Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM INSTRUMENTASI

PENGUKURAN MASSA, GAYA, DAN TORSI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

INDRIANI NOVIAGEL (H021201007)


FATMA SYAM (H021201015)
HUSAIN AHMAD MADANI (H021201021)
H. S. FAUSI GANDHI (H021201022)
KHAFIFAYANTI (H021201024)
EVA SUSI SIMANJUNTAK (H021201029)
ISMA SAPUTRI (H021201045)
FAQIHAH FAJRIANI. J (H021201047)
JENNELA P. N (H021201055)
HARMIATI HARBI (H021201074)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengukuran Massa, Gaya,
dan Torsi”. Tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Sistem Instrumentasi yang telah memeberikan tugas ini kepada
penyusun sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang penyusun tekuni.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan adanya kritik serta saran
yang membangun agar penyusun dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan
dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipahami serta dapat menjadi berkat dan
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Makassar, 11 Mei 2022

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................4
1.4 Manfaat...........................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Pengukuran Massa..........................................................................................5
2.1.1 Sel Beban Elektronik...............................................................................5
2.1.2 Sel Beban Pneumatik/Hidrolik................................................................6
2.1.3 Sel Beban Cerdas.....................................................................................7
2.1.4 Instrumen Neraca Massa..........................................................................7
2.1.5 Keseimbangan Pegas...............................................................................9
2.2 Pengukuran Gaya.........................................................................................10
2.2.1 Menggunakan Akselerometer................................................................11
2.2.2 Sensor Kabel Getar................................................................................12
2.3 Pengukuran Torsi.........................................................................................13
2.3.1 Rem Prony.............................................................................................14
2.3.2 Pengukur Regangan Induksi..................................................................15
2.3.3 Pengukuran Torsi secara Optis..............................................................16
BAB 3 PENUTUP................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam berbagai aspek dalam kehidupan, kita tidak pernah lepas dari suatu

aktivitas yang disebut sebagai pengukuran. Ketika melakukan pengukuran, kita

membandingkan sesuatu yang ingin diukur dengan acuan yang telah menjadi

standar dalam pengukuran. Pengukuran sangat penting untuk mendeskripsikan

suatu benda atau fenomena secara kuantitatif, bahkan pengukuran merupakan

sebuah aspek fundamental dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, misalnya

fisika, kimia dan biologi.

Dalam fisika, selain menjelaskan kausalitas (hubungan sebab akibat) dari

berbagai fenomena alam dengan baik, kita juga harus dapat melakukan

pengukuran dengan baik pula. Terdapat beragam besaran fisis yang biasa diukur

dalam fisika dan yang paling penting adalah pengukuran terhadap besaran-besaran

fisis yang dapat teramati secara langsung dan sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari.

Beberapa contoh besaran tersebut adalah massa, gaya dan torsi.

Pengukuran tekanan merupakan salah satu jenis pengukuran yang sangat banyak

dilakukan dalam dunia industri, terutama pada industri yang melibatkan benda

yang berada pada fase gas. Sementara itu, pengukuran massa, gaya, torsi, dan

regangan merupakan salah satu aspek penting dalam dunia teknik.

Semua jenis pengukuran yang telah disebutkan memiliki sistem

pengukuran yang juga berbeda. Dengan melihat akan pentingnya pemahaman

tentang sistem pengukuran massa, gaya dan torsi maka materi ini akan dibahas

3
dalam makalah ini untuk menambah pengetahuan sistem pengukuran besaran-

besaran tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara melakukan pengukuran massa?
2. Bagaimana cara melakukan pengukuran gaya?
3. Bagaimana cara melakukan pengukuran torsi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran massa.
2. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran gaya.
3. Untuk mengetahui cara melakukan pengukuran torsi.

1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini yaitu menambah wawasan
mengenai pengukuran massa, gaya, dan torsi.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Massa


Massa menggambarkan jumlah materi yang dikandung oleh suatu benda.
Sel beban adalah yang paling banyak instrumen umum yang digunakan untuk
mengukur massa, terutama dalam aplikasi industri.

2.1.1 Sel Beban Elektronik


Dalam sel beban elektronik, gaya gravitasi pada benda yang diukur
diterapkan menjadi elemen elastis. Sel beban elektronik memiliki keunggulan
signifikan dibandingkan sebagian besar bentuk pengukuran massa lainnya
instrumen dalam hal biaya yang relatif rendah, rentang pengukuran yang luas,
toleransi lingkungan berdebu dan korosif, kemampuan pengukuran jarak jauh,
toleransi guncangan pemuatan dan kemudahan instalasi. Sel beban elektronik
menggunakan prinsip fisik bahwa gaya yang diterapkan pada elemen elastis
menghasilkan defleksi yang terukur. Elastis elemen yang digunakan berbentuk
dan dirancang khusus, beberapa contoh diperlihatkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Elemen Elastis yang Digunakan dalam Sel Beban


Perancangan bertujuan untuk mendapatkan hubungan keluaran linier
antara

5
gaya yang diterapkan dan defleksi yang diukur dan untuk membuat instrumen
tidak sensitif terhadap gaya yang tidak diterapkan secara langsung di sepanjang
sumbu penginderaan. Sel beban ada di keduanya bentuk kompresi dan tegangan.
Dalam jenis kompresi, massa yang diukur ditempatkan di atas platform bertumpu
pada sel beban, yang karenanya memampatkan sel. Pada jenis tegangan alternatif,
massa digantung dari sel beban, sehingga menempatkan sel menjadi tegang.

2.1.2 Sel Beban Pneumatik/Hidrolik (Harmiati Harbi)


Sel beban pneumatik dan hidrolik mengunah pengukuran massa menjadi
tugas pengukuran tekanan. Sebuah sel beban pneumatik ditunjukkan secara
skematis pada gambar 2.2. Aplikasi massa ke sel menyebabkan defleksi diafragma
bertindak sebagai pembatasan variabel dalam mekanisme nozzle-flapper. Tekanan
keluaran yang diukur dalam sel kira-kira sebanding dengan besarnya gaya
gravitasi pada massa yang diterapkan. Instrumen membutuhkan aliran udara pada
inputnya sekitar 0,25 m3/jam pada tekanan 4 batang. Sel standar tersedia untuk
mengukur berbagai massa. Untuk mengukur massa kecil, instrumen tersedia
dengan pembacaan skala penuh 25 kg, sementara di bagian atas jangkauan,
instrumen dengan pembacaan skala penuh 25 ton dapat diperoleh.

Gambar 2.2 Sel Beban Pneumatik


Ketidakakuratan biasanya 0,5% dari skala penuh dalam sel beban
pneumatik. Alternatifnya, sel beban hidrolik ditunjukkan pada gambar 2.3. Dalam
hal ini, gravitasi gaya karena massa yang tidak diketahui diterapkan, melalui
diafragma, ke minyak yang terkandung di dalam ruang tertutup. Peningkatan
tekanan oli yang sesuai diukur dengan yang sesuai transduser tekanan. Instrumen
ini dirancang untuk mengukur massa yang jauh lebih besar.

6
Gambar 2.3 Sel Beban Hidrolik
2.1.3 Sel Beban Cerdas (Faqihah Fajriani)
Sel beban cerdas dibentuk dengan menambahkan mikroprosesor ke sel
standar. Sehingga tidak membawa peningkatan akurasi karena load cell sudah
sangat akurat pada perangkat. Angka biaya per berat dapat disimpan sebelumnya
untuk sejumlah besar zat, membuat instrumen tersebut sangat fleksibel dalam
operasi.
Dalam aplikasi di mana massa suatu benda diukur dengan beberapa sel
beban yang digunakan bersama-sama (misalnya, sel beban yang terletak di sudut
platform dalam perangkat elektronik keseimbangan), massa total dapat dihitung
lebih mudah jika sel-sel individu memiliki mikroprosesor yang menyediakan
keluaran digital. Selain itu, dimungkinkan juga untuk menggunakan signifikan
perbedaan dalam pembacaan relatif antara sel beban yang berbeda sebagai deteksi
kesalahan mekanisme dalam sistem.

2.1.4 Instrumen Neraca Massa (H. S Fausi Gandhi)


Instrumen keseimbangan massa didasarkan pada perbandingan gaya
gravitasi pada mengukur massa dengan gaya gravitasi pada benda lain yang
massanya diketahui. Prinsip pengukuran massa umumnya dikenal sebagai
penimbangan, dan digunakan dalam instrumen seperti:
a) Keseimbangan Balok
Dalam keseimbangan balok, ditunjukkan pada gambar 2.4, massa standar
ditambahkan ke panci di satu sisi balok berputar sampai besarnya gaya gravitasi
pada mereka seimbang besarnya gaya gravitasi pada massa yang tidak diketahui
yang bekerja di ujung yang lain dari balok. Posisi kesetimbangan ditunjukkan oleh
penunjuk yang bergerak melawan skala yang dikalibrasi.

7
Gambar 2.4 Keseimbangan Balok
b) Balok Timbang
Balok timbang, digambarkan dalam dua bentuk alternatif pada gambar 2.5,
beroperasi pada prinsip keseimbangan balok tetapi jauh lebih kasar. Dalam bentuk
pertama, standar massa ditambahkan untuk menyeimbangkan massa yang tidak
diketahui dan penyesuaian halus diberikan oleh massa yang diketahui yang
dipindahkan sepanjang berlekuk, batang bertingkat sampai penunjuk dibawa ke
nol, titik keseimbangan. Bentuk alternatif memiliki dua atau lebih batang
bertingkat Setiap batang membawa massa standar yang berbeda dan ini
dipindahkan ke posisi yang sesuai pada batang berlekuk untuk menyeimbangkan
massa yang tidak diketahui. Versi dari instrumen ini digunakan untuk mengukur
massa hingga 50 ton.

Gambar 2.5 Balok Timbang


c) Skala Pendulum
Skala pendulum adalah instrumen yang bekerja pada prinsip
keseimbangan massa. Massa yang tidak diketahui diletakkan pada platform yang
dilampirkan oleh

8
pita baja. Gerakan platform ke bawah dan ditentang oleh gaya gravitasi yang
bekerja pada dua massa jenis pendulum yang melekat.

Gambar 2.6 Skala Pendulum


d) Keseimbangan Elektromagnetik
Keseimbangan elektromagnetik menggunakan torsi yang dikembangkan
oleh kumparan pembawa arus tersuspensi dalam medan magnet permanen untuk
menyeimbangkan massa yang tidak diketahui terhadap gaya gravitasi yang
diketahui dihasilkan pada massa standar. Keunggulannya dibandingkan timbangan
balok, balok timbang, dan timbangan bandul termasuk ukurannya yang lebih
kecil, ketidakpekaannya terhadap perubahan lingkungan (memodifikasi input) dan
bentuk keluaran listriknya.

2.1.5 Keseimbangan Pegas (Fatma Syam)


Kesetimbangan adalah keadaan saat kedua reaktan dan produk hadir dalam
konsentrasi yang tidak memiliki kecenderungan lebih lanjut untuk berubah seiring
berjalannya waktu. Pegas mempunyai panjang alami, dimana pegas tidak
memberikan gaya pada benda. Posisi benda pada titik tersebut disebut setimbang.
Jika pegas direntangkan ke kanan, pegas akan memberikan gaya pada benda yang
bekerja dalam arah mengembalikan massa ke posisi setimbang. Gaya ini disebut
gaya pemulih, yang besarnya berbanding lurus dengan simpangannya.
Dalam kesetimbangan pegas ini menggunakan alat yakni neraca pegas.
neraca pegas atau dinamometer adalah timbangan sederhana yang menggunakan
pegas sebagai alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya, neraca pegas
mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah tekanannya,

9
Gambar 2.7 Neraca Pegas
Neraca pegas menyediakan metode pengukuran massa yang sederhana dan
murah. Massa digantung pada ujung pegas dan pembelokan pegas disebabkan
oleh gaya gravitasi ke bawah pada massa diukur terhadap skala. Karena
karakteristik pegas sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, akurasi
pengukuran biasanya relatif buruk. Namun, jika kompensasi dibuat untuk
perubahan karakteristik pegas, maka ketidaktepatan pengukuran kurang dari 0,2%
adalah dapat dicapai. Menurut desain instrumen, massa antara 0,5 kg dan 10 ton
dapat diukur.
Satuan standar gaya adalah Newton, ini adalah gaya yang akan
menghasilkan percepatan satu meter per sekon kuadrat dalam arah gaya ketika
diterapkan pada massa satu kilogram. Salah satu cara untuk mengukur gaya yang
tidak diketahui adalah oleh karena itu untuk mengukur percepatan ketika
diterapkan pada benda yang massanya diketahui. Teknik alternatif adalah
mengukur variasi frekuensi resonansi a kawat bergetar karena ditarik oleh gaya
yang diberikan.

2.2 Pengukuran Gaya (Isma Saputri)


Gaya adalah suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak. Gaya dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan sebagai berikut:

 Benda diam menjadi bergerak

10
 Benda bergerak menjadi diam

 Bentuk dan ukuran benda berubah

 Arah gerak benda berubah

Berdasarkan Hukum II Newton “Massa benda dipengaruhi oleh gaya luar


yang berbanding terbalik dengan percepatan gerak benda tersebut”
Secara matematis ditulis :
F = m.a
Dimana:
m = massa (kg)
F = kg x m/s = N (Newton)
a = percepatan (m/s2 )
Adapun macam-macam gaya, yaitu:

 Gaya normal adalah sebuah gaya reaksi yang timbul saat sebuah benda
diletakkan. Posisi benda tersebut tegak lurus di atas permukaan yang bidang.
Besarnya gaya normal yang terjadi pada sebuah benda ditentukan oleh besar
gaya lain.
 Gaya otot adalah jenis atau macam gaya yang dimiliki oleh makhluk hidup
yang memiliki otot. Gaya otot ini timbul karena adanya sebuah koordinasi.
Koordinasi tersebut terjadi di antara struktur otot dan rangka tubuh.
 Gaya pegas merupakan gaya yang dihasilkan oleh sebuah pegas. Pegas yang
dimaksud disini adalah pegang yang memiliki sifat elastis. Gaya pegas dapat
muncul karena pegas tersebut bergerak.
 Gaya gravitasi merupakan macam-macam dari gaya tarik. Gaya gravitasi ini
akan menarik pada keseluruhan benda bermassa. Tarikan tersebut akan
mengarah ke permukaannya.
 Gaya listrik adalah jenis gaya yang berasal dari benda dengan muatan listrik.
Benda-benda yang bermuatan listrik tersebut akan menghasilkan medan
listrik.

11
2.2.1 Menggunakan Akselerometer
Sensor akselerometer atau dalam bahasa Inggris ditulis dengan
accelerometer sensor adalah perangkat elektromekanis yang digunakan untuk
mengukur gaya percepatan suatu struktur. Yang dimaksud dengan percepatan
adalah pengukuran pada perubahan kecepatan atau dapat juga dikatakan sebagai
“kecepatan yang dibagi dengan waktu”. Misalnya, sebuah mobil yang
berakselerasi dari posisi diam hingga 120 km/jam dalam 10 detik memiliki
akselerasi setinggi 12 km/jam per detik (120 dibagi 10).
Percepatan yang diukur oleh sensor akselorometer ini dapat berupa
Pengukuran Statis seperti pengukuran pada gaya gravitasi bumi dan Pengukuran
Dinamis seperti pada pengukuran benda yang bergerak (contohnya seperti
mendeteksi kemiringan pada smarphone yang dapat memutar tampilan layar
menjadi landscape maupun portrait).
Sebagian besar sensor akselerometer modern saat ini menggunakan
semikonduktor dan alat piezoelektrik untuk mengukur percepatan, namun untuk
mempermudah kita memahami cara kerja ataupun prinsip kerja dari sensor
Akselerometer ini, dibawah ini adalah gambar yang menjelaskan tentang
pengoperasian akselerometer linier elektromekanis dasar sebagai referensi.

Gambar 2.8 Prinsip Kerja Sensor Akselerometer


Akselerometer pada gambar di atas ini menggunakan perpindahan massa
padat relatif terhadap wadahnya untuk mengukur perbedaan percepatan. Pada
gambar A diatas, wadah diam dan massa tetap berada di tengah antara dua
batangan. Dalam keadaan ini akselerometer mengeluarkan tegangan antara yang

12
konstan. Jika wadah berakselerasi ke arah palang ke kanan (ditunjukkan pada
gambar B), inersia massa menyebabkannya tertinggal, menekan pegas di
belakangnya (pegas menjadi rapat) dan meregangkan pegas di depannya. Saat ini
terjadi, perangkat mencatat tegangan yang lebih tinggi relatif terhadap akselerasi
yang diukur. Setelah perlambatan, massa kembali ke posisi semulanya dan
tegangan output akan menurun.

2.2.2 Sensor Kabel Getar (Khafifayanti)


Sebuah sensor kawat bergetar mengukur pembukaan sambungan dari
bentangan kawat yang dibuat untuk bergetar pada frekuensi akustik. Karena kawat
terbuat dari logam elastis, jenis sensor ini juga dapat digunakan untuk mengukur
gaya tarikan dalam kisaran tertentu. Gaya eksternal yang diterapkan memang
mengubah tegangan pada kawat, ini mengubah frekuensi. Frekuensi diukur dan
menunjukkan jumlah gaya pada sensor. Sensor beban memiliki sistem elektronik
terintegrasi untuk mengaktifkan kabel bergetar serta membaca frekuensi. Ini dapat
dibandingkan dengan gitar: menghidupkan senar, menciptakan getaran dan suara.
Suara akan tergantung pada ketegangan pada senar.
Instrumen ini, diilustrasikan pada Gambar di bawah terdiri dari kawat
yang terus bergetar pada frekuensi resonansinya oleh osilator frekuensi-fariable.
Frekuensi resonansi kawat yang mengalami tegangan diberikan oleh:

f=
L √
0.5 M
( )
T
(2.1)

di mana M adalah massa per satuan panjang kawat, L adalah panjang kawat, dan
T adalah tegangan akibat gaya yang diterapkan, F. Dengan demikian, pengukuran
frekuensi keluaran osilator memungkinkan gaya yang diterapkan pada kawat
dapat dihitung.

13
Gambar 2.9 Sensor Kabel Getar

2.3 Pengukuran Torsi (Eva Susi Simanjuntak)


Pengukuran torsi pada poros motor bakar menggunakan alat yang
dinamakan Dinamometer. Prinsip kerja dari alat ini adalah dengan memberi beban
yang berlawanan terhadap arah putaran sampai putaran mendekati 0 rpm, Beban
ini nilainya adalah sama dengan torsi poros.
Torsi dapat didefinisikan gaya pada sumbu putar yang dapat menyebabkan
benda bergerak melingkar atau berputar. Torsi memiliki poros dimana lengan
gaya dapat berputar searah  maupun berlawanan arah jarum jam. Sebenarnya
aturan dari nilai  torsi positif atau negative itu tidak ada. Aturan tersebut dibuat
oleh masing masing orang sendiri.
Rumus Torsi (Tanpa Sudut)
τ=rF
Rumus Torsi (Dengan Sudut)
τ = r F sin θ
Dimana
 τ = torsi (Nm)
 r = lengan gaya (m)
 F = gaya yang diberikan tegak lurus dengan lengan gaya (N)
 θ = Bantul lumayan banyak yang kemanasih jd lupa namane
Pada dasarnya rumus umum dari torsi hanya ada dua macam itu saja yang
pertama tanpa sudut dan yang kedua yaitu dengan sudut.

2.3.1 Rem Prony (Jenella P. N)


Rem Prony adalah perangkat sederhana yang ditemukan oleh Gaspard de
Prony pada tahun 1821 untuk mengukur torsi yang dihasilkan oleh mesin. Istilah
"tenaga kuda rem " adalah salah satu pengukuran daya yang berasal dari metode
pengukuran torsi ini. (Daya dihitung dengan mengalikan torsi dengan kecepatan
rotasi).

14
Pada dasarnya pengukuran dilakukan dengan melilitkan tali atau sabuk di
sekitar poros keluaran mesin dan mengukur gaya yang ditransfer ke sabuk melalui
gesekan. Gesekan ditingkatkan dengan mengencangkan sabuk sampai frekuensi
rotasi poros berkurang ke kecepatan rotasi yang diinginkan. Dalam prakteknya
lebih banyak tenaga mesin kemudian dapat diterapkan sampai batas mesin
tercapai.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, mesin dihubungkan ke drum
yang berputar melalui poros keluaran. Sebuah pita gesekan melilit setengah
keliling drum dan masing-masing ujungnya dilekatkan pada neraca pegas yang
terpisah. Pra-beban yang cukup besar kemudian diterapkan ke ujung pita,
sehingga setiap neraca pegas memiliki pembacaan awal dan identik. Saat mesin
berjalan, gaya gesekan antara drum dan pita akan meningkatkan pembacaan gaya
pada satu keseimbangan dan menurunkannya pada keseimbangan lainnya.
Perbedaan antara dua bacaan dikalikan dengan jari-jari drum yang digerakkan
sama dengan torsi. Jika putaran mesin diukur dengan tachometer, tenaga kuda rem
mudah dihitung.
Mekanisme alternatifnya adalah dengan menjepit tuas ke poros dan
mengukur menggunakan keseimbangan tunggal. Torsi kemudian dihubungkan
dengan panjang tuas, diameter poros dan gaya terukur.
Rem prony dapat dikelompokan ke dalam salah satu jenis dari rem drum.
Sistem dan mekanisme kerjanya hampir sama dengan rem drum, hanya saja rem
prony sistem kerjanya berupa penekanan pada material yang sedang bergerak di
bagian dalam sedangkan rem drum sebelah luar. Atau lebih spesifiknya rem prony
mempunyai kanvas rem pada sisi permukaan bagian dalam sedangkan rem drum
pada sisi bagian luar.

15
Gambar 3.0 Rem Prony
Komponen-komponen rem prony terdiri atas:
 Sepatu rem
 Kanvas rem
 Blok rem
 Pegas
 Baut untuk engsel
Penggunaan rem prony ini lebih banyak diaplikasikan untuk pengereman
batangan poros dari arah dalam dan secara umum sistem penekanan pegasnya
manual.
Perangkat ini umumnya digunakan pada rentang kecepatan mesin untuk
mendapatkan kurva daya dan torsi untuk mesin, karena ada hubungan non-linier
antara torsi dan kecepatan mesin untuk sebagian besar jenis mesin.

2.3.2 Pengukur Regangan Induksi (Husain Ahmad Madani)


Mengukur regangan yang diinduksi dalam poros karena torsi yang diterapkan
telah menjadi metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran torsi dalam
beberapa tahun terakhir. Ini adalah metode yang sangat menarik karena tidak
mengganggu sistem yang diukur dengan memasukkan torsi gesekan dengan cara
yang sama seperti yang dilakukan dua metode terakhir yang dijelaskan. Metode
ini melibatkan pengikatan empat pengukur regangan ke poros seperti yang
ditunjukkan pada Gambar tersebut, di mana pengukur regangan disusun dalam
arus d.c. sirkuit jembatan. Keluaran dari rangkaian jembatan merupakan fungsi
dari regangan pada poros dan oleh karena itu torsi yang diterapkan. Sangat
penting bahwa posisi pengukur regangan pada poros tepat, dan kesulitan dalam
mencapai hal ini membuat instrumen relatif mahal.

16
Gambar 3.1 Posisi Pengukur Regangan Pengukur Torsi pada Poros
Teknik ini ideal untuk mengukur torsi yang terhenti pada poros sebelum
rotasi dimulai. Namun, masalah yang dihadapi dalam kasus poros berputar karena
metode yang cocok kemudian harus ditemukan untuk membuat sambungan listrik
ke pengukur regangan. Salah satu solusi untuk masalah ini yang ditemukan di
banyak instrumen komersial adalah dengan menggunakan sistem slip ring dan
sikat untuk ini, meskipun ini meningkatkan biaya instrumen lebih jauh.

2.3.3 Pengukuran Torsi secara Optis (Indriani Noviagel)


Teknik optis untuk mengukur torsi saat ini mulai dapat digunakan dengan
pengembangan dioda laser dan sistem transmisi cahaya serat optik. Salah satu
sistem seperti ini ditunjukkan oleh gambar di bawah. Dua buah roda yang diberi
warna belang hitam putih dipasang pada kedua ujung batang berputar dan berada
sejajar saat tidak ada torsi yang diberikan pada batang tersebut. Cahaya dari dioda
laser diarahkan oleh sepasang kabel serat optik ke kedua roda tersebut.

Gambar 3.2 Pengukuran Torsi secara Optis


Rotasi pada roda menyebabkan pulsa pada cahaya yang dipantulkan dan
cahaya tersebut ditransmisikan kembali ke penerima oleh sepasang kabel serat

17
optik yang lain. Dalam kondisi tidak ada torsi, dua pulsa yang dipantulkan berada
dalam sefase satu sama lain. Jika torsi diberikan pada batang tersebut, cahaya
pantul mengalami modulasi. Pengukuran beda fase antara pulsa yang dipantulkan
oleh penerima memungkinkan untuk melakukan perhitungan terhadap besar torsi
pada batang. Biaya yang diperlukan untuk instrumen seperti ini relatif murah dan
keuntungan tambahan yang dimilikinya adalah ukurannya yang cukup.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Massa menggambarkan jumlah materi yang dikandung oleh suatu benda. Sel
beban adalah yang paling banyak instrumen umum yang digunakan untuk
mengukur massa, terutama dalam aplikasi industri.
2. Gaya adalah suatu besaran yang menyebabkan benda bergerak.

18
3. Torsi dapat didefinisikan gaya pada sumbu putar yang dapat menyebabkan
benda bergerak melingkar atau berputar. Torsi memiliki poros dimana lengan
gaya dapat berputar searah maupun berlawanan arah jarum jam.

3.2 Saran
Disarankan untuk para pembaca agar mempelajari dan menguasai materi
osilator sebagai materi dasar untuk melangkah ke materi-materi lainnya dalam
mata kuliahs Sistem Instrumentasi.

DAFTAR PUSTAKA

A. S. Morris. 2001. Measurement Instrumentation Instrumentation


Principles Third Edition. Oxford: Butterworth Heinemann.

19
20

Anda mungkin juga menyukai