Anda di halaman 1dari 8

Pemilihan Topik

November 15, 2009 — vhyo17

1.) Jelaskan syarat-syarat topik yang baik ?

Jawab:

1. Topik harus menarik perhatian penulis.

Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang penulis secara terus-menerus mencari data-data
untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan
tulisan itu sebaik-baiknya. Suatu topik sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan kesalahan. Bila
terdapat hambatan, penulis tidak akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengumpulkan data dan fakta
yang akan digunakan untuk memecahkan masalah.

2. Diketahui oleh penulis.

Penulis hendaklah mengerti atau mengetahui meskipun baru prinsip-prinsip ilmiahnya.

Contoh:

* Mencari sumber-sumber data dari mana pun.


* Metode atau penerapan yang digunakan.
* Metode analisis yang akan digunakan.
* Buku-buku referensi yang digunakan.

3. Jangan terlalu baru,jangan terlalu teknis dan jangan terlalu kontroversial.

Bagi penulis pemula, topik yang baru kemungkinan belum ada referensinya dalam kepustakaan. Topik yang
terlalu teknis kemungkinan dapat menjebak penulis bila tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya.
Topik yang kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.

4. Bermanfaat.

Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat yang ditinjau dari segi akademis maupun segi praktis.

5. Jangan terlau luas.

Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang
dipilihnya cukup sempit dan terbatas untuk digarap sehingga tulisannya dapat terfokus.

2. )Jelaskan dan berikan contoh cara-cara pembatasan topik ?

Jawab:

Pembatasann topik sekurang-kurangnya dapat membantu pengarang dalam beberapa hal:

1. Memungkinkan penulis penuh dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa topik tersebut benar-benar
diketahuinya.
2. Memungkinkan penulis mengadakan penelitian lebih intensif mengenai masalahnya.
Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan:

1. Tetapkanlah topik dalam kedudukan central.

Contoh: Komunikasi.

2.Ajukan pertanyaan apakah topik tersebut masih dapat dirinci , bila dapat tetapkanlah.

3.Tetapkanlah yang mana subtopik yang akan dipilih.

4. Ajukan pertanyaan apakah subtopik yang dipilih masih dapat dirinci lebih lanjut.

3.)Sebutkan dan jelaskan cara-cara judul atau topik yang baik ?

Jawab :

1. Jelas gagasan pokok dan tujuannya.

2. Ada kesatuan gagasan.

3. Dikembangkan dengan baik:

* Gagasan pokok rinci.


* Rincian diurutkan secara logis.

4. Asli;

* Pokok persoalan.
* Sudut pandang.
* Rangkaian kalimat.
* Pilihan kata.

5. Judul harus;

a.Asli ;

Jangan menggunakan judul yang sudah pernah ada, bila terpaksa dapat dicarikan sinonimnya.

b.Relevan;

Setelah menulis,baca ulang karangan anda, lalu carilah judul yang relevan dengan karangan anda.

c.Provokatif;

Judul tidak boleh terlalu sederhana, sehingga(calon) pembaca sudah dapat menduga isi karangan anda,
kalau(calon) pembaca sudah dapat menebak isinya tentu karangan anda sudah tidak menarik lagi.

d.Singkat;
Judul yang singkat memungkinkan pembaca menangkap secara cepat maknanya,Bila judul itu panjang,(calon)
pembaca harus membuang energi terlebih dahulu untuk membacanya.

https://azizturn.wordpress.com/2009/11/14/pemilihan-topik/

Dalam menulis suatu karya tulis, pemilihan topik sangatlah penting dan dapat menentukan hasil dari karya tulis tersebut. Untuk
itu perlu diperhatikan syarat-syarat dalam pemilihan topik-topik yang baik. Berikut ini beberapa syarat yang harus diperhatikan
penulis dalam pemilihan topik suatu karya tulis :

1. Topik harus menarik perhatian penulis.

Topik yang menarik perhatian akan memotivasi pengarang atau penulis secara terus-menerus mencari data-data untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Penulis akan didorong agar dapat menyelesaikan tulisan sebaik-baiknya.
Sebaliknya, jika suatu topik yang sama sekali tidak disenangi penulis akan menimbulkan kekesalan. Bila terdapat hambatan
pun, penulis tidak akan berusaha sekuat tenaga untuk menentukan data dan fakta yang akan digunakan untuk memecahkan
masalah.

2. Topik harus diketahui/dipahami penulis.

Penulis hendaklah mengerti serta mengetahui meskipun baru prinsip-prinsip ilmiahnya. Misalnya asal data yang digunakan
berasal dari mana? , metode analisis yang digunakan, dan referensi apa saja yang akan menjadi acuan.

3. Jangan terlalu baru, teknis, dan kontroversial.

Bagi penulis pemula, topik yang terlalu baru kemungkinan belum ada referensinyadalam kepustakaan.  Topik yang terlalu
teknis kemungkinan dapat menjebak penulis jika tidak benar-benar menguasai bahan penulisannya. Begitu juga topik yang
kontroversial akan menimbulkan kesulitan untuk bertindak secara objektif.

4. Bermanfaat.

Topik yang dipilih hendaknya bermanfaat. Ditinjau dari segi akademis dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan dapat
berguna dalam ehidupan sehari-hari maupun dari segi praktis.

5. Jangan terlalu “Luas”.

Penulis harus membatasi topik yang akan ditulis. Setiap penulis harus betul-betul yakin bahwa topik yang dipilihnya cukup
sempit dan terbatas untuk digarap sehingga tulisan bisa fokus dan tepat sasaran.

Hal yang perlu diperhatikan penulis ialah pembatasan topik. Pembatasan topik sekurang-kurangnya dapat membantu penulis
atau pengarang dalam berbagai hal berikut ini :

1. Memungkinkan penulis penuh dengan keyakinan dan kepercayaan bahwa topik tersebut benar-benar diketahuinya.
2. Memungkinkan penulis mengadakan penelitian dengan intensif mengenai masalahnya.

Cara membatasi sebuah topik dapat dilakukan dengan cara :


1. Tetapkanlah topik dalam kedudukan sentral.
2. Ajukan pertanyaan apakah topik tersebut masih dapat dirinci?.
3. Tetapkanlah yang mana subtopik yang akan dipilih.
4. Ajukanlah pertanyaan apakah subtopik yang dipilih masih dapat dirinci lebih lanjut.
5. Lakukan proses diatas secara terus-menerus hingga mendapatkan sebuah Tema.
Jika telah mendapatkan topik yang sesuai apalagi yang perlu dicari?. Dalam sebuah karya tulis, pemilihan judul juga perlu
diperhatikan. berikut syarat-syarat judul yang baik :
1. Original dan asli.
2. Relevan.
3. Provokatif.
4. Singkat.

Ilustrasi Pemilihan topik :

KRITERIA PEMILIHAN TOPIK UNTUK TULISAN ILMIAH POPULER

Oleh Satrio Arismunandar

Sejumlah teman, yang ingin mengirimkan artikel karyanya ke media massa umum, mengeluh bahwa mereka sulit
menemukan topik yang tepat. Menulis artikel ilmiah, untuk dimuat di jurnal akademis, memang berbeda dengan
membuat tulisan ilmiah populer untuk dimuat di media umum.

Dalam memilih topik tersebut, kita harus memperhatikan selera dan kebijakan redaksional dari media
bersangkutan. Yang tak kalah penting, kita juga harus memahami khalayak pembaca yang dituju. Selain itu, kita
perlu memahami bagaimana cara media bekerja dan bagaimana pengelola media memutuskan untuk
mengangkat satu topik tertentu.
Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang
disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak
jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa
berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. Pemilihan artikel ilmiah populer, untuk dimuat di
media massa, tentunya juga dipengaruhi oleh kriteria kelayakan ini.

Beberapa kriteria itu adalah:

Penting. Topik tulisan harus punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca. Tentu saja, pengelola media
tidak akan rela memberikan space untuk topik tulisan yang remeh-temeh. Ditemukannya bahan bakar jenis baru,
yang lebih murah namun tak kalah praktis dari minyak bumi; penemuan obat kanker yang harganya lebih
terjangkau namun lebih manjur; dan sebagainya, jelas penting karena berdampak langsung pada kehidupan
masyarakat.

Aktual. Suatu topik dianggap layak diangkat jika konteks peristiwanya relatif baru terjadi. Maka, ada ungkapan
tentang topik yang “hangat,“ artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau
konteks peristiwanya sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut “hangat,” tetapi lebih pas disebut “basi.”

Misalnya, pada 20 Mei 2009, terjadi kecelakaan pesawat C-130 Hercules TNI-AU di Magetan, Jawa Timur, yang
menewaskan 98 orang. Pada momen seperti itu, kita bisa membuat tulisan ilmiah populer bertopik teknologi
keselamatan penerbangan.

Unik. Suatu topik diangkat karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Di sekitar kita selalu ada
peristiwa yang unik dan tidak biasa. Misalnya: Sengat lebah biasanya dianggap menyakitkan, tetapi ternyata ada
terapi pengobatan dengan memanfaatkan sengatan lebah. Terapi ini dapat dijelaskan secara ilmiah populer.

Asas Kedekatan (proximity). Suatu fenomena atau masalah yang terjadi di dekat kita (khalayak pembaca),
lebih layak ditulis ketimbang masalah yang terjadi jauh dari kita. Tulisan ilmiah populer tentang gempa bumi,
yang sering terjadi di Indonesia, tentunya lebih layak dimuat di media ketimbang tulisan ilmiah populer tentang
gempa bumi di Ghana, Afrika.

Perlu dijelaskan di sini bahwa “kedekatan” itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau geografis. Ada juga
kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, misalnya, secara
geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.
Sehingga tulisan ilmiah populer tentang teknologi persenjataan Hamas dan Israel bisa saja dimuat, dalam
konteks waktu peristiwa yang tepat.

Asas Keterkenalan (prominence). Nama tokoh terkenal bisa mengangkat hal yang biasa menjadi berita.
Misalnya, penyanyi dangdut Inul Daratista, setelah sekian lama, akhirnya hamil lewat teknologi bayi tabung.
Teknologi bayi tabung sebenarnya bukan lagi sesuatu yang baru. Namun, karena ini menyangkut seorang artis
ternama, peristiwa kehamilan Inul ini bisa dijadikan momentum untuk membuat tulisan ilmiah populer. Topiknya
yang pas adalah perkembangan teknologi kedokteran mutakhir dalam mengatasi kesulitan hamil.

Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini
berarti “kekuatan” dari suatu topik. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak
kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks pemilihan topik tulisan,
semakin besar magnitude-nya (baca: potensi dampaknya bagi masyarakat), semakin layak topik itu dipilih.

Tulisan tentang manfaat daun sirih bagi penguatan gigi, akan berdampak pada banyak orang, yang mungkin
memiliki problem gigi rapuh. Tulisan tentang cacat produksi pada mobil super mewah merek X, yang mungkin
membahayakan pengemudinya, akan bermanfaat bagi para pemilik mobil tersebut. Tetapi, karena jumlah pemilik
mobil mewah jenis itu sangat sedikit di Indonesia, magnitude-nya mungkin tidak terlalu besar.

Human Interest. Suatu topik yang menyangkut manusia, selalu menarik dituliskan. Mungkin sudah menjadi
bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan,
kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain.

Topik-topik kemanusiaan semacam ini bisa menjadi konteks untuk sebuah tulisan ilmiah populer. Misalnya,
menanggapi penderitaan nelayan, yang makin sulit mencari perairan yang banyak ikannya, kita bisa menulis
tentang teknologi penginderaan jarak jauh dengan satelit. Teknologi ini berguna dalam menentukan perairan
yang banyak mengandung plankton. Plankton adalah makanan bagi ikan. Jadi, banyak plankton berarti banyak
ikan.

Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik
untuk ditulis. Dalam bidang keilmuan, sering terjadi konflik berupa perbedaan pendapat di antara para ilmuwan
tentang teori tertentu, atau tentang cara terbaik dalam memecahkan masalah tertentu.

Misalnya, konflik tentang teori evolusi, tentang proses terciptanya alam semesta, atau tentang cara terbaik dalam
mengatasi meluapnya lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian
untuk dijadikan topik tulisan. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua
orang saja. Misalnya, makin banyaknya masyarakat yang menggunakan ponsel Blackberry, memberi konteks
bagi penulisan tentang keunggulan dan kelemahan teknologi Blackberry.

Dalam memilih topik tulisan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan sekaligus. Misalnya, ketika kita
menulis tentang teknologi Blackberry, topik ini terkait dengan trend yang berlangsung di masyarakat. Juga,
berkaitan dengan tokoh terkenal. Presiden Amerika Barack Obama dikenal sebagai penggemar Blackberry.
Karena bisnis ponsel Blackberry melibatkan uang yang sangat besar dan pengguna yang sangat banyak pula,
magnitude-nya juga tinggi.

Terakhir, tentu saja segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media, untuk
memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut, secara tak langsung juga berarti menyeleksi apa yang layak
dan tidak layak dijadikan topik.

Majalah Femina, misalnya, membidik pasar kaum perempuan berusia menengah ke atas, yang tinggal atau
bekerja di perkotaan. Jadi, jika kita ingin mengirim tulisan ilmiah populer ke majalah Femina, sebaiknya memilih
topik yang relevan dengan segmen pembaca tersebut. Pilihannya bisa sangat beragam. Seperti: tulisan ilmiah
populer tentang industri kosmetik, teknologi mesin cuci terbaru, kemajuan dalam pengobatan kanker payudara,
dan sebagainya.

KRITERIA PEMILIHAN TOPIK UNTUK TULISAN ILMIAH POPULER

Oleh Satrio Arismunandar

Sejumlah teman, yang ingin mengirimkan artikel karyanya ke media massa umum, mengeluh bahwa mereka sulit
menemukan topik yang tepat. Menulis artikel ilmiah, untuk dimuat di jurnal akademis, memang berbeda dengan
membuat tulisan ilmiah populer untuk dimuat di media umum.
Dalam memilih topik tersebut, kita harus memperhatikan selera dan kebijakan redaksional dari media
bersangkutan. Yang tak kalah penting, kita juga harus memahami khalayak pembaca yang dituju. Selain itu, kita
perlu memahami bagaimana cara media bekerja dan bagaimana pengelola media memutuskan untuk
mengangkat satu topik tertentu.

Setiap media memiliki apa yang disebut kriteria kelayakan berita. Selain itu, mereka juga memiliki apa yang
disebut kebijakan redaksional (editorial policy). Kriteria kelayakan berita itu bersifat umum (universal), dan tak
jauh berbeda antara satu media dengan media yang lain. Sedangkan kebijakan redaksional setiap media bisa
berbeda, tergantung visi dan misi atau ideologi yang dianutnya. Pemilihan artikel ilmiah populer, untuk dimuat di
media massa, tentunya juga dipengaruhi oleh kriteria kelayakan ini.

Beberapa kriteria itu adalah:

Penting. Topik tulisan harus punya arti penting bagi mayoritas khalayak pembaca. Tentu saja, pengelola media
tidak akan rela memberikan space untuk topik tulisan yang remeh-temeh. Ditemukannya bahan bakar jenis baru,
yang lebih murah namun tak kalah praktis dari minyak bumi; penemuan obat kanker yang harganya lebih
terjangkau namun lebih manjur; dan sebagainya, jelas penting karena berdampak langsung pada kehidupan
masyarakat.

Aktual. Suatu topik dianggap layak diangkat jika konteks peristiwanya relatif baru terjadi. Maka, ada ungkapan
tentang topik yang “hangat,“ artinya belum lama terjadi dan masih jadi bahan pembicaraan di masyarakat. Kalau
konteks peristiwanya sudah lama terjadi, tentu tak bisa disebut “hangat,” tetapi lebih pas disebut “basi.”

Misalnya, pada 20 Mei 2009, terjadi kecelakaan pesawat C-130 Hercules TNI-AU di Magetan, Jawa Timur, yang
menewaskan 98 orang. Pada momen seperti itu, kita bisa membuat tulisan ilmiah populer bertopik teknologi
keselamatan penerbangan.

Unik. Suatu topik diangkat karena punya unsur keunikan, kekhasan, atau tidak biasa. Di sekitar kita selalu ada
peristiwa yang unik dan tidak biasa. Misalnya: Sengat lebah biasanya dianggap menyakitkan, tetapi ternyata ada
terapi pengobatan dengan memanfaatkan sengatan lebah. Terapi ini dapat dijelaskan secara ilmiah populer.

Asas Kedekatan (proximity). Suatu fenomena atau masalah yang terjadi di dekat kita (khalayak pembaca),
lebih layak ditulis ketimbang masalah yang terjadi jauh dari kita. Tulisan ilmiah populer tentang gempa bumi,
yang sering terjadi di Indonesia, tentunya lebih layak dimuat di media ketimbang tulisan ilmiah populer tentang
gempa bumi di Ghana, Afrika.

Perlu dijelaskan di sini bahwa “kedekatan” itu tidak harus berarti kedekatan fisik atau geografis. Ada juga
kedekatan yang bersifat emosional. Agresi Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, misalnya, secara
geografis jauh dari kita, tetapi secara emosional tampaknya cukup dekat bagi khalayak media di Indonesia.
Sehingga tulisan ilmiah populer tentang teknologi persenjataan Hamas dan Israel bisa saja dimuat, dalam
konteks waktu peristiwa yang tepat.

Asas Keterkenalan (prominence). Nama tokoh terkenal bisa mengangkat hal yang biasa menjadi berita.
Misalnya, penyanyi dangdut Inul Daratista, setelah sekian lama, akhirnya hamil lewat teknologi bayi tabung.
Teknologi bayi tabung sebenarnya bukan lagi sesuatu yang baru. Namun, karena ini menyangkut seorang artis
ternama, peristiwa kehamilan Inul ini bisa dijadikan momentum untuk membuat tulisan ilmiah populer. Topiknya
yang pas adalah perkembangan teknologi kedokteran mutakhir dalam mengatasi kesulitan hamil.

Magnitude. Mendengar istilah magnitude, mungkin mengingatkan Anda pada gempa bumi. Benar. Magnitude ini
berarti “kekuatan” dari suatu topik. Gempa berkekuatan 6,9 skala Richter pasti jauh lebih besar dampak
kerusakannya, dibandingkan gempa berkekuatan 3,1 skala Richter. Dalam konteks pemilihan topik tulisan,
semakin besar magnitude-nya (baca: potensi dampaknya bagi masyarakat), semakin layak topik itu dipilih.

Tulisan tentang manfaat daun sirih bagi penguatan gigi, akan berdampak pada banyak orang, yang mungkin
memiliki problem gigi rapuh. Tulisan tentang cacat produksi pada mobil super mewah merek X, yang mungkin
membahayakan pengemudinya, akan bermanfaat bagi para pemilik mobil tersebut. Tetapi, karena jumlah pemilik
mobil mewah jenis itu sangat sedikit di Indonesia, magnitude-nya mungkin tidak terlalu besar.
Human Interest. Suatu topik yang menyangkut manusia, selalu menarik dituliskan. Mungkin sudah menjadi
bawaan kita untuk selalu ingin tahu tentang orang lain. Apalagi yang melibatkan drama, seperti: penderitaan,
kesedihan, kebahagiaan, harapan, perjuangan, dan lain-lain.

Topik-topik kemanusiaan semacam ini bisa menjadi konteks untuk sebuah tulisan ilmiah populer. Misalnya,
menanggapi penderitaan nelayan, yang makin sulit mencari perairan yang banyak ikannya, kita bisa menulis
tentang teknologi penginderaan jarak jauh dengan satelit. Teknologi ini berguna dalam menentukan perairan
yang banyak mengandung plankton. Plankton adalah makanan bagi ikan. Jadi, banyak plankton berarti banyak
ikan.

Unsur konflik. Konflik, seperti juga berbagai hal lain yang menyangkut hubungan antar-manusia, juga menarik
untuk ditulis. Dalam bidang keilmuan, sering terjadi konflik berupa perbedaan pendapat di antara para ilmuwan
tentang teori tertentu, atau tentang cara terbaik dalam memecahkan masalah tertentu.

Misalnya, konflik tentang teori evolusi, tentang proses terciptanya alam semesta, atau tentang cara terbaik dalam
mengatasi meluapnya lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.

Trend. Sesuatu yang sedang menjadi trend atau menggejala di kalangan masyarakat, patut mendapat perhatian
untuk dijadikan topik tulisan. Pengertian trend adalah sesuatu yang diikuti oleh orang banyak, bukan satu-dua
orang saja. Misalnya, makin banyaknya masyarakat yang menggunakan ponsel Blackberry, memberi konteks
bagi penulisan tentang keunggulan dan kelemahan teknologi Blackberry.

Dalam memilih topik tulisan, bisa saja tergabung beberapa kriteria kelayakan sekaligus. Misalnya, ketika kita
menulis tentang teknologi Blackberry, topik ini terkait dengan trend yang berlangsung di masyarakat. Juga,
berkaitan dengan tokoh terkenal. Presiden Amerika Barack Obama dikenal sebagai penggemar Blackberry.
Karena bisnis ponsel Blackberry melibatkan uang yang sangat besar dan pengguna yang sangat banyak pula,
magnitude-nya juga tinggi.

Terakhir, tentu saja segmen khalayak yang dilayani tiap media juga berbeda-beda. Keinginan media, untuk
memuaskan kebutuhan segmen khalayak tersebut, secara tak langsung juga berarti menyeleksi apa yang layak
dan tidak layak dijadikan topik.

Majalah Femina, misalnya, membidik pasar kaum perempuan berusia menengah ke atas, yang tinggal atau
bekerja di perkotaan. Jadi, jika kita ingin mengirim tulisan ilmiah populer ke majalah Femina, sebaiknya memilih
topik yang relevan dengan segmen pembaca tersebut. Pilihannya bisa sangat beragam. Seperti: tulisan ilmiah
populer tentang industri kosmetik, teknologi mesin cuci terbaru, kemajuan dalam pengobatan kanker payudara,
dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai