pegawai dalam

melakukan pekerjaannya yang tercermin dalam skor yang diperoleh responden

secara administratif dari jawaban responden mengenai: 1) suka bekerja keras,

2) dapat menerima perubahan, 3) bertindak rasional, 4) mematuhi aturan,5)

memegang teguh kepercayaan, 6) jujur dalam bekerja, dan 7) memiliki

semangat dalam bekerja. Pengukuran etos kerja pegawai dilakukan dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa rating scale. Instrumen etos kerja

terdiri dari 26 butir dengan 5 (lima) alternatif pilihan jawaban, yaitu: A

(Selalu); B (Sering); C (Kadang-kadang); D (Jarang); E (Tidak pernah)

c.Kisi Kisi Instrumen

Tabel 3.6.
Kisi Kisi Instrumen Etos kerja

No Indikator Nomor Butir

1 Suka bekerja keras 1,2,3,4,5,

2 Dapat menerima perubahan 6,7,8,

3 Bertindak rasional 9,10,11,12

4 Mematuhi aturan 13,14,15,

5 Memegang teguh kepercayaan 16,17,18

6 Jujur dalam bekerja 19,20,21,22

7 Semangat dalam bekerja 23,24,25,26

Jumlah 26

d.Kalibrasi Instrumen
65

Proses pengembangan instrumen etos kerja dimulai dengan penyusunan

instrumen berbentuk rating scale yangmempunyai lima alternatif jawaban dan

mengacu kepada indikator-indikator variabel etos kerja. Jumlah butir

instrumen adalah 26 butir.

Tahap selanjutnya, konsep instrumen diperiksa oleh promotor untuk diperiksa

kecocokannya dengan definisi konseptual dan kisi-kisi instrumen serta teori teori

yang dipergunakan membahas variabel yang bersangkutan.Setelah instrumen

disetujui, kemudian instrumen tersebut diujicobakan kepada 26 responden.

4.Iklim Organisasi

a. Definisi Konseptual

Iklim organisasi adalah penilaian tentang keadaan di tempat kerja yang

mendukung pelaksanaan tugas yang meliputi keadaan fisik dan non

fisik.Keadaan fisik yaitu kelengkapan sarana kerja, kebersihan ruang kerja,

dan kerapihan, sedangkan keadaan non fisik yaitu komunikasi antarpribadi,

kejelasan dalam tugas, petunjuk dari atasan, dan dukungan dari bawahan.

b. Definisi Operasional

Iklim organisasi adalah penilaian tentang keadaan di tempat kerja yang

mendukung pelaksanaan tugas yang meliputi keadaan fisik dan non fisik yang

tercermin dalam skor yang diperoleh secara administratif dari jawaban

responden mengenai : 1) keadaan sarana kerja, 2) kebersihan ruang kerja, 3)

kondisi penataan ruang kerja, 4) komunikasi antarpribadi, 5) kejelasan dalam

tugas, 6) petunjuk dari atasan, dan 7) dukungan dari bawahan.

Pengukuran iklim organisasi dilakukan dengan menggunakan instrumen

penelitian berupa rating scale. Instrumen iklim organisasi terdiri dari 28 butir
66

dengan 5 (lima) alternatif pilihan jawaban, yaitu: A (Selalu); B (Sering); C

(Kadang-kadang); D (Jarang); E (Tidak pernah).

c. Kisi Kisi Instrumen

Tabel 3. 7.
Kisi Kisi Instrumen Iklim Organisasi

No Indikator Nomor Butir

1 Kelengkapan sarana kerja 1,2,3,4,5

2 Kebersihan ruang kerja, 6,7,8,9,

3 Kerapihan 10,11,12

4 Komunikasi antar pribadi 1314,15,16,17

5 Kejelasan dalam tugas 18,19,20,21

6 Petunjuk dari atasan 22,23,24,25

7 Dukungan dari bawahan 26,27,28

Jumlah 28

d. Kalibrasi Instrumen

Proses pengembangan instrumen iklim organisasi dimulai dengan

penyusunan instrumen berbentuk rating scale yangmempunyai lima alternatif

jawaban dan mengacu kepada indikator-indikator variabel iklim organisasi.

Jumlah butir instrumen adalah 28 butir.

Tahap selanjutnya, konsep instrumen diperiksa kecocokannya dengan definisi

konseptual dan kisi-kisi instrumen serta teori teori yang dipergunakan membahas

variabel yang bersangkutan.Setelah instrumen disetujui, kemudian instrumen

tersebut diujicobakan kepada 28 responden.


67

5.Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu hal yang sangan penting dalam sebuah

peneelitian.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder.Data sekunder adalah data yang diolah bersumber dari perusahaan yang

diteliti.Penelitian ini menggunakan berupa kuesioner.Data yang diperoleh berupa

data primer dari hasil kuisioner dan data sekunder dari literatur atau teori yang

berkaitan dengan tema penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

1. Kuisioner, dalam penelitian ini penelitia melakukan pengumpulan data

menggunakan kuisioner tertulis yang disebarkan kepada seluruh responden

yang menjadi sampel penelitian.

2. Studi pustaka, yaitu metode yang digunakan dengan memahami literature-

literature yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian dan

juga pengumpulan data dengan membaca buku-buku dan sumber bacaan yang

relevan. Metode studi pustaka dalam penelitian ini adalah jurnal-jurnal dan

buku-buku.

6.Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji

Instrumen, Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi dan Pengujian Hipotesis.

a.Uji Instrumen

Setelah data penelitian yang berasal dari kuisioner yang diisi oleh para

responden terkumpul, pengujian data pertama yang dilakukan adalah uji


68

instrument.Dalam penelitian ini menggunakan dua uji instrument, yaitu uji

validitas dan uji reabilitas.

b. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen

(kuesioner) yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara

mengkorelasi setiap skorvariabel jawaban responden dengan total skor masing-

masing variabel. Menurut Ghozali (2013:52), “Uji validitas digunakan untuk

mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk

mengungkapan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.”

Adapun ketentuannya menurut Duwi Priyatno (2010:90) adalah sebagai

berikut:

1. Jika r hitung > r tabel (uji 2 sisi dengan sig.0,05) maka instrument atau item-

item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2. Jika r hitung <r tabel (uji 2 sisi dengan sig.0,05) maka instrument atau item-

item pertanyaan tidakberkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan

tidak valid).

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi (ajeg)

alat ukur dalam penggunaannya. Dengan kata lain, alat ukur tersebut mempunyai

hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Hal

ini senada dengan pendapat Ghozali (2013:47) mengemukakan bahwa:

“Uji reabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu


kuisioner yang merupakan indikator dari variable atau
konstruk.Suatu kuisioner dikatakan realibel atau handal jika
69

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil


dari waktu ke waktu”.

Untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 0-1, tetapi

merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk

skala 1-3,1-5atau 1-7 dan seterusnya dapat menggunakan rumus

Cronbach’sAlpha, dimana data dikatakan realible apabila memiki

Cronbach’sAlpha>0,70. (Gozhali, 2014:48).

d. Uji Asumsi Klasik

Model regresi berganda harus memenuhi asumsi klasik.Uji asumsi klasik

bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat

menghasilkan estimator linier yang baik. Model regresi akan menghasilkan

estimator yang tidak bias jika memenuhi asumsi klasik, antara lain normalitas

data, bebas multikolinieritas, dan bebas heteroskedastisitas. (Ghozali, 2013:113).

e. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013:160) menyatakan bahwa: “Uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu

atau residual memiliki distribusi normal.” Ada dua cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

Normalitas Kolmogorov Smirnov. Uji statistik non – parametrik Kolmogorof –

Smirnov (K-S). Uji K – S dilakukan dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal.

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal.

Kriteria dalam pengujian ini adalah apabila nilai Asymp.Sig dari hasil uji

normalitas Kolmogorov Smirnov menunjukan nilai >0,05 maka data penelitian

berdistribusi normal. (Ghozali, 2013:165).


70

f. Uji Multikolinieritas

Salah satu asumsi model regresi linier tidak adanya korelasi yang

sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relasi sangat tinggi pada

variabel independen. Jika terdapat multikolinieritas sempurna maka akan

berakibat koefisien regresi tidak dapat ditentukan, serta standar deviasi akan

menjadi tak terhingga. Jika multikolinieritas kurang sempurna maka koefisien

regresi meskipun berhingga akan mempunyai standar deviasi yang besar, yang

berarti koefisien-koefisiennya tidak dapat ditaksir dengan mudah.

Deteksi multikolinieritas pada suatu model menurut Ghozali (2013:106)

dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

1. Jika nilai Variance Inflation factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinieritas VIF = 1 / Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1 / 10

= 0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

2. Jika nilai koefisien antara masing – masing variabel independen < 0,7 maka

model dapat dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinieritas. Jika > 0,7

maka diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen

sehingga terjadi korelasi multikolinieritas.

g. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, tidak

heteroskedastisitas.
71

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas,

yaitu dengan melihat Grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent)

yaitu ZPRED dengan melihat residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang

telah di-studentized.Mahadianto & Setiawan (2013:59).

Dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis regresiberganda.Model analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah

variabel independen yaitu Pengawasan, Iklim Organisasidan Etos Kerja

berhubungan terhadap Peningkatan Pelayanan Kesehatan.

a. Analisis Regresi Berganda

Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + β1x1 + β 2x2 + β3x3+ e

Keterangan:

Y = Peningkatan Pelayanan Kesehatan

a = Konstanta
72

β = Koefisien persamaan

X1 = Pengawasan

X2 = Iklim Organisasi

X3 = Etos Kerja

e = Faktor penggangu

4. Pengujian Hipotesis

a.Uji t (Parsial)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya

hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila hasil

uji thitungttabel, berati variabel cukup signifikan untuk menjelaskan variabel

dependen.Menurut Sugiyono (2014: 184), untuk menguji koefisien korelasi

product moment dapat digunakan statistik uji t yang rumusnya sebagai berikut :

dengan dk n 2

Untuk menentukan apakah Ho ditolak atau diterima yaitu dengan

membandingkan thitung dengan ttabel, kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

- Ho ditolak jika thitung>ttabel, berarti Ha diterima

- Ho diterima jika thitung<ttabel, berarti Ha ditolak

Daerah Daerah
penolakan H0 Daerah penolakan H0
penerimaan H0

-ttabel ttabel thitung

(Sugiyono, 2014:185)

Gambar 3.8
Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t
73

b.Uji F (Simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya

hubungan variabel bebas secara bersama-sama/simultan terhadap variabel

terikatnya. Apabila hasil uji FhitungFtabel berarti variabel cukup signifikan untuk

menjelaskan variabel dependen. Untuk menguji koefisien korelasi berganda

dihitung dengan menggunakan rumus:

Sumber: Sugiyono (2014:192)

Keterangan :

R = koefisien korelasi berganda

k = jumlah variabel independen

n = jumlah anggota sampel

Daerah Daerah
penerimaan H0 penolakan H0

Ftabel Fhitung

(Sugiyono, 2014:165)

Gambar 3.9
Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji F

Anda mungkin juga menyukai