1
Pieter A. Napitupulu, Setialah Sampai akhir Jakarta, Gereja Penyebaran Injil, 2002 Hlm.63
Seiring dengan perkembangan GPI, maka sangat dianggap perlu dibentuknya
sebuah Sekolah Alkitab untuk menghasilkan hamba-hamba Tuhan dan membuka sidang
jemaat baru sebagaimana telah dilakukan oleh pendirinya (Oom Tan). Puji Tuhan!
Akhirnya pada tanggal 11 April 1970 berdirilah sebuah sekolah Alkitab bernama
“Sekolah Alkitab Penyebaran Injil (SEAPIN).
Karena sejak semula Oom Tan mengandalkan pelayanannya kepada Roh Kudus,
maka sejak angkatan pertama Roh Kudus sudah bekerja dan di antara siswa/siswi
dipakai Tuhan baik untuk bernubuat atau melihat penglihatan. Menurut cerita mantan
siswa angkatan pertama dan kedua, suatu ketika Pdt. Suniti Jaritan Jaya sedang
mengajar. Dia melihat (dalam penglihatan) ada seekor ular dan penglihatan tersebut
disampaikan kepada siswa/siswi. Secara spontan beberapa murid naik ke atas kursi dan
meja, sebab mereka mengira benar-benar ada ular yang masuk ke kelas. Itulah akibat
kurang paham / mengerti, seperti yang Yesus katakana : “Kamu sesat, sebab kamu tidak
mengerti kitab suci maupun kuasa Allah.” (Matius 22:29).
SEAPIN berdiri dan berjalan benar-benar hanya oleh kasih Allah, tanpa
mendapat bantuan dari lembaga apapun. SEAPIN selalu berjalan tanpa mendapat
bantuan dari lembaga apapun. SEAPIN selalu berjalan dengan kesederhanaan. Siswa /I
pada waktu itu tidak dipungut biaya, dan seluruh pengeluaran SEAPIN seperti biaya
transport guru, anggaran belanja makan, pembangunan dan sebagainya ditanggung oleh
keluarga Tanuwidjaja. Semua ini merupakan beban yang cukup berat yang harus dipikul
oleh Ibu Maryam Wijaya ( Tante Tan). Setelah melayani sepenuhnya, Oom Tan tidak
mau tahu soal bisnisnya, angkutan umum, toko dan bioskop.
Organisasi gereja hanya karena disyaratkan. Sedemikian jauh lembaga pelayanan
tidak menjadi kendala dan juga bukan sasaran, walaupun terus mendapat tekanan dari
Gembala dan Majelis Daerah (pada waktu itu), hamba-Nya tetap berhubungan dengan
gereja tersebut, terbukti baptisan air dan penerbitan surat baptisannya dikeluarkan gereja
tersebut.
Kerjasama dengan berbagai gereja dan yayasan lainpun semakin meluas, bahkan
sampai keluar negeri; terbukti dengan banyaknya kunjungan dari mancanegara, kiriman
pakaian dan sebagainya yang masih layak pakai, piringan hitam dengan playernya,
traktat /majalah/buku, dan sebagainya.
Banyak jiwa yang dibaptis mereka ingin tetap dilayani di bawah koordinasi
hamba-Nya (yang saat itu karena diwajibkan ganti nama, memilih nama Jonatan Nuh
Tanuwidjaja), yang kemudiaN popular dengan sebutan Oom Tan hingga saat ini. Gereja
yang semula membaptis dan menerbitkan surat baptisan akhirnya tidak bersedia lagi,
sementara jiwa-jiwa terus bertambah dan situasi politik pada waktu itu menuntut
legalitas hukum.
Diwarnai jiwa taktis dan praktisnya, Oom Tan pergi sendiri ke kantor
Departemen Agama Republik Indonesia di Jakarta dengan hanya bermodal Akta Notaris
Jajasan Penjebaran Indjil. Kantor agama menjelang tutup, namun Oom Tan tidak mau
beranjak pulang sebelum diterbitkan minimal secarik kertas surat keterangan.
Maka di penghujung jam kantor di hari Kamis tanggal 21 Agustus 1967 tersebut,
terbitlah Surat Keterangan Departemen Agama Republik Indonesia tentang berdirinya
Gereja Penjebaran Indjil, yang hingga saat ini diperingati sebagai hari lahirnya Gereja
Penyebaran Injil (secara organisasi).2
Oleh kemurahan Tuhan, Gereja Penyebaran Injil telah berkembang hingga
sekarang telah berdiri 435 gereja lokal di seluruh Indonesia. Walaupun Pendiri telah
berpulang ke rumah Bapa di Surga, namun para penerusnya setia melanjutkan visi dan
misi Pendahulunya hingga sekarang.
2
Ibid. hlm.74
1) Fasilitator yang ber misi/visi kesatuan
2) Hubungan saling percaya dan ingin memberi
3) Berasal dari pelayanan bervisi & identitas jelas
4) Terfokus pada sasaran & strategi, bukan struktur
5) Sasaran jelas, rencana terinci & komunikasi terencana
6) Dimulai dari persamaan hingga memanfaatkan perbedaan
7) Doa dan makan-bersama, sebagai pengikat kebersamaan
5. Spesifikasi Gereja Penyebaran Injil
“Penggerak Kerasulan dan Kenabian”
6. Motto Gereja Penyebaran Injil :
“Setia sampai akhir”3
3
Garis Besar Program Kerja 2010-2015 Gereja Penyebaan Injil Jakarta, 2010, hlm.1