Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KELOMPOK “ FILSAFAT ILMU”

STIT AL URWATUL WUTSQO

BULUREJO DIWEK JOMBANG TAHUN 2022

NAMA KELOMPOK:

1. Dewi Mariatul Munawaroh


2. Dina Nur Afni Aulia

KELAS: II A PAI Non Pondok

 ILMU DAN FILSAFAT

Alkisah bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, coba sebutkan
kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan
pengetahuannya? Bagaimanakah caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?
Sambung orang awam itu penuh hasrat dalam ketidaktahuannya “ mudah saja “ jawab filsuf itu”
ketahuilah apa yang kamu tahu dan ketahuilah apa yang kamu tidak tahu’’

Pada dasarnya pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu
ragu dan filsafat dimulai dengan kedua duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian
juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa
jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau.

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai
pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang
kepada diri kita sendiri apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah ciri cirinya
yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? Kriteria apa yang kita
pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu? Apa
kegunaan yang sebenarnya? Demikian juga berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi
segenap pengetahuan yang telah kita keahui. Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan
yang seyogyanya yang saya ketahui dalam kehidupan ini? Di batas manakah ilmu mulai dan
dibatas ilmu mulai berhenti? Dimanakah saya harus berpaling dibatas ketidakahuan ini? Apakah
kelebihan dan kekurangan ilmu? ( mengetahui kekurangan bukan berarti merendahkanmu, umtuk
terlebih jujur dalam mencintai ilmu).

Apakah filsafat?

Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang
tengadah di bintang bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan galaksi.
Atau seorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia
ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Karakteristik berpikir
filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang tidak puas lagi mengenal ilmu hanya
dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan
yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin
yakin apakah ilmu itu membawa kebahgiaan kepada dirinya.

Sering kita melihat seorang ilmuwan yang picik. Ahli fisika nuklir memandang rendah
kepada ahli ilmu sosial. Lulusan IPA merasa lebih tinggi dari pada lulusan IPS. Atau lebih sedih
lagi, seorang ilmuwan memandang rendah kepada pengetahuan lain. Mereka meremehkan moral
agama dan nilai estetika. Mereka, para ahli yang berada dibawah tempurung disiplin
keilmuwannya masing masing, seorang yang berfikir filsafat selain tengadah ke bintang bintang
juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Inilah karakteristik berfikir filsafati yang
kedua yakni sifat mendasar. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar? Lalu benar
sendiri itu apa? Seperti sebuah lingkaran maka pertanyaan itu melingkar, dan menyusur sebuah
lingkaran, kita harus mulai dari satu titik, yang awal dan apapun sekaligus akhir. Lalu bagaimana
menentukan titik awal yang benar? Memang demikian, secara terus terang tidak mungkin kita
menangguk pengetahuan secara keseluruhan dan bahkan kita tidak yakin kepada titik awal yang
menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Dalam hal ini kita hanya bersepekulasi dan inilah
yang merupakan cirri filsafat yang ketiga yakni sifat spekulatif . menyusur sebuah lingkaran kita
harus mulai dari sebuah titik bagaimanapun juga spekulatifnya. Yang penting adalah bahwa
dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi
mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan
dasar dasar yang benar? apakah yang disebut shahih? Apakah alam ini teratur atau kacau?
Apakah yang disebut logis? Apakah hidup ini ada tujuannya atau absurd. Adakah hukum yang
mengatur alam dan segenap satwa kehidupan?

Sekarang kita sadar bahwa semua pengetahuan yang sekarang ada dimulai dengan
spikulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan
yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang diatas dasar kebenaran.
Tanpa menetapkan apa yang disebut baik dan buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang
moral. Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin kita
berbicara tentang kesenian.

Sumber : William Shakespeare,Hamlet, Babak I, adegan 5

Will Durant, The story of philoshophy ( New York: Simon & Schuster, 1933), hlm. 1-4

Anda mungkin juga menyukai