Buku Panduan P3K Lain
Buku Panduan P3K Lain
KATA PENGANTAR
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industry begitu cepat sehingga
potensi bahaya dan resiko terjadinya. Kecelakaan dan penyakit akibat kerja semakin besar. Untuk
itulah petugas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di tempat kerja di harapakan untuk dapat
berperan segera menangani pekerja/ buruh ysng mengalami kecelakaan kerja dan sakit secara cepat
dan tepat sehingga tujuan P3K di tempat kerja dapat terwujud dengan tindakan pembenaan
perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap di berikan oleh dokter atau
petugas kesehaatan lainya.
Harapan kami semogga opanduaan pelaksanaan P3K di tempat kerja ini Bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Rangka mencapai tersebut di atas petugas P3K di tempat kerja memerlukan
pengetahuan ataupun keterampilan di bidang P3K di tempat kerja yang di laksanakan melalui
pelatihan sesuai dengan ketentuaan yang berlaku. Disamping itu, petugas P3K di tempat kerja
memebutuhkan panduaan yang lebih sederhana tentang pelaksanaan tindakan P3K di tempat kerja
yang dapat di akses dengan mudah dan cepat serta dapat di letakan ke dalam kotak P3K. Materi
pada buku panduan ini sebagian besar merupakan panduan pelaksanaan P3K yang diruntukkan bagi
petugas yang telah mengikut pelatihan P3K di tempat kerja.
BAB II
PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
BAB II
Tempat kerja dengan jadwal pekerja/ buruh dan potensi bahaya di tempat kerja.
BAB III
FASILITAS P3K DI TEMPAT KERJA
BAB III
FASILITAS P3K DI TEMPAT KERJA
5 Plester Cepat. 10 15 20
6 Kapas ( 25 gram ) 1 2 3
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti. 12 12 12
11 Masker. 2 4 6
12 Pinset 1 1 1
13 Lampu Senter 1 1 1
18 Alkohol 70% 1 1 1
BAB IV
PELAKSANAAN P3K DI TEMPAT KERJA
BAB IV
PELAKSANAAN P3K DI TEMPAT KERJA
3. Cedera Spinal
Penaganan yang dapat dilakukan adalah :
a. Analisa mekanisme terjadi cedera
b. Lakukan stabilisasi manual kedudukan netral satu garis
c. Lakukan penilaian dini
d. Berikan Oksigen
• Bila tak sadar
Teknik dan cara mengeluarakan benda asing yang menyumbat penyaluran pernafasan bagian
atas :
Posisi Baring
• Terlentangakan Korban
• Penolong Berlutut dekat pingggul atau mengangkang di atas tubuh korban
• Temapatkan tumit tangan antara busur iga dan pusar dengan jari-jari Mengarah ke
dada
• Dengan bantuan tenaga dari bahu tekanalah ke arah atas 45 drajat.
• Bila perlu ulangi beberapa kali
c. Memukul Punggung,
Posisi/ duduk/berdiri
• Penolong berdiri di blakang korban
• Tempatkan 1 tangan di depan dada koraban sebagai penyanggga
• Sandarkan dada koraban pada penolong
• Bungkukkan badan koraban agar kepala lebih rendah dari dada
• Beri pukulan kuat di antara kedua tulang belikat dengan tumit tangan sebanyak 4 kali
• Bila perlu ulangi
Posisi Berbaring
2. Penyakit Asma
Langkah- langkah pemberian pertolongan yang harus dilakkan untuk koraban dengan
serangan asma:
a. Tetap tenang dan tenangkan koraban berikan ruang dengan udara yang segar dari
cukup oksigen. Bantu korban memeberikan obat yang di bawahnya
b. Bila korban sadar posisikan dengan senyaman mungkin dengan posisi duduk atau
setengah tidur. Jangan baringkan korban.
c. Bila penderita tidak sadar segera siapkann pertologan/ rencana tindakan
d. Segera panggil ambulan dan kirimkan korban ke rumah sakit
3. Serangan Jantung
Langkah- langkah yang dapat dilakukan adalah:
a. Bila sadar posisikan korban dalam posisi duduk
b. Bila denyut nadi lemah, cepat, kepala rasa ringan posisikan stabi
c. Bila tak sadar posisikan stabil
d. Kirim ke dokter atau rumah sakit
Dalam menangani kasus fraktur tulang terbuka, maka Harus di tanganin Lukanya lebih dahulu:
➢ Bagian Tempat tulang yang patah di pasang dua papan (bidai), dimana kedua bidai harus
mencakup dua persendian di antara tulang yang patah
➢ Kemudian di balut dengan kain verban
➢ Bagian tualang yang patah tidak boleh di gerak- gerakan
Beberapa jenis dan lokasi Fraktur tulang dan cara tindakan pertolonganya:
1. Tekan tempat perdarahan dengan kain kasa antara 5-15 menit. Balut sebagian bila perlu
tekan bagian pangkal dari tempat perdarahan sebelum menutup luka yang kotor, cuci
luka dengan air bersih dari arah luka kea rah luar/ pinggir luka, kemudian keringkan
dengan kapas dan oleskan anti septik pada tempat luka.
2. Tingggikan anggota badan yang terluka atau berdarah lebih tinggi dari jantung kecuali di
duga ada patah tulang.
3. Tidurkan korban dengan kepala lebih rendah kecuali pada perdarahan kepala dan sesak
nafas.
4. Tenangkan koraban dan ajak bicara .
5. Segeraa bawa ke pelayanan kesehatan, (dokter, rumsh dskit, stsu poliklinik).
Selain tindakan pertolongan seperti tersebut di atas, di perlukan tindakan pertolongan pertama yang
di sesuaikan dengan jenis dan lokasi luka seperti contoh di bawah ini :
a. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan rapikan kulit yang terkelupas.
b. Tekan langsung daerah luka secara kuat dengan perban steril/ kain tebal yang bersih.
c. Perban di eratkan dengan kain pembalut segitiga, kalo masi berdarah tekaan lagi
bantalanya.
d. Korban yang sadar di baringkan kepala dan bahu di tinggikan . apabila korban tidak
sadar baringkan dengan posisi pemulihan.
e. Bawaa atau kirim koraban kerumah sakit dalam posisi pemulihan.
5. Perdarahan bagian dalam
Tanda-tanda korban yang mengalami perdarahan dalam antara lain adalah sebagai berikut :
a. Korban tampak pucat, kulit dingin dan lembab
b. Nadi cepat dan lemah.
c. Korban merasa nyeri / kesakitan yang baru di alami,haus, gelisah dan tegang.
d. Lebam berpola terutama pada fraktur tulang tengkorak di dasar otak
e. Perdarahan dari liang tubuh (mulut, anus,/bubur,hidung, telingah, uretra,/ saluran
kencing dan vagina
a. Korban di baringkan telentang dan di topang . jika tidak sadar baringkan dalam posisi
pemulihan
b. Korban di selimuti agar tidak kedinginan dan hubungi ambulance/ bantuan
c. Periksa dan catat pernafasan
d. Catat jenis, jumlah dan sumber darah yang keluar dari liang tubuh
2. Apabila korban mengali luka bakar dan pingsan pertama tama yang di tanganin adalah
pingsanya.
3. Tanggalkan semua kain yang melekat pada bagian yang terbakar.
4. Singkirkan segera apa yang mengencang (cincin, gelang, dan ikat pinggang).
5. Kulit yang terluka bakar segera di lakukan.
a. Pada luka bakar tingkat pertama, siram atau rendam dengan air dingin 10-15 menit bila
terasa nyeri beri obat anti nyeri.
b. Pada luka bakar tingkat kedua, rendam di air bersih tutup dengan kain bersih/steril, beri
balutan longgar ber obat anti nyeri dan beri minum.
c. Kulit yang melepuh tidak boleh di pecahkan.
d. Bila kulit mengelupas oleskan levertran zalf atau atau salep anti biotik.
e. Pada luka bakar tingkat ke tiga, tutup bagian yang terbakar dengan kain atau kasa steril,
baringkan korban dengan kepala lebih rendah, perhatikan keadaan umum korban dan
kirim ke rumah sakit.
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik .yaitu (1)
Tempat kejadiaan biasanya korban terjatuh setelah aliran listrik putus dengan
memeperhatikan tempat kejadian dapat menambah informasi bagi petugas P3K, (2)
Memutus sumber arus listrik antara penderita dan penghantar dengan dengan mematikan
sumber arus atau menggunkan benda kering bukan logam (3) menghindari daang
mengurangi pengaruh arus listrik dengan menempatkan diri pada benda kering seperti
papan, kayu pakaian, papan selanjutnya segera lakukan tindakan sebagai berikut :
1. Menilai Kondisi korban dan tentukan status korban dan prioritas tindakan
2. Berikan pertolongan sesuai status korban
a. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuh
b. Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan resusitasi jantung paru
c. Slimutan korban.
d. Bila luka ringan obtain seperlunya.
e. Bila luka berat carikan pertolongan ke RS/ Dokter.
f. Luka bakar dilakukan pertolongan sesuai presentase dan drajatnya.
H. Pertolongan Pertama Pada cedera Akibat Pajanan Suhu Ekstrim dan Kejang.
Memberikan Pertolongan
1. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban dan proritaskan tindakan.
2. Berikan pertolongan sesuai status korban.
3. Rujuk ke dokter ataau fasilitas kesehatan apabila di perlukan.
I. Pertolongan Pertama Pada cedera Akibat Pajanan Suhu Ekstrim dan Kejang
1. Pertolongan pertama yang dapat di lakukan pada korban paparan suhu panas, antara lain:
a. Pindahkan korban ke tempat yang sejuk semua pakaian luar di lepaskan dan panggil
dokter.
b. Korban di bungkus dengan kain yang basah dan dingin. Biarkan tetap basah dan
dinginkan sampai suhu 38®C.
c. Jika suhu tubuh sudah turun sampai tingkat yang aman 38®C seprei basah di ganti
dengan yang kering. Korban di amati secara seksama dan jika suhu meningkat lagi,
proses pendinginan di ulang kembali.
2. Apabila terdapat korban yang mengalami kejang karena demam, maka dapat di lakukan
hal-hal sebagai berikut ;
a. Lindungi lidah korban dari bahaya tergigit.
b. Lepaskan semua pakaian dan usahakan mendapatkan udara segar.
c. Kompres kepala dan badan dengan air dingin.
d. Jalan nafas di buka dengan posisi.
e. Hubungi petugas kesehatan dan ambulance.
f. Kirim koraban ke playanan lebih lanjut.
g. Apabila terdapat korban kejang otot maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
• Regangkan otot
• Pijat/ urut otot yang kejang kearah letak jantung.
• Beri obat gosok pada otot yang kejang.
• Pada kejang otot karena panas / banyak keringat keluarmaka berikan air minum yang
mengandung garam.
1. Tindakan Umum :
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah korban dan penolong tidak mendapatkan bahaya
lebih lanjut, misalnya :
a. Bila terkontaminasi pada kulit atau pakaian oleh bahan kimia maka si korban harus di
guyur terlebih dahulu dengan air pada waktu melepaskan pakaian korban.
b. Korban terkena gas atau asap maka si penolong harus memakai alat pernafasan.
c. Koraban diangkat dengan hati-hati dari daerah yang berbahaya.
2. Tindak Khusus :
1 HCL Basuh dengan Air Sabun Kemudian tutup Dengan Mg(OH)2 atau
Trisilikat
H2SO4
HNO3
2 Asam Oksalaat Basuh Dengan Na HC03 lalu Suntikan Ca- Glukonat di daerah yag
dengan Hyamin 2% dalam Terbakar untuk meredahkan nyeri.
Asam
Alkohol es.
Hidroflort
4 Fenol/ Kresol Basuh dengan Etanol 10% Kemudian tutup dengan minyak zaitun,
minyak nabati atau minyak Jarak.
5 Garam Alkil Basuh dengan Larutan Cuka Di ganti dengan air jeruk nipis, lalu di tutu
Merkuri Encer dengan minyak.
1. Peganglah penderita dari belakang untuk menjaga keselamatan dari petugas P3K.
2. Peganglah di bawah ketiak atau dagunya sementara lutut penolong di dorong ke punggung
korban.
3. Jika perlu tutup hidungnya dengan jari secara paksa.
4. Setelah penderita sampai di darat, kendurkan semua pakaian yang menyesakan dirirnya
bersikan mulutnya dari pasir atau lumpur. Dan lepaskan gigi palsunya, dan petugas berdiri di
tengah tengahnya dengan kaki mengangkang.
5. Tempatkan kedua tangan petugas pada perut penderita dekat pada rusuk yang paling bawah,
6. Angkatlah kepela penderita merunduk ke lantai dan air keluar dari mulut.
7. Jika pernafasan berhenti, segera berikan nafas buatan.
Hal- hal yang perlu di perhatikan pada pelayanan kegawatdaruratan penyelaman antara lain :
Pertolongan Pertama jika penyelam mengalami luka atau penyakit yang cukup serius, yaitu ;
1. Priksa nafaass korban, jika tidak bernafas maka bebaskan jalan nafas dari muntahan, darah,
gigi, patah dll. Selanjutnya beri nafas buatan.
2. Priksa denyut jantung dengan cara merabah nadi pada nadi pada leher dan pergelangan
tangan. Jika tidak berdenyut mulai la dengaan kompresi dada.
3. Jika aada perdarahaan, hentikan perdarahan dengan penekanan langsung, imbolisassi tungkai
yang pataah untuk meminimallisassi luka yang kerusakan.
4. Jika ada tanda atau gejalagangguan sisitem saarafmpusat (seperti sakit kepala ), maka
penderita harus segera di bawah keruang rekompresi (ruangan bertekanan yang telah didisgn
kusus).
Sebelum Melakukan RJP pada korban, baringkan korban telentang di ataas dasar yang keras dan
kuat.
Tindakan RJP;
2. Cek nadi pada korban ( yang tidak terlatih pada tindakan ini tidak terekomendasikan).
3. Tentukan titik kompresi (2jari di atas ujung tulang dada/ titik temu tulang iga).
8. Lakukan bantuan pernafasan 2 kali (kecepatan memeberikan ventilasi adalah 1 nafas setiap
6-8 detik).
9. Treruska RJP, Lakukan 5 siklus
Evaluasi RJP :
1. Sesudah siklus kompresi dan bantuan nafas kemudian pasien dievaluasi kembali.
2. Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio
30:20.
3. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap/stabil.
4. Jika tidak ada nafass tetapi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10-12 x / menit dan
monitor setiap nadi.
5. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas
tetap terbuka.
M. Posisi Pemulihan.
Cara melakukan posisi pemulihan/ stabil bila harus dilakukan
✓ Miringkan korban.
✓ Tempatkan tangan sebagai penopang kepala.
✓ Tekuk tungkai untuk mencegah korban bergulir.
N. Evakuasi
1. Evakuasi Sebelu Tindakan P3K.
a. Dasar pemikiran. Pengamanan (PATUT) Baik bagi penolong maupun korban.
b. Metode yang di pakai cara RAUTEK.
c. Urut-urutan.
1. Sambil berjongkok , penolong meletakan lutut kananya di samping kiri kepala korban.
2. Lengan tangan dan tangan kanan penolong di masukan di bawah leher korban,
kemudian tangan kanan penolong di selipkan keketiak kanankorban sehingga sampai
ke depan dadanya.
3. Dengan tangan kiri penolong di masukan di bawah leher korban menyilang dadanya,
kemudian penolong dengan tangan kananya memegang tangan kanan korban.
4. Kemudian lengan dan tangan kiri penolong di masukan di bawah ketiak kiri korban
dan kemudian juga di pegang lengan kanan korban.
5. Kedua tangan penolong saling bertaut ( baik ibu jari maupun jari lainya) melingkar
lengan bawah korban.
6. Kemudian kaki kiri penolong di letakan setinggi pinggang korban.
7. Sambil membungkukan tubuh ke depan, maka dengan prinsip mengungkit, badan
korban dapat terangkat dari tanah.
8. Dengan cepat lutut kanan penolong di dorong sejauh mungkin di bawah punggung/
pinggang korban.
9. Korban di dekatkan rapat ke dada penolong, kemudian penolong berdiri dan menarik
korban sejauh mungkin dalam keadaan setengah baring. Hal ini harus di kerjakan
secara tegas dan berhat-hati.
• Di gendong.
• Cara membangunkan korban pingsan tanpa di sertai adanya patah tulang untuk di
pindahkan atau evakuasi.
- Posisi korban telentang .
- Posisi korban tengkurap.
b. Pengangkutan oleh dua orang
Cara ini dapat di terapkan kalau korban tidak perlu di angkat dalam posisi terbaring. Cara
ini tidak boleh di terapkan pda korban dengan patah tulang leher atau punggung.
• Jika korban tidak sadar dan tidak dapat menggunkan tanganya untuk berpegangan maka
ia diangkat dengan cara : Dudukan 2 tangan.
• Jika korban sadar dan mampu memegang dengan satu tangan atau dua tangan, maka
korban diangkat dengan cara : Dudukan empat tangan.
• Apabila harus melalui jalan yang sempit diangat pada punggung, bokong dan lutut.
• Dapat juga korban di angkat dengan duduk di atas kursi, untuk korban dengan luka
ringan , harus turun dari tangga atau melalui gang sempit.
BAB V
TRIASE
BAB V
TRIASE
PRINSIP TRIASE
Pada keadaan bencana mssal, korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit dengan resiko cedera
dan tingkat survive yang beragam, pertolongan harus disesuaikan dengan sumber daya yang ada,
Baik sumber dayaa maanusia maupun sumber daya lainya. Hal tersenut merupakan dasar dalaam
memilih korban untuk memeberikan perioritas pertolongan.
Kategori Triase
Setelah melakukan penelitian, korban di kategorikan sesuai dengan kondidinya dan di beri tag
warna.
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan dalam ukuran menit,
harus ditanganin dengan segera.
1. MERAH (Immediate)
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat memaikan dalam ukuran
menit, harus dtanda tangani dengan segra
2. KUNING (Delay)
Setiap korban dengan kondisi berat namun penangananya dapat di tunda.
3. HIJAU (Walking Wounded)
Korban dengan kondisi yang cukup ringan , korban dapat berjalan.
4. HITAM (Dead and Dying)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat Sulit untuk di beri pertolongan.
Model Triase.
1. Singel TRIASE.
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu, seperti misalnya di instalasi atau
Unit Gawat Darurat sehari-hari. Atau pada MCI (Mass Casuality Incident). /bencana dimana fase
akut telah terlewati (Setelah 5-10 hari). Jika beban jumlah pasien terlalu banyak, atau
permasalahnya yang ada terlalu kompleks, sisitem ini akan kacau.
2. Simple TRIASE.
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana transpotasi belum ada, atau ada
tapi terbatas, dan terutama sekali. Belum ada tim medis atau paramedis yang kompeten.
Pemilihan dan pemilihan pasien terutama di tunjukan untuk prioritas transportasi pasien dan
kemudian tingkat keparahan penyakit. Biasanya, digunakan TRIASE tag/ Kartu Triase.
3. S.T.A.R.T. (simple TRIAGE And Rapid Treatment)
Penambahan kata Rapid Treatment berarti ada tim atau orang-orang yang cukuo kompeten
melakukan perawatan dan penanganan korban/pasien. Jika keadaanya masi melampaui
kemampuan penolongan . Maka STRAT dapat pula berarti Simple TRIAGE and Rapid
transportation.
BAB VI
PENUTUP
BAB VI
PENUTUP
Salah satu hal penting dalam upaya kesehatan kerja adalah Pertolongan pertama pada Kecelakaan
(P3K) di Tempat Kerja. Melalui buku panduan ini dapat di manfaatkan oleh petugas P3K di tempat
kerja dapat melakukan tindakan pertolongan dengan prosedur yang benar dan memanfaatkan
keterampilan yang di miliki.
Terkait dengan hal tersebut, berbagai materi tentang tindakan pertolongan pertama khusus tindakan
di bidang K3 bidang kesehataan kerja khususnya di tempat kerja dalam buku panduan ini dapat
memanfaatkan petugas P3K di tempat kerja.
Di samping itu bagi parapembaca buku panduan ini dapat menjadi penambah pengetahuan dan
wawasan di bidang K3 bidang kesehatan kerja khususnya tindakan pertolongan pertama pada
kecelakaan di tempat kerja.
Pertolongan pertama Pada kecelakaan Secara Keilmuan dan teknologi senantiasa mengalami
perkembangan yang pesat, untuk itu panduan ini harus disesuaikan dengan kemajuan tersebut Untuk
itulah saran dan masukan untuk perbaikan panduan ini sangat di perlukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Hearth Association, 2005. Adjuncts for Airway Control and Venttilation. Diakses
dari .
2. American Hearth Association, 2005. Adult Basic Life Suport. Diakses Dari
3. American Hearth Association, 2005. Overview of CPR . Diakses dari.
4. American Hearth Association, 2010. CPR Tecniquens and Devices. Diakses dari.
5. American Hearth Association, 2005. Toxicology in ECC. Diakses dari.
6. American Hearth Association, 2005. Hypotermia . Diakses dari
http://circ.ahajournals.org/cgi/contet/full/112/24_suppl/IV-139.
7. American Hearth Association, 2010. Overview of CPR. Diakses dari.
Http://circ.ahajournals.org.
8. Anwarusy Syamsi, 2010. Resusitasi Jantung Paru dan Otak, Diakses dari.
9. Barry S.L, David H, W., 2000. Occupational Health 4® Ed. Penerbit Lippincol W & W.
Philadelphia USA.
10. Latief S. A, 2007. Petunjuk Prktis Anestesiologi Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakar
11. American Hearth Association, 2005. Adjuncts for Airway Control and Venttilation. Diakses
dari .
12. American Hearth Association, 2005. Adult Basic Life Suport. Diakses Dari
13. American Hearth Association, 2005. Overview of CPR . Diakses dari.
14. American Hearth Association, 2010. CPR Tecniquens and Devices. Diakses dari.
15. American Hearth Association, 2005. Toxicology in ECC. Diakses dari.
16. American Hearth Association, 2005. Hypotermia . Diakses dari
http://circ.ahajournals.org/cgi/contet/full/112/24_suppl/IV-139.
17. American Hearth Association, 2010. Overview of CPR. Diakses dari.
Http://circ.ahajournals.org.
18. Anwarusy Syamsi, 2010. Resusitasi Jantung Paru dan Otak, Diakses dari.
19. Barry S.L, David H, W., 2000. Occupational Health 4® Ed. Penerbit Lippincol W & W.
Philadelphia USA.
20. Latief S. A, 2007. Petunjuk Prktis Anestesiologi Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.
21. Badan Standarisasi Nsionla, 2000.PUIL 2000 SNI 04-0255-2000.Jakarta.
22. Wikipedia, 2010 , Cardiopulmonary Resusciation daiakses dari http://en .wikipedia
.org/wiki/ Cardiopulmonary_Resusciation.
Wikipedia, 2012 Cardiopulmonary Resusciation, Diakses dari http//en.wikipedia.org