Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT HIDUP BERDASARKAN

TEORI “SOCRATES”
FAKULTAS SASTRA INGGRIS Semester 3

Di susun oleh :
 NAHLA ARDHIANI
 RADITA SYAMRIA MARYANI
 YULI MULIARTA PANJAITAN
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang FILSAFAT HIDUP
MENURUT TEORI SOCRATES ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Ulum Janah selaku dosen mata kuliah Sejarah
Pemikiran Modern yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
       Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai betapa besarnya pengaruh Socrates terhadap kehidupan kita sekarang
ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Balikpapan, 11 Oktober 2016

Penyusun
A. LATAR BELAKANG
 
Ketika seseorang mendengar kata “filsafat”, seringkali yang terbayang adalah sesuatu
yang aneh, angker, absurd, atau membingungkan. Filsafat seringkali dikaitkan dengan model-
model pemikiran yang rumit, penuh digenangi dengan istilah-istilah yang khas, bersifat abstrak,
sehingga sulit dipahami. Ada anggapan bahwa pemikiran filsafat berada di langit yang
menjulang tinggi, seperti juga sekelompok orang yang berada di menara gading. Ya. Filsafat
kadang-kadang dilabelkan sebagai suatu bentuk elitisme            intelektual.
Anggapan-anggapan yang seperti itu bisa jadi memang bersumber dari suatu kesalahpahaman
orang terhadap filsafat itu sendiri. Filsafat oleh para pembelanya sering disebut sebagai induk
ilmu pengetahuan. Filsafat mengklaim hendak merengkuh kedalaman realitas sehingga tuntas tak
tersisa.
Persoalan ketegangan pembentukan citra terhadap filsafat ini mungkin memang tak akan pernah
berakhir. Akan tetapi, ada satu hal yang sebenarnya cukup menarik dan bersifat mendasar
berhubungan dengan hal ini, yakni pertanyaan mengapa kita (harus) berfilsafat? Apa kekhasan
corak berpikir filsafati sehingga ada orang-orang yang sabar dan tekun masuk dalam model
pemikiran ini? Dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, sebenarnya secara tidak langsung
orang yang ditanya—dan juga diri kita—sudah diajak berfilsafat. Berfilsafat dalam pengertian
yang paling sederhana, yakni dalam konteks ini, adalah usaha merumuskan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan mendasar perihal sesuatu hal.
 Filsafat, menurut arti kata yang sebenarnya, adalah cinta akan kebijaksanaan, dan karena itu
filsafat seharusnya lebih dilihat sebagai pandangan hidup: bagaimana seorang manusia
memandang dunianya, berpikir dan memahami dunia dan lingkungannya, dan bagaimana ia
menata hidupnya dalam dan bersama dengan dunianya. Filsafat juga dilihat sebagai ilmu yang
membutuhkan refleksi dan pemikiran sistematis-metodis dengan secara aktif menggunakan
intelek dan rasio kita. Namun filsafat sebagai pandangan hidup dan sebagai ilmu tidak terpisah
satu sama lain, melainkan berkaitan sangat erat, malahan saling memuat dan mencakupi melalui
karya rasional yang abstrak-spekulatif namun berpijak pada alam kosmis yang konkret dan riil
ini.
B. RUMUSAN MASALAH
 
Adapun masalah yang dirumuskan dalam makalah ini adalah :
1. Pentingnya Filsafat Bagi Kehidupan
2. Bagaimana pemikiran Socrates tentang Kehidupan
3. Berapa besar pengaruh

C. TUJUAN PENULISAN

Makalah ini disusun agar kita bisa memahami bagaimana pentingnya filsafat dalam kehidupan
agar bisa menghalau kemelut hidup yang sering datang dalam kehidupan.
 

D. METODE PENULISAN

Metode yang penulis gunakan dalam penulisan makalah ini adalah pustaka. Metode pustaka
yaitu dengan mencari beberapa referensi dari berbagai judul buku. Dan dari referensi itu
dirangkum dan dikumpulkan serta diambil kesimpulan sehingga makalah ini selesai.
 
PEMBAHASAN
 
Pentingnya Filsafat Bagi Kehidupan

Filosofi hidup hampir berkaitan dengan prinsip hidup. Semua orang yang masih eksis
mempunyai pegangan hidup, tujuan hidup,prinsip hidup maupun filosofi hidup. Tentunya hal ini
cukup berbeda di antara satu dengan lainnya dalam menyikapinya. Karena, setiap orang itu tidak
sama, setiap orang itu unik, setiap orang merupakan mahluk individualisme yang membedakan
satu dengan lainnya. Ada yang mempunyai tujuan hidup yang begitu kuat, namun prinsip
hidupnya lemah, atau sebaliknya ada orang yang mempunyai tujuan hidup yang lemah, namun
memiliki prinsip hidup yang kuat. Ini tidaklah menjadi suatu permasalahan, yang penting seberapa
baiknya seseorang menyambung hidupnya dengan berbagai persoalan dunia yang ada, atau dengan
kata lainnya bagaimana kondisi psikologis/jiwa seseorang dalam menjalani hidupnya.
Prinsip hidup masih jauh kaitannya dengan psikologi, namun psikologi mau tak mau
berhubungan langsung dengan prinsip hidup. Karena, dengan menijau prinsip hidup seseorang
dapat diketahui kondisi jiwa seseorang. Prinsip hidup dan filosofi hidup sangat luas cakupannya,
tidak hanya ditinjau dari segi psikologi, tapi seluruh cabang ilmu pengetahuan yang ada. Prinsip
hidup seseorang dapat diambil dari perspektif psikologi, agama, seni, literatural, metafisika,
filsafat dsb.
Bagi sebagian orang, filosofi hidup dapat dijadikan sebagai panutan hidup, agar
seseorang dapat hidup dengan baik dan benar. Adapula sebagaian orang yang tidak menghiraukan
apa itu tujuan hidup dan filosofi hidup, ia hanya hidup mengikuti arus yang mengalir dan sebagian
orang lagi, terlalu kuat memegang tujuan hidup dan filosofi hidupnya sehingga membuat ia
menjadi keras dan keras, Jadi, kesimpulannya ada 3 sifat manusia yang bisa ditinjau dari filosofi
hidupnya, yaitu orang yang lemah, orang yang netral dan orang yang keras.
Orang yang lemah adalah orang yang tidak mempunyai tujuan hidup atau prinsip hidup. Ia tidak
tahu untuk apa ia hidup, ia tidak berusaha mengetahui kebenaran di balik fenomena alam ini,
sehingga terkadang baik dan buruk dapat dijalaninya. Orang yang netral adalah orang
yang mempunyai tujuan dan prinsip hidup, tetapi tidak mengukuhinya dengan terlalu kuat. Ia
berusaha mencari kebenaran hidup dan hidup dalam kebijakan dan kebenaran, ia bebas dan netral,
tidak kurang dan tidak melampaui, ia berada di tengah-tengah. Orang yang kuat adalah
orang yang memegang kuat tujuan dan prinsip hidupnya. Sehingga ia mampu melakukan apa saja
demi tercapai tujuannya. Ia terikat oleh filosofinya, ia kuat dan kaku berada di atas pandangannya,
ia merasa lebih unggul dari orang lain dan melebihi semua orang.
Jika ditinjau dari sisi psikologi. Orang-orang yang di atas juga dapat dikategorikan,
seperti orang yang mempunyai jiwa yang lemah, jiwa yang sedang dan jiwa yang kuat. Namun,
untuk yang berjiwa sehat, seseorang tidak hanya dilihat dari jiwa lemah, sedang ataupun kuatnya.
Penerapan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari itulah yang penting.
Pada dasarnya, tujuan dan prinsip hidup seseorang itu baik dan bersih. Pada saat seseorang dalam
keadaan tenang, ia membuat berbagai tujuan dan prinsip dalam hidupnya, namun ketika
diterapkan timbul beberapa hambatan dari luar dirinya atau adanya pengaruh dari lingkungan
eksternalnya. Salah satu pengaruh terbesar dari luar dirinya adalah panca indera. Panca indera
yang tidak terjaga dengan baik akan membuat seseorang terpeleset dari tujuan dan prinsip
hidupnya. Telinga bisa mendengar, mata bisa melihat, mulut bisa berbicara. Semua itu harus
dikendalikan dengan baik. Sebagai contoh konkret, saya mempunyai tujuan hidup menjadi
seseorang yang berguna untuk menolong semua mahluk hidup sampai ajal menemui dan filosofi
hidupnya adalah bila ada orang baik kepada saya, maka saya akan baik kepadanya, dan bila ada
orang jahat kepada saya, maka saya akan baik juga kepadanya. Dari filosofi hidup ini, jika dilihat
dari sisi psikologinya, orang tersebut mempunyai jiwa yang sehat, tidak mendendam dan bahagia
menerima hidup. Namun, itu hanyalah sebuah filosofi hidup, yang terpenting adalah bagaimana
ia menerapkan dalam perilakunya, apakah bisa sesempurna dengan filosofi hidupnya atau hanya
sekedar membuat filosofi hidup tetapi tidak dijalankannya ataupun ia membuat suatu filosofi
hidup, namun ia susah menjalannya karena tidak bisa menahan godaan atau hambatan dari luar
dirinya.
Sebuah filosofi hidup bisa didapatkan dari seorang pemikir-pemikir jenius yang
bijaksana, bebas dan terpelajar. Biasanya orang tersebut dianggap sebagai seorang filsuf, pelopor
kebijakan. Masing-masing negara memiliki tokoh filosofinya. Orang pertama yang
memperkenalkan filsafat hidup ke dalam ilmu pengetahuan adalah orang Yunani yang kebetulan
pada saat itu negaranya merupakan negara yang bebas dalam berkarya. Terbukti begitu banyak
para filsuf terkenal kebanyakan dari bangsa Yunani, seperti Aristoteles, Plato dan Socrates.
Socrateslah yang paling banyak memberi pengaruh kepada dunia ilmu pengetahuan, maka dia
disebut Bapak Filsafat. Sedangkan, dari ilmu psikologi, Bapak Sigmud Frued disebut-sebut
sebagai Bapak Psikologi yang paling banyak memberikan sumbangsih terhadap ilmu
pengetahuan. Kedua tokoh dunia ini sama-sama memiliki pemikiran yang luar biasa untuk
menciptakan pengetahuan-pengetahuan mengenai asal usul dari segala sesuatu, meskipun
cakupannya berbeda, namun, psikologi dan filsafat tidak bisa dipisahkan dan sebaliknya. Banyak
tokoh psikologi yang semula mempelajari filsafat kemudian melanjutkan pengetahuannya ke
bidang psikologi. Beberapa kata kutipan yang diambil dari kedua tokoh ini, yakni :

” Makanan enak, baju indah, dan segala kemewahan, itulah yang kau sebut kebahagiaan, namun
aku percaya bahwa suatu keadaan di mana
orang tidak mengharapkan apa pun adalah kebahagiaan yang tertinggi
(Socrates)”.
Dan,
” Mereka yang percaya, tidak berpikir. Mereka yang berfikir, tidak
percaya (Sigmud Frued)”.

Dengan cara bekerja yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berfikir yang
disebut induksi, yaitu: menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari
banyak pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang menganggap keahliannya
(tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai keutamaannya. Seorang tukang besi
berpendapat, bahwa keutamaannya adalah jikalau ia membuat alat-alat dari besi yang baik.
Seorang tukang sepatu menganggap sebagai keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik.
Demikian seterusnya. Untuk mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat
khusus keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan. Tinggallah
keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu sekaligus ditemukan apa yang
disebut definisi umum. Definisi umum ini pada waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang
menemukannya, yang ternyata penting sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi Socrates definisi
umum bukan pertama-tama diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan, melainkan bagi etika.
Yang diperlukan adalah pengertian-pengertian etis, seperti umpamanya: keadilan, kebenaran,
persahabatan dan lain-lainya.
Socrates juga mengatakan bahwa jiwa manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi
asas hidup manusia dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat
manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah intisari manusia,
maka manusia wajib mengutamakan lebahagiaan jiwanya (eudaimonia = memiliki daimon atau
jiwa yang baik), lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti
umpamanya: kesehatan dan kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa yang
sebaik mungkin. Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya. Pendirian Socrates
yang terkenal adalah “Keutamaan adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik tentu
menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan pengetahuannya tentang
hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan soal pengetahuan, bukan dengan kemauan
manusia.
Sedangkan pemikiran Sigmund Freud adalah Hakekat Manusia Terbentuk dari
kepribadian, ke pribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun
dalam diri dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan
baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan
fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis,
artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah
pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya
(Depkes, 1992). Dalam bahasa latin asal kata personaliti dari persona (topeng), sedangkan dalam
ilmu psikologi menurut, Gordon W.Allport : suatu organisasi yang dinamis dari sistem psiko-
fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas. Interaksi
psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia. Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau
sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu
bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari
keluarga pada masa kecil dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang disebut
kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan
juga yang bersifat fisik.
Disini dapat dilihat, bahwa terjadi suatu studi banding antara kedua ilmu tersebut,
Masing-masing membicarakan asal asul segala sesuatu menurut perspektif ilmunya. Namun, dari
kedua ilmu tersebut mempunyai suatu kesamaan, bahkan banyak kesamaan yang membahas
mengenai asal mulanya sesuatu yang pasti ada hubungannya dengan manusia dan alam
sekitarnya.
Seorang Socrates membicarakan kebahagiaan dan seorang Sigmund Frued membicarakan
pikiran, tentunya kedua hal ini mempunyai kaitan yang cukup besar. Filosofi hidup yang
diberikan oleh Socrates mengenai kebahagiaan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
Ilmu psikologi yang diberikan oleh Sigmund Frued mengenai pikiran (alam sadar atau alam
bawah sadar) dapat dijadikan landasan seseorang untuk mencapai kebahagiaan.
Manfaat Filsafat Bagi Kehidupan

Dengan befikir filsafat, kita dapat mengatasi kemelut hidup. Hal ini dapat terjadi karena
dengan memahami apa itu filsafat, maka kita dapat menggunakannya atau menerapkannya
didalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mengarah kepada jalur yang tidak pernah
diharapkan sebelumnya.
Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis,
seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis,
ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya,
jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup,
apapun profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang
menggairahkan.
Filsafat timbul karena kodrat manusia. Manusia mengerti bahwa hidupnya tergantung dari
pengetahuannya. Pengetahuan itu digunakan untuk menyembpurnakan kehidupannya.  Karena
konsekuensi dari pandangan filsafat itu sangat penting dan menentukan sikap orang terhadap
dirinya sendri, terhadap orang lain, dunia, dan tuhannya. Tingkah laku manusia berlainan sekali
dengan tingkah laku hewan, manusia adalah merdeka,ia dapat mengerti, menciptakan
kebudayaan, ilmu pengetahuan.
 
Filsafat itu  berhubungan erat dengan sikap orang dan pandangan  hidup manusia, justru karena
filsafat mempersoalkan dan menanyakan sebab – sebab ya ng terakhir dari kesmua yang ada.
 
Apabila filsafat dijadikan suatu ajaran hidup maka ini berarti bahwa orang mengharapkan dari
filsafat itu dasar – dasar ilmiah yang dibutuhkannya nuntuk hidup. Filsafat diharapkan
memberikan petunjuk – petunjuk tentang bagaimana kita harus hidup untuk menjadi manusia
sempurna, baik, susila dan bahagia.
PENUTUP

 
Kesimpulan

Masalah manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan atas
humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat bahwa agama
telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa mengorbankan dirinya demi
tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan kehendak Tuhan maka manusia tidak
berkuasa.
Kehendak itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan tersebut
tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia kehendak bebas
dan berkreatif.
Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis,
seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis,
ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya,
jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup,
apapun profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang
menggairahkan.
 
Saran

Dalam kehidupan, manusia harus mengenal filsafat agar hidup bisa lebih terarah dan tujuan
hidup bisa tercapai dengan baik serta sempurna.  Untuk mencapai itu semua manusia harus
berusaha memahami dan mengerti apa konsep dari filsafat itu sebenarnya

 
DAFTAR PUSTAKA

 Salam, Burhanuddin. 1995. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara . 11 Oktober 2016
 Prof. DR. Ahmad Tafsir .2009 . Filsafat Umum .  Bandung: Rosdakarya . 11 Oktober 2016
(ebook)
 Drs. Sudarto, M.Hum . 2002 . Metodologi Penelitian Filsafat . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
. 11 Oktober 2016
 Achmadi, Asmoro . 2008 . Filsafat Umum . Jakarta : PT Raja Grafindo Persada . 11
Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai