UNIVERSITAS AIRLANGGA
Oleh :
Antika Cahyani
NIM : 151711913101
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
1. PENGERTIAN
2.1 PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan
darah daalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal
ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit
mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah
beban kerja jantung Dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan
jantung dan pembuluh darah.
Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seseorang klien pada tiga
kejadian terpisah (ignatavicus, 1994). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang
masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan
hipertensi disebut borderline hypertension ( Garis batas hipertensi). Batasan WHO
tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
1. Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hiertensi bila tekanan darah pada waktu
berbaring ≥130/90 mmHg.
2. Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekananan darahnya >
145/95 mmHg.
3. Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.
2. NARASI ASKEP
Hipertensi biasanya menyerang laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pascamenopouse.
3. PENYEBAB
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Faktornya adalah
Genetic ;
individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, berisiko lebih tinggi
untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak.
Jenis kelamin dan usia
Diet
konsumsi diet tinggi garam atau kandungan lemak, secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi
Berat badan
Gaya hidup
2. Hipertensi sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi. Hipertensi sekunder adalah
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya.
Faktornya adalah:
Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui
mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion . dengan penghentian oral
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
Penyakit parenkim dan vascular ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskular
berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara langsung
membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia ( pertumbuhan abnormal
jaringan fibrous) . penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan
perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-mediated hypertension disebabkan kelebihan primer aldosterone,
kortisol, dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosterone
menyebabkan hipertensi dan hypokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul
dari benign adenoma dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada
Sindrom Cushing, kelebihan glukokortikoid yang dieksresi dari korteks adrenal.
Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal
Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada
aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui
lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area kontriksi.
Neurogenic ; tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.
Kehamilan
Luka bakar
Peningkatan volume intravascular
Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin
menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung, dan menyebabkan
vasokontriksi, yang mana pada akhirnya meningkatkan tekanan darah.
Kegemukan
Stress
4. PATOFISIOLOGI
hipertensi
aterosklerosis Peningkatan
afterload
Peningkatan tekanan
Sclerosis koroner
dinding ventrikel
Penurunan Peningkatan
stroke volume kerja jantung
Calcium influx
berlebihan kardiomegali
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengukuran tekanan darah (tensi)
7. PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Jelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan kepada pasien.
2. Lakukan pengukuran tekanan darah kepada pasien
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTENSI
8. ANALISA DATA
1. Pengkajiian
2. Dasar-dasar pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, dan takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklorosis, penyakit
jantung coroner, dan penyakit serebrovaskuler. Dijumpai pula
episode palpitasi serta perspirasi.
2) Tanda :Kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari
kenaikan darah) diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan
regimen obat.
3) Nadi :Denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis,Perbedaan denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis/brakhialis ; denyut (popliteal,
tibialis posterior,dan pedalis) tidak terba atau lemah
4) Denyut apical : PMI kemungkinan bergeser atau sangat kuat.
5) Frekuensi / irama : Takikardi, berbagai disritmia
6) Bunyi jantung :Terdengar S2 pada dasr, S3 (CHF dini), dan S4
(pengerasan ventrikel kiri/hipertropi ventrikel kiri)
7) Murmur stenosis valvular
8) Desiran vascular terdengar diatas karotis, vemoralis, atau epigastrum (stenosis
arteri)
9) DVJ (distensi vena jugularis dan kongesti vena).
10) Ekstremitas : Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi
periver); pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda
(vasokontriksi)
11) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti, hipoksemia). Bisa juga kulit
berwarna kemerahan (feokromositoma)
3. Integritas Ego
Gejala : Adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu, seperti
5. Makanan/cairan
a. Gejala
1) Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna
hitam, dan kandungan tinggi kalori.
2) Mual dan muntah
3) Perubahan berat badan (meningkat/turun)
4) Riwayat penggunaan obat diuretic
b. Tanda
1) Berat badan normal, bisa juga mengalami obesitas
2) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu); kongesti vena, DVJ, dan
glikosuria (hamper 10% pasien hipertensi adalah penderita diabetes)
6. Neurosensori
7. Hipertensi
a. Gejala
1) Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi tubuh
2) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
3) Episode epistaksis
b. Tanda
1) Status mental : Perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau
isi bicara, efek, proses pikIr, atau memori.
2) Respon motoric : Penurunan kekuatan genggaman tangan
atau reflex, tendon dalam, perubahan-perubahan
retinal optic (dari penyempitan arteri rinagn sampai
berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau
pupil edema, eksudat, dan hemoragik tergantung
pada berat atau lamanya hipertensi).
8. Nyeri/ketidaknyamanan
a. Angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai atau klaudikasi (indikasi arteriosisklerosis pada
erteri ekstremitas bawah)
c. Sakit kepala oksipital berat, seperti yang pernah terjadi sebelumnya
d. Nyeri abdomen/massa feokromositoma)
9. Pernapasan
Secara umum, gangguan ini berhubungan dengan efek kardiopulmonal, tahap lanjut
dari hipertensi menetap/berat.
a. Gejala
TUJUAN
Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individual yang dapat diterima, irama jantung
dan denyut jantung dalam batas normal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tekanan darah, ukur pada kedua 1-3. Peningkatan tekanan darah
ekstremitas baik lengan maupun kaki meningkatkan preload dan beban kerja
pada awal evaluasi. Gunakan ukuran jantung. Terdengarnya crakles, di basal
manset dan cara pengukuran yang tepat. paru mengindikasikan kongesti pulmonal,
akibat peningkatan tekanan jantung sisi kiri.
2. Catat kualitas denyutan sentral dan
Terdengatnya Bunyi Jantung 3 atau Bunyi
perifer.
jantung 4 Gallop’s akibat dari penurunan
pengembangan ventrikel kiri
3. Auskultasi suara napas dan bunyi
jantung.
7. Bantu klien memenuhi perawatan 7-9. diet rendah garam dan pembatasan
dirinya, sesuai kebutuhan. cairan mencegah peningkatan volume
cairan ekstraseluler yang dapat
8. Berikan diet rendah garam dan
meningkatkan tekanan darah.
pembatasan cairan
TUJUAN
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas dan 1. Tanda dan gejala tersebut
catat : denyut nadi (denyut jantung mengindikasikan penurunan curah
aktivitas ≤ 20 bpm dari denyut jantung jantung dan perfusi jaringan, akibat
istirahat) : catat tekanan darah pasca- peningkatan preload dan afterload
aktivitas (sistolik meningkat 40 mmHg ventrikel kiri.
dan diatolik meningkat 20 mmHg) :
keluhan sesak napas, nyeri dada,
keletihan yang sangat, diaphoresis,
pusing atau syncope.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan bed rest selama fase
akut
6. Kaji ulang visus klien, tanyakan 6. Pandangan kabur dan penurunan visus
keluhan terhadap pandangan adalah indicator kerusakan retina mata
kabur
7. Kolaborasi pemberian
pengobatan.
7. a. mengurangi nyeri kepala
a. Analgesic
b. menurunkan kecemasan dan
b. Tranquilizer (diazepam)
membantu tidur
c. Pemeriksaan fundus mata
c. menilai komplikasi hipertensi pada
(konsultasi dengan dokter ahli
mata (retina)
mata)
Tujuan : Berat badan dalam batas normal atau ideal, klien mampu mengubah pola makan,
gaya hidup, dan pola olahraga.
Intervensi Rasional
1. Bantu klien memahami hubungan 1. Mal-diet menyebabkan obesitas,
antara hipertensi dan obesitas. hipertensi, dan memicu serangan
Diskusikan manfaat penurunan jantung
asupan kalori dan pembatasan
asupan garam, lemak, serta gula atau
kalori.
2. Pertimbangkan kemauan klien untuk 2-5 pengaturan berat badan dapat mencegah
mengurangi berat badan obesitas dan komplikasi lainnya.
Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan klien dan keluarga 1-11. Pencegahan serangan ulang dan
untuk belajar komplikasi pasca-hipertensi lebih bermakna
melalui proses pengajaran klien dan
2. Diskusikan definisi batasan tekanan
keluarganya. Hipertensi adalahsindrom
darah normal. Jelaskan hipertensi
penyakit yang dapat dikelola dengan
dan efeknya terhadap jantung,
mengubah gaya hidup melalui pengaturan
pembuluh darah, ginjal, dan otak.
diet (mengurangi asupan natrium), olahraga,
mematuhi aturan terapi, dan latihan relaksasi
(manajemen stress)
3. Hindari mengatakan tekanan adarh
“normal” tetapi gunakan “terkontrol
baik” saat menggambarkan tekanan
darah klien dalam rentang yang
diharapkan.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
a. Identitas Pengkajian
Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiun
No.Register : 06-46-47
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Pekerjaan : PNS
Umur : 25 Tahun
Alamat : Jln.Sederhana Gg.Sempurna Kec.Binjai Selatan
3.1.2 Keluhan Utama
Pasien datang kerumah sakit, mengatakan kapala pusing, nyeri pada tungkai, sakit
kepala disertai leher terasa tegang dan kaku.
Pasien dirawat dirumah sakit umum Dr.Rm Djoelham di ruangan mengkudu dengan
keluhan kepala pusing, nyeri pada ulu hati, leher dan tengkuk terasa tegang, pasien
mengatakan sulit beraktivitas.
Pasien pernah dirawat dirumah sakit selama 4 hari pada tahun 1987 dengan kasus
yang sama, pasien dirawat dan diberi obat untuk proses penyembuhan
Riwayat kesehatan dari keluarga bahwa penyakit hipertensi yang diderita pasien
adalah faktor keturunan dari ibu karena sebelum pasien menderita hipertensi ibu pasien juga
pernah menderita hipertensi, ibu pasien meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi.
Genogram
Dari keterangan orangtua pasien keduanya sudah meninggal, orang tua laki-laki
pasien meninggal karena terserang penyakit kanker hati, sedangkan ibu pasien meninggal
karena penyakit hipertensi, dari hasil perkawinan ke-2 orangtua pasien terdapat 10 jumlah
saudara pasien, dari kesepuluh jumlah saudara kandung pasien tersebut dirinci sebagai beriku
: anak pertama perempuan, dan anak kedua perempuan, kedua anak perempuan tersebut
meninggal karena menderita penyakit kanker rahim. Kemudian anak ketiga laki-laki adalah
pasien yang menderita penyakit hipertensi yang dirawat dirumah sakit umum
Dr.RM.Djoelham. Anak keempat perempuan, anak kelima adalah laki-laki dan meninggal
karena penyakit stroke, anak keenam laki-laki, anak ketujuh laki-laki, anak kedelapan laki-
laki, anak kesembilan laki-laki dan anak kesepuluh perempuan. Anak kesepuluh ini
meninggal karena menderita penyakit stroke.
Pasien menikah dan mempunyai tiga orang anak, yang pertama laki-laki yang sudah
menikah, anak kedua perempuan dan anak ketiga perempuan, mereka tinggal dalam satu
rumah terkecuali anak pertama yang sudah berumah tangga. Sementara riwayat sang istri
pasien, kedua orang tuanya itu sudah meninggal dan orang tua laki-laki dari istri meninggal
dikarenakan menderita penyakit kanker hati. Jumlah saudara istri pasien ada delapan, belum
ada yang meninggal dari delapan saudara pasien tersebut.
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
TD : 170/100 mmHg
Pols : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Temp : 350c
Keadaan umum : Lemah
TB : 178 cm
BB : 94 Kg
Ciri Tubuh : Gemuk
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat ketombe
b. Penglihatan
Baik, tidak ada ikterus, konjungtiva tidak anemis pupil isokor dan sklera baik tidak dijumpai
benjolan
c. Penciuman
Bentuk dan posisi, anatomis tidak dijumpai kelainan dapat membedakan bau-bauan
d. Pendengaran
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai adanya peradangan
dan pendarahan
e. Mulut
Tidak ada masalah pada rongga mulut, gigi bersih, tidak ada pendarahan maupun peradangan
f. Pernafasan
Frekwensi denyut jantung dibawah normal 100x/i, bunyi jantung berirama, tidak adanya
dijumpai nyeri pada dada
h. Abdomen
Pada abdomen tidak dijumpai kelainan begitu juga pada palpasi hepar
i. Ekstremilasi
pasien mengatakan susah menggerakkan kedua kakinya dan pasien sulit beraktivitas, semua
aktivitas pasien dibantu oleh keluarga dan perawat
j. Pola Kebiasaan
1. Nutrisi
Sebelum masuk Rumah Sakit pola makan biasa 3 x 1 hari, makanan kesukaan yang
berlemak, sedangkan makanan pantangan tidak ada.
Sesudah masuk Rumah Sakit pola makan 3 x 1 hari. Porsi yang disajikan habis 1/3 porsi
dengan diet M2, pasien dilarang makan makanan yang banyak mengandung minyak dan
lemak.
2. Eliminasi
3. Pola Istirahat
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien tidur malam + 8 jam dan tidur siang + 1-2 jam,
Sesudah masuk Rumah Sakit tidur malam hanya + 2 jam pada siang hari pasien tidak bisa
tidur karena suasana yang tidak tenang, kurang nyaman, sehingga klien tampak kusam dan
pucat.
4. Pola Aktivitas
Pada aktivitas sebagai kepala rumah tangga yang tiap waktu sedikit dirumah dan jumlah jam
kerja yang tiada henti, istirahat yang hanya sebentar adanya hospitalisasi suasana dirumah
sakit tidak terlaksana optimal karena badrest
5. Personal Hygine
Sebelum masuk Rumah Sakit pasien mandi 3 x sehari, cuci rambut 2 hari sekali kulit kepala
bersih, sikat gigi 2 x sehari.
6. Therapy
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp : 3 x 1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
3.1.9 Data Penunjang
Adapun data penunjang dapat dilihat dari hasil laboratorium sebagai berikut :
D
2 S: Pasien mengatakan tidak selera Perubahan jenis Gangguan pola nutrisi
makan diet
DO: pasien tampak lemah, Makanan
yang di sajikan habis 1/3 porsi
3 DS: Pasien mengatakan susah tidur Efek Hospitalisasi Gangguan istirahat
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
tidur malam + 2 jam pasien susah
tidur siang
4 : pasien mengatakan kedua kakinya kelemahan fisik Gangguan pola
susah digerakkan aktivitas
Diagnosa Keperawatan
Pols : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di sajikan habis 1/3
porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata cekung, tidur
malam + 2 jam, pasien susah tidur siang
3.1.11 Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn.M
Umur : 60 Tahun
Ruang : Mengkudu
No.Reg : 06-46-47
3 DS: Pasien Gangguan istirahat Istirahat Beri pasien Dengan memberikan Memberikan S : Pasien
mengatakan susah tidur b/d efek tidur ruangan yang pasien ruangan yang pasien ruangan mengataka bisa
tidur hospitalisasi d/d pasien nyaman nyaman diharapkan yang nyaman tidur siang
pasien tampak terpenuhi Batasi jam pasien merasa nyaman Membatasi O : Pasien tampak
DO: pasien tampak pucat, mata cekung, berkunjung Dengan membatasi jamberkunjung lemas
pucat, mata cekung, tidur malam + 2 pasien ; pagi jam jam berkunjung Batasi jumlah A : Masalah
tidur malam + 2 jam susah tidur 10-12 diharapkan pasien pengunjung sebagian teratasi
jam pasien susah siang Sore 16-17 dapat beristirahat Menghindari P : R/T dilanjutkan
tidur siang Malam 19-21 Dengan keributan
Batasi jumlah membatasi jumlah Merapikan tempat
pengunjung pengunjung agar tidur pasien setiap
Hindari keributan pasien merasa tenang hari
Rapikan tempat
tidur pasien Dengan menghindari
keributan diharapkan
pasien dapat
beristirahat dengan
nyaman
Dengan merapikan
tempat tidur pasien
setiap hari diharapkan
dapat meningkatkan
kenyamanan pasien
setiap hari
4 DS : pasien Gangguan pola aktivitas Bantu aktivitas - Dengan Membantu S : Pasien
mengatakan kedua aktivitas b/d pasien pasien membantu pasien aktivitas pasien mengatakan kedua
kakinya susah kelemahan fisik d/d terpenuhi Beri posisi yang untuk berativitas - kakinya sudah bias
digerakkan nyaman semi Agar kedua kaki - Memberi posisi
pasien tampak di gerakan
Do DO : aktivitas paiens fowler pasien tidak terasa yang nyaman semi
di bantu oleh susah melakukan O : Pasien susah
Dekatkan barang- kaku fowler
keluarga dan aktivitas, semua barang dibutuhkan - Dengan memberikan - Mendekatkan untuk beraktivitas
perawat aktivitas dibantu pasien posisi semifowler di barang-barang A : Masalah
oleh keluarga dan harapkan dapat yang dibutuhkan sebagian teratasi
perawat mengurangi rasa nyeri pasien P : R/T dilanjutkan
pada pasien
Pasien dapat
menjangkau barang-
barang yang
diperlukan pasien
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan, yang penulis
temukan dalam praktek tentang kasus implementasi antara tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus di Rumah Sakit Umum DR.RM.Djoelham Kota Binjai. Pada
pembahasan ini penulis akan menguraikan mulai dari tahap pengkajian sampai
dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan after lood
vasoontriksi, iskemia miokardia, hipertrapi d/d tidak dapat diterapkan adanya
tanda dan gejala yang menetapkan diagnose
2. Nyeri (akut) sakit kepala b/d peningkatan tekanan paskuler serebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang teletak region selebral terjadi pada
saat bangun tidur dan tulangn secara spontan
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d laporan verbal tentang keletian dan
kelemahan
4. Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh d/d masukan berlebihan dengan
kebutuhan matabolik d/d berat badan 10-20% lebih dari ideal untuk tinggi dan
bentuk tubuh
5. Koping individual, infektif b/d krisis situasional imaturrasional, perubahan
hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau
meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi rencana pengobatan b/d kurang
pengetahuan/daya ingat d/d menyatakan masalah meminta informasi.
35
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d peningkatan tekanan darah d/d pasien
tampak meringis kesakitan, kondisi badan lemas.
Pols : 90 x/menit
RR : 22 x/menit
Temp : 370C
2. Gangguan pola nutrisi b/d perubahan jenis diet d/d Makanan yang di
sajikan habis 1/3 porsi
3. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat,
mata cekung, tidur malam + 2 jam pasien susah tidur siang
4. Gangguan pola aktivitas b/d kelemahan fisik d/d aktivitas pasien dibantu
oleh keluarga dan perawat.
1. Curah jantung, penurunan resiko tinggi terhadap b/d peningkatan arteroid vasa
kontriksi, iskemia intruksi d/d tidak dapat diterapkan adanya tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis aktual. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus
karena px tidak ada penurunan resiko tinggi terhadap curah jantung
2. Mekanisme koping b/d krisis situasional d/d ketidak nyamanan untuk
mengatasi atau meminta bantuan. Ini tidak dijumpai pada tinjauan kasus karena
px mempunyai mekanisme koping yang baik
3. Kurangnya pengetahuan mengenai rencana pengobatan b/d kognitif. Ini tidak
baik dijumpai pada tinjauan karena px memahami prosedur pengobatan yang
diberikan oleh tim medis.
1. Gangguan istirahat tidur b/d efek hospitalisasi d/d pasien tampak pucat, mata
cekung, tidur malam + 4 jam susah tidur siang.
36
4.3 Perencanaan
4.4 Pelaksanaan
4.5 Evaluasi
37
RIVIEW
Dari kasus asuhan keperawatan hipertensi diatas ada beberapa yang kurang yaitu :
2. Pada riwayat penyakit sekarang, tidak disertakan skala nyeri, berapa kali
4. Pemeriksaan fisik hanya ditulis composmentis tanpa tidak ada GCS nya
hasil DL
6. Pola eliminasi, tidak ditulis jumlah urin per hari, hanya berapa kalinya
saja.
mandiri
38
DAFTAR PUSTAKA
Aziz alimul, 2009, konsep dasar manusia, penerbit salemba medika, Jakarta
39