Anda di halaman 1dari 9

SANG VISIONER, ABRAHAM ALEX TANUSEPUTRA

Abraham Alex Tanuseputra adalah gambaran pelayan Tuhan yang sujud menyembah
Tuhan, Ia diam, menerima, dan siap menjalankan visi yang Tuhan berikan kepadanya. Visi
adalah sebuah impian atau gambaran nyata ke depan. Visi adalah suatu ihwal melihat,
mendapat persepsi tentang sesuatu yang imajinatif, dan memadukan pemahaman mendasar
tentang situasi masa kini, dengan pandangan yang menjangkau jauh kedepan. Visi
menunjukan suatu pandangan ke masa depan yang diinginkan dan dipikirkan. Alex adalah
penerima dan pelaku visi Tuhan. Ia berdiri tegar dalam visi dan memeluk visi Tuhan. Ia
bukan saja melaksanakan visi tersebut, melainkan juga menjaganya agar visi yang diberikan
Tuhan kepadanya tetap murni. Alex menyadari visi dari Tuhan hanya bisa dikerjakan
bersama dengan Tuhan. Ini adalah pekerjaan Tuhan yang Tuhan kerjakan melalui dirinya.
Roh Tuhan yang tinggal dalam dirinya, Roh yang di jumpainya dalam perjumpaan pribadinya
dengan Tuhan, menumpuknya untuk mengerjakan visi yang Tuhan letakkan dalam dirinya

Abraham Alex Tanuseputra lahir pada 1 Juni 1941 di Mojokerto, Jawa Timur. Dia
lahir di tengah-tengah keluarga yang mengasihi Tuhan. Orangtuanya, Tan Ping An dan Lena
Tan dan dikaruniai empat orang anak yang semuanya laki-laki, yaitu Prof. Hamiadji
Tanuseputra, Pdt. Alex Tanuseputra, Tjondro Tanuseputra, dan Bambang Tanuseputra.
Ayahnya seorang apoteker yang mempunyai apotek sendiri yaitu Apotek Salamander, yang
juga memproduksi obat batuk ( OBH ) dan saleb kulit. Apotek Salamander adalah apotek
pertama di Mojokerto. Ibunya selain sebagai pengusaha juga sebagai pelayan Tuhan yang
banyak menabur dan membangun banyak gereja di Mojokerto.

Pada tahun 1954, ayahnya meninggal pada usia yang masih cukup muda, yaitu 43
tahun. Alex merasa kehilangan figur ayahnya dan mengalami kekosongan jiwa dan harus
belajar menjadi ayah bagi adik-adiknya. Setelah menerima Tuhan Yesus dan Juruselamatnya
secara pribadi, Alex menemukan sosok ayah baru yaitu Tuhan Yesus. Inilah titik balik
hidupnya. Tuhan Yesus membimbing, menjaga, dan memelihara dirinya hingga bertumbuh.
Secara akademis Alex kurang menonjol, bahkan pernah tidak naik dua kali. Namun bakat
leadershipnya terlihat dari kecil. Alex juga belajar bisnis dari orangtuanya, ia memproduksi
Aquades sebagai campuran injeksi. Saat itu penjualan Aquades sangat baik.
NAZAR MENJADI HAMBA TUHAN

Abraham Alex Tanuseputra mengalami kejadian yang menjadi momentum dalam


kehidupan iman dan panggilannya. Pada saat itu ia berencana menguji kecepatan mobil
dengan seorang teknisi dan mengalami gangguan mesin. Hal itu mengganggu konsentrasinya
dalam mengemudikan mobil sehingga tanpa disadari telah menabrak seorang anak berusia 11
tahun. Anak itu mengalami koma dan orangtuanya sangat marah, jika anak itu sampai
meninggal maka nyawa harus dibayar dengan nyawa. Hal ini membuat Alex sangat ketakutan
dan bersembunyi di Gereja Bethel Injil sepenuh Mojokerto. Saat itu ia bertemu dengan
seorang hamba Tuhan bernama Christ Da Costa yang kebetulan sedang berada di sana dan
mengajaknya berdoa. Mereka berdoa supaya anak itu diberi kehidupan oleh Tuhan. Saat itu
Alex menyadari bahwa keselamatannya ada di tangan Tuhan. Alex mengalami kelahiran baru,
ia tahu tujuan hidupnya adalah surga. Nazar untuk melayani Tuhanpun dibuktikannya. Dan
mujizat kedua terjadi, anak yang berumur 11 tahun itu sembuh karena mujizat Tuhan.
Semenjak itu Alex sepenuhnya melayani Tuhan.

PELAYANAN DI MOJOKERTO

Pada tahun 1965 Alex memulai pelayannannya pada sebuah penjara di Mojokerto.
Banyak tahanan politis di penjara itu dan banyak yang mengalami kekosongan jiwa. Alex
bermain akordeon dan menjadi konselor. Tujuan utama pelayanan Alex adalah memenangkan
mereka bagi Kristus. Ia memutuskan melayani Tuhan sepenuh waktu. Dia mendapat
tantangan dari keluarganya. Tapi tekadnya sudah bulat, bahkan ia mengorbankan hartanya
untuk pekerjaan Tuhan. Alex mendirikan gereja di Jalan Letkol Sumardjo Mojokerto. Ibunya,
Lena Tan, mendukung sepenuhnya pelayanan anaknya di gereja yang didirikan anaknya.

Alex selalu berusaha mengembangkan dirinya supaya selalu menjadi lebih baik. Dia
bersama kelompok pelayanannya sering mengunjungi Pendeta Poo Hwan Sing dan Pendeta
Gersom Sutopo di Surabaya untuk belajar dengan menumpang sebuah truk. Perjuangan ini
tidak ternilai harganya, sehingga ia bergumul untuk menerima pelayanan di Surabayai
sebagai wadah pelayanannya. Keluarga Betania merupakan gambaran keluarga yang dikasihi
Allah. Alex juga mengalami peperangan dengan alam roh.

Alex mengorbankan seluruh hartanya untuk pelayanan dan mendirikan banyak gereja. Pada
tahun 1974 ia mulai menuai taburannya meskipun masih menjadi sopir.
Untuk memenuhi panggilan Tuhan Alex harus keluar dari zona nyaman, hijrah ke
Surabaya. Di Surabaya mereka ditampung oleh Om Tyos seorang Gembala Gereja Bethel di
Jalan Ngagel Wasana. Mereka sekeluarga tinggal dalam satu kamar. Kehidupan sederhana
mereka jalani, bahkan Yenny istri Alex berusaha membantu perekonomian keluarga dengan
menjual bedak dingin terbuat dari kulit telur dan membuat buntil dari daun talas. Alex
menjadi sopir angkot jurusan Surabaya-Mojokerto.

Pada suatu saat, Alex dipanggil pamannya karena suatu urusan yang mereka tidak
bisa selesaikan yaitu menjual sebuah rumah peninggalan kakeknya. Alex berhasil menjualkan
rumah itu dan berhasil mendapatkan keuntungan dari penjualan rumah tersebut. Roda
ekonomi mereka seketika membaik. Lagi-lagi pengalaman di Mojokerto terulang. Mereka
berikan harta mereka untuk membangun gereja yang sekarang disebut gerejaManyar Rejo
II/4.

Bersama Christ Da Costa mereka merintis gereja tersebut. Jumlah anggota gereja
semakin hari semakin bertambah. Pada tahun 1978 Gereja Bethel Indonesia Bethany lahir.
Alexbergabung dalam Sinode Gereja Bethel Indonesia yang memiliki sifat gereja lokal
otonom. Visi yang diterima Alex adalah ketaatan akan tuntunan Roh Kudus. Tuhan
menyatakan kuasaNya kepada mereka yang terus bertekun dalam doa dan menambahkan
jiwa-jiwa yang diselamatkan.

Alex mendapat kesempatan berkeliling dunia di sejumlah negara untuk melihat pertumbuhan
dan corak gereja di sejumlah gereja. Akhirnya Alex menyatukan ke dalam empat doktrin
yang menjadi dasar dan pola pengajaran bagi jemaat Bethany yaitu dengan tuntunan Roh
Kudus membungkus seluruh ajaran tentang Keselamatan, Doktrin Roh Kudus, Kesembuhan
Ilahi dan Berkat, serta Kedatangan Tuhan Yesus Kedua Kali. Keempat pilar ini yang
menjamin keseimbangan pengajaran yang sehat dalam tubuh Kristus dan membangun jemaat
yang dewasa rohani. Keempat pilar ini yang dibukukan menjadi kurikulum Sekolah Orientasi
Melayani yang didirikan pada tahun 1986.

GEREJA GUDANG

Pertumbuhan GBI Bethany Manyar sangat pesat. Jemaat tidak hanya beribadah tetapi
juga terlibat dalam pelayanan. Kekuatan visi ‘Successful Bethany Family’ sangat dirasakan.
Alex semakin menyala-nyala dalam pelayanan dan mendorong jemaat untuk aktif melayani.

Membangun Gereja Graha Bethany Nginden


Pada tahun 1987 alex menjalankan visi pembangunan Graha Bethany Nginden,
dengan kapasitas 20.000 orang. Namun tidak mudah menyampaikan visi ini kepada para
diaken, bahkan sampai ada yang keluar. Ada juga yang mengatakan sampai matipun gereja
itu tidak akan pernah bisa dibangun. Tantangan dari luar juga terus menerus terjadi. Demo
demi demo terus terjadi di area pembangunan gereja di Jalan Nginden Intan Timur ini.
Dengan demikian secara birokrasipun menjadi sulit. Bahkan dari para hamba Tuhan juga
banyak yang menentang.

Tuhan memberikan hikmat kepada Alex, yaitu mendatangi semua rohaniawan unuk
melakukan pendekatan dan mencium tangan mereka.Dengan mengandalkan Tuhan akhirnya
visi yang diinginkan selama 13 tahun terwujud. Kuasa Tuhan jauh melebihi dari kuasa
apapun.

MENGEMBANGKAN KE KANAN DAN KE KIRI

Hikmat Tuhan memberikan karunia kepandaian kepada Alex. Dia meperoleh gelar
honoris causa yaitu Doctor of Philosophy dari International Christian University, USA atas
disertasinya “Hak dan Kuasa Mencipta oleh Orang ercaya dan Lahir Baru”. Hal ini penting
bagi Alex karena dia memulai Gereja Bethany dengan pendidikan yaitu SOM, FA, dan STT
Bethany. Hatinya diberikan kepada dunia pendidikan agar jemaat Tuhan semakin hari hari
semakin mengetahui pengetahuan yang Allah berikan kepada umatNya.

Alex adalah sosok yang visioner. Ia melihat visi ke depan untuk melakukan pengembangan
“ke kanan dan ke kiri”. Pada awal 1989, GBI Bethany mulai membuka cabang :

 Wilayah Indonesia Barat dipimpin oleh Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo.


 Wilayah Indonesia Tengah dipimpin oleh Pdt. Yusak Hadisiswantoro, S.E.
 Wilayah Indonesia Timur dipimpin oleh Pdt. Ir. Timotius Arifin.

Pujian dan penyembahan menjadi cirikhas GBI Bethany dengan mengandalkan pimpinan
Roh Kudus dan membiarkan hadirat Tuhan mengalir. Ibadah tidak lagi liturgis tetapi
mengalir sesuai tuntunan Roh Kudus. Hal inilah yang mendasari kerinduan Alex untuk
melihat jemaat lebih akrab dengan Roh Kudus.

Alex juga menerima nubuatan akan terjadi pelipatgandaan. Pada saat Gereja Bethany Manyar
hampir selesai, Alex menerima visi untuk membangun Gereja Graha Bethany Nginden.
KEPUTUSAN SINODE GBI DAN PERTUMBUHAN GBI BETHANY

Pada tahun 1997, Sinode GBI mengeluarkan keputusan bahwa nama gereja lokal
harus ditanggalkan diganti dengan nama jalan dimana gereja itu berdiri. Dengan demikian
gereja lokal akan disebut dengan nama GBI disertai dengan nama jalan atau nama tempat
dimana gereja itu berada. Keputusan ini membawa kerumitan bagi jemaatlokal yang telah
besar, seperti Bethany.

Sebagai Gembala Sidang GBI Bethany, yang merupakan bagian dari Sinode GBI alex
tidak mau tinggal diam dan tetap menjalankan visi dari Tuhan untuk mengembang ke kanan
dan ke kiri. Jika dibandingkan dengan keputusan sinode hal terpenting bagi Alex adalah visi
Tuhan. Semangat penuaian terungkap dalam :

SKGI 1997 ‘Tuailah Generasimu’

SKGI 1998 ‘NyatakanlahKemuliaanNya di antara Generasimu’

SKGI 1999 ‘Satukan Generasimu’

SKGI 2000 ‘Pertunangkan Generasimu’

November 2000 menjadi saksi keajaiban Allah dalam iman yang percaya. Seminar
Pelipatgandaan Gereja Internationaldilangsungkan di tempat baru Graha Bethany Nginden
dengan pembicara : Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, Pdt. Ir.
Timotius Arifin, Rev. Tommy Tenney, dll. Tuhan berkarya dalam hidup Alex. Tidak ada
yang lebih hebat yang dapat menggantikan keintiman dengan Tuhan.

Keputusan GBI menjadi batu sandungan bagi pelayanan yang Tuhan berikan kepada
Bethany. Pada tahun 2000 GBI kembali meneguhkan keputusan tahun 1997 untuk
menanggalkan namagereja lokal. Pada tahun 2002 GBI Bethany wilayah barat dan timur
mengikuti ketetapan sinode menanggalkan nama gereja lokal dan menanggalkan pula
‘Succesful Bethany Families’ hanya Bethany wilayah tengah yang tetap menggunakan nama
gereja lokal.

PENDIRIAN SINODE GEREJA BETHANY INDONESIA


Alex adalah hamba Tuhan yang fokus pada tuntunan Roh Kudus. Ia tetap
mempertahankan visinya ‘penuaian’. GBI Bethany Indonesia berdiri pada Januari 2003 di
Surabaya. Tema tahun 2003 adalah “The Mighty God” ( angin yang dahsyat), yang
mengungkapkan kerinduan mendalam para hamba Tuhan di GBI Bethany Indonesia dikuasai
angin Roh Kudus untuk melakukan pekerjaan yang dahsyat di bumi dengan berbagai mujizat
dan tanda heran untuk kemuliaan namaNya. Setelah melewati proses panjang, pada tanggal
16-18 September 2003, Sidang Raya I Gereja Bethany Indonesia digelar di Graha Bethany
Nginden, Surabaya. Sidang raya ini memutuskn Pdt. Abraham Alex Tanuseputra sebagai
Ketua Umum Sinode.Sinode Gereja Bethany ini resmi melalui SK. Dirjen Bimas Kristen
Departemen Agama RI No. DJ/Kep/HK 00.5/158/2003 pada tanggal 17 Januari sebagai
sinode tersendiri.

Hal yang telah dilakukan Alex dalam melaksanakan visi Tuhan adalah pekerjaan yang
terbaik dalam hidupnya. Tidak dengan kekuatannya sendiri tetapi dengan tuntunan Roh
Kudus. Dia tidak hanya seorang yang visioner tetapi juga seorang pembimbing.

Alex adalah orang yang rendah hati, oleh karenanya mempunyai banyak teman.
Pentecostal World Fellowship ( PWF ) meminta supaya diadakan konferensi gereja-gereja
Pentakosta di dunia diadakan di Bethany Nginden pada tanggal 17-20 Juli 2007 dengan tema
Impartasi untuk Mempengaruhi Dunia. Acara ini dimanfaatkan sekalian dengan SPGI ke 12
yang dihadiri oleh hamba Tuhan seluruh Indonesia dan jemaat dari gereja lain sehingga
merupakan kesempatan yang luar biasa untuk pembelajaran tentang perkembangan berbagai
persoalan Gereja Pantekosta. PWF telah mengutip pengakuan iman yang melintasi batas
denominasi.

MENABUR DAN MENUAI

Pada tahun 2008 Gereja Bethany Indonesia menggemakan tema “Harvest Time”.
Kerajaan Surga memiliki sistem yang berbeda dengan sistem kerajaan dunia. Masing-masing
orang menerima berkat Tuhan berdasarkan kemampuan dan kesanggupannya. Kerjakan
segala sesuatu dengan tekun dan rajin sehingga sehingga Tuhan melipatgandakan berkatnya.

METODE PENGGEMBALAAN ABRAHAM ALEX TANUSEPUTRA

 Tubuh Lemah Roh Kuat


 Kesatuan Hati
 Penggembalaan bergantung pada Doa
 Penggembalaan dalam Pimpinan Roh Kudus

Kesimpulan: Pengurapan Tuhan menguatkan dirinya. Ia tidak berani melakukan


apapun tanpa pengurapan Tuhan. Baginya, pengurapan Tuhan merupakan dasar untuk
melangkah dalam pelayanan. Urapan Tuhan menumbuhkan keberanian baginya untuk
melangkah dalam hal-hal yang lebih besar.
RESENSI BUKU

SANG VISIONER

Disusun Oleh:
Trivenna Vivian Hataul
Nim :

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BETHANY SURABAYA


2014

Anda mungkin juga menyukai