Anda di halaman 1dari 2

Mengurai Surah Al Baqarah ayat 1-5 dalam Nuansa Artikel

Sebuah keyakinan tidak akan tumbuh dalam sebuah keraguan, akan tetapi keyakinan lahir dari sebuah
keraguan yang terjawab. Mungkin denikian kata yang tepat untuk menggambarkan perihal hati
seseorang.

Dalam konteks kali ini, bagaimana bisa sebuah teks yang terhimpun menjadi sebuah buku menjelma
sebagai kitab suci yang di percayai ? Mungkin hal ini terjadi pada seluruh teks, namun hanya sebagian
yang dikatakan sebagai kitab suci. Bisa jadi itu karena kepercayaan masyarakat setempat yang
bersepakat, melalui perantara clue-clue teks lain yang memberitakan, ataupun keduanya yakni
kepercayaan masyarakat turun-temurun yang kemudian di kuatkan oleh bukti-bukti otentik yang
memperjelasnya. Di antaranya Al Qur'an, Injil, wedha, sotasoma, dan seterusnya itu merupakan
kumpulan teks yang terhimpun menjadi kitab atau buku, kemudian dipercayai oleh masyarakat secara
turun temurun sebagai pedoman hidup mereka. Pada mulanya keraguan sehingga pertentangan
persepsi, pergolakan batin, maupun berdasar kepentingan pribadi turut andil dalam pembentukkan
pengakuan terhadapnya sebagai dasar pedoman hidup.

Pada kepercayaan agama Islam, ada yang namanya qodarullah yang menitikberatkan pada adanya
Tuhan yang mampu membolak-balikkan keyakinan hati manusia sehingga ada anjuran kepada manusia
agar selalu mengingat dan berdo'a senantiasa di berikan hidup dalam petunjuk Tuhannya. Namun
sayangnya hal itu hanya di percayai oleh mereka yang berkepercayaan tertentu saja. Ada kalanya
rasionalitaspun muncul mengenai latarbelakang proses timbulnya keyakinan dalam hati manusia,
setidaknya 3 hal berikut menjadi dasar terbentuknya sebuah keyakinan.

Pertama, pergolakan batin.,

Kedua, pertentangan persepsi.,

Ketiga, berdasar kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok.

Pada dasarnya manusia lahir dalam kondisi fitrah. Adapun jikalau seseorang telah di takdirkan lahir
dari rahim orang tua yang bermacam-macam keyakinan, baginya tetap dalam kefitrahan sehingga kedua
orang tuanya mengarahkan pada suatu keyakinan sebelumnya yang di anut oleh mereka.

Dahulu seseorang bernama Ibrahim di lahirkan dan hidup di lingkungan yang kental akan kepercayaan
leluhurnya (masyarakat religius). Mereka menyembah kepada sebuah patung, termasuk ayahnya
bernama Azar terkenal sebagai pembuat patung berhala. Jika di pikir, Ibrahim muda akan dengan mudah
berkeyakinan seperti lingkungannya apalagi di perkuat keberadaan orang tuanya. Namun Ibrahim muda
merasakan sebuah keraguan ada pada sesuatu yang mereka agung-agungkan. Bagaimana bisa mereka
menyembah pada patung yang mereka buat sendiri? Apa bisa semua patung-patung yang mereka
sembah dapat membawa manfaat? Begitulah keraguan yang bertubi-tubi muncul dalam benak diri
Ibrahim. Kebimbangan menghampirinya, setidaknya kepada siapa diri patut menghamba ? Ia
berkembara seraya mencari sesuatu yang besar. Di tengah-tengah pengembaraannya ia bertemu
sebuah kekuatan besar yaitu matahari dan bulan. Pada mulanya ia takjub akan kehebatannya yang
mampu menerangi seluruh alam raya ini. Sepertinya tidak ada yang dapat menandinginya. Namun hal
yang tak terduga terjadi tepatnya di sore hari menjelang petang, matahari yang semula terlihat gagah
menyinari penduduk bumi, sedikit demi sedikit menghilang dan tenggelam seakan-akan di telan lautan.
Begitu pula dengan satunya, bulan. Dalam hati Ibrahim muda merenungi "Apakah pantas jika diri ini
menghamba kepadanya sementara kekuatan itu sendiri masih terikat oleh ruang dan waktu
sebagaimana saya ?" Demikian proses pergolakan batin, pertentangan persepsi mempengaruhi
perjalanan Ibrahim muda dalam menentukan kepercayaannya. Sehingga suatu waktu Ibrahim muda
menemukan keyakinannya sendiri. Ibrahim muda berfikir jika matahari dan bulan itu terbit dan
terbenam secara teratur pasti ada dalang di balik semua yang terjadi yaitu penggerak, pengatur, dan
penciptanya. Maka jadilah kepercayaan Ibrahim yang lurus atau yang biasa di jelaskan sebagai Millata
Ibrahima Hanifan. Ibrahim menaruh kepada dzat yang maha kuat, tidak ada siapapun yang
menyamainya, bahkan wujud adanya tidak tergantung pada ruang dan waktu sebagaimana ciptaannya.

Anda mungkin juga menyukai