Anda di halaman 1dari 39

PRODI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.M

DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI

DI RUMAH SAKIT IBNU SINA GRESIK

Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas

Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah 3 Semester 6

Oleh :

Antika Cahyani

NIM : 151711913101

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS VOKASI – DEPARTEMEN KESEHATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

1. PENGERTIAN
2.1 PENGERTIAN HIPERTENSI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah daalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung Dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seseorang klien pada tiga
kejadian terpisah (ignatavicus, 1994). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang
masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan
hipertensi disebut borderline hypertension ( Garis batas hipertensi). Batasan WHO
tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis


kelamin (Soeparman,1999;205)

1. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hiertensi bila tekanan darah pada waktu
berbaring ≥130/90 mmHg.
2. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekananan darahnya >
145/95 mmHg.
3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

2.2 KLASIFIKASI HIPERTENSI


Table 7.1 klasifikasi hipertensi pada klien berusia ≥18 tahun oleh the joint National
Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood Preasure(1998)
Batasan tekanan darah (mmHg) Kategori
Diastolic
<85 Tekanan darah normal
85-89 Tekanan darah normal-tinggi
90-104 Hipertensi ringan
105-114 Hipertensi sedang
≥115 Hipertensi berat
Systolic,saat diastolic < 90 mmHg
<140 Tekanan darah normal
140-159 Garis batas hipertensi sistolik terisolasi
≥160 Hipertensi sistolik terisolasi

Sumber: ignatavicius D,1994

Tabel 7.2 Klasifikasi Hipertensi berdasarkan level tekanan darah

Tekanana darah sistolik dan diastolic blood


pressure (SBP dan DBP)
Normotensi <140 SBP dan <90 DBP
Hipertensi ringan 140-180 SBP atau 90-105 DBP
Subgroup: garis batas 140-160 SBP atau 90-105 DBP
Subgroup: garis batas 140-160 SBP dan < 90 DBP
Hipertensi sedang dan berat >180 SBP atau >105 DBP
Hipertensi sistolik terisolasi >140 SBP dan <90 DBP

Sumber: Guyton dan Hall,1997

2. NARASI ASKEP
Hipertensi biasanya menyerang laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pascamenopouse.
3. PENYEBAB
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Faktornya adalah
 Genetic ;
individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko lebih tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.
Jenis kelamin dan usia
 Diet
konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi
 Berat badan
 Gaya hidup
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya.
Faktornya adalah:
 Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion . dengan penghentian oral
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
 Penyakit parenkim dan vascular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia ( pertumbuhan abnormal
jaringan fibrous) . penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan
perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
 Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosterone,
kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosterone
menyebabkan hipertensi dan hypokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul
dari benign adenoma dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada
Sindrom Cushing, kelebihan glukokortikoid yang dieksresi dari korteks adrenal.
Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal
 Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada
aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui
lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
 Neurogenic ; tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
 Kehamilan
 Luka bakar
 Peningkatan volume intravascular
 Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin
menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan
vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
 Kegemukan
 Stress
4. PATOFISIOLOGI

hipertensi

aterosklerosis Peningkatan
afterload

Peningkatan tekanan
Sclerosis koroner
dinding ventrikel

Hipo sistole Hipertrofi


ventrikel kiri

Penurunan Peningkatan
stroke volume kerja jantung

Penurunan suplai Dekompensasi


oksigen miokard kordis
Peningkatan
Iskemia miokard
kebutuhan oksigen
miokard

Calcium influx
berlebihan kardiomegali

Penyakit jantung Congestive


iskemia heart failure
5. PENJELASAN PATOFISIOLOGI
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output (curah jantung)
dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian
antara stroke volume dengan heart rate (denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer
dipertahankan oleh system saraf otonom dan sirkulasi hormone. Empat system control
yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain system baroreseptor
arteri, pengaturan volume cairan tubuh , system renin angiotensin dan autoregulasi
vascular.
Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, tapi juga dalam aorta dan
dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri.Sistem
baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan
jantung oleh respon vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan
tonus simpatis. Oleh karena itu, reflex control sirkulasi meningkatkan tekanan arteri
sistemik bila tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila
tekanan baroreseptor meningkat. Alasan pasti mengapa control ini gagal pada hipertensi
belum diketahui . Hal ini ditujukan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor
sehingga tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan tidak ada.
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme
fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan
peningkatan curah jantung . bila ginjal berfungsi secara adekuat , peningkatan tekanan
arteri mengakibatkan diuresis dan penurunan tekanan darah . kondisi patologis yang
mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan
meningkatkan tekanan arteri sitemik.
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal
memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein plasma untuk
memisahkan angiotensin I, yang kemudian diubah oleh converting enzyme dalam paru
menjadi bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II dan III
mempunyai aksi vasokonstriktor yang kuat pada pembuluh darah dan merupakan
mekanisme control terhadap pelepasan aldosterone. Aldosterone sangat bermakna dalam
hipertensi terutama pada aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas system
saraf simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan
pada ekskresi garam (Natrium) dengan akibat peningkatan tekanan darah.
Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer
vascular pada hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan
karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun
demikian, sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai kadar renin
normal.
Peningkatan tekanan darah terus-menerus pada klien hipertensi esensial akan
mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada orgam-organ vital. Hipertensi esensial
mengakibatkan hyperplasia medial (penebalan) arteriol-arteriol. Karena pembuluh darah
menebal, maka perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh. Hal
ini menyebabkan infark miokard,stroke,gagal jantung, dan gagal ginjal.
Autoregulasi vascular merupakan mekanisme lain yang terlibat dalam hipertensi .
autoregulasi vascular adalah suatu proses yang mempertahankan perfusi jaringan dalam
tubuh relative konstan . jika aliran berubah,proses-proses autoregulasi akan menurunkan
tahanan vascular dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan
tahanan vascular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi vascular Nampak
menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan hipertensi berkaitan dengan overload
garam dan air.
Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang secara progresif.
Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya memiliki gejala-gejala morning headache,
pengihatan kabur,dan sesak nafas atau dyspnea, dan atau gejala uremia. Tekanan darah
diastolic >115 mmHg , dengan rentan tekanan diastolic antara 130-170 mmHg. Hipertensi
maligna meningkatkan resiko gagal ginjal, gagal jantung kiri dan stroke.
Gejala
Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering disebut
“silent killer”. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit
kepala (rasa berat di tengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat
berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus
(telinga berdering), serta kesulitan tidur.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengukuran tekanan darah (tensi)
7. PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Lakukan pengukuran tekanan darah kepada pasien
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

HIPERTENSI

8. ANALISA DATA
1. Pengkajiian

Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, bisanya didapat adanya riwayat


peningkatan tekanan darah, adanya riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, dan
riwayat meminum obat antihipertensi

2. Dasar-dasar pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, dan takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklorosis, penyakit
jantung coroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula
episode palpitasi serta perspirasi.
2) Tanda :Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari
kenaikan darah) diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan
regimen obat.
3) Nadi :Denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis,Perbedaan denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis/brakhialis ; denyut (popliteal,
tibialis posterior,dan pedalis) tidak terba atau lemah
4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
5) Frekuensi / irama : Takikardi, berbagai disritmia
6) Bunyi jantung :Terdengar S2 pada dasr, S3 (CHF dini), dan S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri)
7) Murmur stenosis valvular
8) Desiran vascular terdengar diatas karotis, vemoralis, atau epigastrum (stenosis
arteri)
9) DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena).
10) Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi
periver); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokontriksi)
11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Bisa juga kulit
berwarna kemerahan (feokromositoma)
3. Integritas Ego

a. Gejala : Riwayat kepribadian, ansietas, depresi, euporia, atau


marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).
Selain itu, juga ada factor-faktor multiple,,seperti hubungan,
keuangan, atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.
b. Tanda : Letupan suasana hati , gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empati, otot muka
tegang (khususnya sekitar mata), gerakan fisik cepat, dan
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi

Gejala : Adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti

infeksi/obsturksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.

5. Makanan/cairan
a. Gejala
1) Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna
hitam, dan kandungan tinggi kalori.
2) Mual dan muntah
3) Perubahan berat badan (meningkat/turun)
4) Riwayat penggunaan obat diuretic

b. Tanda
1) Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas
2) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, DVJ, dan
glikosuria (hamper 10% pasien hipertensi adalah penderita diabetes)

6. Neurosensori

Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat


bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)

7. Hipertensi
a. Gejala
1) Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh
2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
3) Episode epistaksis

b. Tanda
1) Status mental : Perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau
isi bicara, efek, proses pikIr, atau memori.
2) Respon motoric : Penurunan kekuatan genggaman tangan
atau reflex, tendon dalam, perubahan-perubahan
retinal optic (dari penyempitan arteri rinagn sampai
berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau
pupil edema, eksudat, dan hemoragik tergantung
pada berat atau lamanya hipertensi).
8. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosisklerosis pada
erteri ekstremitas bawah)
c. Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya
d. Nyeri abdomen/massa feokromositoma)

9. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal, tahap lanjut
dari hipertensi menetap/berat.

a. Gejala

1. Dyspnea yang berikatan dengan aktivitas atau kerja


2. Takipnea,ortopnea,dyspnea nocturnal paroksismal
3. Batuk dengan atau tanpa pembentukan sputum
4. Riwayat merokok
b. Tanda

1. Disters respirasi/penggunaan otot aksesori pernapasan


2. Bunyi napas tambahan (krakles/mengi)
3. Sianosis
10. Keamanan
a. Gangguan koordinasi/cara berjalan
b. Episode parestesia unilateral transient
c. Hipotensi postural
11. Pembelajaran/penyuluhan
a. Factor-faktor resiko keluarga, seperti hipertensi,aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes mellitus, dan penyakit serebrovaskular/ginjal
b. Factor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika, Asia Tenggara
c. Penggunaan pil KB atau hormone lain dan penggunaan obat/alcohol.

9. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokontriksi, iskemi miokard, hipertrofi/rigiditas ventrikuler.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3) Perubahan kenyamanan (nyeri kepala akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vascular otak.
4) Risiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan kabur,
rupture pembuluh darah otak, epistaksis.
5) Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan kelebihan asupan
makanan, gaya hidup, kebiasaan, atau budaya.
6) Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

10. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


1) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemi miokard, hipertrofi/rigiditas
ventrikuler.

TUJUAN

Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang dapat diterima, irama jantung
dan denyut jantung dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tekanan darah, ukur pada kedua 1-3. Peningkatan tekanan darah
ekstremitas baik lengan maupun kaki meningkatkan preload dan beban kerja
pada awal evaluasi. Gunakan ukuran jantung. Terdengarnya crakles, di basal
manset dan cara pengukuran yang tepat. paru mengindikasikan kongesti pulmonal,
akibat peningkatan tekanan jantung sisi kiri.
2. Catat kualitas denyutan sentral dan
Terdengatnya Bunyi Jantung 3 atau Bunyi
perifer.
jantung 4 Gallop’s akibat dari penurunan
pengembangan ventrikel kiri
3. Auskultasi suara napas dan bunyi
jantung.

4. Observasi warna kulit, kelembapan, 4-6. Lingkungan nyaman dan pembatasan


suhu kulit, dan waktu pengisian kembali aktivitas menurunkan konsumsi oksigen
kapiler. miokard.

5. Berikan lingkungan yang tenang dan


nyaman, batasi jumlah pengunjung.
6. Pertahankan pembatasan aktivitas, buat
jadwal terapi yang tidak mengganggu
masa istirahat klien.

7. Bantu klien memenuhi perawatan 7-9. diet rendah garam dan pembatasan
dirinya, sesuai kebutuhan. cairan mencegah peningkatan volume
cairan ekstraseluler yang dapat
8. Berikan diet rendah garam dan
meningkatkan tekanan darah.
pembatasan cairan

9. Nilai intake cairan dan produksi urine


per 24 jam (intake-output cairan)

10. Kolaborasi pemberian terapi sesuai 10 .


indikasi :
a. Menurunkan volume cairan
a. Diuretic Thiazid (chlorothiazide,
ekstraseluler, mengurangi volume
hydrochlorothiazide,
darah.
bendroflumethiazid).
b. Menghambat resorpsi natrium,
b. Diuretic loop (furosemide,
klorida dan air di renal dan
ethacrynic acid, bumetadine).
membuang kelebihan cairan.
c. Potassium-sparing diuretic
c. Penghambat kompetitif aldosterone
(spironolactone, triamterene,
dan mencegah hypokalemia.
amiloride).
d. Menghambat system simpatis,
d. Penghambat simpatis atau β blocker
menurunkan denyut jantung dan
(propranolol, metoprolol, atenolol,
tekanan darah.
nadolol, methyldopa, reserpine,
e. Vasodilatasi vaskuler perifer,
clonidine).
menurunkan tahanan perifer.
e. Vasodilator (monoxidil, hydralazine,
f. Mengurangi afterload miokard,
prazosin.
vasodilatasi arteri coroner dan
f. Calcium channel blocker
perifer serta meningkatkan
(nifedipine, verapamil).
oksigenasi miokard.
g. Ganglion blocker ( guanetidine,
g. Menurunkan denyut jantung dan
trimethaphan).
vasodilatasi.
h. ACE inhibitor (captopril).
h. Menurunkan tahanan perifer.

11. Monitor efek samping pengobatab 11 . efek samping obat yang


antihipertensi. membahayakan harus dikaji dan
dilaporkan.

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

TUJUAN

Mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti.

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas dan 1. Tanda dan gejala tersebut
catat : denyut nadi (denyut jantung mengindikasikan penurunan curah
aktivitas ≤ 20 bpm dari denyut jantung jantung dan perfusi jaringan, akibat
istirahat) : catat tekanan darah pasca- peningkatan preload dan afterload
aktivitas (sistolik meningkat 40 mmHg ventrikel kiri.
dan diatolik meningkat 20 mmHg) :
keluhan sesak napas, nyeri dada,
keletihan yang sangat, diaphoresis,
pusing atau syncope.

2. Anjurkan klien menggunakan teknik 2. Penghematan energy mengurangi


penghematan tenaga saat beraktivitas, konsumsi oksigen pada miokard
seperti mandi, menyisir rambut, atau
menggosok gigi dengan posisi duduk,
dan lain-lain. Bantu pemenuhan
aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.
Anjurkan aktivitas secara bertahap
sesuai toleransi klien
3) Perubahan kenyamanan (nyeri kepala akut) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular otak.
4) Risiko tinggi terhadap injuri atau trauma fisik berhubungan dengan pandangan
kabur, rupture pembuluh darah otak, epistaksis.

Tujuan : mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah otak

Intervensi Rasional
1. Pertahankan bed rest selama fase
akut

2. Berikan tindakan kenyamanan


untuk mengurangi rasa sakit
kepala seperti masase punggung
dan leher, elevasi kepala,
kompres hangat di dahi atau
leher, teknik relaksasi, meditasi 1-4 bed rest adekuat dan tindakan kenyamanan
imaginasi terbimbing, distraksi, membantu merelaksasikan otot dan
dan aktivitas diversional. menurunkan kecemasan

3. Kurangi aktivitas yang


merangsang aktivitas simpatis
yang makin memperberat sakit
kepala seperti batuk lama,
ketegangan saat defekasi.

4. Bantu klien saat ambulasi

5. Berikan tampon hidung dan


5. Menghentikan perdarahan, akibat
kompres dingin dengan es bila
pecahnya kapiler nasal
terjadi epitaksis

6. Kaji ulang visus klien, tanyakan 6. Pandangan kabur dan penurunan visus
keluhan terhadap pandangan adalah indicator kerusakan retina mata
kabur

7. Kolaborasi pemberian
pengobatan.
7. a. mengurangi nyeri kepala
a. Analgesic
b. menurunkan kecemasan dan
b. Tranquilizer (diazepam)
membantu tidur
c. Pemeriksaan fundus mata
c. menilai komplikasi hipertensi pada
(konsultasi dengan dokter ahli
mata (retina)
mata)

5) Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan kelebihan


asupan makanan, gaya hidup, kebiasaan, atau budaya.

Tujuan : Berat badan dalam batas normal atau ideal, klien mampu mengubah pola makan,
gaya hidup, dan pola olahraga.

Intervensi Rasional
1. Bantu klien memahami hubungan 1. Mal-diet menyebabkan obesitas,
antara hipertensi dan obesitas. hipertensi, dan memicu serangan
Diskusikan manfaat penurunan jantung
asupan kalori dan pembatasan
asupan garam, lemak, serta gula atau
kalori.

2. Pertimbangkan kemauan klien untuk 2-5 pengaturan berat badan dapat mencegah
mengurangi berat badan obesitas dan komplikasi lainnya.

3. Review asupan kalori harian dan


pilihan diet

4. Perhitungan penurunan berat badan


realistis bersama klien, misalnya o,5
kg per minggu.

5. Anjurkan klien menghindari


konsumsi makanan dengan kadar
lemak jenuh (butter, keju, kuning
telur, es krim, daging) dan makanan
yang mengandung kolesterol (daging
berlemak, jerohan, udang)

6. Anjurkan meningkatkan konsumsi 6. Asam lemak tidak jenuh membantu


makanan yang mengandung asam menurunkan kadar kolesterol darah
lemak tak jenuh (apel, wortel,
alpukat)

7. Kolaborasi untuk merujuk klien ke 7. Diet yang tepat dapat mencegah


ahli diet serangan ulang hipertensi dan
komplikasinya.

6) Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

Tujuan : Klien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan, mampu mengidentifikasi


efek samping obat, komplikasi, serta mampu mempertahankan tekanan darah dalam rentang
normal.

Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien dan keluarga 1-11. Pencegahan serangan ulang dan
untuk belajar komplikasi pasca-hipertensi lebih bermakna
melalui proses pengajaran klien dan
2. Diskusikan definisi batasan tekanan
keluarganya. Hipertensi adalahsindrom
darah normal. Jelaskan hipertensi
penyakit yang dapat dikelola dengan
dan efeknya terhadap jantung,
mengubah gaya hidup melalui pengaturan
pembuluh darah, ginjal, dan otak.
diet (mengurangi asupan natrium), olahraga,
mematuhi aturan terapi, dan latihan relaksasi
(manajemen stress)
3. Hindari mengatakan tekanan adarh
“normal” tetapi gunakan “terkontrol
baik” saat menggambarkan tekanan
darah klien dalam rentang yang
diharapkan.

4. Bantu klien dalam mengidentifikasi


factor resiko kardiovaskuler yang
dapat diubah (obesitas: pola diet
tinggi lemak jenuh dan kolestrol:
merokok, asupan alcohol, dan gaya
hidup penuh stress.

5. Pecahkan masalah bersama bersama


klien untuk mengidentifikasi
perubahan gaya hidup tepat yang
dapat menurunkan factor-faktor
diatas.

6. Diskusikan pentingnya pembatasan


merokok dan bantu klien
memformulasi pengurangan
merokok.

7. Berikan penguatan tentang


pentingnya menaati pengobatan dan
follow up secara teratur.

8. Ajarkn klien cara self-monitoring


tekanan darah, frekuensi nadi secara
mandiri)

9. Bantu merumuskan jadwal


pengobatan atau follow up

10. Jelaskan alas an, dosis, efek


samping obat dan pentingnya
mengikuti aturan terapi seperti
berikut :
a. Diuretik ; diminum dengan dosis
harian atau dosis yang lebih
besar setiap pagi.
b. Antihipertensi : harus diminum
sesuai dosis dan jadwal, jangan
menambah ataupun mengurangi
dosis obat dan jangan
menghentikan tanpa konsultasi
dengan dokter.
c. Mencatat perubahan berat badan
tiap hari
d. Batasi penggunaan alcohol dan
hindari konsumsi kafein
e. Meningkatkan asupan makanan
yang tinggi kalium (pisang hijau
kentang, orange, air kelapa
hijau) jika menggunakan
diuretic.

f. Identifikasi gejala dan tanda


yang memerlukan konsultasi ke
dokter (bengkak di kaki atau
perut, pusing hebat, episode
pingsan atau terjatuh, kram otot,
mual, muntah, denyut nadi tidak
teratur, takikardia, atau
berdebar-debar)
g. Bergerak atau ganti posisi secara
perlahan atau tidak mendadak,
tidur dengan posisi kepala lebih
tinggi.
h. Hindari berdiri lama dan lakukan
latihan menggerakkan kaki saat
berbaring.

11. Jelaskan alasan diet yang ditentukan


dan bantu klien mengidentifikasi
sumber makanan tinggi garam dan
mengurangi konsumsinya (snack
bergaram dan bahan olahan yang
memakai keju atau daging, saus,
soda, backing powder). Tekankan
pentingnya membaca label pada
makanan.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

3.1       Pengkajian

3.1.1    Identitas Pasien

a. Identitas Pengkajian

Nama                                 :  Tn.M

Jenis Kelamin                    :  Laki-laki

Umur                                 :  60 Tahun

Status Perkawinan :  Kawin

Agama                               :  Islam

Pendidikan                         :  SMA

Pekerjaan                           :  Pensiun

Alamat                               :  Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

Tanggal Masuk                  :  16 April 2019

No.Register                        :  06-46-47

Ruangan/Kamar                 :  Mengkudu (K2B2)

Golongan Darah                 :  O

Tanggal Pengkajian            :  17 April 2019

Tanggal Operasi                 :  -

Diagnosa Keperawatan      :  Hipertensi

b. Penanggung Jawab

Nama                                 :  Tn.D

Hubungan dengan Pasien :  anak

Pekerjaan                           :  PNS

Umur                                 :  25 Tahun
Alamat                              :  Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan

3.1.2    Keluhan Utama

            Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit
kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.

3.1.3    Riwayat Kesehatan Sekarang

            Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangan mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas.

3.1.4    Riwayat Masa Lalu

            Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan

3.1.5    Riwayat Kesehatan Keluarga

            Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga
pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.

3.1.6    Riwayat Keadaan Psikososial

            Pasien mempergunakan bahasa Indonesia, presepsi terhadap penyakitnya, pasien


sangat optimis untuk cepat sembuh dan pasien selalu berharap dan berdoa kepada Allah
SWT, pasien memilki hubungan yang sangat baik dengan keluarga dan saudara.

Genogram 

            Dari keterangan orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua laki-laki
pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien meninggal
karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah
saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku
: anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut
meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah
pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum
Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal
karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-
laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.

            Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu
rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri
pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal
dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum
ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
3.1.7    Pemeriksaan Fisik

TD       :  170/100 mmHg

Pols     :  90 x/menit

RR       :  22 x/menit

Temp   :  350c

Keadaan umum           :  Lemah

Penampilan                  :  Pasien kurang rapi dan bersih

Tingkat Kesadaran : Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal (dengan


prevalensi 15) sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaannya

TB                               :  178 cm

BB                               :  94 Kg

Ciri Tubuh                   :  Gemuk

3.1.8    Pengkajian Pola Fungsional

a.       Kepala

Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe

b.      Penglihatan

Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan sklera baik tidak dijumpai
benjolan

c.       Penciuman

Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan

d.      Pendengaran

Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan
dan pendarahan

e.       Mulut

Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan

f.       Pernafasan

Tidak ada masalah pada frekuensi dan irama pernafasan


g.      Jantung

Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya
dijumpai nyeri pada dada

h.      Abdomen

Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar

i.        Ekstremilasi

pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat

j.        Pola Kebiasaan

1.      Nutrisi

Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa  3 x 1 hari, makanan kesukaan  yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.

Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi
dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung minyak dan
lemak.

2.      Eliminasi

BAB       :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAB 2 x 1 hari dengan konsistensi lembek

                    Sesudah masuk Rumah Sakit BAB 1 x 1 hari dengan konsistensi lembek

BAK      :    Sebelum masuk Rumah Sakit BAK 5-6 x sehari

                    Sesudah masuk Rumah Sakit BAK 4-5 x sehari

3.      Pola Istirahat

Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,

Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasien tidak bisa
tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan
pucat.

4.      Pola Aktivitas

Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam
kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah
sakit tidak terlaksana optimal karena badrest

5.      Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien  mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala
bersih, sikat gigi 2 x sehari.

6.      Therapy

Infus RL                           : 20 Tpm

Furosemide                       : 1 amp/12 jam

Amlodepine                      : 2 x 10 mg

Dulculax syrp                    : 3 x 1

Cotrimoxazole                   : 3x4 80 mg

B.Laxadine                       : 3x1

Ludios                               : 2x1

Sohobion                           : 2x1

3.1.9    Data Penunjang

            Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratorium sebagai berikut :

No Kimia Darah Hasil Normal Unit


1 Bil.total 1,35 <1 Mg/dL
2 Bil.Direk 0,59 <0,25 Mg/Dl
3 SGOT 30,5 <37 U/I
4 SGPT 38,4 <40 U/I
5 Ureum 27,2 10-15 Mg/dL
6 Kreatinim 1,08 0,6-11 Mg/dL
7 Uric acid 7,8 3,4-70 Mg/dL
8 Cholesterol total 129 <200 Mg/dL
9 Mglyceride 93 <150 Mg/dL
10 HDL 38 >55 Mg/dL
11 LDL 72 <150 Mg/dL

No Gula Darah Hasil Normal


1 Puasa 75-115
2 2 Jam pp <120
3 dd random 92
4 serologi
3.1.10  Analisa Data

N DATA PENYEBAB MASALAH


O
DS:    Pasien
1 mengatakan kepala pusing, Peningkatan Gangguan rasa nyaman
dan  leher terasa tegang. tekanan darah nyeri
DO: : Px tampak meringis kesakitan,
kondisi badan lemah.
    TD    : 170/100 mmHg
    Pols  :  90 x/menit
    RR    : 22 x/menit
    Temp : 370C

D
2 S:  Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan  pola  nutrisi
makan diet
DO: pasien tampak lemah, Makanan
yang di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS:  Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam  pasien susah
tidur siang
4   : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas

Do  : aktivitas pasiens di bantu oleh


keluarga dan perawat

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan  tekanan darah  d/d pasien tampak meringis


kesakitan, kondisi badan lemah.

        TD : 170/100 mmHg

        Pols  :  90 x/menit

        RR    : 22 x/menit

        Temp : 370C
2.  Gangguan pola nutrisi b/d perubahan  jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3
porsi

3.  Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
malam + 2 jam, pasien  susah tidur siang

4.  Gangguan pola aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik di tandai dengan  aktivitas


pasien  dibantu oleh keluarga dan perawat.

3.1.11  Diagnosa  Keperawatan

            Nama               :  Tn.M

            Umur               :  60 Tahun

            Ruang              :  Mengkudu

            No.Reg            :  06-46-47

Tabel Asuhan Keperawatan


N DIAGNOSA PERENCANAAN
DATA TUJUAN IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONALISASI
DS:    DS
1 : Pasien Gan Gangguan rasa Nyeri dan    Atur posisi     Dengan mengatur       Mengatur posisi S: S : Pasien
mengatakan kepala nyaman nyeri b/d pusing semifowler pasien posisi semi fowler pasien mengatakan kepala
pusing, dan  leher peningkatan hilang     Berikan istirahat pasien diharapkan       Memberikan masih pusing
terasa tegang. tekanan darah yang cukup pasien merasa nyaman istirahat yang O:
d/d pasien tampak     Anjurkan pasien     Dengan memberikan cukup TD:160/100  mmHg
DO: DO : Px tampak meringis kesakitan, untuk menghindari istirahat yang cukup       Menganjurkan A : Masalah belum
meringis kesakitan, kondisi badan makanan yang diharapkan rasa nyeri pasien untuk teratasi
kondisi badan lemah lemah. mengandung pasien berkurang menghindari P:  P : R/T dilanjutkan
    TD    : 170/100     TD : 170/100 garam     Dengan menghindari makanan yang
mmHg mmHg     Kolaborasi makanan yang mengandung garam
    Pols  :  90 x/menit     Pols  :  90 x/menit dengan dokter mengndung garam         Berkolaborasi
    RR    : 22 x/menit     RR    : 22 x/menit dalam pemberian diharapkan dapat dengan dokter
    Temp : 370C     Temp : 370C obat menghindari dalam pemberian
  peningkatan tekanan obat :
darah
    Dengan berkolaborasi Furosemide = 1
dengan dokter amp/12 jam
diharapkan pasien Amlodepine = 2 x
mendapat penanganan 10 mg
lebih lanjut.
D
2 S: DS : Pasien Gangguan pola Kebutuhan      Beri makan pasien      Dengan memberikan     Memberikan S: S : Pasien
mengatakan tidak nutrisi b/d nutrisi sedikit tapi sering makan makan pasien makan pasien mengatakan selera
selera makan perubahan jenis terpenuhi       Beri makanan sedikit tapi sering sedikit tapi sering makan pasien ada
diet d/d Makanan dalam keadaan diharapkan  pasien     Memberikan O : Pasien masih
DODO : pasien tampak yang di sajikan hangat mudah mencerna makanan yang tampak lemah
lemah, makanan habis 1/3 porsi       Beri makanan makanan yang hangat A:
yang di sajikan yang berpariasi dimakannya     Memberikan Masalah sebagian
habis 1/3 porsi       Beri penjelasan       Dengan memberikan makanan yang teratasi
tentang manfaat makanan dalam berpariasi P : R/T dilanjutkan
makanan keadaan hangat     Memberi
diharapkan dapat penjelasan tentang
menambah nafsu manfaat makanan
makan pasien
      Dengan memberikan
makanan yang
berpariasi diharapkan
pasien tidak bosan
dengan makanan yang
disediakan
      Dengan memberikan
penjelasan
makanan pada pasien,
agar pasien
mengetahui manfaat
makanan

3 DS:  Pasien Gangguan istirahat Istirahat     Beri pasien     Dengan memberikan     Memberikan S : Pasien
mengatakan susah tidur b/d efek tidur ruangan yang pasien ruangan yang pasien ruangan mengataka bisa
tidur hospitalisasi d/d pasien nyaman nyaman diharapkan yang nyaman tidur siang
pasien tampak terpenuhi     Batasi jam pasien merasa nyaman     Membatasi O : Pasien tampak
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, berkunjung     Dengan membatasi jamberkunjung lemas
pucat, mata cekung, tidur malam + 2 pasien ; pagi jam jam berkunjung     Batasi jumlah A : Masalah
tidur malam + 2 jam susah tidur 10-12 diharapkan pasien pengunjung sebagian teratasi
jam  pasien susah siang Sore 16-17 dapat beristirahat     Menghindari P : R/T dilanjutkan
tidur siang Malam 19-21     Dengan keributan
    Batasi jumlah membatasi jumlah     Merapikan tempat
pengunjung pengunjung agar tidur pasien setiap
    Hindari keributan pasien merasa tenang hari
    Rapikan tempat
tidur pasien     Dengan menghindari
keributan diharapkan
pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman
    Dengan merapikan
tempat tidur pasien
setiap hari diharapkan
dapat meningkatkan
kenyamanan pasien
setiap hari

4   DS : pasien Gangguan pola aktivitas     Bantu aktivitas -       Dengan  Membantu S : Pasien
mengatakan kedua aktivitas b/d pasien pasien membantu pasien aktivitas pasien mengatakan kedua
kakinya susah kelemahan fisik d/d terpenuhi     Beri posisi yang untuk berativitas -         kakinya sudah bias
digerakkan nyaman semi Agar kedua kaki -       Memberi posisi
pasien tampak di gerakan
Do  DO : aktivitas paiens fowler pasien  tidak terasa yang nyaman semi
di bantu oleh susah melakukan O :  Pasien susah
         Dekatkan barang- kaku fowler
keluarga dan aktivitas, semua barang dibutuhkan -        Dengan memberikan -         Mendekatkan untuk beraktivitas
perawat aktivitas dibantu pasien posisi semifowler di barang-barang A :  Masalah
oleh keluarga dan harapkan dapat yang dibutuhkan sebagian teratasi
perawat mengurangi rasa nyeri pasien P :  R/T dilanjutkan
pada pasien
         Pasien dapat      
menjangkau barang-
barang yang
diperlukan pasien
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi.

4.1       Pengkajian

                        Pada tahap pengkajian dilakukan pendekatan umum untuk memperoleh


pengumpulan data yuang meliputi aspek bio, psiko, spiritual. Pada tahap ini tidak
ditemukan kesulitan, karena px dalam sadar dan mau bekerja sama sehingga data
dapat diperoleh dengan mudah.

4.2       Diagnosa Keperawatan

            Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tahap pengkajian, maka


ditemukan 4 diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus, sedangkan pada tinjauan
teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan teoritis :

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda dan gejala yang menetapkan diagnose
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada
saat bangun tidur dan tulangn secara spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5.  Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan
hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus

35
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien
tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemas.

        TD : 170/100 mmHg

        Pols  :  90 x/menit

        RR    : 22 x/menit

        Temp : 370C

2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di
sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat,
mata cekung, tidur malam + 2 jam   pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat.

Adapun berbandingan antara diagnosa keperawatan menurut tinjauan


teoritis yang tidak terdapat pada tinjauan kasus

1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa
kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus
karena px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap curah jantung
2. Mekanisme koping  b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk
mengatasi atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena
px mempunyai mekanisme koping yang baik
3.  Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak
baik dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang
diberikan oleh tim medis.

Sedangkan diagnosa keperawatan pada tinjauan kasus yang tidak


ditemukan pada tinjauan teoritis

1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 4 jam  susah tidur siang.

36
4.3       Perencanaan

Merupakan lanjutan dari diagnosa keperawatan dalam rangka mengatasi


permasalahan yang timbul, penulis menyusun satu perencanaan tindakan
keperawatan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat dilakasanakan lebih
rasional dan benar-benar berkualitas sehingga kebutuhan px dapat terpenuhi
dengan optimal.

4.4       Pelaksanaan

            Pada dasarnya dalam tahap pelaksanaan penulis tetap mengacu pada


perencanaan yang disusun sebelumnya dimana semua rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa adanya kesulitan atau hambatan yang berarti. Hal
ini dapat terlaksana dengan baik berkat adanya kerja sama yang baik antara
penulis dengan px, keluarga px dan tim medis juga tersedianya fasilitas yang
memadai.

4.5       Evaluasi

Merupakan proses pencapaian tujuan yang baik antara penulis dengan


keluarga px, dokter dan perawat ruangan, sehinigga hasil yang ditetapkan dapat
diamati dengan jelas, disamping itu px memberikan respon yang positif terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.

37
RIVIEW

Dari kasus asuhan keperawatan hipertensi diatas ada beberapa yang kurang yaitu :

1. Nomor registernya ditulis lengkap

2. Pada riwayat penyakit sekarang, tidak disertakan skala nyeri, berapa kali

nyeri tersebut timbul dalam sehari

3. Genogram tidak dijelaskan dengan gambar silsilah keluarga

4. Pemeriksaan fisik hanya ditulis composmentis tanpa tidak ada GCS nya

5. Pemeriksaan laboratarium juga kurang lengkap seharusnya disertakan juga

hasil DL

6. Pola eliminasi, tidak ditulis jumlah urin per hari, hanya berapa kalinya

saja.

7. Pada intervensi diagnosa ke 2 tidak terdapat kolaborasi dan tindakan

mandiri

38
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhamad.2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Jogjakarta:DIVA


press.

Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta

C.pearce, 2009, anatomi dan fisiologi, penerbit gramedia, Jakarta

Dorgoes, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, BBC, Jakarta

Http//askep, blogspot/2008/02/askep hipertensi

Nursalam, 2000, proses dan dokumentasi keperawatan, penerbit salemba medika,


Jakarta.

p.wolff,2006, hipertensi, penerbit PT BHUANA ILMU POPULER

Suyono, 2001, ilmu penyakit dalam, penerbit FKUI

Udjianti, Wajan Juni.2011.Keperawatan Kardiovaskular.Jakarta:Salemba Medika.

39

Anda mungkin juga menyukai