Anda di halaman 1dari 20

PEMERINTAH RSUD

KABUPATEP TUBAN KABUPATENcTUBAN


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr, Wb.


Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, serta energi yang positif, sehingga
penyusun telah dapat menyelesaikan buku pedoman ini dengan baik. Salam
tak lupa penyusun sampaikan kepada setiap inspirasi dan motivasi yang
selalu ada menemani peneliti selama menyu sun panduan ini.
Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik di Riimah
Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupater Tuban, diharapkan dapat
menjadi acuan dalam proses pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan
pasien sesuai hak pasien yang harus diberikan oleh rumah sakit. Selama
penyusunan buku panduan ini penyusun mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bantuan moril, bimbingan, pengarahan,
pemikiran dan saran-saran yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
penyusun didalam penyusunan buku panduan ini. Untuk itulah, penyusun
ingin mengucapkan banyalc terima kasih.
Akhir kata penyusun berharap agar buku panduan ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi karyawan RSUD dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban, sehingga dapat tercipta pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien dan keluarga.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Penyusun
SMBUTN
DIREKTUR RSUD dr. R. KOESMA KABUPATEN TUBAN

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat atas segala karunia dan
petunjuk-Nya sehingga penyusunan Buku Panduan Perlindungan Pasien
Terhadap Kekerasan Fisik RSUD dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dapat
diselesaikan pada ivaktunya.
Proses penyu sun an Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan
Fisik RSUD dr. R. Koesma Kabu paten Tuban ini melibatkan beberapa disiplin
klinis di rumah sakit. Dengan telah disu sunnya buku panduan ini diharapkan
dapat menunjang mutu pelayanan pasien di rumah sakit terutama dalam ha1
menghormati hak pasien dan kelu arga khusu snya melindungi pasien dari
kekerasan fisik.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
semua pihak atas bantuan dan perhatian nya yang telah diberikan dalam
penyu sun an Panduan Perlind ungan Pasien Terhadap Kekerasau Fisik .
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan petu njuk
kepada kita sekalian dalam melaksanakan tugas ini.Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

dr. H. SAIFUL HADI

‘ ’ '“ ’* i1
PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN
RUMAHSAKITUMUMDAERAHDOKTERR.KOESMA
JI. Dr. Wahidin Sudirohusodo No.800 Telp. (0356) 321010, 325696
T U B A N — 623 15

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA


KABUPATEN TUBAN
NOMOR i1 TAHUN 2018

PENETAPAN PNDUN PERLIHDUNGAN PASIEN


TERHADAP KERERASN FISIK PADA RSUD dr. R. KOESM
KABUPATEN TUBAN

DIR 'SKTUR RUMH SKIT UMUM DAERAH dr. R. KOESMA


KABUPATEN TUBN,

Menimbang 1. bahwa dalam menerima pelayanan di Rei mah Sakit,


pasien memiliki hak dan kewajthan yang harus
dihormati dat dilindungi sehingga perlu adanya
pedoman dalam melakukan hal tersebut
2. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a , perlu menetap1‹an Panduan
Perlindungan Pasien terhadap kekerasan fisik pada
Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten
TuJoan.

Mengingat 1. Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Man usia;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 04 tahun
2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Tuban;
5. Peraturan Bupati Tu ban Nomor 16 tahun 2013 tentang
Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah sebagaiman telah diubah ked ua kali
dengan Peraturan Bupati Tuban Nomor 31 Tahun
2018.

MEMITbSkAN

Menetapkan PERATURAN DIREKTUR TENTANG PENETAPAN PANDUAN


PERLI N DU NGAN PASIEN TERHADAP KE KERASAN FISIII
PADA RU MAH SAKIT UMU M DAERAH dr. R. KOESMA
KABU PATEN TU BAN ;

Pasal 1
Parid uan Perlindungan Pasien terhadap kekerasan fisik
Pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma
Kabupaten Tuban sebagaimana tercantum dalam lampiran;

Pasal 2
Dalam pelaksanaan Perlindungan Pasien terhadap
kekerasan fisik di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
dr. R. Koesma Kabupaten Tuban wajib berpedoman pada
Panduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1;

Pasal 3
Pembinaan dan Pengawasan pelaksanaan Perlindungan
Pasien terhadap kekerasan fisik Rumah Salcit Umum
Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban dilaksanakan oleh
Direktur;
Pasal 4
Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

DITETAPKAN Dl TUBAN
PADA TANGGAL 81 DESEMBER 2018

dr. H. iSAIFUL HADI


Halaman
HALAMAN JUDUL ...... . .
KATA PENGANTAR . , .. „, .,....... .. .. . .. ........ .. ......, ... . ...,... ........ .
KATA 9AMBUTAN .............. „.,.. ........ , .. ., .... . .. .... ...... 11

SK DIREKTUR TENTANO PENETAPAN PANDUAN ................................. 11t


DAFTAlt ISI ............................... .....,. .. ....... ....
.. .... V1
BAB 1 DEFINISI ........................................ . ... . .. .. .. . .... . .
1
A. Pengertian ................ ............ .. .......... ...... ... . .. . .. . .
l

B. Tujuan .......................................... ...................................... 2

BAB II RUANO LINOKUP ............................. .,. . . . . . .. . . . 3


A. Sumber Kekeraean di Rumah Sakit ............................................... 3
B. kelompok Pasien Bereeiko di Rumah Sakit .......................... ...... 4
BAB III TATA LAKSANA ........ ..... ........................................................ 7
A. Upaya Pencegahan Tindak Kekerasan di Rumah Sakit ................. 7
B. Tata Laksana Penanganan Kejadian Kekerasan di Rumah Sakit.... 9
BAB IV DOKUMENTASI ....................................................................... 11
BAB V PENUTU P .............................................................................., . 12

***
DEFINISI
A. Pengertian
1. Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan uritul‹
memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh
pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian,
kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara
maupun berdasarkan penetapan pengadilan.
Kekerasan adalah perbuatan yang dapat Peru pa fisik
maupun non fisik, dilakukan secara aktif mau pun dengan
cara pasif (tidak berbuat), dikehenriski oleh pelaku, den ada
akibat yang merugikan pada korban (fisik atau psikis) yang
tidak dikendaki oleh korban. I stilah kekerasan berasal dari
bahasa Latin Nofeiihn, yang berarti keganasan, l‹ebengisan,
kedahsyatan, kegara3a gan, aniaya, ci an perkosaan (dikutip
ATif Rohman : 2005).
Perlindunp•an pasien terhadap kekerasan fisik adalah upaya
rumah sakit tjntu k melind ungi pasien dari kekerasan fisik
oleh pengunjung, pasien lain maupun dari staf rumah sakit.
q. Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi dalam k u run waktu
satu jam pertarna kelahiran.
5 Anak-ariak adalah masa yang mulai per rode bayi sairipai
pubertas (13 14 tahun)
6. Lanjut usia (Lan sia) adalah periode dalam kehidupan yang
ditandai dengan menurunya kemampuan fisik dan
psikologis. Menurut WHO ada 4 golongan lanjut usia
meliputi :
• U sia pertengahan (middle age) : 45 — 59 tahun
• Lanjut usia (elderly) ' fiO — 74 tahun
• lanjut usia tua (old) : 75 — 90 tahun
• Usia sangat tub (veiy old) : diatas 90 tahun

1
7. Orang dengan gangguan jiiva adalah orang yang mengalami
suatu perubahan pada fungsi kejiwaan. Iteadaan ini ditandai
dengan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
8. Penyandang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik dan /atau mental, yang dapat mengganggu
atau merupakan rintangan dan hambatan baginja untu k
melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang
cacat fisik, penyandang cacat mental serta penyandang
cacat fisik dan mental
9. Itekerasan pad a perempuan adalah segala bentuk kekerasan
tier liasis jeniter yting bernki1i‹it rnenyiil‹iti set rim fisil‹,
sek sum, menttil atau peiat1t:ritaaD terha‹1sp perempunn.
1 liorna ‹init+iii ictilnli 1‹edokteraii odolnh seat u kontlisi tidak
tJ. esdar yang sangat dalam, eehingga tidtik mem lwriltan
respons atas ransangan rasa sakit atau rangsan gan cahaya.
Pasien koma adalah pasien yang ticlak dapat dibangunkan,
1 1 tidak memberikan respons normal tei‘hadap rasa sakit atau
.
rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, clan
tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Koma dapat
timbul karena kondisi, termasuk kerac unan, keabnormalan
metabolik, penyakit sistem saraf pu sat, serta luka neurologis
aktit seperti ytroke dan hiyofin, gegar oti ak karena
kecelakaan berat terkena kepala dan tei‘jadi pendarahan di
dalam tempurung kepala.

1. Untuk memastikan standarisasi perlindurigan pasien


terhadap kekerasan fisik.
2. Sebagai kepedulian dari rumeh sakit tei-hadap posieia
mengenai perlindungan terhadap kekerasan fisik.

2
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan ini adalah di seluruh kawasan


rumah sakit baik pasien, pengunjung dan staf rumah sakit karena
rumah sakit merupakan salah satu tempat yang dimungkinkan
dapat teijadinya tindak kekerasan. Itetika orang datang untuk
berobat ke rumah sakit, pasti mengharapkan kondisi yang sehat
kembali seperti semula. N pmun, selain kesehatan, pasien juga
berharap untuk mendapatkan jaminan keamanan, kenyamanan,
dan keselamatan selama pasien berada di rttmah sakit. Oleh kai ena
itu rumah sakit berkewajiban untuk melindungi hak pasien, salah
satulljR adalah ri1mnh sakit wajib melindungi pasien dari tindak
kekerasan kekerasan fisik.

A. 8umber Kekerenan d1 Rumah 8akit


Sumber kekerasan yang mungkin terjadi jika berada di rumah
sakit. Berikut sumber kekei asan yang murigkiii terjadi di tumah
sakit :
1. Pengunjung Rumah Sakit
Pengunjung adalah seorang atau kelompok orang yang datang ke
rumah sakit dengan tujuan untuk mengu njungi oi‘ang yang
sedang menjalani rawat inap di rumah sakit
2. Pasien Lain
Pasien lain actalah pasien yang dirawat di rumah sakit dengan
waktu yang sama.
3. Staf Rumah Sakit
Staf rumah saltit yaitu orang yang diangkat atau ditu njuk sesuai
dengan keahliannya untu k melaksanakan suatu tugas yang di-
bebankan kepadanja yang bertempat di rurnah sakit

3
Ketiga eumber kekerasan tersebut merupakan eumber yang
memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah eakit.
Pengunjung salah satu pelaku yang sangat mungkin dapat
melakukan kekerasan terhadap paeien karena mungkin ungur
kesengajaan ingin melakukan kekersan lalu dia datang ke rumah
sakit dan menemui pasien yang menjadi sasarannya. Selain itu,
pasien bisa saja melakukan kekerasan terhadap pasien lain dan
bahkan staf rumah eakitpun berpotenei melakukan kekerasan kepada
pasien.

B. IMoznpok Paa!en Beraatko DI Rumelz 8aktt


Rumah sakit mengidentifikasi kelompok yang berisiko dan
berikut daftar kelompok pasien bere9iko di R9UD Dr, R. Koesma
Kabupaten Tuban, adalah :
1. Pasien bayi dan anak
• Kekerasan terhadap bayi meliputi semua bentuk
tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik, misalnya
pelayanan yang menggunakan alat tidak standar seperti
inkubator tidak layak pakai, penculikan bayi, bayi tertukar
atau penelantaran bayi.
• Keraean anak dirumah eakit adalah petlakuan kasar yang
dapat menimbulkan penderitaan, keeengearaan,
penganiayaan fieik, gekeual, penelantaran (ditinggal oleh
orangtuanya di rumah sakit), maupun emotional yang
diperoleh dari orang dewasa yang ada di lingkungan rumah
sakit. Hal tersebut mungkin dilakukan oleh orang tuanya
sendiri, paeien lain, pengunjung atau staf rumah eakit.
Terjadinya kekerasan fisik adalah dengan penggunaan
kekuasaan atau otoritasnya, terhadap anak yang tidak
berdaya yang seharusnya diberikan erlindungan.

4
2. Pasien Lansia
Dalam kehidupan sosial, kita mengenal adanya kelompok rentan,
yaitu semua orang yang menghadapi hambatan atau
keterbatasan dalam menikmati standar kehidupan yang layak
bagi kemariusiaan dan berlaku umum bagi suatu mask arakat
yang berperadapan. Dan Lansia adalah merupakan kelompok
rentan terhadapan kekerasan.
Kekerasan pada lansia adalah suatu kondisi dimana seorang
laiasia rnengalami kekerasan yang dilakukan oleh oTang lain.
Dalam banvak kasus kekerasan fisik datang dari orang-orang
yang mereka percayai.
Di rumah sakit kekerasan terhadap lansia yaitu berupa
perkosaan, pemukulan, dipermalukan /ctiancam seperti anak
kecil, diabaikan/ditelantarkan , atau mendapatkan perawatan
yang tidak standar.

3. Pasien penyandang cacat


Penyandang Cacat adalah setiap orang 5 ang mempunyai kelainan
fisik dan/ atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara
selayaknya, yang terdiri daTi penyandang cacat fisik, penvandang
cacat mental serta petu andang cacat fisik dan mental, misaln a
Menyediakan alat bantu gerak di ruang rawat pasien vang sesuai
dengan kebrttuhan pas›en untuk membantu pasien tersebut.

4. I4ekerasan pada perempuan


Kekerasan terhadap perempuan di rumah sakit dapat berupa
pei’kosaan, yaitu hubungan seksual yang dilakukan seseorang
tanpa persetujuan korbannya. Nam un perkosaan tidak semata-
mata sebuah serangan seksual akibat pelampiasan dari rasa
marah, bisa juga disebabkan karena godaan yang timbul sesaat
seperti melihat bagian tubuh pasien wanita yang tidal‹ ditcttupi

5
pakaian atau selimuy, mengintip pasien pada saat mandi dan
sebagainya.

5. Pasien dengan gangguan jiwa


Pasien dengan gangguan jiwa terkadang tidak bisa
mengenclalikan perilakunya, sehingga pasien tersebut perlu
clilakuksn tinclakan pembatasan gerak (restraint).
Kekerasan fisik pada pasien jiwa yang dilakukan rumah sakit
bisa disebabkan oleh tindakan restrain yang tidak sesuai
pi osedur atau tidak menggunakan pengikat yang tidak standar.
0 vga dengan keadaan terikat biasanya pasien gangguan jiwa
dapat dengan mudah menerima kekerasan fisik baik dari
pengunjung lain, sesama pasien jiwa maupun oleh tenaga
med is/perawat atau tenaga kesehatan lain.

6. Pasien tak saclarkan diri/ koma


Kekei‘asan fisik bagi pasien yang lcoma di rumah sakit, bisa
disebabkan oleh pemberian asuhan medis/ keperawatan yang
tidak standar, penelantaran oleh perawat, diperlakukan secai’a
1‹asar oleh tenaga kesehatan yang bei‘tugas sampai pada
menghentikan bantuan hidu p dasar pada pasien tanpa
persetujuan keluarga/ wali.

6
A. Upaya Pencegahan Tindah 2£es • ra «a» Di Rumah aunt
Rumah sakit menghimbau eeluruh petugas medis/perawat/bidan
atau petugas lainnya untuk tidak melakukan tindakan kekerasan
kepada pasien, kepada pengunjung dan kepada sesama staf rumah
sakit.
Beberapa upaya khtisus yang dilakukan rumah sakit kepada
kelompok pasien beresiko adalah sebaga berikut :
1. Perlin4ungan pasien bayi dan anak — anak
Upaya rumah sakit dalam rangka memberikan perlindungan bagi
paeien bayi dan anak-anak di rumah sakit adalah :
Rumah sakit menyediakan ruang bayi yang tertutup,
sehingga setiap orang yang akan masuk ke dalam ruangan
tersebut harue eeijin petugas/perawat yang jaga dengan
menjelaskan maksud dan tujuan yang jelas.
- Pada setiap tempat tidur pasien anak — anak disertai dengan
pembatas pada setiap sisi yaitu 4 sisi, hal ini merupakan
upaya rumah sakit dalam melindungi keselamatan pasien
eehingga pasien anak tersebut tidak jatuh ketika tidur.
Pemasangan CCTV di pintu keluar masuk ruang bayi.

2. Perlindungan Pasien Lansia


Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terns menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya
terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Oleh karena itu, terlihat dari kesehatan fisiknya, bahwa pasien
manula tidak sanggup melindungi dirinya sendiri dari berbagai
macam kejadian buruk termasuk kekerasan fisik yang mungkin

7
akan dilakukan oleh orang lain atau pasien lain. Maka rumah
sakit mengupayakan beberapa ha1, yaitu :
- Tersedianya tombol darurat, dimana apabila tombol tersebut
ditekan dan berbunyi maka menunjukkan bahwa pasien
menginginkan petugas perawat segera datang ke ruang rawat
pasien.
Mengijinkan pasien untuk ditunggu oleh satu orang penunggu
dengan memperlihatkan identitas penunggu terlebih dahulu
disertai pemberian Kartu Tunggu kepada penunggu tei’sebut.

3. Perlindungan pasien penyandang cacat


Penyandang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan iisik dan/ atau mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya unt uk me1al‹ukan
secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fi sik,
penyandang cacat mental serta penyandang cacat fisik dan
mental. Perlu ada perlindungan khu su s bagi pa9ien penyandang
cacat yang diberikan oleh rumah sakit misalnya menyediakan
alat bantu gerak di ruang rawat pasien yang sesuai dengan
ketau tuhan pasien untuk membantu pasien tersebut.

4. Perlindu man Pasien Tak Sadarkan Diri (Koina)


ltoma adalah keadaan tidak sadarkan diri yang berkepanjangan.
Koma adalah kondisi +ned is yang ditandai dengan hilangnya
kesadaran dan kewaspadaan, serta ketidakmampuan untuk
dibangunkan. Penanganan yang dilaltrl kan tersebut adalah :
Menernpatkan pasien di kamar yang tenang atau sendii‘l
(isolasi)
- Menempatkan pasien di ruang rawat inap HCU (High Care
Unit)
Mengijinkan pasien untuk ditunggu oleh satu orang
penunggu dengan memperlihatkan identitas penunggu
terlebih dahulu
disertai pemberian ltartu Tu nggu kepada penunggu tersebut,
sei ta mewajibkan penunggu untuk menggunakan pakaian
khrisus dalam ruangan HCU.

5. Perlind ungan Kekerasan terhadap pei‘empuan


Kekerasan terhadap peYempuan di rumah sakit dapat berupa
perkosaan, yaitu hubungan seksual yang dilakukan seseorang
tanpa persetujuan korbannya. Nainun perkosaan tidak semata
mata sebuah serangan seksual akibat pelampiasan dari rasa
marah, bisa jvga disebabkan karena godaan ysng timlaul sessst
seperti melihat bagian tubuh pasien wanita yang tidak ditutu pt
pakaian atau selimut, mengintip pasien pacla saat mandi den
sebagainya. Untuk meisgantisipasi hal tersebut maka pada ruang
peraivatan disesuaikan dengan gender.

B. Tata Ls>-nri- Penangunan Kejadlan Kekerasan Di Rumah Saklt


H al yang dilakukan oleh petugas rumah sakit jika kekerasan terjadi
adalah sebagai berikut :
1. Ketika petugas mend apati tindak kekerasan, maka petugas
melakukan respon cepat dengan berteriak tertuju ke arah
kejadian. Hal ini dilakukan dengan maltsud agar tindak kekerasan
tersebut terhenti.
2. Petugas meminta pertolongan ltepada pihak terdekat (petugas
lain / pihak keluaYga pasien atau pasien lain) menghet tikan tindak
kekerasan tersebut dan untuk mengamankan pelaku dan pasien.
3. Petugas memeriksa kead aan pasien tersebut.
4. Petugas mengh u bungi Satpam untul« rnengaman kan pelak u
tinctak kekerasan
5. Setparn mengh ubungi pihak liepolisian untul‹ melaporknn
kejadiais dan menvet‘nhkan pe1nl‹u tindak keanaaiiaia

9
C. Cara melindungi pasien dengan 3 (tiga} kode darurat non medis
antara lain :
to Code ¥Eetezazzgao Rempox
1 Code Grey Sttuaai Lindu ngi/ Berusaha untuk
( 88* berbahaya pcrtahanan diri mengurangi tingkat
Kesmanan} berhubungan sendiri dan reeiko/ bahaya dengan
dengan hubungi pusat memantau ketat
kejahatan yang komando untuk daerah /ruang
mengancam mengaktifkan Code perawatari terpencil.
fisik Grey

2 Codc ink Bayijenak a. Lekuk


(PoneuWkon hileng/ diculik pomerikeann pemeriksaan pedo
Bar) dari rumah eeeara berkala seluruh aree kS, jike
eakit pada ruang eaeeran terlihat,
rawat bayi/ jangan dihontikan
anak sendiri, hubungt
b. Monitor seluruh pueat komando
mangon dengan security dan laporkan
CCTv
c. Awasi ketat
pintu kelu ar
terhadap
seluruh orang
meninyMkw
rum0h ldt
dcnger
anak/ bayi

3 Codc B1aek Adanya a. Segera ke lokasi a. Melaporkan ke


(bcemen informasi tempat bareng koord. Keadaan
Bom) ancaman born yang dicurigai darurat gedung den
lewat telepon sebagai BOM keamanan
atau ams diletakkan b. Koordinaei dengan
b. Jangan dtB€Dtuh kepolisian setempat
cert a iaoleni c. Mompertimliangkan
area/benda untuk menevekuasi
yang dicurigai penghuni gedung
‹. Meleporkan
aeurity untuk
menghidupkan
Code Black

10
DOKUMENTASI

Dok umentasi terkait perlindungan pasien terhadap kekerasan fisik


adalah
1 . iSPO Perlindungan terhadap kelompok beresiko
2. SPO Perlindungan terhadap kekerasan fisik
SPO menerima pengunjung di rtimah sakit
4. SPO pemantauan terhadap lingkungan terpencil di RSUD dr. R.
Koesma Kabupaten Tuban
5. SPO perlindungan terhadap penculikan bayi dan anak

11
PENUTUP

Panduan perlind ungan pasien terhadap kekerasan fisik di


Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban disu sun
untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan pelayanan yang
mengutamakan hak pasien yang berhak mendapatkan kenyamanan
dan keamanan dari rumah sakit. Rumah sakit wajib memberikan
jaminan bahwa setiap pasien dan pengunjung yang datang ke rumah
sakit akan menerima pelayanan yang aman dan nyaman dengan
adanya system perlind ungan yang diberikan oleh rumah sakit kepada
pasien dan perigunju ng.
Buku panduan ini merupakan pandu an bagi seluruh staf
rumah sakit, dan bukan buku standar yang bersifat mri tlak oleh
karena ttu untuk pelaksanaan cb lapangan dapat dikemhangkan
sesuai
den gan konclisi dan kebu tuh an masing — masing di rumah sakit.

Penyu su n

12
DAFTAR PUSTAKA

Undarig U ndang No 23 Tahan 2012 Tentang Perliiidungaii Atiak


KARS. 2012. Standor Akreditns Rumah !Sakit
li i t / / . '.' .. ».' r i r Io . '›' . » o ‹ r.'r .Pengertian Lansia Usia (di unduh 1
6 April 20 13)
„ , , , , , . . . . . , ...„ . , .., , , , ,. . .Pengertian Kekerasan (diu ndu h 15
April 2013)
20 12. Pengertian Kekerasan Fisik
(diunduh 29 April 2013)
i i › i:. . . . ! ›i .: .! i . 201 2. Pengertian Kekerasan Penyebab
(din nduh 29 April 2013)
la I i o g i . « ., ‹i i :..‹ . i. r›i« .Kekerasan (diundu h 29 April 2013)

13

Anda mungkin juga menyukai