Anda di halaman 1dari 19

FASILITAS TRANSPORTASI

“Perencanaan Simpang Susun Semanggi (Lokasi Jalan MT Haryono


Kota Kendari)”

Oleh :
Muh. Ihsan
E1A1 11 041

JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I .1. Umum

Ada dua jenis persimpangan didalam perencanaan pertemuan dua ruas jalan atau
lebih yaitu persimpangan sebidang dan persimpangan tidak sebidang. Persimpangan
sebidang adalah persimpangan dimana ruas jalan saling bertemu dalam satu bidang
sedangkan persimpangan tidak sebidang dimana ruas jalan bertemu tidak dalam satu
bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.
Perencanaan persimpangan jalan tidak sebidang dilakukan bila kapasitas
persimpangan tersebut sudah mendekati atau lebih besar dari kapasitas masing-masing
ruas jalan sehingga arus lalu lintas untuk masing-masing lengan persimpangan sama
sekali tidak boleh terganggu. Bila hal ini terjadi maka praktis persimpangan tersebut
akan terjadi kemacetan yang tidak mungkin dihindari .
Persimpangan tidak sebidang adalah satu-satunya pilihan bila pengaturan maupun
pengendalian arus lalu lintas pada persimpangan sebidang tidak lagi dapat dilakukan
untuk memperbesar kapasitas .

I .2. Latar Belakang

Melihat angka pertumbuhan lalu lintas yang semakin tinggi dari tahun ketahun
sehingga pada suatu saat nanti diperkirakan akan timbul permasalahan dimana kapasitas
persimpangan khususnya pada persimpangan sebidang tersebut tidak mampu lagi
menerima atau menampung arus lalu lintas yang ada sehingga akan terjadi
kemacetan – kemacetan , serta adanya problema pertemuan jalan pada jalan bebas
hambatan dengan jalan lain yang dilintasinya dimana tidak mungkin dibuat
persimpangan sebidang maka perencanaan persimpangan tidak sebidang perlu
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
BAB II

PERENCANAAN PERTEMUAN/PERSIMPANGAN JALAN TIDAK

SEBIDANG ( INTERCHANGE)

Perencanaan pertemuan tidak sebidang dilakukan bila volume lalu lintas yang
melalui suatu pertemuan sudah mendekati kapasitas jalan-jalannya, maka arus lalu lintas
tersebut harus bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa berhenti, baik itu
merupakan arus menerus atau merupakan arus yang membelok sehingga perlu diadakan
pemisahan bidang ( Grade sparation ) yang disebut sebagai simpang tidak sebidang
( Interchange ). Pada pertemuan tidak sebidang ini ada kemungkinan untuk membelok
dari jalan yang satu kejalan yang lain dengan melalui jalur-jalur penghubung ( ramp ).

2.1 Bagian-bagian dari persimpangan tidak sebidang

Elemen atau bagian-bagian dari persimpangan tidak sebidang dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :
Sesuai dengan fungsinya, maka jalur-jalur jalan dalam daerah interchange bisa
digolongkan sbb:

- Jalur Utama (Main Lane)

Jalur utama adalah merupakan jalur untuk arus lalu lintas yang utama, arus mana
bisa menerus , bisa juga membelok baik kekiri maupun kekanan.

- Collector & Distributor road

Collector & Distributor road adalah satu atau lebih jalur yang dipisahkan, teapot
sejajar dan searah dengan jalur utama, pada jalur mana kenderaan masuk, atau dari jalur
mana kenderaan keluar dari suatu arah utama tanpa mengganggu arus alalu lintas dijalur
utama tersebut pada ujung-ujungnya jalur ini disatukan kembali dengan jalur

utamanya setelah melalui jalur perlambatan /percepatan.

- Jalur percepatan/perlambatan (Acceleration Lane/speed change lane)

Jalur percepatan/perlambatan adalah suatu jalur dengan panjang terbatas dan


terletak tepat disebelah jalur cepat ( sebagai pelebaran jalur cepat ) dan berfungsi
sebagai tempat kenderaan menyesuaikan kecepatannya dari situasi dibelakangnya
kesituasi didepannya. Kalau meninggalkan arus cepat kenderaan mengurangi
kecepatannya , ka!au akan memasuki arus cepat kenderaan menambahkan
kecepatannya.

- Jalur penghubung ( Ramp)


Jalur penghubung ( Ramp) adalah jalur yang berfungsi untuk membelokkan
kenderaan dari satu jalan kejalan lain. Sesuai dengan kegunaannya ramp ini dibagi atas
tiga macam yaitu :

2.1.1 Hubungan langsung ( Direct)

Jenis ini kenderaan ddapat berbelok langsung kearah tujuan


sebelum titik pusat pertemuan.

2.1.2 Hubungan setengah langsung ( Semi direct)


Kenderaan dalam menuju arah tujuan melewati atau mengelilingi
titik pusat pertemuan dahulu dan memotong salah satu arus lain secara
tegak (hubungan setengah langsung).

2.1.3 Type-type Persimpangan Tidak Sebidang ( interchainge)

Dilihat dari bentuknya ada beberapa jenis persimpangan tidak


sebidang yaitu antara lain:

2.1.4 Pertemuan tidak sebidang bercabang tiga

Simpangan ini disebut juga' Y .interchange! terompet atau kepala


burung. Pada umumnya sistim ini hanya mempunyai suatu bangunan
persilangan, pengecualian adalah apabila semua hubungan adalah
langsung.
2.1.5 Pertemuan tidak sebidang bercabang empat

Simpangan ini dapat dibagi atas 5 golongan yaitu :

* Diamond interchange

* Clover leaf interchange ( daun semanggi )

* Rotary interchange

* Directional interchange

* Kombinasi beberapa macam

* Diamond

Type ini dipakai apabila suatu jalan utama memotong suatu jalan
lokal , type ini juga merupakan yang paling sederhana , tetapi harus
diusahakan supaya jalan keluar dan masuk keinterchange ditandai
dengan jelas untuk menghindari kekeliruan.

* Clover Leaf ( Daun Semanggi )

Sistem ini biasanya dipakai pada perpotongan dua jalan utama,


Untuk perpotongan jalan utama dan jalan lokal bisa digunakan clover
leaf tidak lengkap ( partial clover leaf).

* Rotary

Sistim ini adalah merupakan peningkatan dari rotary biasa


( sebidang ) yang hanya mempunyai kemampuan terbatas. Fungsi
bundaran adalah untuk menampung lalu lintas yang akan membelok
sehingga arus-arus yang menerus tidak terganggu.

* Directional Interchange
Apabila arus lalu lintas pada interchange yang hendak membelok
kekanan cukup besar , maka hubungan-hubungan indirect tak bisa
dipakai lagi karena terhambat oleh gerakan weaving ( khusus untuk arus
yang akan membelok kekanan ). Pada directional interchange, daerah
weaving ditiadakan dengan membuat belokan kekanan secara semi direct
ataupun direct sebagai akibatnya diperlukan banyak bangunan jembatan
sehingga biayanya relatif lebih mahal.

* Kombinasi beberapa macam

Sistem ini adalah merupakan kombinasi dari type-type diatas.

2.2 Keuntungan dan kerugian penggunaan interchange

Keuntungan penggunaan simpang susun ( interchange) ini adalah kapasitas


persimpangan dapat ditingkatkan lebih besar sehingga sesuai untuk digunakan pada
persimpangan-persimpangan dimana arus lalu lintasnya sangat tinggi dan sudah tidak
dapat dilakukan lagi pengaturan dan pengendalian sehingga cenderung terjadi
kemacetan dan juga dapat digunakan pada pertemuan jalan bebas hambatan dengan
jalan umum. Kerugian penggunaan jenis persimpangan ini adalah dari segi ekonomi
dimana biaya pembangunannya relatif sangat mahal dan membutuhkan lokasi tanah
yang lebih luas.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Lokasi simpang Susun MT Haryono


Gambar Lokasi

Lokasi Simpang
Susun MT
Haryono
3.2 Metode Perhitungan Ramp Pada Simpang Susun MT Haryono

Perencanaan Tipe Tikungan Pada Ramp Simpang Susun


a. Untuk R1 =R3 = 358 m
Data – data : Vr = 60 Km/Jam emaks = 10 % = 0,10
Rc = 358 m c = 0,4
o
β = 90

 fm =
−0 , 00065⋅V r +0 , 192

= −0,00065⋅60+0,192
= 0,153
1432 ,39
 Maka, D = Rc

1432 ,39
= 358
0
= 4 ,0011
Dari buku “Konstruksi Jalan Raya dan Baja I” halaman 113 Tabel 4.7 Metode
Bina Marga, diperoleh :
e = 0,054 m
Ls = 50 m
Direncanakan Tikungan Spiral – Circle – Spiral (S-C-S) :
V 3 V ⋅e
0 , 022⋅ r −2 , 727⋅ r tabel
 Ls min = R c⋅c c

603 60⋅0 , 054


0 , 022⋅ −2, 727⋅
= 358⋅0,4 0,4
= 11,09 m
Syarat 1 : Ls min < Ls
11,09 m < 50 m . . . . . . . . . . . (aman)
L s⋅90 50⋅90
 θs = π⋅Rc = 3,14⋅358
o
= 8,006
Syarat 2 : 2.θs < β
o
2 ( 8,006 ) < 83
o

o
16,860 < 83o . . . . . . . . . . (aman)

 θc =
β−2 θs
o o
= 90 −16 ,860
o
= 81,993
Syarat 3 : θc > 0
o
81,993 > 0o . . . . . . . . . . (aman)
θC
0
⋅2⋅π⋅Rc
 Lc = 360
0
81 , 993
0
⋅2⋅3 , 14⋅358
= 360
= 512,06 m
Syarat 4 : Lc ≥ 25 m
512,06 m ≥ 25 m . . . . . . . . . . (aman)
L
s2
−R c⋅( 1−Cos θs )
 p = 6⋅Rc
2
50
−358⋅( 1−Cos 8 , 0060 )
= 6⋅358
= 0,290 m
L
s3
Ls − − R c⋅Sin θs
40⋅R
 k = c2
3
50
50− 2
−358⋅Sin 8 ,006 0
= 40⋅358
= 24,98 m
1
( Rc + p )⋅Tan 2 β +k
 Ts =

= ( 358+0 , 29 )⋅Tan 450 +24 , 98


= 383,273 m
( Rc+ p)
−Rc
1
Cos β
 Es = 2

( 358+0 ,29 )
0
−358
= Cos 45
= 148,69 m

 L =
Lc +2⋅L s

= 512,06 + 2 x 50
= 612,06 m
Syarat 5 : L < 2 . Ts
612,06 m < 2 . (383,274) m
612,06 m < 766,547 m . . . . . . . . . . (aman)

b. Untuk R1 =R3 = 358 m


Data – data : Vr = 60 Km/Jam emaks = 10 % = 0,10
Rc = 179 m c = 0,4
o
β = 90
 fm =
−0 , 00065⋅V r +0 , 192

= −0,00065⋅60+0,192
= 0,153
1432 ,39
 Maka, D = Rc

1432 ,39
= 179
0
= 8,002
Dari buku “Konstruksi Jalan Raya dan Baja I” halaman 113 Tabel 4.7 Metode
Bina Marga, diperoleh :
e = 0,086 m
Ls = 50 m
Direncanakan Tikungan Spiral – Circle – Spiral (S-C-S) :
V 3 V r⋅e tabel
r
0 , 022⋅ −2 , 727⋅
 Ls min = R c⋅c c

603 60⋅0 , 086


0 , 022⋅ −2 , 727⋅
= 179⋅0,4 0,4
= 31,19 m
Syarat 1 : Ls min < Ls
31,19 m < 50 m . . . . . . . . . . . (aman)
L s⋅90 50⋅90
 θs = π⋅Rc = 3,14⋅179
o
= 8,006
Syarat 2 : 2.θs < β
o
2 ( 8,006 ) < 90
o

o
16,860 < 90o . . . . . . . . . . (aman)

 θc =
β−2 θs
o o
= 90 −16 ,860
o
= 73,98
Syarat 3 : θc > 0
o
73,98 > 0o . . . . . . . . . . (aman)
θC
0
⋅2⋅π⋅Rc
 Lc = 360
0
73 , 98
0
⋅2⋅3 , 14⋅179
= 360
= 231,03 m
Syarat 4 : Lc ≥ 25 m
231,06 m ≥ 25 m . . . . . . . . . . (aman)
L
s2
−R c⋅( 1−Cos θs )
 p = 6⋅Rc
2
50
−179⋅( 1−Cos 8 , 0060 )
= 6⋅179
= 0,583 m
L
s3
Ls − − R c⋅Sin θs
40⋅R
 k = c2

3
50
50− 2
−179⋅Sin 8 , 006 0
= 40⋅179
= 24,971 m
1
( Rc + p )⋅Tan 2 β +k
 Ts =

= ( 358+0 , 583 )⋅Tan 450 +24 , 97


= 204,554 m
( Rc+ p)
−Rc
1
Cos β
 Es = 2
( 179+0 ,583 )
−179
= Cos 450
= 74,968 m

 L =
Lc +2⋅L s

= 231,03 + 2 x 50
= 331,03m
Syarat 5 : L < 2 . Ts
331,03 m < 2 . (204,554) m
331,03 m < 409,108 m . . . . . . . . . . (aman)

c. Untuk R
Data – data : Vr = 80 Km/Jam emaks = 10 % = 0,10
Rc = 1146 m c = 0,4
o
β = 90

 fm =
−0 , 00065⋅V r +0 , 192

= −0,00065⋅60+0,192
= 0,14
1432 ,39
 Maka, D =
Rc

1432 ,39
= 1146

= 1,2499
Dari buku “Konstruksi Jalan Raya dan Baja I” halaman 113 Tabel 4.7 Metode
Bina Marga, diperoleh :
e = 0,033 m
Ls = 70 m
Direncanakan Tikungan Spiral – Circle – Spiral (S-C-S) :
V 3 V r⋅e tabel
r
0 , 022⋅ −2 , 727⋅
 Ls min = R c⋅c c

803 80⋅0 , 033


0 , 022⋅ −2, 727⋅
= 1146⋅0,4 0,4
= 6,574 m
Syarat 1 : Ls min < Ls
6,574 m < 70 m . . . . . . . . . . . (aman)
L s⋅90 70⋅90
 θs = π⋅Rc = 3,14⋅1146
o
= 1,751
Syarat 2 : 2.θs < β
o
2 ( 1,751 ) < 90
o

o
3,502 < 90o . . . . . . . . . . (aman)

 θc =
β−2 θs
o o
= 90 −3, 502
o
= 86,5
Syarat 3 : θc > 0
o
86,5 > 0o . . . . . . . . . . (aman)
θC
0
⋅2⋅π⋅Rc
 Lc = 360
0
86 , 5
0
⋅2⋅3 , 14⋅1146
= 360
= 1729 m
Syarat 4 : Lc ≥ 25 m
1729 m ≥ 25 m . . . . . . . . . . (aman)
L
s2
−R c⋅( 1−Cos θs )
 p = 6⋅Rc
2
50
−1146⋅( 1−Cos 1 ,7510 )
= 6⋅1146
= 0,178 m
L
s3
Ls − − R c⋅Sin θs
40⋅R
 k = c2

3
70
70− 2
−1146⋅Sin 1, 7510
= 40⋅1146
= 34,98 m
1
( Rc + p )⋅Tan 2 β +k
 Ts =

= ( 1146+0 , 178 )⋅Tan 450 +34 , 98


= 1181 m
( Rc+ p)
−Rc
1
Cos β
 Es = 2

( 1146+0 ,178 )
0
−1146
= Cos 45
= 474,9 m

 L =
Lc +2⋅L s

= 1729 + 2 x 70
= 1869 m
Syarat 5 : L < 2 . Ts
1869 m < 2 . (1181) m
1869 m < 2362 m . . . . . . . . . . (aman)

3.2.3 Perhitungan Super Elevasi

 
  a. Tikungan 1                        
                                 
  Diketahui :                          
V
  r = 80   e = 0.054            
R 35
  c = 8                          
  Ls = 50                          
                                 
f
  1. m = -0.00065 x Vr + 0.192        
      = 0.14                  
                                 
landai
  2. relatif = 0.00444            
                                 
o
  3. e max = 0.000764527   k            
                                 

  b. Tikungan 2                        
                                 
  Diketahui :                          
  Vr = 60   e = 0.086            
R
  c = 179                          
  Ls = 50                          
                                 
f
  1. m = -0.00065 x Vr + 0.192        
      = 0.153                  
                                 
  2. landai relatif = 0.00636            
                                 
o
  3. e max = 0.005360093   k            
                                 

c.. Tikungan 3                    
                       
Diketahui :                    
Vr = 80   e = 0.033    
Rc = 114                  
6
Ls = 70                  
                       
1. fm = -0.00065 x Vr + 0.192
    = 0.14          
                       
2. landai relatif   = 0.002271429    
                       
3. e max = -0.096026439   ok    
                       

3.3 Tata Guna Lahan Simpang Susun MT Haryono

1 3

Gambar 3.3 Sebaran Tata Guna Lahan MT Haryono

Tabel 3.3 Sebaran tata guna lahan simpang susun MT Haryono


No Tata Guna Lahan Luas
1 Sektor 1 1542 m2
2 Sektor 2 1778 m2
3 Sektor 3 1542 m2
4 Sektor 4 1778 m2

Anda mungkin juga menyukai