Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH FISIKA DALAM INTERDISIPLIN ILMU


“Konsep Pendekatan Pemecahan Masalah (Mono-multi-Inter-Trans disiplin)”
DOSEN PENGAMPU :
Satria Mihardi, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
KELOMPOK B

1. Desri Saragih (4202321002)


2. Jessika Tania Buta-Butar (4202421027)
3. Tara Amalya (4203121033)

PSPF 2020 B
PRODI S-1 PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayahnya, tugas Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini di disusun untuk
melatih keraktifitas para Mahasiswa. Semoga Makalah yang telah Kami selesaikan ini dapat
dinilai dengan baik. Dalam Makalah ini diadakan pembahasan mengenai yang dapat
mendukung dalam kegiatan Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu menjelaskan tentang
pembelajaran fisika mengenai Konsep Pendekatan Pemecahan Masalah (Mono-multi-Inter-
Trans disiplin).

Pada kesempatan ini Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak
Satria Mihardi, S.Pd., M.Pd selaku Dosen pengampu yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat membuat
makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan pembaca.

Medan , 1 September 2022

Penulis
Kelompok B

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.3 Manfaat .................................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
2.1 Pendekatan Monodisipliner ................................................................................................... 5
2.2 Pendekatan Multidisipliner .................................................................................................... 6
2.3 Pendekatan Interdisipliner ..................................................................................................... 8
2.4 Pendekatan Transdisipliner.................................................................................................. 10
BAB IV ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP ..................................................................................................................................... 12
3.1Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
3.2 Saran .................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu ciri kehidupan di era global dan digital saat ini adalah kompleksitas
persoalan. Misalnya ketika berbicara tentang kebersihan maka tidak hanya bisa diselesaikan
dari aspek agama melalui dakwah dan khotbah, tetapi juga memerlukan ilmu lain seperti
kesehatan, lingkungan, ekonomi, social dan lain sebagainya. Maka watak dari era digital
multidisiplin bahkan interdisiplin dan juga transdisiplin. Salah satu bentuk usaha problem
solving untuk menjawab permasalahan global diatas adalah pembelajaran dengan pendekatan
inter-multi-trans-disipliner. Pembelajaran inter-multi-trans-disipliner itu bersifat fleksibel dan
mampu menjangkau hampir seluruh subyek pengetahuan. Sehingga, kesempatan untuk
mendapatkan solusi dari beragam permasalahan dalam ilmu social dan sains semakin terbuka
dan lebih efektif. Sebagai suatu keunggulan pengetahuan multidisipliner, interdisipliner
bahkan transdisipliner sangat dibutuhkan untuk mengakselerasi pembangunan di segala
bidang karena studi-studi miltidisipliner, interdisipliner dan juga transdisipliner lebih utuh dan
juga integrative, sangat terbuka terhadap perkembangan terbaru dari perkembangan ilmu
pengetahuan, metedologi, dan juga kemungkinan besar akan melahirkan hibrida-hibrida ilmu
pengetahuan baru.

1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas rutin mata kuliah Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu.
2. Untuk mengetahui bagaimana Pendekatan Monodisipliner, Pendekatan
Multidisipliner, Pendekatan Interdisipliner, Pendekatan Transdisipliner dalam
Pendidikan Terutama dalam Pendidikan Fisika.
3. Untuk mengetahui penerapan Pendekatan Monodisipliner, Pendekatan Multidisipliner,
Pendekatan Interdisipliner, Pendekatan Transdisipliner dalam Penddikan Fisika di
Indonesia.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk memberikan sedikit informasi
dan pengetahuan bagi pembaca tentang penerapan Pendekatan Monodisipliner, Pendekatan
Multidisipliner, Pendekatan Interdisipliner, Pendekatan Transdisipliner dalam Pendidikan
Fisika di Indonesia dalam materi Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Monodisipliner


Pendekatan Monodisipliner adalah pendekatan dengan suatu ilmu dengan satu sudut
pandang. Pendekatan monodisipliner memiliki ciri mono (satu ilmu). Terdapat dua watak
dasar dalam perkembangan ilmuilmu modern. Pertama, bangunan ontologis, epistemologis,
teoretis, dan metodologis ilmu-ilmu (spesialistis-partikular) kealamanan, ilmu-ilmu sosial,
dan humaniora. Kedua, masing masing disiplin ilmu terdapat pemisah dengan mengabaikan
keberadaan ilmu-ilmu lain atau kerja sama ilmu-ilmu; kerja sama ilmu-ilmu dan gabung-
ilmu-ilmu benar-benar dianggap “cinta terlarang”. Berikutnya, Saryono menjelaskan fajar era
monodisipliner disertai dengan berkembangnya dan atau menguat-menonjolnya (sebutlah)
„ideologi‟ kemonodisiplineran dalam ilmu-ilmu (monodisiplinerisme) pada umumnya, ilmu-
ilmu alam atau ilmu analitis, ilmu-ilmu sosial atau ilmu-ilmu emansipatoris, ilmu-imu
humaniora atau ilmu hermeneutis. Monodisiplinerisme mewawasi, melandasi, dan
menggerakkan segenap ilmu-ilmu dalam bekerja. Kerja ilmu dan temuan teori dikendalikan
oleh monodisiplinerisme semata. Dalam bekerja ini, „ideologi‟ monodisiplinerisme ini
meyakini empat hal.
Pertama, ilmu-ilmu apapun harus mengejar tujuan dan kepentingan tertentu yang
melekat (inheren) dalam dirinya sendiri (internal), bukan mengejar suatu tujuan dan
kepentingan di luar dirinya (eksternal), misalnya kepentingan kemanusiaan; kepentingan
kemanusiaan merupakan soal aksiologi ilmu yang bukan urusan langsung ilmu.
Kedua, ilmu-ilmu apapun harus bekerja dengan asas-asas disipliner yang ketat dan
pasti yang dimilikinya dan dalam batas-batas cakupan yang telah ditetapkan, bukan asas
ketuntasan masalah tertentu yang harus dikajinya dan kememandaian jawaban atas masalah-
masalah keilmuan.
Ketiga, ilmu-ilmu apapun perlu bekerja dengan satu teori dan metodologi yang sesuai
dengan tujuan dan kepentingan monodisipliner, tidak perlu atau tidak boleh bekerja dengan
piranti-piranti teoretis dan metodologis dalam suatu kajian ilmiah disebut dengan nama
eklektisisme, bukan disebut multidisiplineritas atau interdisipliner. Terakhir, keempat, ilmu-
ilmu apapun wajib mengusung objektivitas-empiris yang notabene positivistis sebagai pilar
sekaligus tolok ukur (tunggal?) aktivitas penelitian ilmiah termasuk ilmu-ilmu sosial dan ilmu
kemanusiaan; tidak ayal ilmu-ilmu alam, sosial, dan kemanusiaan (sama-sama dimatikan).

5
Entitas, watak, dan sifat objek ilmu-ilmu sosial atau ilmu emansipatoris dan apalagi ilmu-ilmu
kemanusiaan atau ilmu hermeneutis yang sesungguhnya amat hidup, cair-lunak, dan mudah
bergerak pun harus dimatikan suspaya memperoleh status keilmiahan yang kokoh.

2.2 Pendekatan Multidisipliner


Pendekatan Multidisipliner adalah suatu pendekatan yang mengacu pada berbagai
sudut pandang ilmu yang relevan. Pendekatan multidisipliner merupakan pengembangan
suatu disiplin dengan memanfaatkan bantuan dari ilmu-ilmu lainnya, seperti politik, ekonomi,
manajemen, hukum, sosial, dan lain sebagainya. Multidisipliner menyarankan tentang
penggunaan sejumlah ilmu, lebih dari dua ilmu berbeda yang dipakai untuk manganalisis
masalah yang sama.
Ciri pokok pendekatan multidispliner adalah banyaknya ilmu dalam rumpun ilmu
yang sama.Penggunaan ilmu dalam proses pembelajaran didasarkan pada ilmu yang saling
berkaitan. Berbagai disiplin ilmu dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Hal ini
dikarenakan penyelesaian permasalahan yang kompleks dapat diselesaikan dengan perspektif
yang beragam pula.
Pendekatan multidisipliner berarti berupaya menggabungkan beberapa disiplin untuk
menyelesaikan masalah tertentu. Dalam pendektan ini terjadi kerjasama dalam
menyelesaikan masalah penelitian, atau uji coba yang hasilnya dapat diintegrasikan sebagai
hasil dari proyek besar. Bergabungnya berbagai ahali tersebut dengan sendirinya akan lebih
mampu menyatukan kesatuan fungsional dari masing-masing disiplin ilmu. Sedangkan
menurut Melsen pendekatan multidisipliner adalah membangun kerjasama antara ilmu
pengetahuan yang masing-masing tetap berdiri sendiri dengan metode sendiri-sendiri.
Sehingga multidisipliner dapat dimaknai sebagai penggabungan beberapa disiplin untuk
bersama-sama mengatasi masalah tertentu. Sementara itu, Klein sebagaimana dikutip oleh
Bernard C.K. Choi mendefinisikan bahwa mutidisipliner adalah proses untuk menyediakan
penjajaran disiplin ilmu yang bersifat aditif, bukan integratif; perspektif disiplin tidak
berubah, hanya dikontraskan sebagaimana kutipan berikut ini. “Multidisciplinarity”,
according to Klein, is a process for providing a juxtaposition of disciplines that is additive,
not integrative; the disciplinary perspectives are not changed, only contrasted. An example is
physics and history, biology and architecture. A painting by Giotto can be studied not only
within art history but also within history of religions, European history, and geometry. Team-

6
taught courses in which faculty provide serial lectures are often multidisciplinary. In a
multidisciplinary team dealing with pediatric undernutrition, members function as
independent specialists rather than interactive team members. The child or the family is
assessed individually by several professionals (such as nursing, social work, psychiatry,
nutrition, education, etc) but generally at the discretion of the team leader, usually a
physician in medical settings’’.

Dengan demikian, maka para ahli memilki teknik dan cara masing-masing untuk
mengamati perilaku dan aktivitas terkait dengan suatu disiplin tertentu. Misalnya ilmu
sosiologi yang menyoroti masalah perilaku manusia, sementara antropologi mengamati
terbentuknya pola-pola perilaku. Karakter studi multidisipliner adalah utuh, holistik, dan
sangat terbuka perkembangan terbaru dan terakhir dari berbagai ilmu dan metodologi dari
berbagai disiplin ilmu yang menghasilkan hibrida ilmu-ilmu baru dari lintas disiplin. Jika
multi-disiplin diterapkan dalam kurikulum, maka akan menghasilkan novelty atau kebaruan
teori dan metodologi yang dapat menjawab tantangan global, dan memberi saran strategis
terhadap masalah kemanusiaan dan kemasyaratakan. Berikut ini penulis gambarkan tentang
pendekatan multidispliner dalam pembelajaran.

7
1. Kajian Berbagai Disiplin Mengenai Pendidikan
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai pendidikan dalam pendekatan
multidisipliner, namun akan dikhususkan pada pendidikan Islam. Sebelumnya, akan
dipaparkan terlebih dahulu mengenaipengertian pendidikan Islam. Azyumardi Azra
mengutip pendapat Endang Saifudin Ansori tentang konsep pendidikan Islam, yakni
proses bimbingan oleh peserta didik terhadap perkembangan jiwa (pemikiran,
kemauan, perasaan, intuisi dan lain sebagainaya) dengan bahan-bahan tertentu pada
jangka waktu tertentu dengan berbagai perangkat yang mengarah pada terciptanya
pribadi yang selaras dengan ajaran Islam. Definisi lain juga dikemukakan oleh
Muhammad S. A. Ibrahimy bahwasanya pendidikan Islam yaitu: “Islamic education in
the true sense of learn, is a system of education wich enables a man to lead his life
according of the Islamic ideology, so that he may easily mould his life accordence
with tenets of Islam’’. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwasannya
pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memberikan bimbingan kepada
peserta didik pada aspek jiwa dan raganya berlandaskan ajaran Islam yang bersumber
dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

2. Pendidikan Islam Multidisipliner


Pendidikan Islam multidisipliner adalah suatu pendidikan Islam melalui
berbagai pendekatan disiplin ilmu dalam pemecahan suatu masalah pendidikan agama
Islam. Hal ini berarti dengan menggunakanberbagai sudut pandang banyak ilmu yang
relevan (pendekatan historis atau sejarah), antropologi, dan sosiologi). Dengan
demikian diharapkan pendidikan agama Islam mampu mewarnai setiap sisi kehidupan,
tidak monoton sebagai pembelajaran berupa ta,abbud secara ritual semata.

2.3 Pendekatan Interdisipliner


1. Definisi Pendekatan Interdisipliner
Interdisipliner (interdisciplinary) adalah interaksi intensif antar satu atau lebih
disiplin, baik yang langsung berhubungan maupun yang tidak, melalui program-
program penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.

8
Pengertian lain dari Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach)
ialah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan
berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan secara terpadu (Rohmatika, Ratu
Vina. 2019). Yang dimaksud dengan ilmu serumpun ialah ilmu-ilmu yang berada
dalam rumpun ilmu tertentu, yaitu rumpun Ilmu-Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu
Ilmu Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Budaya (IIB) sebagai alternatif. Ilmu yang
relevan maksudnya ilmuilmu yang cocok digunakan dalam pemecahan suatu masalah.
Adapun istilah terpadu, yang dimaksud yaitu ilmu ilmu yang digunakan dalam
pemecahan suatu masalah melalui pendekatan ini terjalin satu sama lain secara tersirat
(implicit) merupakan suatu kebulatan atau kesatuan pembahasan atau uraian termasuk
dalam setiap sub-sub uraiannya kalau pembahasan atau uraian itu terdiri atas sub-sub
uraian. Ciri pokok atau kata kunci dari pendekatan indisipliner ini adalah inter
(terpadu antarilmu dalam rumpun ilmu yang sama) atau terpadunya itu.

2. Sejarah Munculnya Pendekatan Interdisipliner


Ada dua pendapat mengenai kelahiran pendekatan interdisipliner. Ada
sebagian ahli yang mengatakan bahwa konsep interdisipliner merupakan, yang berakar
dari teori-teori, misalnya, teori Plato, Kant, Hegel, dan Aristoteles.
Sebagian ahli yang lain, mengatakan bahwa konsep interdisipliner ini
merupakan fenomena abad kedua puluh dengan adanya pembaharuan dalam dunia
pendidikan, penelitian terapan, dan kegiatan yang menyeberang dari batasan-batasan
disiplin tertentu. Meskipun ide dasarnya dapat dikatakan tua, istilah interdisipliner itu
baru muncul pada abad ke-20. Menurut Klein studi interdisipliner dilakukan pendidik,
peneliti, dan banyak praktisi karena studi itu dapat menjawab situasi yang kompleks,
menjawab permasalahan yang luas, meneliti hubungan antardisiplin, menjawab
masalah yang ada di luar lingkup salah satu disiplin yang ada, dan mendapatkan
keutuhan pengetahuan, baik dalam skala terbatas maupun luas.
Rintisan saling-silang dan kerja sama ilmu-ilmu dan metode-metode yang
disertai perubahan filosofis tersebut mulai banyak atau marak dilakukan
padadasawarsa 1980-an. Gerakan saling-silang dan kerja sama ilmu-ilmu dan metode
penelitian pun dimulai, kemudian berkembang cukup baik pada masa selanjutnya. Di
sinilah dapat disaksikan munculnya gerak konvergensi dalam tradisi ilmu-ilmu
modern, yaitu gerak perapatan, penggabungan, penyatuan, pemaduan, dan
pengombinasian teori dan metodologi ilmu-ilmu yang beraneka ragam dan majemuk.

9
Sebagai contoh, saling silang dan kerja sama ilmu biologi dan teknologi melahirkan
bioteknologi, saling silang dan kerja sama antara antropologi dan psikologi
menghasilkan antropologi psikologi. Hal ini menegaskan bahwa gerak konvergensi
menjadikan disiplin-disiplin ilmu (yang spesialitis) dan metodemetode yang dulu
terpisah-pisah (yang partikular) mulai bertemu dan menyatu lagi; dalam hal ini
berbagai disiplin dan metode digunakan secara serempak dalam kegiatan keilmuan
terutama kegiatan penelitian tanpa harus disebut eklektivisme, melainkan kombinasi,
percampuran [mixing], dan penyematan [blending].

3. Contoh Pendekatan Interdisipliner


Misalnya konsep/topik bunga modal sebagai konsep dari bidang ekonomi.
Konsep ini tidak hanya diuraikan murni dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi ilmu
yang lain. Namun, ekonomi tetap sebagai pusat telaah (key subject), kemudian dapat
diinterdisiplinerkan dengan agama (hukum rentenir), hukum (peraturan bunga),
sosiologi dan sebagainya.

2.4 Pendekatan Transdisipliner


Transdisipliner (transdisciplinarity) adalah upaya mengembangkan sebuah teori atau
aksioma baru dengan membangun kaitan dan keterhubungan antar berbagai disiplin.
Transdisiplin merupakan pendekatan kolektif yang memanfaatkan pengetahuan dan
kemampuan analisis menusia dalam memahami sistem yang lebih besar dan kompleks
(Batmang. 2016).
Pendekatan transdisipliner (transdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam
pemecahan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan
relevan dengan masalah yang akan dipecahkan tetapi berada di luar keahlian sebagai hasil
pendidikan formal (formal education) dari orang yang memecahkan masalah tersebut. Ilmu
yang berada di luar keahlian yang akan digunakan oleh seseorang itu bisa satu atau lebih ilmu.
Namun, biasanya untuk keperluan kedalaman pembahasan orang itu hanya menggunakan satu
ilmu saja di luar keahliannya itu. Ilmu yang relevan digunakan bisa dalam rumpun Ilmu Ilmu
Kealaman (IIK), rumpun Ilmu Ilmu sosial (IIS), atau rumpun Ilmu Ilmu Humaniora (IIH)
sebagai alternatif. Penggunaan ilmu atau ilmu-ilmu dalam pemecahan suatu masalah melalui
pendekatan ini bisa secara tersirat atau tersurat, tetapi akan lebih baik dan biasasnya memang

10
tersurat. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan pertanggungjawaban keilmuan orang tersebut.
Pendekatan ini dahulu kurang diterima karena dianggap melanggar etika keilmuan oleh para
ahli ilmu terutama oleh mereka yang ilmunya digunakan oleh orang yang bukan ahlinya itu.
Akan tetapi, dewasa ini hal itu dimungkinkan karena pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) lagi pula kompleksnya permasalahan yang pada
umumnya sulit dipecahkan oleh hanya dengan pendekatan satu ilmu (pendekatan
monodisipliner) saja. Bahkan pada saat yang sama diterima baik oleh kalangan ilmuan
termasuk oleh ilmuan ahlinya asalkan dalam pemecahan suatu masalah itu menunjukkan
kualitas dan kebenaran yang memadai. Dengan demikian, seseorang yang menggunakan
pendekatan transdisipliner harus pula dipenuhi syarat sebagai berikut:
a) Menggunakan ilmu di luar ilmu keahlian utamanya, biasanya dalam memecahkan
suatu masalah menggunakan satu ilmu di luar ilmu keahliannya itu;
b) Ilmu yang digunakan berada dalam rumpun ilmu yang sama dengan ilmu keahlian
utamanya;
c) Memahami dengan baik ilmu yang digunakan di luar keahlian ilmu utamanya itu;
d) Menunjukkan hasil dengan kualitas dan kebenaran yang memadai. Ciri pokok
pendekatan transdisipliner adalah trans (lintas ilmu dalam rumpun ilmu yang sama)
atau melintasnya

11
BAB IV
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Dapat disimpulkan dalam pendekatan inter-multi-transdisipliner dalam pembelajaran
yang telah dikemukakan oleh Rosenfield yang menjelaskan bahwa klasifikasi dan level
pendekatan interdisipliner tergantung pada tingkat pengaruh yang diberikan dalam kerjasama
masing-masing disiplin ilmu. Jika satu disiplin pengaruhnya dominan, maka itu berarti kurang
baik, akan tetapi jika pengaruhnya itu seimbang, berarti kualitasnya baik. Rosenield
mengemukakan contoh bahwa : “ilmu biologi, ekonomi dan sosia bisa berdiri sendiri-sendiri
dan bisa salling bersinggungan serta saling melengkapi menjadi sebuah definisi baru
mengenai kebijakan solutif (policy solution) dari sebuah permasalahan”. Pendekatan
interdisipliner ini mengacu pada situasi dimana model dan konsep-konsep telah
dikembangkan dalam satu disiplin dan kemudian digunakan untuk melengkapi penelitian
dalam disiplin lain atau bahkan menggantikan model dan konsep yang ada. Implementasi
konsep dari bidang atau disiplin lain yang saat ini yang harus dilaukan menjadi alasan untuk
mengembangkan ide-ide yang belum dikembangkan.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan, tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, Agus Zainul, dkk. 2020. Model Pendekatan Multi-Inter-Transdisipliner Dalam


Pembelajaran Berbasis Kurikulum KKNI. Tulungagung. Akademia Pustaka.

Ni’mawati, dkk. 2020. Kajian Riset Monodisipliner dan Interdisipliner Dalam Pendidikan
Islam Menghadapi Isu Nasional dan Global: Studi Kasus terhadap Isu Covid-19.Misykat.Vol
05 (01).

Rohmatika, Ratu Vina. 2019. Pendekatan Interdisipliner dan Multidisipliner Dalam Studi
Islam. Jurnal Al-Adyan. Vol 14 (1).

Batmang. 2016. Pendekatan Transdisipliner. Jurnal Al-Ta’di. Vol 9 (2).

13

Anda mungkin juga menyukai