Penyusun
SMBUTN
DIREKTUR RSUD dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat atas segala karunia dan
petunjuk-Nya sehingga penyusunan Buku Panduan Perlindungan Pasien
Terhadap Kekerasan Fisik RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dapat
diselesaikan pada ivaktunya.
Proses penyu sun an Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan
Fisik RSUD dr. R. Koesma Kabu paten Tuban ini melibatkan beberapa disiplin
klinis di rumah sakit. Dengan telah disu sunnya buku panduan ini diharapkan
dapat menunjang mutu pelayanan pasien di rumah sakit terutama dalam ha1
menghormati hak pasien dan kelu arga khusu snya melindungi pasien dari
kekerasan fisik.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
semua pihak atas bantuan dan perhatian nya yang telah diberikan dalam
penyu sun an Panduan Perlind ungan Pasien Terhadap Kekerasau Fisik .
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petu njuk
kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas ini.Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
‘ ’ '“ ’* i1
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN
RUMAHSAKITUMUMDAERAHDOKTERR.KOESMA
JI. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.800 Telp. (0356) 321010, 325696
T U B A N — 623 15
MEMITbSkAN
Pasal 1
Parid uan Perlindungan Pasien terhadap kekerasan fisik
Pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban sebagaimana tercantum dalam lampiran;
Pasal 2
Dalam pelaksanaan Perlindungan Pasien terhadap
kekerasan fisik di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
dr. R. Koesma Kabupaten Tuban wajib berpedoman pada
Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1;
Pasal 3
Pembinaan dan Pengawasan pelaksanaan Perlindungan
Pasien terhadap kekerasan fisik Rumah Salcit Umum
Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dilaksanakan oleh
Direktur;
Pasal 4
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
DITETAPKAN Dl TUBAN
PADA TANGGAL 81 DESEMBER 2018
***
DEFINISI
A. Pengertian
1. Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan uritul‹
memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh
pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara
maupun berdasarkan penetapan pengadilan.
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat Peru pa fisik
maupun non fisik, dilakukan secara aktif mau pun dengan
cara pasif (tidak berbuat), dikehenriski oleh pelaku, den ada
akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang
tidak dikendaki oleh korban. I stilah kekerasan berasal dari
bahasa Latin Nofeiihn, yang berarti keganasan, l‹ebengisan,
kedahsyatan, kegara3a gan, aniaya, ci an perkosaan (dikutip
ATif Rohman : 2005).
Perlindunp•an pasien terhadap kekerasan fisik adalah upaya
rumah sakit tjntu k melind ungi pasien dari kekerasan fisik
oleh pengunjung, pasien lain maupun dari staf rumah sakit.
q. Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi dalam k u run waktu
satu jam pertarna kelahiran.
5 Anak-ariak adalah masa yang mulai per rode bayi sairipai
pubertas (13 14 tahun)
6. Lanjut usia (Lan sia) adalah periode dalam kehidupan yang
ditandai dengan menurunya kemampuan fisik dan
psikologis. Menurut WHO ada 4 golongan lanjut usia
meliputi :
• U sia pertengahan (middle age) : 45 — 59 tahun
• Lanjut usia (elderly) ' fiO — 74 tahun
• lanjut usia tua (old) : 75 — 90 tahun
• Usia sangat tub (veiy old) : diatas 90 tahun
1
7. Orang dengan gangguan jiiva adalah orang yang mengalami
suatu perubahan pada fungsi kejiwaan. Iteadaan ini ditandai
dengan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
8. Penyandang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan /atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginja untu k
melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang
cacat fisik, penyandang cacat mental serta penyandang
cacat fisik dan mental
9. Itekerasan pad a perempuan adalah segala bentuk kekerasan
tier liasis jeniter yting bernki1i‹it rnenyiil‹iti set rim fisil‹,
sek sum, menttil atau peiat1t:ritaaD terha‹1sp perempunn.
1 liorna ‹init+iii ictilnli 1‹edokteraii odolnh seat u kontlisi tidak
tJ. esdar yang sangat dalam, eehingga tidtik mem lwriltan
respons atas ransangan rasa sakit atau rangsan gan cahaya.
Pasien koma adalah pasien yang ticlak dapat dibangunkan,
1 1 tidak memberikan respons normal tei‘hadap rasa sakit atau
.
rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, clan
tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat
timbul karena kondisi, termasuk kerac unan, keabnormalan
metabolik, penyakit sistem saraf pu sat, serta luka neurologis
aktit seperti ytroke dan hiyofin, gegar oti ak karena
kecelakaan berat terkena kepala dan tei‘jadi pendarahan di
dalam tempurung kepala.
2
RUANG LINGKUP
3
Ketiga eumber kekerasan tersebut merupakan eumber yang
memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah eakit.
Pengunjung salah satu pelaku yang sangat mungkin dapat
melakukan kekerasan terhadap paeien karena mungkin ungur
kesengajaan ingin melakukan kekersan lalu dia datang ke rumah
sakit dan menemui pasien yang menjadi sasarannya. Selain itu,
pasien bisa saja melakukan kekerasan terhadap pasien lain dan
bahkan staf rumah eakitpun berpotenei melakukan kekerasan kepada
pasien.
4
2. Pasien Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan,
yaitu semua orang yang menghadapi hambatan atau
keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang layak
bagi kemariusiaan dan berlaku umum bagi suatu mask arakat
yang berperadapan. Dan Lansia adalah merupakan kelompok
rentan terhadapan kekerasan.
Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi dimana seorang
laiasia rnengalami kekerasan yang dilakukan oleh oTang lain.
Dalam banvak kasus kekerasan fisik datang dari orang-orang
yang mereka percayai.
Di rumah sakit kekerasan terhadap lansia yaitu berupa
perkosaan, pemukulan, dipermalukan /ctiancam seperti anak
kecil, diabaikan/ditelantarkan , atau mendapatkan perawatan
yang tidak standar.
5
pakaian atau selimuy, mengintip pasien pada saat mandi dan
sebagainya.
6
A. Upaya Pencegahan Tindah 2£es • ra «a» Di Rumah aunt
Rumah sakit menghimbau eeluruh petugas medis/perawat/bidan
atau petugas lainnya untuk tidak melakukan tindakan kekerasan
kepada pasien, kepada pengunjung dan kepada sesama staf rumah
sakit.
Beberapa upaya khtisus yang dilakukan rumah sakit kepada
kelompok pasien beresiko adalah sebaga berikut :
1. Perlin4ungan pasien bayi dan anak — anak
Upaya rumah sakit dalam rangka memberikan perlindungan bagi
paeien bayi dan anak-anak di rumah sakit adalah :
Rumah sakit menyediakan ruang bayi yang tertutup,
sehingga setiap orang yang akan masuk ke dalam ruangan
tersebut harue eeijin petugas/perawat yang jaga dengan
menjelaskan maksud dan tujuan yang jelas.
- Pada setiap tempat tidur pasien anak — anak disertai dengan
pembatas pada setiap sisi yaitu 4 sisi, hal ini merupakan
upaya rumah sakit dalam melindungi keselamatan pasien
eehingga pasien anak tersebut tidak jatuh ketika tidur.
Pemasangan CCTV di pintu keluar masuk ruang bayi.
7
akan dilakukan oleh orang lain atau pasien lain. Maka rumah
sakit mengupayakan beberapa ha1, yaitu :
- Tersedianya tombol darurat, dimana apabila tombol tersebut
ditekan dan berbunyi maka menunjukkan bahwa pasien
menginginkan petugas perawat segera datang ke ruang rawat
pasien.
Mengijinkan pasien untuk ditunggu oleh satu orang penunggu
dengan memperlihatkan identitas penunggu terlebih dahulu
disertai pemberian Kartu Tunggu kepada penunggu tei’sebut.
9
C. Cara melindungi pasien dengan 3 (tiga} kode darurat non medis
antara lain :
to Code ¥Eetezazzgao Rempox
1 Code Grey Sttuaai Lindu ngi/ Berusaha untuk
( 88* berbahaya pcrtahanan diri mengurangi tingkat
Kesmanan} berhubungan sendiri dan reeiko/ bahaya dengan
dengan hubungi pusat memantau ketat
kejahatan yang komando untuk daerah /ruang
mengancam mengaktifkan Code perawatari terpencil.
fisik Grey
10
DOKUMENTASI
11
PENUTUP
Penyu su n
12
DAFTAR PUSTAKA
13