Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP JUST IN TIME PADA DIVISI

LOGISTIK PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA


(TMMIN)

Rachel Angeline, Rosidi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145, Indonesia
E-mail: rachelangeline2405@gmail.com

Abstrak: Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Just in Time pada Divisi Logistik


PT. Toyota Motor Manufactruing Indonesia (TMMIN). Penelitian ini
dilatarbelakangi berdasarkan penerapan JIT oleh PT. Toyota Motor Manufacturing
Indonesia yang tidak hanya pada bagian produksi, tetapi juga pada bagian logistik.
Penelitian-penelitian terdahulu hanya memfokuskan penerapan JIT pada bidang
produksi saja, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti penerapan JIT pada bidang
logisti.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip Just in
Time (JIT) pada bidang logistik di PT. TMMIN. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip
penyederhanaan, kerapian dan keteraturan, kejelasan, waktu siklus, kecerdasan,
pengurangan variasi, dan pengukuran pada bidang logistik PT. TMMIN telah
dilakukan sesuai dengan tujuan penerapan prinsip JIT.

Kata kunci: Just in Time, Logistik, PT. TMMIN

Abstract: The Implementation Analysis of Just in Time Principles of Logistics


Division at PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). This
research is based on the application of JIT by PT. Toyota Motor Manufacturing
Indonesia, which is not only in production, but also in the logistic department.
Previous studies only focused on the application of JIT in the field of production,
therefore doing research in examining the application of JIT in the field of logistic
become the interest in this study. The purpose of this study is to determine the
application of the principles of Just in Time (JIT) in the logistic sector at PT.
TMMIN. This type of research is qualitative research with a case study approach.
This study is using interviews and documentation as its source of data. Reduction,
data presentation, and conclusion drawing are being used as data analysis
techniques in this study. The results of this study indicate that the application of the
principles of simplification, cleanliness and orderliness, visibility, cycle time,
agility, variation reduction, and measurement in the logistic sector at PT. TMMIN
had been implemented well, in accordance with the objectives of applying the JIT
principles.

Keyword: Just in Time, Logistics, PT. TMMIN


PENDAHULUAN Toyota adalah industri yang bergerak
di bidang manufaktur, yang pertama
Pada era globalisasi dan revolusi kali menerapkan just in time pada
industri saat ini, perusahaan dituntut kegiatan produksinya. Inti dari TPS
untuk selalu bisa beradaptasi dengan adalah melangsungkan usaha untuk
perkembangan jaman. Hal ini membuat dan memproduksi barang
merupakan tanda bahwa dengan kondisi ideal. Kondisi ideal
perkembangan lingkungan akan hanya akan terjadi jika fasilitas,
mendorong dan memaksa perusahaan mesin, dan sumber daya manusia
untuk selalu memberikan yang bekerja sama dengan menambahkan
terbaik dari apa yang mereka nilai dan menghilangkan variabel-
produksi. Dengan keadaan tersebut variabel non value added. Kondisi ini
maka perusahaan harus mempunyai menghasilkan metode Just in Time
kemampuan untuk mempertahankan (JIT). Penerapan just in time memiliki
atau menjaga kelangsungan proses prinsip “hanya apa yang dibutuhkan,
produksi agar pelaksanaan proses ketika dibutuhkan, dan dalam jumlah
produksi tidak mengalami hambatan. yang dibutuhkan” yang berujung pada
Di samping menjaga kelangsungan kebutuhan perusahaan Toyota untuk
proses produksi, terdapat dua hal memiliki supplier yang siap bekerja
mendasar yang memberikan nilai sesuai pesanan untuk menjaga jumlah
sangat baik di mata konsumen yaitu minimum persediaan mereka.
kualitas dan waktu (Meylian dan Menurut Christopher (2005)
Mulia, 2006). dalam bukunya mengenai logistik dan
Perusahaan dituntut untuk supply chain management, salah satu
mengendalikan persediaan secara key point untuk mengendalikan
tepat. Mengendalikan persediaan persediaan secara tepat waktu adalah
bukanlah hal yang mudah. Jika bagian logistik. Logistik memegang
jumlah persediaan terlalu besar, maka peran sebagai perencana,
akan timbul dana yang menganggur pengimplementasi, pengendali
(yang tertanam dalam persediaan), efisiensi untuk bahan mentah, barang
peningkatan biaya penyimpanan dan setengah jadi, dan barang jadi. Dilihat
risiko kerusakan barang lebih besar. dari perannya, logistik bisa
Di sisi lain, jika persediaan terlalu dikategorikan sebagai salah satu
sedikit akan mengakibatkan risiko penunjang utama untuk proses
terjadinya kekurangan persediaan produksi yang bersifat tepat pada
(stock out), dimana bahan baku tidak waktunya. Jika pengiriman material
dapat didatangkan tepat pada waktu atau komponen terlambat datang,
atau secara mendadak sehingga maka akan mengganggu jumlah
proses produksi dapat berhenti. Hal persediaan dan jadwa untuk proses
ini dapat mengakibatkan tertundanya produksi. Oleh sebab itu, apabila
keuntungan yang berakhir dengan proses produksi suatu perusahaan
hilangnya pelanggan (Cahyono, menerapkan just in time, maka
2007). seluruh komponen yang berkenaan
Ohno (1988) dalam bukunya langsung dengan proses produksi,
mengenai Toyota Production System seperti logistik, juga harus
(TPS) mengungkapkan perusahaan menerapkan just in time.
Di Indonesia, perusahaan Toyota kerja langsung sebesar 5,0863%, dan
yang dikenal dengan PT. Toyota penurunan biaya pemakaian mesin
Motor Manufacturing Indonesia langsung sebesar 5,0863%.
(TMMIN). PT. TMMIN berfungsi Penelitian terdahulu juga
sebagai perusahaan perakit produk dilakukan oleh Cahyono (2007)
Toyota, baik secara kendaraan utuh mengenai perencanaan dan
maupun suku cadang untuk dijual pengendalian persediaan bahan baku
oleh PT. Toyota Astra Motor (TAM) menggunakan metode just in time
dan diekspor ke beberapa negara. PT. untuk meningkatkan efisiensi biaya
TMMIN sudah menerapkan metode produksi pada PT. Miwon Indonesia,
JIT tidak hanya pada bagian produksi, Gresik. Dari hasil penelitian tersebut,
tetapi juga pada bagian logistik. jika perusahaan menerapkan
Penerapan metode JIT di bagian perencanaan dan pengendalian bahan
logistik PT. TMMIN dimulai baku berdasarkan metode just in time,
pada tahun 2004 dan berlangsung maka terjadi penghematan pada Total
hingga saat ini. Cost persediaan dengan
Penelitian mengenai analisis menggunakan metode EOQ.
penerapan metode just in time telah Penghematan dilakukan pada biaya
dilakukan oleh beberapa peneliti penyimpanan dan biaya pembelian
terdahulu, seperti Putri (2011), bahan baku.
Ekarina (2007), dan Cahyono (2007). Penelitian kali ini berbeda
Putri (2011) meneliti mengenai dengan penelitian-penelitian
penerapan metode penjualan just in terdahulu karena tidak akan
time santan kemasan merek Sun Kara. memfokuskan terhadap proses
Menggunakan metode kuantitatif produksi berbasis just in time, tetapi
deskriptif, Putri mengungkapkan peneliti akan memfokuskan pada
bahwa metode penjualan berbasis just bagian logistik PT. TMMIN, yang
in time memiliki implikasi positif sudah menerapkan metode just in
berupa efektivitas dalam hal kuantitas time. Sebagai salah satu key point
penjualan produk dan pelayanan yang penting dalam menunjang
terhadap pelanggan. Penelitian yang proses produksi yang ramping,
dilakukan oleh Ekarina (2007) penelitian ini akan mengungkap
mengenai penerapan just in time bagaimana penerapan metode just in
dalam usaha meningkatkan efisiensi time pada bagian logistik. Perbedaan
biaya produksi pada PT. Tlogomas mendasar yang membedakan
Engineering Plastik Malang, penelitian dibandingkan penelitian
memberikan hasil bahwa penerapan sebelumnya adalah letak objeknya.
just in time dapat meningkatkan Jika penelitian-penelitian terdahulu
efisiensi biaya produksi di perusahaan mengungkap penerapan just in time
ini sudah memenuhi karakteristik dari sisi produksi, maka pada
sistem just in time yang ditandai penelitian ini akan menganalisis
dengan peningkatan produktivitas metode just in time dari sisi logistik.
sebesar 5,3574%, penurunan waktu Tanpa pengiriman yang tepat pada
produksi sebesar 5,0864%, waktunya dari pemasok ke PT.
penurunan lead time produksi sebesar TMMIN, proses produksi akan
5,0910%, penurunan biaya tenaga terganggu dan berujung pada
pemborosan yang akan menimbulkan (improvement). Sedangkan
biaya-biaya baru yang tidak Witjaksono menyatakan bahwa just in
diperlukan. time adalah suatu filosofi bisnis yang
Berdasarkan uraian di atas, khusus membahas bagaimana
peneliti tertarik untuk melakukan mengurangi kegagalan produksi baik
penelitian yang difokuskan kepada dalam proses manufaktur maupun
PT. Toyota Motor Manufacturing proses non-manufaktur (Witjaksono,
Indonesia, khususnya divisi logistik, 2013:221).
yang didasari bahwa perusahaan ini Just in time merupakan filosofi
menerapkan metode just in time pada ketika perusahaan hanya
bagian logistik guna mendukung memproduksi atas dasar permintaan,
proses produksi ramping (lean tanpa memanfaatkan tersedianya
manufacturing). Maka berdasarkan persediaan dan tanpa menanggung
latar belakang tersebut, peneliti biaya persediaan. Setiap operasi
mengambil judul “Analisis Penerapan memproduksi hanya untuk memenuhi
Just in Time (JIT) pada Divisi permintaan dari operasi berikutnya.
Logistik PT. Toyota Motor Produksi tidak akan terjadi sebelum
Manufacturing Indonesia (TMMIN)”. ada tanda dari proses selanjutnya
yang menunjukkan permintaan
TELAAH PUSTAKA produk suku cadang dan bahan tiba
pada saat ditentukan untuk dipakai
Pengertian Sistem Just in Time dalam proses produksi (Mulyadi,
(JIT) 2001:26).
Filosofi JIT dapat diterapkan di Berdasarkan beberapa pengertian
semua departemen di semua jenis yang telah dijelaskan, dapat
perusahaan, baik perusahaan disimpulkan bahwa just in time
manufaktur maupun perusahaan jasa. system merupakan suatu sistem
Berproduksi tepat pada waktunya produksi yang dirancang untuk
merupakan strategi pengaturan mencapai efisiensi produksi dengan
persediaan yang menerapkan konsep cara mengeliminasi aktivitas yang
untuk meningkatkan rasio laba tidak menambah nilai (waste) untuk
terhadap investasi dari sebuah usaha memenuhi kebutuhan konsumen
bisnis dengan mengurangi persediaan dengan kualitas, biaya dan waktu
dan biaya-biaya yang terkait yang tepat. Penerapan just in time
dengannya. Berikut merupakan tersebut harus diidukung oleh
beberapa pengertian JIT menurut para perbaikan terus-menerus (continuous
ahli: improvement) dalam setiap
Menurut Gaspersz (2004:23), aktivitasnya.
Just in Time system pada dasarnya Prinsip Dasar Just in Time System
merupakan suatu konsep filosofi yaitu Menurut Sinulingga (2013:74),
memproduksi produk sesuai dengan terdapat beberapa prinsip JIT antara
kualifikasi kebutuhan konsumen lain:
dengan cara yang paling ekonomis a. Penyederhanaan
dan efisien melalui eliminasi aktivitas (Simplification)
yang tidak menambah nilai (waste) Penyederhanaan adalah
dan perbaikan terus-menerus semua bentuk tindakan yang
dilakukan untuk standar penyelesaian setiap
mengeliminasi kegiatan yang pekerjaan yang bersifat
tidak mengandung nilai pengulangan. Dengan begitu,
tambah. Penyederhanaan penjadwalan kegiatan akan
produksi sangat diperlukan dibuat seakurat mungkin,
guna membuang atau volume produksi dapat
mengurangi kegiatan yang diprediksi lebih tepat dan
tidak diperlukan. kebutuhan sumber daya
b. Kerapian dan Keteraturan (tenaga kerja) dapat
(Cleaness and Ordeliness) ditentukan dengan baik.
Inkonsistensi dan sifat tidak e. Kecerdasan (Agility)
rapi dalam pengelolaan Menurut Cherter, R. (dalam
fasilitas pabrik bukan hanya buku Sinulingga, 2013:75),
mengganggu pandangan mata perusahaan manufaktur
saja namun juga pemborosan dikatakan agile manufacture
ruangan dan menimbulkan apabila melakukan kegiatan
kesulitan dalam menciptakan berikut:
kelancaran transportasi di a) Observe, melakukan
lantai pabrik. Menciptakan observasi terhadap
dan memelihara kerapian dan situasi secara terus-
keteraturan di pabrik, kantor, menerus.
gudang adalah suatu b) Orient, melakukan
keharusan untuk orientasi perusahaan
menumbuhkan lingkungan dengan cara
yang nyaman dan produktif. meletakkan semua
c. Kejelasan (Visibility) informasi dalam
Salah satu yang perlu konteksnya.
dilakukan oleh setiap manajer c) Decide, melakukan
ialah berkomunikasi dengan pemilihan tindakan
semua pihak mengenai segala yang perlu diambil.
sesuatu yang perlu diperbaiki d) Act, melaksanakan
dan ditingkatkan. Komunikasi tindakan yang telah
yang jelas kepada para dipilih.
bawahan adalah satu kunci f. Pengurangan Variasi
agar informasi yang (Variation Reduction)
disampaikan dan perubahan Variasi menggambarkan
yang diinginkan dapat besarnya perbedaan terhadap
berjalan dengan baik. nilai nominal seperti standar,
d. Waktu Siklus (Cycle Time) target, ataupun harapan.
Waktu siklus adalah rentang Variasi yang melebihi batas
waktu yang digunakan untuk toleransi mengakibatkan
melakukan suatu pekerjaan peningkatan biaya produksi,
atau kegiatan dari awal hingga keterlambatan penyelesaian
akhir. Perusahaan manufaktur order dan mutu produk yang
pada umumnya berupaya dihasilkan. Pengadaan
untuk menemukan waktu persediaan pengamanan
merupakan hal yang persediaan, dapat digunakan
dilakukan untuk mengatasi untuk aktivitas lain sehingga
dampak negatif dari variasi produktivitas meningkat.
namun hal tersebut akan c. Waktu untuk melakukan
menimbulkan biaya aktivitas produksi (throughput
penyimpanan tambahan time) berkurang, sehingga
sehingga manfaat finansialnya dapat menghasilkan jumlah
hampir tidak ada. produk lebih banyak, dan
g. Pengukuran (Measurement) lebih cepat merespons
Pengukuran harus dilakukan pelanggan.
untuk mengetahui sejauh apa d. Tingkat produk cacat
perbaikan yang telah dicapai berkurang sehingga
dan berapa besar sisa masalah mengurangi limbah dan
yang masih harus meningkatkan kepuasan
diselesaikan. pelanggan (Garrison,
Berdasarkan prinsip yang sudah 2008:20).
disebutkan maka dapat disimpulkan Sedangkan menurut Haming dan
bahwa prinsip dasar just in tme Nurnajamuddin (2007) menyatakan
meliputi penyederhanaan kegiatan kebanyakan perusahaan
yang tidak memiliki nilai tambah, menggunakan sistem persediaan
keberhasilan dari sistem ini terbaik yang sesuai untuk perusahaan
ditentukan dengan kerja sama yang mereka. Sistem persediaan JIT
baik, pengurangan waktu siklus mempunyai beberapa manfaat.
operasi dan sistem produksi yang Manfaat JIT yang utama sebagai
harus tepat waktu. berikut:
a. Waktu persiapan (set up)
Manfaat Just in Time System diperpendek secara signifikan
di dalam gudang. Kurangilah
Menurut Naution (2008:42), waktu penyiapan agar lebih
manfaat yang diperoleh dari produktif yang akan
penerapan just in time system adalah memungkinkan perusahaan
pengurangan dalam persediaan work meningkatkan efisiensi dan
in procces. Di samping mereduksi waktu yang dihemat dapat
investasi persediaan, maka biaya- dimanfaatkan pada bidang
biaya fasilitas, peralatan, dan tenaga lain yang memerlukan
kerja yang lebih rendah akan dapat peningkatan.
dicapai. Selain itu manfaat lain yang b. Kelancaran arus bahan atau
dapat diperoleh apabila perusahaan komponen dari gudang ke rak
menerapkan just in time system antara perakitan ditingkatkan.
lain: Setelah karyawan
a. Modal kerja yang semula memusatkan pada area
terikat dalam bentuk spesifik dari sistem, akan
persediaan dapat digunakan memungkinkan mereka untuk
untuk tunjuk lain. memproses pengerjaan barang
b. Lokasi yang semula dengan lebih cepat sebagai
digunakan untuk menyimpan ganti dari mempunyai
pekerjaan yang banyak, dipercayai dan diandalkan,
melelahkan, dan maka perusahaan
menyederhanakan tugas yang dimungkinkan mendapatkan
ada. material atau komponen yang
c. Karyawan yang banyak diperlukan untuk mencukupi
memiliki banyak keahlian, kebutuhan perusahaan dan
dapat digunakan secara lebih memelihara nama baik
efisien. Setelah karyawan perusahaan di depan orang
terlatih atau terdidik bekerja banyak (masyarakat).
pada bagian yang berbeda f. Pemasok melanjutkan
dalam sistem siklus pemeliharaan terhadap
persediaan, akan karyawan yang produktif
memungkinkan perusahaan selama 24 jam penuh dan
untuk menggunakan pekerja kegiatan dipusatkan atas
ketika mereka diperlukan dan keluar masuknya karyawan.
pada saat terjadi kekurangan Setelah manajemen
pekerja, serta permintaan memusatkan perhatian pada
untuk produk meningkat. batas waktu pertemuan, akan
d. Konsistensi yang lebih baik membuat karyawan bekerja
terhadap penjadwalan dan keras untuk memenuhi
konsistensi penggunaan jam perwujudan sasaran
orang terhadap karyawan. Jika perusahaan dalam kaitan
tidak ada permintaan atas dengan kepuasan kerja,
suatu produk pada waktu promosi, dan bahkan upah
tertentu maka pekerja tidak yang lebih tinggi.
perlu dibebani pekerjaan. Hal
ini dapat menyelamatkan Berdasarkan beberapa manfaat
uang perusahaan karena tidak tersebut, disimpulkan bahwa manfaat
perlu membayar pekerja just in time system adalah
untuk pekerjaan yang belum pengefisienan tempat, waktu, dan
diselesaikan dan biaya dari aktivitas-aktivitas yang
memungkinkan mereka tidak bernilai tambah. Jika dilihat dari
diarahkan pada pekerjaan lain. manfaat-manfaat tersebut, semakin
e. Penekanan peningkatan banyak perusahaan yang mulai
hubungan dengan pemasok. menerapkan just in time. Sebagian
Tidak ada perusahaan yang besar perusahaan mulai menyadari
ingin terjadi kekurangan atas bahwa pengurangan jumlah
persediaan. Tidak ada persediaan sebenarnya belum
perusahaan yang ingin mencukupi. Perusahaan perlu
kekurangan atas sistem mengusahakan untuk melakukan
persediaan mereka dan akan perbaikan yang terus-menerus atau
menciptakan kekurangan berkelanjutan (continuous
persediaan yang dimiliki di improvement) agar perusahaan
dalam rak penyimpanan. Jika tersebut dapat bertahan dalam
perusahaan memiliki persaingan bisnis yang semakin ketat.
beberapa pemasok yang dapat
Definisi Logistik kelancaran dari alur tersebut dan
ketersediaan dari persediaan itu
Menurut Burg dalam Lysons sendiri.
(2000), logistik adalah integrasi dari The Council of Logistic
pengadaan, transportasi, manajemen Management (CLM), organisasi
persediaan, dan aktivitas pelopor logistik di Amerika Serikat,
pergudangan dalam menyediakan alat mendefinisikan manajemen logistik
atau cara yang menghabiskan biaya sebagai berikut:
secara efektif, untuk memenuhi “Manajemen logistik
kebutuhan pelanggan, baik internal merupakan bagian dari proses Supply
maupun eksternal. Chain yang berfungsi untuk
Selain itu, menurut Walters merencanakan, melaksanakan, dan
(2003:3-4), pengertian logistik adalah mengendalikan keefisienan dan
fungsi yang melibatkan perpindahan, keefektifan aliran dan penyimpanan
mengatur perpindahan barang, dan barang, pelayanan dan informasi
penyimpanan material dalam terkait dari titik permulaan (point of
perjalanannya dari pengirim awal, origin) hingga titik konsumsi (point
melalui rantai pasok dan sampai ke of consumpton) dalam tujuannya
pelanggan akhir, untuk memenuhi kebutuhan para
Sedangkan menurut Siagian pelanggan.”
(2005), logistik didefinisikan sebagai Menurut Siahaya (2012),
bagian dari proses rantai suplai manajemen logistik adalah bagian
(supply chain) yang berfungsi dari Supply Chain Management yang
merencanakan, melaksanakan, merencanakan, melaksanakan, dan
mengontrol secara efektif dan efisien mengendalikan aliran barang secara
terhadap proses pengadaan, efektif dan efisien, meliputi
pengelolaan, penyimpanan barang, transportasi, penyimpanan, distribusi,
pelayanan dan informasi mulai dari dan jasa pelayanan serta informasi
titik awal (point of origin) hingga titik terkait mulai dari tempat asal barang
konsumsi (point of consumption) sampai ke tempat konsumsi untuk
dengan tujuan memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan pelanggan.
konsumen. Sedangkan Bowersok (2006)
mengemukakan bahwa manajemen
Definisi Manajemen Logistik logistik adalah unik karena ia
merupakan salah satu aktivitas
Logistik baik secara langsung perusahaan yang tertua tetapi juga
ataupun tidak langsung berhubungan termuda. Aktivitas logistik, yang
dengan kegiatan sehari-hari, bukan menyangkut lokasi, fasilitas,
hanya kegiatan di dalam perusahaan transportasi, inventarisasi,
saja, tetapi sebagai pihak-pihak yang komunikasi, pengurusan dan
terkait, seperti konsumen dan penyimpanan, telah dilaksanakan
distributor, akan mengalami dampak orang semenjak awal spesialisasi
dari kegiatan manajemen logistik. komersial.
Manajemen logistik berkaitan erat Berdasarkan definisi-definisi
dengan alur masuk keluarnya yang dikemukakan di atas,
persediaan dan memastikan manajemen logistik merupakan
gabungan kegiatan perencanaan, jasa yang diproduksi sesuai
pengorganisasian, dan pengawasan kebutuhan pasar, jumlah yang
terhadap kegiatan pengadaan, harus diproduksi, perencanaan
pencatatan, pendistribusian, kapasitas sumber daya
penyimpanan, pemeliharaan, dan perusahaan untuk menghasilkan
penghapusan logistik guna produk dan jasa tersebut,
mendukung efektivitas dan efisiensi pengendalian kualitas, dan
dalam upaya pencapaian tujuan perencanaan beban kerja.
organisasi. 3. Sediaan
Sediaan muncul karena ada
Komponen Manajemen Logistik perbedaan antara pasokan dan
permintaan, meningkatkan
Menurut Martono (2015:10-13), tingkat responsif organisasi
manajemen logistik memiliki terhadap perubahan dari sisi
beberapa komponen untuk menjadi eksternal, atau perbedaan waktu
satu rantai untuk menyempurnakan siklus antara aliran barang (misal,
sistem rantai pasok ini, yaitu: pada work in progress di pabrik).
1. Fasilitas Tiap unit barang yang
Dimana kah kantor, pabrik, disimpan pada sediaan (gudang)
dan fasilitas setiap unit rantai harus dipantau secara efektif.
pasok harus ditentukan? Tujuan Tiap jenis barang yang berbeda
menentukan lokasi fasilitas jenis, dimensi, warna, memiliki
adalah meminimumkan biaya nomor identitas tersendiri (Stock
pengiriman dan/atau Keeping Unit/SKU). Monitor dari
pengembalian (deliver dan sediaan ini termasuk berapa lama
return) produk atau jasa kepada barang disimpan, jenis
konsumen, meningkatkan penanganan, dan sistem
fleksibilitas dan efisiensi, dan perhitungan akuntansinya.
mendekatkan organisasi atau 4. Transportasi
perusahaan kepada target Transportasi mendukung proses
konsumennya. pemindahan barang di antara
Semakin banyak sebaran pihak-pihak dalam rantai pasok,
lokasi kantor, pabrik, dan fasilitas yang akan memengaruhi sediaan,
secara geografis, semakin tinggi fasilitas, tingkat efisiensi dan
tingkat responsif perusahaan responsif organisasi terhadap
terhadap kebutuhan konsumen. pemenuhan kebutuhan konsumen.
Diperlukan kajian dan Beberapa pertimbangan yang
pertimbangan mendalam sering terjadi dalam kegiatan
mengenai kebijakan lokasi untuk operasional transportasi adalah:
menyeimbangkan biaya a. Moda transportasi,
pengadaan dengan beberapa penjadwalan, ukuran
pertimbangan, seperti tenaga pengiriman (konsolidasi).
kerja, infrastruktu, dan pajak. Semua ini dengan
2. Proses Produksi pertimbangan skala
Proses produksi meliputi ekonomis, harga terbaik,
aktivitas penentuan barang dan waktu transit antarmoda
dan/atau pihak dalam ditentukan oleh kinerja setiap
rantai pasok. komponen. Kekurangan pada salah
b. Biaya transportasi. satu komponen dapat menyebabkan
c. Pemilihan rute (aliran hasil akhir yang tidak diharapkan.
produk selama Mungkin saja kualitas baik, tetapi
pengiriman) dan jaringan biaya proses naik sehingga
(gabungan dari lokasi, keuntungan turun.
rute, pertimbangan
produksi sendiri atau Distribution Requirement Planning
membeli). (DRP)
5. Sistem Informasi
Sistem informasi berperan Bozarth dan Handfield (2008)
sebagai alat bantu koordinasi mengartikan Distribution
antarpihak di dalam rantai pasok. Requirement Planning sebagai suatu
Sistem informasi sangat penting pendekatan yang menggunakan
dalam mendukung operasional perencanaan permintaan pada titik
harian. Misalnya penggunaan yang memiliki kebutuhan untuk
Electronic Data Interchange menetapkan peramalan permintaan
(EDI) dapat membantu penentuan kepada pusat.
banyak dan detailnya informasi Sedangkan Bowersox, Closs, dan
yang harus dikelola perusahaan, Cooper (2013) mengartikan DRP
pengaturan informasi agar selalu sebagai sebuah sistem yang
up-to-date dan akuran dan menentukan permintaan untuk
mengintergrasikan informasi dari persediaan pada pusat-pusat
seluruh unit bisnis dan/atau distribusi, menggabungkan
seluruh divisi perusahaan yang permintaan historis, dan sebagai input
tersebar di berbagai lokasi. untuk sistem produksi dan material.
6. Pemasok Dari pendapat-pendapat di atas,
Sistem rantai ini terdiri atas dapat disimpulkan bahwa DRP adalah
proses memilih pemasok, suatu sistem yang menentukan
memantau kegiatan operasional perencanaan kebutuhan untuk
pemasok, mengadakan kerja sama mengisi kembali persediaan pada
jangka panjang, dan pusat distribusi.
pengembangan produk baru. Menurut Martono (2015: 295-
7. Harga 296), persediaan di dalam DRP
Harga dalam sistem rantai dikelola dengan dua konsep:
pasok ini adalah harga jual kepada a. Pull System
konsumen dan harga jual antar Pada sistem ini, setiap
pihak di dalam rantai pasok. distribution center
Dari tujuh komponen sistem mengajukan permintaan
rantai pasok tersebut, setiap pengiriman jumlah dan jenis
komponennya harus terintegrasi dan kebutuhan barang kepada
melakukan koordinasi yang baik pusat atau manufaktur dan
untuk dapat bersaing dengan sistem kapan barang harus diterima
rantai pasok pesaing. Kualitas dan oleh distribution center.
harga jual produk atau jasa sangat Proses ini dilakukan oleh
setiap pusat distribusi tanpa inovasi atau produksi yang fleksibel
melihat berapa barang yang atau lainnya yang bukan di bidang
dibutuhkan oleh pusat logistik sehingga organisasi memilih
distribusi lainnya, berapa strategi outsource untuk keperluan
banyak barang yang tersedia logistiknya, seperti sistem distribusi,
di pusat, dan jadwal produksi gudang, dan pemilihan moda
dari manufaktur. transportasinya.
Keuntungannya adalah setiap Keuntungan dari menggunakan
distribution center dapat 3PL karena dapat melayani lebih dari
mengajukan permintaan satu organisasi sehingga
hanya yang dibutuhkan mengumpulkan barang dari beberapa
sehingga bisa mengurangi organisasi (bahkan organisasi yang
tingkat persediaan, data saling bersaing). Barang-barang ini
permintaan barang yang dikumpulkan di gudang atau pusat
terkumpul di pusat atau distribusi 3PL kemudian dikirimkan
manufaktur lebih akurat. ke konsumen masing-masing.
Kekurangan dari pull system Konsumen mengharapkan 3PL
adalah koordinasi antar-pusat untuk memberikan layanan terbaik
distribusi dan pusat distribusi serta solusi untuk setiap masalah. Di
ke pusat/manufaktur rendah, antara perusahaan dan 3PL harus
permintaan yang mendesak dibangun kepercayaan, berbagi data,
dalam jumlah besar bisa dan menyelesaikan masalah secara
memengaruhi kestabilan bersama (Martono, 2015:27)
jadwal produksi.
b. Push System METODE PENELITIAN
Pada sistem ini semua
peramalan dan keputusan Penelitian ini akan dilaksanakan
pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan metode
terpusat atau oleh manufaktur kualitatif dengan pendekatan studi
pusat. Keuntungannya adalah kasus. Moleong (2007:8) berpendapat
koordinasi dan pengiriman bahwa penelitian kualitatif
barang antar-distribution merupakan penelitian yang
center dengan manufaktur bermaksud untuk memahami
lebih terkoordinasi, namun fenomena tentang apa yang dialami
tingkat kebutuhan dna oleh subjek penelitian secara jelas,
fluktuasi permintaan barang mendalam, dan dengan cara deskriptif
yang sesungguhnya dari dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
setiap distribution center pada suatu konteks khusus yang
tidak terakomodasi dengan alamiah dan dengan memanfaatkan
baik. berbagai metode yang alamiah.
Third-Party Logistic (3PL) Tujuan penelitian kualitatif ini adalah
Third-Party Logistic (3PL) untuk mengembangkan pemahaman
adalah pihak di luar organisasi yang yang rinci dan mendalam terhadap
melaksanakan tugas logistik dari beberapa fenomena, untuk
organisasi. Biasanya competitive mempelajari bagaimana fenomena
advantage dari perusahaan adalah terjadi dalam tatanan alami (natural
setting), atau untuk belajar bagaimana penelitian ini, data sekunder akan
mengekspresikan beberapa konsep didapat dari internal perusahaan. Data
dalam istilah sehari-hari (Sugiarto, sekunder ini bisa berupa laporan-
2017:170). laporan ataupun catatan yang
Metode yang digunakan dalam berhubungan dengan logistik di PT.
penelitian ini menggunakan metode TMMIN, gambar yang didapat dari
studi kasus. Menurut Sekaran dan website resmi perusahaan, buku-buku
Bougie (2018:118), studi kasus terkait dengan metode JIT, dan skripsi
berfokus pada pengumpulan yang berbentuk fisik maupun yang
informasi terkait objek tertentu, acara diterbitkan secara onloine yang
atau kegiatan, seperti unit atau membahas tentang JIT.
organisasi bisnis tertentu. Dalam
studi kasus, kasus adalah individu, Teknik Pengumpulan Data
kelompok, organisasi, acara, atau
situasi yang diminati oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2017:104),
Tujuan dari penelitian studi kasus teknik pengumpulan data merupakan
adalah untuk mendapatkan gambaran langkah yang paling strategis dalam
yang lengkap dan akurat mengenai penelitian, karena tujuan utama dari
permasalahan yang akan dibahas oleh penelitian adalah mendapatkan data.
peneliti. Dengan demikian, tujuan Teknik pengumpulan data yang
studi kasus dalam penelitian ini digunakan oleh penelitian ini adalah
adalah untuk melakukan penelitian sebagai berikut:
secara mendalam terhadap internal 1. Wawancara
divisi logistik PT. Toyota Motor Penelitian ini menggunakan
Manufacturing Indonesia (TMMIN) metode wawancara semi-terstruktur.
untuk memberikan gambaran yang Wawancara semi-terstruktur
lengkap mengenai kegiatan merupakan jenis wawancara yang
operasional divisi logistik dan telah memenuhi kategori in-depth
membandingkannya dengan prinsip- interview (Sugiyono, 2017:114).
prinsip metode Just in Time. Perbedaan antara wawancara semi-
terstruktur dengan terstruktur adalah
Sumber Data dalam pelaksanaannya, dimana
wawancara semi-terstruktur lebih
Sumber data pada penelitian ini bebas dibanding terstruktur.
menggunakan sumber data primer Wawancara semi-terstruktur ini
dan sekunder. Menurut Sugiyono bertujuan untuk mengetahui
(2017:104), sumber data primer permasalahan secara lebih terbuka.
adalah sumber data yang diperoleh Dalam proses wawancara ini, peneliti
secara langsung dari subjek yang akan menggunakan tape recorder
diteliti. Data primer pada penelitian untuk merekam hasil wawancara.
ini berupa wawancara langsung Pendokumentasian proses wawancara
terhadap internal divisi logistik PT. diperlukan peneliti untuk
TMMIN. Data sekunder adalah meningkatkan kredibilitas hasil
sumber data yang tidak langsung wawancara yang diperoleh.
memberikan data kepada pengumpul 2. Dokumentasi
data (Sugiyono, 2017:104). Dalam
Selanjutnya menurut Sugiyono pengakuan, pengukuran, pencatatan,
(2013:240), dokumentasi dapat penyajian, dan pengungkapan pada
berbentuk tulisan, gambar, atau biaya-biaya terkait. Strategi yang
karya-karya monumental dari dilakukan adalah mewawancarai
seseorang. Teknik dokumentasi pada pihak-pihak terkait dalam VPLD dan
penelitian ini dilakukan peneliti melihat secara langsung (genba)
dengan mencoba mengumpulkan data proses di lapangan. Di samping itu,
sekunder yang dapat mendukung peneliti juga akan meminta data-data
hasil penelitian, seperti laporan biaya yang terkait, seperti laporan biaya,
pengiriman material, profil rencana harian, dan prosedur standar
perusahaan, jadwal harian operasional harian VPLD.
pengiriman, daftar partner logistik Peneliti akan memilah-milah data
PT. TMMIN, daftar pemasok PT. yang diterima supaya data yang
TMMIN, Key Performance Indicator dikumpulkan sesuai dengan
VPLD, dan foto-foto yang terkait penelitian dan bersifat valid. Setelah
dengan penelitian. itu peneliti akan menjelaskan hasil
wawancara dan data-data tersebut
Teknik Analisis Data dalam bentuk narasi bagaimana
penerapan metode just in time dalam
Untuk menyajikan data agar bidang logistik. Hasil penjelasan akan
mudah dipahami, peneliti menjadi jawaban dari rumusan
menggunakan teknik analisis data masalah yang sudah ditetapkan dalam
dari Miles dan Huberman. Menurut penelitian ini.
Miles dan Huberman (dalam Salim,
2006: 20-24) analisis data terdiri dari Penyajian Data
beberapa bagian yaitu reduksi data
(data reduction), penyajian data (data Setelah data direduksi,
display), dan penarikan kesimpulan langkah selanjutnya adalah penyajian
(conclutions). data. Dalam proses penyajian data
yang telah direduksi, data akan
Reduksi Data diarahkan agar terorganisasikan,
tersusun, dan mudah untuk dipahami.
Mereduksi data berarti Penyajian data dalam penelitian ini
merangkum dan memilih hal-hal yang disajikan dalam bentuk
pokok, memfokuskan pada hal-hal pengklasifikasian kegiatan
yang pokok dan penting. Dengan operasional VPLD ke dalam tujuh
demikian data yang telah direduksi prinsip metode JIT. Selain itu,
akan memberikan gambaran yang beberapa data yang didapatkan
lebih jelas dan mempermudah peneliti selama proses observasi disajikan
untuk melakukan pengumpulan data dalam bentuk gambar dan table untuk
selanjutnya. Dalam tahap ini, peneliti memudahkan peneliti dalam
mencari dan mengumpulkan data- memahami dan membandingkan
data terkait pengelolaan VPLD yang antara teori dan praktik yang terjadi di
memang sudah menggunakan just in lapangan.
time dalam kegiatan operasionalnya,
yang dimulai dari proses identifikasi, Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam Logistic (VPLD) yang juga
penelitian kualitatif menurut Miles menerapkan sistem just in time.
dan Huberman adalah penarik
kesimpulan atau verifikasi. Setelah Prinsip Penyederhanaan
melakukan pengambilan data, reduksi (Simplification)
data, dan penyajian data, peneliti akan
memberikan kesimpulan terkait hasil Milk run adalah salah satu cara
wawancara dan data-data yang sudah atau metode pengangkutan atau
diperoleh dalam penelitian tersebut. pengambilan komponen dari
Dari kesimpulan akan memberikan sejumlah pemasok dengan
hasil mengenai implementasi prinsip menggunakan satu kendaraan dan
JIT, yaitu penyederhanaan pada waktu yang bersamaan dan
(simplification), kerapian dan kotak kosong dikirimkan kembali
keteraturan (cleaness and ordeliness), kepada pemasok
kejelasan (visibility), waktu siklus Menurut Pak Rudi, sistem ini
(cycle time), kecerdasan (agility), mengadopsi dari cara tradisional
pengurangan variasi (variation penjualan susu di negara-negara
reduction), dan pengukuran Barat, yaitu para penjual susu berjalan
(measurement), kendala dalam dari satu pintu pelanggan ke pintu lain
penerapan JIT, dan upaya perbaikan dengan membawa dray sesuai rute
yang dilakukan divisi logistic PT. yang telah ditentukan untuk
TMMIN demi menciptakan kegiatan mengantarkan susu dan membawa
operasional yang efektif dan efisien. kembali botol yang sudah kosong.
Cara ini kemudian dinilai dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN memberikan pembaharuan dan
perbaikan pada sistem pengiriman di
Analisis Penerapan Prinsip- Toyota. Pada tahun 2004, Toyota
Prinsip Just in Time pada Divisi Indonesia mulai menerapkan sistem
Logistik PT. Toyota Motor milk run. Kriteria yang diberikan
Manufacturing Indonesia untuk menentukan pemasok yang
layak diberlakukan pengiriman secara
Dalam penerapan Just in Time milk run adalah:
(JIT), dibutuhkan prinsip-prinsip 1. Komponen yang dipasok dan
sehingga pelaksanaan JIT dapat yang akan dijemput, dapat
berjalan dengan baik. Menurut diletakkan di dalam kotak,
Sinulingga (2013:74) terdapat lima pallet, atau rak yang
prinsip dasar dalam pelaksanaan JIT, memungkinkan dan aman
prinsip-prinsip tersebut adalah untuk ditumpuk.
penyederhanaan (simplification), 2. Jarak pemasok yang terlalu
kerapian dan keteraturan (cleaness jauh, misalnya Surabaya atau
and ordeliness), kejelasan (visibility), Yogyakarta, tidak dapat
waktu siklus (cycle time), kecerdasan dilayani secara milk run.
(agility). Prinsip-prinsip yang sudah Pemasok yang dapat
ada dibandingkan dengan kenyataan diikutsertakan dalam milk run
yang ada di Divisi Vehicle and Part adalah pemasok yang
jaraknya berdekatan dengan
perusahaan pembeli sehingga memelihara kerapian dan keteraturan
dapat dikelompokkan dengan di pabrik, kantor, gudang adalah suatu
pemasok lainnya yang searah. keharusan untuk menumbuhkan
3. High Frequency (intensitas lingkungan yang nyaman dan
pengiriman) dengan Low produktif. Pengaplikasian prinsip
Volume (kuantitas komponen) kerapian dan keteraturan dalam
adalah kriteria untuk milk run, VPLD dilaksanakan dengan
sedangkan Order volume yang membangun kerja sama kepada pihak
tinggi tetapi order frequency- eksternal, yaitu partner logistik.
nya rendah lebih disarankan PT. TMMIN membangun kerja
untuk menggunakan direct sama dengan pihak ketiga, third-party
delivery. logistic (3PL), untuk membantu
4. Memiliki partner logistik VPLD dalam mengangkut dan
yang tidak terlalu banyak. mengantar komponen dari pemasok
Milk run menjawab ke PT. TMMIN. Hal ini dilakukan
permasalahan bagaimana VPLD supaya menciptakan suasana
meningkatkan efisiensi kendaraan layout fasilitas yang rapi dan teratur.
pengangkut material, mereduksi Di samping itu, untuk mendukung
biaya pengiriman, dan mengontrol suasana yang rapi dan teratur, VPLD
pengiriman oleh PT. TMMIN. membuat sendiri jadwal kedatangan
Pelaksanaan sistem milk run diawali dan keberangkatan truk-truk dari
dengan menentukan rute yang akan third-party logistic yang sudah
melewati para pemasok yang berada disesuaikan dengan jam produksi di
dalam satu area atau letaknya searah, pabrik-pabrik PT. TMMIN.
waktu penjemputan, jenis, dan jumlah
komponen yang akan dikirim. Milk Prinsip Kerapian dan Keteraturan
run menjawab rumusan masalah dalam Direct Delivery & Milk Run
bagaimana membawa sebanyak-
banyaknya (unit) dengan cycle Untuk menjaga prinsip kerapian
sedikit-sedikitnya. Cycle dalam dan keteraturan dalam strategi
logistik diartikan sebagai perputaran pengiriman secara langsung (direct
truk yang mengangkut kontainer delivery), VPLD PT. TMMIN
berisi unit dari PT. TMMIN menuju membuat jadwal pengiriman bagi
para vendor sampai ke PT. TMMIN para partner logistik dan pemasoknya
kembali. sehingga memudahkan PT. TMMIN
untuk mengontrol, mengawasi, dan
Kerapian dan Keteraturan mengevaluasi jalannya pengiriman
(Cleaness and Ordeliness) material.
Setiap pemasok dan partner
Inkonsistensi dan sifat tidak rapi logistik yang tergolong dalam direct
dalam pengelolaan fasilitas pabrik delivery akan diberikan cycle issue
menyebabkan keadaan “messy” dan and pick up time delivery
juga pemborosan ruangan dan confirmation yang berisi rute plant
menimbulkan kesulitan dalam PT. TMMIN, cycle issue, jam
menciptakan kelancaran transportasi kedatangan di PT. TMMIN, jam
di lantai pabrik. Menciptakan dan keberangkatan dari PT. TMMIN,
lokasi penurunan komponen (dock), didiskusikan jika ada pihak dari para
dan nama partner logistik yang pemasok dan partner logistik yang
digunakan pemasok. Toleransi tidak menyetujuinya atau tidak
keterlambatan kedatangan adalah 15 menyanggupinya. Menurut Pak Jum,
menit dari yang dijadwalkan. Jadwal banyak sekali manfaat dari route
ini dibuat oleh VPLD selain untuk planning tersebut, apalagi untuk
mempermudah pengawasan, juga mengaplikasikan just in time pada
memperkecil kemungkinan logistik. Jadwal pengiriman ini sudah
keterlambatan yang fatal, yang memuat jam kedatangan truk ke PT.
nantinya akan mengganggu proses TMMIN dan keberangkatannya dari
produksi yang pada saat itu PT. TMMIN, destinasi dock yang
membutuhkan komponen terkait. menjadi tempat diturunkannya
Divisi VPLD sudah membagi muatan, dan jam cycle selanjutnya
para pemasok ke dalam rute-rute milk pada hari yang sama. Selain itu,
run berdasarkan lokasi pabrik para dalam jadwal milk run sudah tertera
pemasok. Menurut Pak Rudi, dalam partner logistik yang bertugas untuk
satu hari setidaknya terdapat 10 cycle menyambangi para pemasok yang
milk run untuk satu rute dan dalam termasuk dalam satu rute milk run.
sehari terdapat tiga sampai lima rute Jadwal ini membantu VPLD dalam
di PT. TMMIN Sunter. Setelah itu, memantau kinerja partner logistik.
VPLD akan membagi partner-partner Pembuatan jadwal atau route
logistik ke setiap rute milk run. planning menjadi salah satu indikator
Sebelumnya, VPLD sudah membuat apakah rencana pengiriman harian
route planning bagi para pemasok dan yang dibuat VPLD berjalan secara
partner logistik yang berisi rute, jam efektif atau tidak. Pak Zakaria, selaku
kedatangan partner logistik di tempat penanggung jawab dari pembuatan
pemasok, jam keberangkatan dari route planning, mengatakan bahwa
pemasok, jam kedatangan di PT. tingkat efektivitas dari kegiatan
TMMIN, jam keberangkatan dari PT. operasional VPLD dilihat dari
TMMIN, dan destinasi dock untuk seberapa berhasilkah route planning
menurunkan komponen-komponen ini dilaksanakan. Jika pada hari ini
yang dibawa. pemasok Aisan Nasmoco Industri
Planning ini dibuat untuk dijadwalkan untuk melakukan
dilaksanakan pada bulan mendatang. pengiriman material secara milk run
Setiap bulan planning akan ke pabrik Sunter sebanyak dua kali
diperbaharui sesuai dengan kondisi (RS17), maka pihak Armas Logistic
PT. TMMIN, para pemasok, dan Service (ALS) sebagai partner
partner logistik. Oleh karena itu, PT. logistik PT. TMMIN harus berhasil
TMMIN Sunter setiap bulan melaksakannya dengan waktu yang
mengadakan pertemuan yang sudah ditentukan. Hal ini
mengundang seluruh para pemasok dikategorikan efektif karena rencana
dan partner logistik untuk membahas yang dibuat VPLD PT. TMMIN telah
route planning di bulan yang berhasil dilaksakan sesuai dengan
mendatang. Pada pertemuan, PT. jadwal yang telah dibuat.
TMMIN sudah menyiapkan route
planning untuk dibagikan dan Kejelasan (Visibility)
Salah satu yang perlu dilakukan mendengarkan keluh kesah dari para
oleh setiap manajer ialah partner logistik dan para pemasok.
berkomunikasi dengan semua pihak Biasanya, pihak eksternal
mengenai segala sesuatu yang perlu mengajukan keberatan dalam hal jam
diperbaiki dan ditingkatkan. keberangkatan dan kedatangan
Komunikasi yang jelas kepada para karena berbentur dengan jadwal
bawahan adalah satu kunci agar pengiriman mereka dengan
informasi yang disampaikan dan perusahaan lain. Pertemuan ini juga
perubahan yang diinginkan dapat menjadi ajang bagi kedua belah pihak
berjalan dengan baik. untuk saling mengevaluasi terhadap
Menurut Pak Rudi, selaku kinerja mereka masing-masing.
manajer External Logistic Setiap saran, masukan, dan evaluasi
Management, prinsip ini dilakukan yang diterima VPLD PT. TMMIN
VPLD dengan briefing harian yang ditampung dan dijadikan perbaikan
selalu dilakukan setiap pagi. Briefing untuk selanjutnya.
ini dilakukan setiap hari sebelum
memulai pekerjaan. Fungsi dari Waktu Siklus (Cycle Time)
briefing bagi para manajer dan section
head adalah untuk memantau Waktu siklus adalah rentang
pekerjaan dari internal VPLD sendiri waktu yang digunakan untuk
sudah sejauh mana pekerjaan tersebut melakukan suatu pekerjaan atau
selesai. Selain itu, jika ada informasi kegiatan dari awal hingga akhir.
terbaru akan disampaikan pada Perusahaan manufaktur pada
briefing ini sehingga tidak ada satu umumnya berupaya untuk
pun yang ketinggalan informasi menemukan waktu standar
tersebut, apalagi jika berhubungan penyelesaian setiap pekerjaan yang
dengan kegiatan operasional VPLD. bersifat pengulangan. Dengan begitu,
Tidak hanya informasi saja yang penjadwalan kegiatan akan dibuat
dapat dibagikan pada briefing, para seakurat mungkin, volume produksi
staf VPLD dapat menyampaikan dapat diprediksi lebih tepat dan
setiap kendala yang mereka temui kebutuhan sumber daya (tenaga kerja)
dalam pekerjaannya. Masalah dapat ditentukan dengan baik.
tersebut langsung dibahas pada saat Menurut Pak Jum, tidak ada
briefing dan dibantu oleh section head penetapan siklus waktu secara tepat
atau staf lainnya dalam menemukan dari VPLD bagi para partner logistik.
solusinya. Jam kedatangan truk ke PT. TMMIN
Prinsip kejelasan ini tidak hanya dan jam keberangkatan truk dari PT.
diterapkan di internal VPLD saja, TMMIN sudah menjadi acuan sendiri
tetapi juga pada pihak eksternal. bagi VPLD untuk mengawasi dan
Prinsip ini dilakukan dengan memantau kinerja para partner
pertemuan bulanan antara VPLD logistik dari segi siklus waktu. Pak
dengan para pemasok dan partner Rudi juga menambahkan bahwa
logistik untuk membahas jadwal untuk mengontrol jalannya route
pengiriman. Pertemuan ini berfungsi planning ini, dalam pelaksanaannya,
selain untuk membagikan jadwal setiap truk yang datang ke dan akan
pengiriman, tetapi juga untuk pergi dari PT. TMMIN harus tap,
seperti absen tetapi secara elektronik, a) Observe, melakukan
untuk mengetahui apakah truk ini observasi terhadap situasi
terlambat atau tepat waktu. Laporan secara terus-menerus.
ini akan menjadi bahan evaluasi untuk b) Orient, melakukan
menemukan letak kesalahan dan orientasi perusahaan
hambatan. Jika terdapat hambatan dengan cara meletakkan
yang terjadi di jalan atau di pemasok semua informasi dalam
yang akan mengakibatkan konteksnya.
keterlambatan lebih dari 15 menit, c) Decide, melakukan
maka driver truk akan pemilihan tindakan yang
mengkonfirmasi hal tersebut kepada perlu diambil.
VPLD. Pak Jum menambahkan d) Act, melaksanakan
bahwa toleransi keterlambatan tindakan yang telah dipilih.
sendiri, VPLD hanya membatasi
selama 15 menit. Observe (Observasi)
Setiap harinya, VPLD akan
membuat summary monitoring yang Untuk poin observe (observasi),
berisi laporan setiap rute beserta VPLD menerapkan genba (bahasa
partner logistiknya dan evaluasi Jepang) yang jika diartikan berarti
pelaksanaannya. Summary ini akan peninjauan langsung. Ketika VPLD
menjadi bahan penilaian harian dan merasa bahwa penerapan direct
perbaikan untuk para partner logistik delivery tidak lagi efektif dan efisien,
di kemudian hari. Summary maka mereka harus meninjau kembali
monitoring tersebut berfungsi sebagai strategi pengiriman tersebut dengan
evaluasi harian mengenai kinerja melihat kondisi di lapangan. Hingga
setiap partner logistik, apakah pada saat strategi pengiriman milk run
terlambat, tepat waktu, atau terlalu muncul dan dipertimbangkan apakah
cepat datang. Selain itu, terdapat cocok dengan kondisi di lapangan dan
kolom problem yang akan diisi jika dapat menjadi solusi atas kendala
terdapat masalah dalam inefisiensi yang timbul akibat direct
pengangkutan material, seperti ada delivery. Menurut Pak Rudi, dengan
muatan yang rusak atau cacat. Untuk menimang kelebihan dan kekurangan
proses unloading sendiri, menurut milk run, persiapan yang dibutuhkan,
Pak Jum, hanya membutuhkan waktu serta melihat kondisi di lapangan,
30-40 menit. Proses unloading sendiri maka strategi pengiriman milk run
tidak terlalu memakan waktu lama layak untuk diteliti dan diuji coba
karena sudah ada peralatan yang terlebih dahulu.
memudahkan proses unloading.
Orient (Orientasi)
Kecerdasan (Agility)
Selanjutnya, pada poin orient,
Perusahaan manufaktur Pak Rudi menyatakan bahwa poin ini
dikatakan agile manufacture apabila dilakukan dengan melakukan
melakukan kegiatan berikut: pelatihan yang berisi edukasi lanjut
mengenai konsep Just in Time dan
strategi pengiriman milk run kepada
para partner logistik, sebagai 3rd dihadapkan pada suatu pilihan.
Party Logistic (3PL). Pelatihan ini Menurut Pak Rudi, salah satu
dilaksanakan supaya ketika strategi contohnya adalah dalam memilih milk
milk run mulai diaplikasikan, para run atau direct delivery. Sebelum milk
partner logistik mampu beradaptasi run diterapkan, semua pengiriman
dan memahami konsep milk run material dilakukan dengan direct
sehingga goals dari strategi ini delivery. Tidak dapat dipungkiri,
tercapai. Menurut pernyataan Pak bahwa biaya pengiriman secara
Jum, pelatihan ini diadakan dengan langsung sangat besar, tidak efisien,
mengundang seluruh para partner dan terkadang biaya pengiriman tidak
logistik dan pemasok. Kemudian sebanding dengan volume muatan,
akan ada trainer dari PT. TMMIN khususnya untuk material bersifat
yang akan mengedukasi mereka
mengenai konsep tersebut. Hal ini high-frequent low-volume. Oleh
karena itu, VPLD memilah-memilah
dilakukan Toyota karena jika ingin komponen yang dapat
goals dari milk run tercapai, maka dikelompokkan ke dalam milk run
seluruh pihak yang berkenaan dengan dan direct delivery dan menghitung
proses distribusi komponen juga biaya yang timbul.
harus memahami benar konsep milk
run.
Decide dan Act Tabel 4.3
Pada poin decide dan act, hal ini Tabel Biaya Direct Delivery di PT.
berhubungan ketika VPLD TMMIN

BIAYA TRANSPORT DIRECT DELIVERY PT. TMMIN SUNTER I

JARAK BASIC
NO SUPPLIER ALAMAT
(Km) PRICE/TRIP
Kertamukti,
98,4
1 Bridgestone Astra Indonesia Purwakarta IDR1.673.000
2 Chiyoda Integre Indonesia Cikarang Jababeka 76,5 IDR1.344.500
Daido Indonesia
82,7
3 Manufacturing Cikampek IDR1.437.500
4 Unicraft Nagura Indonesia Cikarang Jababeka 60 IDR1.097.000
5 Velasto Indonesia Purwakarta 98 IDR1.667.000
6 Nusa Toyotetsu Corp. Cibitung MM2100 43 IDR842.000
7 Patec Presisi Indonesia Cikarang Delta Silicon 50 IDR947.000
8 Federal Nusa Metal Pegangsaan 9 IDR332.000
9 Garuda Metalindo Jakarta 23,5 IDR549.500
Kamigumi WH
41
10 Ichikoh Indonesia Cibitung IDR812.000
11 Indonesia Koito Kalihurip, Cikampek 82,5 IDR1.434.500
12 OCHIAI Cikarang Jababeka 62 IDR1.127.000
13 Toyota Boshoku Indonesia Cibitung MM2100 40 IDR797.000
14 Nichias Suni Jaya Purwakarta 93,6 IDR1.601.000
15 3 M Indonesia Bekasi Tambun 30 IDR647.000
Tabel di atas memperlihatkan digabung dengan jenis lainnya karena
biaya yang dikeluarkan oleh VPLD akan mengganggu dari kualitas itu
PT. TMMIN untuk pengiriman secara sendiri.
langsung. Harga yang dipertunjukkan Toyota sebisa mungkin
bukanlah nominal asli tetapi mengefisiensikan biaya dalam
mendekati harga sebenarnya. Hal ini kegiatan operasionalnya dengan tidak
terjadi karena keterbatasan peneliti mengesampingkan kualitas. Salah
dalam mengambil data terkait harga satu proses yang dihindari dari Toyota
dan biaya di VPLD dan juga data adalah proses rework akibat terdapat
tersebut merupakan data confidential scrap goods karena akan memakan
yang tidak bisa diakses dan diberikan waktu lebih lama dan double cost.
kepada orang lain secara bebas. Oleh karena itu, VPLD tetap
Seperti yang telah dijelaskan mengaplikasikan direct delivery
sebelumnya, pengiriman secara untuk beberapa komponen, seperti
langsung diperuntukkan bagi pintu mobil dan kaca.
komponen yang bersifat low Berikut merupakan biaya
frequency – high volume order dan transportasi milk run pada rute RS 06,
tidak bisa digabung dengan jenis RS07, RS 17, RS 20, RS 22, RS 31,
komponen yang berbeda karena dan RS 32 yang kemudian
mempertimbangkan kualitas dan diperbandingkan dengan biaya
komponen itu sendiri. Meskipun transportasi secara direct delivery
terdapat beberapa pemasok yang pada rute yang sama.
letaknya berdekatan atau satu daerah,
seperti Chiyoda Integre Indonesia dan
Unicraft Nagura Indonesia, mereka
tidak dikelompokkan dalam milk run Tabel 4.4
karena komponen yang diproduksi Tabel Biaya Milk Run VPLD PT.
oleh pemasok tersebut tidak bisa TMMIN
NO RUTE BIAYA DIRECT BIAYA MILK RUN
MILK RUN DELIVERY per CYCLE
(Kovensional)
1 RS 06 Rp3.092.000 Rp1.385.000

2 RS 07 Rp2.964.000 Rp1.122.000

3 RS 17 Rp6.336.000 Rp1.231.000

4 RS 20 Rp3.874.000 Rp1.125.000

5 RS 22 Rp5.554.000 Rp978.000

6 RS 31 Rp7.841.000 Rp2.000.000

7 RS 32 Rp5.763.000 Rp1.882.000
Tabel di atas memperlihatkan maka muatan setiap truk yang datang
biaya yang dikeluarkan oleh PT. dari para suplier tersebut tidak akan
TMMIN untuk pengiriman secara maksimal karena tergantung dengan
milk run, yang diperbandingkan kebutuhan produksi pada saat
dengan harga konvensional atau tersebut. Tetapi jika VPLD
secara direct delivery. Biaya milk run mengelompokkan kedelapan
yang dipertunjukkan merupakan pemasok ini ke dalam satu rute milk
nominal yang mendekati harga run, maka dalam satu kali trip, VPLD
sebenarnya. Hal ini terjadi karena akan menghabiskan biaya sebesar
keterbatasan peneliti dalam Rp978.000,00/cycle (satu cycle
mengambil data terkait harga dan berarti satu kali rute dijalankan) dan
biaya di VPLD dan juga data tersebut muatan truk dapat dimaksimalkan
merupakan data confidential yang dengan komponen-komponen dari
tidak bisa diakses dan diberikan setiap suplier.
kepada orang lain secara bebas. Mengacu pada hasil wawancara
Menurut Pak Irawan, selaku dari Pak Jum dan Pak Rudy, dalam
section head of VPLD operational, satu hari, dalam satu rute milk run,
yang ingin dipertunjukkan dalam bisa terlaksana 3-4 cycle. Jika
tabel tersebut adalah perbedaan yang mengacu pada RS 22 dengan biaya
cukup signifikan apabila PT. TMMIN Rp978.000,00 x 4 cycle, maka akan
tetap menggunakan direct delivery menghabiskan biaya sebesar
untuk komponen-komponen yang Rp3.912.000,00. Total biaya setiap
sebenarnya bisa digabung. rute milk run dalam satu hari masih
Pembengkakan biaya ini bisa lebih rendah dibandingkan dengan
direduksi dengan pengaplikasian milk biaya pengiriman secara langsung.
run terhadap pemasok pemasok yang Tentu jika dihadapkan dengan
letaknya berdekatan. Dengan adanya pilihan antara memilih pengiriman
tabel biaya tersebut, hal ini secara langsung atau milk run, maka
menunjukkan bahwa metode milk run tentu VPLD akan menggunakan
adalah solusi bagi PT. TMMIN dalam strategi pengiriman milk run
mengefisiensikan biaya pengiriman. dibandingkan direct delivery.
Seperti contoh, pada rute RS 22 Penggunaan milk run jauh lebih
(Milk- Run Sunter 22), terdapat efisiensi dari segi biaya dan waktu.
delapan pemasok yang letaknya VPLD mendapatkan berbagai jenis
berdekatan atau searah, antara lain komponen dari para pemasok yang
NSK Indonesia, Robert Bosch, Setia berbeda dalam satu waktu yang sama,
Guna Sejati, Nusahadi Citra tanpa harus menunggu satu per satu.
Harmonis, dan Sekiso Industries Maka dari itu, dengan menimang
Indonesia, dan lain-lain. Para waktu, perhitungan biaya, dan jenis
pemasok ini berlokasi di Cibitung komponen yang dapat
MM 2100. Jika biaya pengiriman dikelompokkan dengan milk run,
dihitung berdasarkan direct delivery, maka VPLD mengambil keputusan
maka total biaya yang akan muncul dengan memilih menggunakan milk
sebesar Rp5.554.000,00 untuk satu run dibandingkan direct delivery.
kali trip, sedangkan karena produksi Pengurangan Variasi (Variation
PT. TMMIN menganut just in time, Reduction)
Variasi yang melebihi batas mengukur atau membandingkan
toleransi mengakibatkan peningkatan kinerja dalam hal memenuhi tujuan
biaya produksi, keterlambatan strategis dan operasional perusahaan.
penyelesaian order dan mutu produk VPLD PT. TMMIN menggunakan
yang dihasilkan Pengurangan variasi KPI sebagai alat ukur untuk menilai
dalam VPLD berhubungan dengan performa dari setiap partner logistik
material handling. Hal ini jelas yang ada. KPI ini berisi indikator-
diutarakan oleh Pak Rudi karena indikator penilaian yang menjadi
material handling dapat dasar penilaian, antara lain:
menimbulkan biaya yang cukup besar 1. KPI Logistic Safety: indikator
tetapi merupakan hal yang sangat ini menunjukkan jumlah
penting, karena berhubungan dengan seberapa banyak kecelakaan
kualitas dari komponen itu sendiri. atau insiden yang terjadi
Material handling mencegah setiap bulannya ketika partner
terjadinya scrap goods selama proses logistik membawa komponen
pengiriman, yang akan berujung dari pemasok ke Sunter.
dengan rework di sisi pemasok, dan 2. KPI Safety Genba Patrol:
menimbulkan biaya baru dan indikator ini menunjukkan
penambahan waktu di sisi PT. kondisi truk partner logistik.
TMMIN. Tentu hal ini tidak akan Indikator ini akan menilai
menguntungkan bagi sisi Toyota dan layak tidaknya truk ini untuk
merupakan pemborosan. Oleh sebab beroperasi. Biasanya, jika
itu, material handling bukanlah hal kondisi truk mengarah ke arah
yang dapat dikompromi, bahkan tidak layak operasi, dapat
untuk Toyota sendiri. Toyota mengakibat kecelakaan di
merupakan industri manufacture, jalan dan memengaruhi
berhadapan dengan bahan baku yang kualitas muatan. Untuk
mudah rusak, cacat, bahkan berkarat indikator ini, PT. TMMIN
jika tidak ditangani dengan memasang target sebesar 0
perlengkapan yang memadai. case.
3. KPI Route Achievement:
Pengukuran (Measurement) indikator ini menunjukkan
Pengukuran harus dilakukan pencapaian partner logistik
untuk mengetahui sejauh apa dalam memenuhi rute
perbaikan yang telah dicapai dan operasional hariannya.
berapa besar sisa masalah yang masih Indikator ini menilai
harus diselesaikan. Pengukuran ini keberhasilan tidaknya partner
dilakukan VPLD dalam menilai logistik untuk mencapai target
kinerja para partner logistik. (pemasok) dalam satu rute. Di
Penerapan prinsip ini dinyatakan samping itu, indikator ini juga
dalam bentuk Key Performance mencatat extra delivery yang
Indicator (KPI). terjadi di luar rencana bagi
Key Performance Indicator setiap parnet logistik.
(KPI) adalah satu set ukuran Indikator ini akan
kuantitatif yang digunakan memberikan hasil bagi setiap
perusahaan atau industri untuk partner logistik yang tidak
memenuhi target rutenya. plant Karawang 1 untuk ditinjau lebih
Untuk indikator ini, PT. lanjut.
TMMIN memasang target Cara kinerja dari sistem ini
100% untuk route adalah ketika truk datang ke PT.
achievement dan 2% untuk TMMIN, maka driver truk harus
extra delivery. melaporkan diri dengan
4. KPI Punctuality: indikator ini menempelkan kode barcode ke
menunjukkan ketepatan sistem yang terintegrasi dengan
waktu partner logistik dalam receiving monitory system. Setelah itu
menjemput komponen hingga sistem akan mengelompokkan
sampai di PT. TMMIN. kedatangan truk ini ke dalam empat
Indikator ini merupakan kategori: Advanced, On Time, Delay,
rangkuman dari monitoring dan Remaining. Advanced, adalah
route visualization harian. situasi ketika truk datang ke PT.
Untuk indikator ini, PT. TMMIN lebih cepat dari waktu yang
TMMIN memasang target dijadwalkan. Menurut Pak Jum,
sebesar 98%. kondisi seperti ini tidak dapat
dikatakan baik atau menguntungkan
Perbaikan karena akan terjadi penumpukan truk
Salah satu upaya yang dilakukan di bagian receiving area, sehingga
VPLD untuk tetap melakukan akan mengganggu akses jalan dan
perbaikan dalam kegiatan penumpukan komponen yang akan
operasionalnya, khususnya dalam diproduksi. On Time adalah situasi
memantau ketepatan waktu dari para ketika truk datang ke PT. TMMIN
partner logistik adalah dengan tepat waktu sesuai dengan yang
membuat Receiving Monitory System dijadwalkan. Toleransi keterlambatan
(RMS) Receiving Monitory System yang masih dapat dikategorikan
adalah sistem yang berfungsi untuk dalam On Time adalah 15 menit.
memantau ketepatan waktu partner Selanjutnya, kategori Delay adalah
logistik. Sistem ini akan mencatat jam situasi ketika truk datang ke PT.
kedatangan dan keberangkatan TMMIN pada waktu yang melebihi
partner logistik, dari batas toleransi di kategori On
mengelompokkannya ke dalam Time.
beberapa status, dan menjumlahkan Situasi ini akan memberikan
total truk menurut kelompok dampak langsung ke proses produksi.
statusnya. “kan kita ini basisnya just in time,
RMS memudahkan VPLD dalam kalau komponen terlambat datang kan
mengontrol dan mengevaluasi partner produksi jadi terhambat karena part
logistik dalam proses pengiriman yang dibutuhkan pada saat itu, yang
komponen-komponen berdasarkan seharusnya sudah datang, tidak ada.
ketepatan waktunya. Namun sistem Bahkan fatalnya, bisa-bisa proses
ini masih dalam proses produksi berhenti.” (Wawancara,
penyempurnaan, tetapi sudah dalam Jumiyo, 26 Februari 2019). Setelah
masa percobaan. Sistem ini baru itu, pada box kuning terdapat kategori
diaplikasikan dan diuji coba pada Remaining yang menunjukkan sisa
truk yang belum datang pada hari terobosan baru ditemukan, khususnya
tersebut. di divisi logistik. Penerapan sistem
Receiving Monitory System ini just in time di divisi logistik sudah
dalam tahap percobaan dan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
penyempurnaan sehingga masih ada.
dalam lingkup plant Karawang 1. Dari segi prinsip penyederhanaan
Perbaikan yang diharapkan, (simplification), VPLD PT. TMMIN
berdasarkan evaluasi dari plant telah mengaplikasikan milk run
Karawang 1, sistem ini bisa sebagai bentuk lain dari pengiriman,
terintegrasi dengan plant yang ada di di samping pengiriman secara
Karawang 2 dan Sunter. Selain langsung. Pengaplikasian milk run
berintegrasi dengan antar-plant, adalah salah satu bentuk
sistem ini juga bisa terintegrasi penyederhanaan bagi divisi logistik
dengan pihak partner logistik agar dalam kegiatan operasionalnya.
bisa mengontrol dan memantau Sedangkan untuk prinsip
proses pengiriman yang dilakukan kerapian dan keteraturan (cleanliness
oleh pihaknya sendiri. Salah satu and orderliness), VPLD PT. TMMIN
alasan mengapa sistem ini diuji berhasil menerapkannya dengan
pertama kali di Karawang 1 karena membuat jadwal kedatangan dan
plant ini merupakan plant terbesar di keberangkatan bagi setiap truk
antara plant yang ada di Indonesia sehingga tidak terjadi penumpukan
dan memproduksi kendaraan, baik truk di dock. Setiap truk yang datang
dalam bentuk CBU maupun CKD, ke PT. TMMIN dan berangkat dari
untuk kebutuhan domestik dan PT. TMMIN sudah diatur jamnya
ekspor. Di samping itu, frekuensi oleh divisi logistik demi menciptakan
mobilitas pergerakan logistik paling layout pabrik yang teratur dan rapih.
tinggi ada di plant Karawang 1 karena Untuk prinsip kejelasan
merupakan pabrik pertama PT. (visibility), VPLD PT. TMMIN sudah
TMMIN. mengaplikasikannya dengan baik.
Pengaplikasiannya dengan
Kesimpulan melakukan briefing setiap hari untuk
Berdasarkan hasil penelitian dan internal VPLD, sebelum memulai
pembahasan pada bab sebelumnya, kegiatan kerja. Di samping itu, VPLD
kegiatan operasional VPLD PT. secara berkala mengadakan
TMMIN telah menerapkan prinsip- pertemuan dengan para partner
prinsip Just in Time: penyederhanaan, logistik untuk membahas jadwal
kerapian dan keteraturan, kejelasan, pengiriman komponen pada bulan
waktu siklus, kecerdasan, berikutnya.
pengurangan variasi, dan Selanjutnya untuk prinsip waktu
pengukuran. Setelah menerapkan ke- siklus (cycle time), VPLD PT.
7 prinsip JIT, kegiatan operasional TMMIN tidak menetapkan rentang
VPLD menjadi lebih efektif dan waktu yang pasti dalam proses
efisien. VPLD PT. TMMIN unloading. Namun menurut hasil
menerapkan metode JIT dengan baik wawancara, perkiraan waktu bersih
dan secara terus-menerus membuat yang dibutuhkan kurang lebih tiga
perbaikan sehingga bermacam puluh menit. Lama waktu proses
unloading tergantung dengan 1. Untuk PT. TMMIN dalam
material atau komponen yang dibawa. membina hubungan jangka
Untuk prinsip kecerdasan panjang yang lebih baik
(ability), VPLD PT. TMMIN terus dengan pihak partner logistik,
melakukan observasi dengan lebih meningkatkan intensitas
melakukan genba (datang langsung pelatihan dan responsif
ke lapangan) untuk melihat secara terhadap keluhan dan saran
langsung kondisi di lapangan dan dari pihak partner logistik
mencari solusi alternatif bagi sehingga mereka bisa
permasalahan yang ditemukan meningkatkan performa
Untuk prinsip pengurangan pelayanan jasanya dan
variasi (variation reduction), VPLD mengimbangi ritme dan cara
PT. TMMIN tidak mengambil resiko PT. TMMIN dalam
untuk mengurangi atau menurunkan beroperasional.
standar pengamanan material dalam 2. Untuk peneliti selanjutnya,
proses pengiriman, meskipun supaya membangun
memerlukan biaya tambahan. Hal ini kepercayaan dengan para
dilakukan karena material bersifat calon narasumber sehingga
rentan untuk rusak atau jatuh selama mempermudah peneliti untuk
proses pengiriman sehingga akan memperoleh alternatif data
mempengaruhi kualitas dari material dan calon narasumber yang
tersebut. bersedia untuk diwawancarai.
Untuk prinsip pengukuran DAFTAR PUSTAKA
(measurement), divisi logistik PT. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
TMMIN mengaplikasikannya dengan Penelitian Suatu Pendekatan
membuat Key Performance Indicator Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
(KPI) yang berisi penilaian dan
evaluasi dari performa setiap partner Ballou, Ronald H. 2004. Business
logistik. Logistics/Supply Chain
Kendala atau hambatan yang Management Planning,
terjadi dalam implementasi JIT Organizing, and
adalah missed efficiency dalam Controlling the supply Chain
memaksimalkan volume kontainer, (Fifth Edition). Australia:
missed communication dengan para Pearson Education.
partner logistik, situasi overflow,
kondisi jalan dan cuaca, seperti Bowersok, Donald J. 2006.
kecelakaaan truk logistik dan Manajemen Logistik Jilid
kemacetan, dan komponen yang cacat 1 (ahli bahasa: A. Hasyim
saat sampai di dock pabrik. Ali). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari Carter, Wiliam & Milton F Usry.
hasil penelitian ini, dapat 2006. Jilid 1. Cost Accounting
dikemukakan beberapa saran (Akuntansi Biaya). Terjemahan.
sehubungan dengan penerapan Jakarta: Salemba Empat.
prinsip-prinsip Just in Time (JIT):
Christopher, Martin. 2015. Logistics Heizer, Jay & Barry Render. 2008.
and Supply Chain Manajemen Operasi (Buku I).
Management. Harlow: FT Jakarta: Salemba Empat.
Publishing.
Martono, Ricky. 2015. Manajemen
Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Logistik Terintegrasi. Jakarta: PPM
Rumasari Hadi.
2005. Manajemen Logistik: Miles, Mattew B. & Amichael
Pedoman Praktis Bagi Huberman. 2007. Analisis Data
Sekretaris dan Staf Kualitatif Buku Sumber
Administrasi. Jakarta: Tentang Metode-Metode Baru
Grasindo. (Tjetjep Rohendi, Penerjemah).
Jakarta: Universitas Indonesia.
Feprianto, Muhammad. 2018.
Analisis Implementasi Konsep Moleong, L. J. 2007. Metodologi
Just in Time Dalam Persediaan Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Bahan Baku (Studi Kasus pada Rosdakarya
Ud. Ultra Mas Malang)
(Skripsi tidak dipublikasikan). Monden, Yashuhiro. 2000. Sistem
Jurusan Administrasi Bisnis, Produksi Toyota: Suatu
Fakultas Ilmu Administrasi, Ancangan Terpadu untuk
Universitas Brawijaya. Penerapan Just in Time. Buku
Kedua. Penerjemah: Edi
Gaspersz, Vincent. 2004. Production Nugroho. Jakarta: PPM.
Planning and Inventory
Control. Jakarta: PT. Gramedia Mulyadi. 2001. Akuntansi
Pustaka Umum. Manajemen, Konsep, Manfaat,
dan Rekayasa. Universitas
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Gajah Mada.
Produksi. Yogyakarta: Graha
Ilmu Nana, Syaodih, Sukmadinata. 2011.
Metode Penelitian Pendidikan.
Greener, Sue. 2008. Busines Bandung: PT. Remaja
Research Methods. Dr. Sue Rosdakarya
Greener & Ventus Publishing
Aps. Nurdin ZH, S.H. 2015. Perencanaan
Pengelola Persediaan Bahan
Hansen, Don R. & Maryanne M. Baku penolong Rokok Sigaret
Mowen. 2009. Buku Kretek Mesin dengan
1.Manajerial Accounting Pendekatan Just in Time (Studi
(Akuntansi Manajerial). Kasus: PT. Cakra Guna Cipta
Terjemahan. Jakarta: Salemba Malang). Jurnal Rekayasa dan
Empat Manajemen Sistem Industri
Universitas Brawijaya (UB),
III, 443-452.
Ohno, T. (1988). Toyota Production Sugiarto. 2017. Metodologi
System: Beyond Large-Scale Penelitian Bisnis.
Production Productivity Press. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jepang: ISBN 978-0-915299-
14-0. Tunggal, Amin Widjaja.
2009. Manajemen Logistik dan
Sekaran, U., & Bougie, R. 2013. Supply Chain Management
Metodologi Penelitian untuk (Manajemen Rantai Pasokan).
Bisnis (Edisi 6). Jakarta: Jakarta: Harvarindo.
Salemba Empat
Witjaksono, Armanto. 2013.
Serang, Serlin. 2011. Implementasi Akuntansi Biaya. Yogyakarta:
Just in Time dan Pengaruhnya Graha Ilmu
Terhadap Kinerja Operasional
dan Kinerja Perusahaan
Manufaktur di Kota Makassar
(Studi Kasus pada Kawasan
Industri Makassar) (Disertasi
Doktor, Universitas
Brawijaya). Diakses dari
http://digilibfeb.ub.ac.id/inlislit
e3/uploaded_files/temporary/D
igitalCollection/OTdmNGNkM
GZhZmQxMjk4NmY0MDY1
YzdmODlhZTAzY2QzNTFjM
TVkNg==.pdf.

Siagian, Yolanda M. 2005. Aplikasi


Supply Chain Management
dalam Dunia Bisnis. Jakarta:
Grasindo

Siahaya, Williem. 2012. Manajemen


Pengadaan. Bandung:
Alfabeta.

Sinulingga, Sukaria. 2013.


Perencanaan dan
Pengendalian Produksi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitatif & RND.
Bandung: Alfabeta
28

Anda mungkin juga menyukai