JARAK BASIC
NO SUPPLIER ALAMAT
(Km) PRICE/TRIP
Kertamukti,
98,4
1 Bridgestone Astra Indonesia Purwakarta IDR1.673.000
2 Chiyoda Integre Indonesia Cikarang Jababeka 76,5 IDR1.344.500
Daido Indonesia
82,7
3 Manufacturing Cikampek IDR1.437.500
4 Unicraft Nagura Indonesia Cikarang Jababeka 60 IDR1.097.000
5 Velasto Indonesia Purwakarta 98 IDR1.667.000
6 Nusa Toyotetsu Corp. Cibitung MM2100 43 IDR842.000
7 Patec Presisi Indonesia Cikarang Delta Silicon 50 IDR947.000
8 Federal Nusa Metal Pegangsaan 9 IDR332.000
9 Garuda Metalindo Jakarta 23,5 IDR549.500
Kamigumi WH
41
10 Ichikoh Indonesia Cibitung IDR812.000
11 Indonesia Koito Kalihurip, Cikampek 82,5 IDR1.434.500
12 OCHIAI Cikarang Jababeka 62 IDR1.127.000
13 Toyota Boshoku Indonesia Cibitung MM2100 40 IDR797.000
14 Nichias Suni Jaya Purwakarta 93,6 IDR1.601.000
15 3 M Indonesia Bekasi Tambun 30 IDR647.000
Tabel di atas memperlihatkan digabung dengan jenis lainnya karena
biaya yang dikeluarkan oleh VPLD akan mengganggu dari kualitas itu
PT. TMMIN untuk pengiriman secara sendiri.
langsung. Harga yang dipertunjukkan Toyota sebisa mungkin
bukanlah nominal asli tetapi mengefisiensikan biaya dalam
mendekati harga sebenarnya. Hal ini kegiatan operasionalnya dengan tidak
terjadi karena keterbatasan peneliti mengesampingkan kualitas. Salah
dalam mengambil data terkait harga satu proses yang dihindari dari Toyota
dan biaya di VPLD dan juga data adalah proses rework akibat terdapat
tersebut merupakan data confidential scrap goods karena akan memakan
yang tidak bisa diakses dan diberikan waktu lebih lama dan double cost.
kepada orang lain secara bebas. Oleh karena itu, VPLD tetap
Seperti yang telah dijelaskan mengaplikasikan direct delivery
sebelumnya, pengiriman secara untuk beberapa komponen, seperti
langsung diperuntukkan bagi pintu mobil dan kaca.
komponen yang bersifat low Berikut merupakan biaya
frequency – high volume order dan transportasi milk run pada rute RS 06,
tidak bisa digabung dengan jenis RS07, RS 17, RS 20, RS 22, RS 31,
komponen yang berbeda karena dan RS 32 yang kemudian
mempertimbangkan kualitas dan diperbandingkan dengan biaya
komponen itu sendiri. Meskipun transportasi secara direct delivery
terdapat beberapa pemasok yang pada rute yang sama.
letaknya berdekatan atau satu daerah,
seperti Chiyoda Integre Indonesia dan
Unicraft Nagura Indonesia, mereka
tidak dikelompokkan dalam milk run Tabel 4.4
karena komponen yang diproduksi Tabel Biaya Milk Run VPLD PT.
oleh pemasok tersebut tidak bisa TMMIN
NO RUTE BIAYA DIRECT BIAYA MILK RUN
MILK RUN DELIVERY per CYCLE
(Kovensional)
1 RS 06 Rp3.092.000 Rp1.385.000
2 RS 07 Rp2.964.000 Rp1.122.000
3 RS 17 Rp6.336.000 Rp1.231.000
4 RS 20 Rp3.874.000 Rp1.125.000
5 RS 22 Rp5.554.000 Rp978.000
6 RS 31 Rp7.841.000 Rp2.000.000
7 RS 32 Rp5.763.000 Rp1.882.000
Tabel di atas memperlihatkan maka muatan setiap truk yang datang
biaya yang dikeluarkan oleh PT. dari para suplier tersebut tidak akan
TMMIN untuk pengiriman secara maksimal karena tergantung dengan
milk run, yang diperbandingkan kebutuhan produksi pada saat
dengan harga konvensional atau tersebut. Tetapi jika VPLD
secara direct delivery. Biaya milk run mengelompokkan kedelapan
yang dipertunjukkan merupakan pemasok ini ke dalam satu rute milk
nominal yang mendekati harga run, maka dalam satu kali trip, VPLD
sebenarnya. Hal ini terjadi karena akan menghabiskan biaya sebesar
keterbatasan peneliti dalam Rp978.000,00/cycle (satu cycle
mengambil data terkait harga dan berarti satu kali rute dijalankan) dan
biaya di VPLD dan juga data tersebut muatan truk dapat dimaksimalkan
merupakan data confidential yang dengan komponen-komponen dari
tidak bisa diakses dan diberikan setiap suplier.
kepada orang lain secara bebas. Mengacu pada hasil wawancara
Menurut Pak Irawan, selaku dari Pak Jum dan Pak Rudy, dalam
section head of VPLD operational, satu hari, dalam satu rute milk run,
yang ingin dipertunjukkan dalam bisa terlaksana 3-4 cycle. Jika
tabel tersebut adalah perbedaan yang mengacu pada RS 22 dengan biaya
cukup signifikan apabila PT. TMMIN Rp978.000,00 x 4 cycle, maka akan
tetap menggunakan direct delivery menghabiskan biaya sebesar
untuk komponen-komponen yang Rp3.912.000,00. Total biaya setiap
sebenarnya bisa digabung. rute milk run dalam satu hari masih
Pembengkakan biaya ini bisa lebih rendah dibandingkan dengan
direduksi dengan pengaplikasian milk biaya pengiriman secara langsung.
run terhadap pemasok pemasok yang Tentu jika dihadapkan dengan
letaknya berdekatan. Dengan adanya pilihan antara memilih pengiriman
tabel biaya tersebut, hal ini secara langsung atau milk run, maka
menunjukkan bahwa metode milk run tentu VPLD akan menggunakan
adalah solusi bagi PT. TMMIN dalam strategi pengiriman milk run
mengefisiensikan biaya pengiriman. dibandingkan direct delivery.
Seperti contoh, pada rute RS 22 Penggunaan milk run jauh lebih
(Milk- Run Sunter 22), terdapat efisiensi dari segi biaya dan waktu.
delapan pemasok yang letaknya VPLD mendapatkan berbagai jenis
berdekatan atau searah, antara lain komponen dari para pemasok yang
NSK Indonesia, Robert Bosch, Setia berbeda dalam satu waktu yang sama,
Guna Sejati, Nusahadi Citra tanpa harus menunggu satu per satu.
Harmonis, dan Sekiso Industries Maka dari itu, dengan menimang
Indonesia, dan lain-lain. Para waktu, perhitungan biaya, dan jenis
pemasok ini berlokasi di Cibitung komponen yang dapat
MM 2100. Jika biaya pengiriman dikelompokkan dengan milk run,
dihitung berdasarkan direct delivery, maka VPLD mengambil keputusan
maka total biaya yang akan muncul dengan memilih menggunakan milk
sebesar Rp5.554.000,00 untuk satu run dibandingkan direct delivery.
kali trip, sedangkan karena produksi Pengurangan Variasi (Variation
PT. TMMIN menganut just in time, Reduction)
Variasi yang melebihi batas mengukur atau membandingkan
toleransi mengakibatkan peningkatan kinerja dalam hal memenuhi tujuan
biaya produksi, keterlambatan strategis dan operasional perusahaan.
penyelesaian order dan mutu produk VPLD PT. TMMIN menggunakan
yang dihasilkan Pengurangan variasi KPI sebagai alat ukur untuk menilai
dalam VPLD berhubungan dengan performa dari setiap partner logistik
material handling. Hal ini jelas yang ada. KPI ini berisi indikator-
diutarakan oleh Pak Rudi karena indikator penilaian yang menjadi
material handling dapat dasar penilaian, antara lain:
menimbulkan biaya yang cukup besar 1. KPI Logistic Safety: indikator
tetapi merupakan hal yang sangat ini menunjukkan jumlah
penting, karena berhubungan dengan seberapa banyak kecelakaan
kualitas dari komponen itu sendiri. atau insiden yang terjadi
Material handling mencegah setiap bulannya ketika partner
terjadinya scrap goods selama proses logistik membawa komponen
pengiriman, yang akan berujung dari pemasok ke Sunter.
dengan rework di sisi pemasok, dan 2. KPI Safety Genba Patrol:
menimbulkan biaya baru dan indikator ini menunjukkan
penambahan waktu di sisi PT. kondisi truk partner logistik.
TMMIN. Tentu hal ini tidak akan Indikator ini akan menilai
menguntungkan bagi sisi Toyota dan layak tidaknya truk ini untuk
merupakan pemborosan. Oleh sebab beroperasi. Biasanya, jika
itu, material handling bukanlah hal kondisi truk mengarah ke arah
yang dapat dikompromi, bahkan tidak layak operasi, dapat
untuk Toyota sendiri. Toyota mengakibat kecelakaan di
merupakan industri manufacture, jalan dan memengaruhi
berhadapan dengan bahan baku yang kualitas muatan. Untuk
mudah rusak, cacat, bahkan berkarat indikator ini, PT. TMMIN
jika tidak ditangani dengan memasang target sebesar 0
perlengkapan yang memadai. case.
3. KPI Route Achievement:
Pengukuran (Measurement) indikator ini menunjukkan
Pengukuran harus dilakukan pencapaian partner logistik
untuk mengetahui sejauh apa dalam memenuhi rute
perbaikan yang telah dicapai dan operasional hariannya.
berapa besar sisa masalah yang masih Indikator ini menilai
harus diselesaikan. Pengukuran ini keberhasilan tidaknya partner
dilakukan VPLD dalam menilai logistik untuk mencapai target
kinerja para partner logistik. (pemasok) dalam satu rute. Di
Penerapan prinsip ini dinyatakan samping itu, indikator ini juga
dalam bentuk Key Performance mencatat extra delivery yang
Indicator (KPI). terjadi di luar rencana bagi
Key Performance Indicator setiap parnet logistik.
(KPI) adalah satu set ukuran Indikator ini akan
kuantitatif yang digunakan memberikan hasil bagi setiap
perusahaan atau industri untuk partner logistik yang tidak
memenuhi target rutenya. plant Karawang 1 untuk ditinjau lebih
Untuk indikator ini, PT. lanjut.
TMMIN memasang target Cara kinerja dari sistem ini
100% untuk route adalah ketika truk datang ke PT.
achievement dan 2% untuk TMMIN, maka driver truk harus
extra delivery. melaporkan diri dengan
4. KPI Punctuality: indikator ini menempelkan kode barcode ke
menunjukkan ketepatan sistem yang terintegrasi dengan
waktu partner logistik dalam receiving monitory system. Setelah itu
menjemput komponen hingga sistem akan mengelompokkan
sampai di PT. TMMIN. kedatangan truk ini ke dalam empat
Indikator ini merupakan kategori: Advanced, On Time, Delay,
rangkuman dari monitoring dan Remaining. Advanced, adalah
route visualization harian. situasi ketika truk datang ke PT.
Untuk indikator ini, PT. TMMIN lebih cepat dari waktu yang
TMMIN memasang target dijadwalkan. Menurut Pak Jum,
sebesar 98%. kondisi seperti ini tidak dapat
dikatakan baik atau menguntungkan
Perbaikan karena akan terjadi penumpukan truk
Salah satu upaya yang dilakukan di bagian receiving area, sehingga
VPLD untuk tetap melakukan akan mengganggu akses jalan dan
perbaikan dalam kegiatan penumpukan komponen yang akan
operasionalnya, khususnya dalam diproduksi. On Time adalah situasi
memantau ketepatan waktu dari para ketika truk datang ke PT. TMMIN
partner logistik adalah dengan tepat waktu sesuai dengan yang
membuat Receiving Monitory System dijadwalkan. Toleransi keterlambatan
(RMS) Receiving Monitory System yang masih dapat dikategorikan
adalah sistem yang berfungsi untuk dalam On Time adalah 15 menit.
memantau ketepatan waktu partner Selanjutnya, kategori Delay adalah
logistik. Sistem ini akan mencatat jam situasi ketika truk datang ke PT.
kedatangan dan keberangkatan TMMIN pada waktu yang melebihi
partner logistik, dari batas toleransi di kategori On
mengelompokkannya ke dalam Time.
beberapa status, dan menjumlahkan Situasi ini akan memberikan
total truk menurut kelompok dampak langsung ke proses produksi.
statusnya. “kan kita ini basisnya just in time,
RMS memudahkan VPLD dalam kalau komponen terlambat datang kan
mengontrol dan mengevaluasi partner produksi jadi terhambat karena part
logistik dalam proses pengiriman yang dibutuhkan pada saat itu, yang
komponen-komponen berdasarkan seharusnya sudah datang, tidak ada.
ketepatan waktunya. Namun sistem Bahkan fatalnya, bisa-bisa proses
ini masih dalam proses produksi berhenti.” (Wawancara,
penyempurnaan, tetapi sudah dalam Jumiyo, 26 Februari 2019). Setelah
masa percobaan. Sistem ini baru itu, pada box kuning terdapat kategori
diaplikasikan dan diuji coba pada Remaining yang menunjukkan sisa
truk yang belum datang pada hari terobosan baru ditemukan, khususnya
tersebut. di divisi logistik. Penerapan sistem
Receiving Monitory System ini just in time di divisi logistik sudah
dalam tahap percobaan dan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
penyempurnaan sehingga masih ada.
dalam lingkup plant Karawang 1. Dari segi prinsip penyederhanaan
Perbaikan yang diharapkan, (simplification), VPLD PT. TMMIN
berdasarkan evaluasi dari plant telah mengaplikasikan milk run
Karawang 1, sistem ini bisa sebagai bentuk lain dari pengiriman,
terintegrasi dengan plant yang ada di di samping pengiriman secara
Karawang 2 dan Sunter. Selain langsung. Pengaplikasian milk run
berintegrasi dengan antar-plant, adalah salah satu bentuk
sistem ini juga bisa terintegrasi penyederhanaan bagi divisi logistik
dengan pihak partner logistik agar dalam kegiatan operasionalnya.
bisa mengontrol dan memantau Sedangkan untuk prinsip
proses pengiriman yang dilakukan kerapian dan keteraturan (cleanliness
oleh pihaknya sendiri. Salah satu and orderliness), VPLD PT. TMMIN
alasan mengapa sistem ini diuji berhasil menerapkannya dengan
pertama kali di Karawang 1 karena membuat jadwal kedatangan dan
plant ini merupakan plant terbesar di keberangkatan bagi setiap truk
antara plant yang ada di Indonesia sehingga tidak terjadi penumpukan
dan memproduksi kendaraan, baik truk di dock. Setiap truk yang datang
dalam bentuk CBU maupun CKD, ke PT. TMMIN dan berangkat dari
untuk kebutuhan domestik dan PT. TMMIN sudah diatur jamnya
ekspor. Di samping itu, frekuensi oleh divisi logistik demi menciptakan
mobilitas pergerakan logistik paling layout pabrik yang teratur dan rapih.
tinggi ada di plant Karawang 1 karena Untuk prinsip kejelasan
merupakan pabrik pertama PT. (visibility), VPLD PT. TMMIN sudah
TMMIN. mengaplikasikannya dengan baik.
Pengaplikasiannya dengan
Kesimpulan melakukan briefing setiap hari untuk
Berdasarkan hasil penelitian dan internal VPLD, sebelum memulai
pembahasan pada bab sebelumnya, kegiatan kerja. Di samping itu, VPLD
kegiatan operasional VPLD PT. secara berkala mengadakan
TMMIN telah menerapkan prinsip- pertemuan dengan para partner
prinsip Just in Time: penyederhanaan, logistik untuk membahas jadwal
kerapian dan keteraturan, kejelasan, pengiriman komponen pada bulan
waktu siklus, kecerdasan, berikutnya.
pengurangan variasi, dan Selanjutnya untuk prinsip waktu
pengukuran. Setelah menerapkan ke- siklus (cycle time), VPLD PT.
7 prinsip JIT, kegiatan operasional TMMIN tidak menetapkan rentang
VPLD menjadi lebih efektif dan waktu yang pasti dalam proses
efisien. VPLD PT. TMMIN unloading. Namun menurut hasil
menerapkan metode JIT dengan baik wawancara, perkiraan waktu bersih
dan secara terus-menerus membuat yang dibutuhkan kurang lebih tiga
perbaikan sehingga bermacam puluh menit. Lama waktu proses
unloading tergantung dengan 1. Untuk PT. TMMIN dalam
material atau komponen yang dibawa. membina hubungan jangka
Untuk prinsip kecerdasan panjang yang lebih baik
(ability), VPLD PT. TMMIN terus dengan pihak partner logistik,
melakukan observasi dengan lebih meningkatkan intensitas
melakukan genba (datang langsung pelatihan dan responsif
ke lapangan) untuk melihat secara terhadap keluhan dan saran
langsung kondisi di lapangan dan dari pihak partner logistik
mencari solusi alternatif bagi sehingga mereka bisa
permasalahan yang ditemukan meningkatkan performa
Untuk prinsip pengurangan pelayanan jasanya dan
variasi (variation reduction), VPLD mengimbangi ritme dan cara
PT. TMMIN tidak mengambil resiko PT. TMMIN dalam
untuk mengurangi atau menurunkan beroperasional.
standar pengamanan material dalam 2. Untuk peneliti selanjutnya,
proses pengiriman, meskipun supaya membangun
memerlukan biaya tambahan. Hal ini kepercayaan dengan para
dilakukan karena material bersifat calon narasumber sehingga
rentan untuk rusak atau jatuh selama mempermudah peneliti untuk
proses pengiriman sehingga akan memperoleh alternatif data
mempengaruhi kualitas dari material dan calon narasumber yang
tersebut. bersedia untuk diwawancarai.
Untuk prinsip pengukuran DAFTAR PUSTAKA
(measurement), divisi logistik PT. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
TMMIN mengaplikasikannya dengan Penelitian Suatu Pendekatan
membuat Key Performance Indicator Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
(KPI) yang berisi penilaian dan
evaluasi dari performa setiap partner Ballou, Ronald H. 2004. Business
logistik. Logistics/Supply Chain
Kendala atau hambatan yang Management Planning,
terjadi dalam implementasi JIT Organizing, and
adalah missed efficiency dalam Controlling the supply Chain
memaksimalkan volume kontainer, (Fifth Edition). Australia:
missed communication dengan para Pearson Education.
partner logistik, situasi overflow,
kondisi jalan dan cuaca, seperti Bowersok, Donald J. 2006.
kecelakaaan truk logistik dan Manajemen Logistik Jilid
kemacetan, dan komponen yang cacat 1 (ahli bahasa: A. Hasyim
saat sampai di dock pabrik. Ali). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari Carter, Wiliam & Milton F Usry.
hasil penelitian ini, dapat 2006. Jilid 1. Cost Accounting
dikemukakan beberapa saran (Akuntansi Biaya). Terjemahan.
sehubungan dengan penerapan Jakarta: Salemba Empat.
prinsip-prinsip Just in Time (JIT):
Christopher, Martin. 2015. Logistics Heizer, Jay & Barry Render. 2008.
and Supply Chain Manajemen Operasi (Buku I).
Management. Harlow: FT Jakarta: Salemba Empat.
Publishing.
Martono, Ricky. 2015. Manajemen
Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Logistik Terintegrasi. Jakarta: PPM
Rumasari Hadi.
2005. Manajemen Logistik: Miles, Mattew B. & Amichael
Pedoman Praktis Bagi Huberman. 2007. Analisis Data
Sekretaris dan Staf Kualitatif Buku Sumber
Administrasi. Jakarta: Tentang Metode-Metode Baru
Grasindo. (Tjetjep Rohendi, Penerjemah).
Jakarta: Universitas Indonesia.
Feprianto, Muhammad. 2018.
Analisis Implementasi Konsep Moleong, L. J. 2007. Metodologi
Just in Time Dalam Persediaan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Bahan Baku (Studi Kasus pada Rosdakarya
Ud. Ultra Mas Malang)
(Skripsi tidak dipublikasikan). Monden, Yashuhiro. 2000. Sistem
Jurusan Administrasi Bisnis, Produksi Toyota: Suatu
Fakultas Ilmu Administrasi, Ancangan Terpadu untuk
Universitas Brawijaya. Penerapan Just in Time. Buku
Kedua. Penerjemah: Edi
Gaspersz, Vincent. 2004. Production Nugroho. Jakarta: PPM.
Planning and Inventory
Control. Jakarta: PT. Gramedia Mulyadi. 2001. Akuntansi
Pustaka Umum. Manajemen, Konsep, Manfaat,
dan Rekayasa. Universitas
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Gajah Mada.
Produksi. Yogyakarta: Graha
Ilmu Nana, Syaodih, Sukmadinata. 2011.
Metode Penelitian Pendidikan.
Greener, Sue. 2008. Busines Bandung: PT. Remaja
Research Methods. Dr. Sue Rosdakarya
Greener & Ventus Publishing
Aps. Nurdin ZH, S.H. 2015. Perencanaan
Pengelola Persediaan Bahan
Hansen, Don R. & Maryanne M. Baku penolong Rokok Sigaret
Mowen. 2009. Buku Kretek Mesin dengan
1.Manajerial Accounting Pendekatan Just in Time (Studi
(Akuntansi Manajerial). Kasus: PT. Cakra Guna Cipta
Terjemahan. Jakarta: Salemba Malang). Jurnal Rekayasa dan
Empat Manajemen Sistem Industri
Universitas Brawijaya (UB),
III, 443-452.
Ohno, T. (1988). Toyota Production Sugiarto. 2017. Metodologi
System: Beyond Large-Scale Penelitian Bisnis.
Production Productivity Press. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jepang: ISBN 978-0-915299-
14-0. Tunggal, Amin Widjaja.
2009. Manajemen Logistik dan
Sekaran, U., & Bougie, R. 2013. Supply Chain Management
Metodologi Penelitian untuk (Manajemen Rantai Pasokan).
Bisnis (Edisi 6). Jakarta: Jakarta: Harvarindo.
Salemba Empat
Witjaksono, Armanto. 2013.
Serang, Serlin. 2011. Implementasi Akuntansi Biaya. Yogyakarta:
Just in Time dan Pengaruhnya Graha Ilmu
Terhadap Kinerja Operasional
dan Kinerja Perusahaan
Manufaktur di Kota Makassar
(Studi Kasus pada Kawasan
Industri Makassar) (Disertasi
Doktor, Universitas
Brawijaya). Diakses dari
http://digilibfeb.ub.ac.id/inlislit
e3/uploaded_files/temporary/D
igitalCollection/OTdmNGNkM
GZhZmQxMjk4NmY0MDY1
YzdmODlhZTAzY2QzNTFjM
TVkNg==.pdf.