Anda di halaman 1dari 35

RESUME BAHAN AJAR

PENGANTAR ILMU POLITIK


OLEH : ISKANDAR IBRAHIM, S.IP.,M.Si

NAMA : RAMAN
SULEMAN NIM : S6522013

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
UNIVERSITAS POHUWATO
T.A. 2021

PRAKATA

“Alangkah luasnya dunia ini, aku selalu tertinggal pada saat terasa telah mencapainya”

“Setiap orang tahu politik, tetapi tak seorang pun yang memahaminya”
(Iskandar Ibrahim, M.Si).
Ungkapan diatas menjadi tantangan yang besar bagi penulis, yang hendak

“menjangkau dunia” dengan menyusun modul atau bahar ajar sebagai resume materi-materi

tentang pengantar ilmu politik.

Politik adalah gejala yang tak terelakan, politik senantiasa hadir di sekitar kita. Ia

menstrukturkan kehidupan kita, dan membatasi pilihan kita. Tetapi kajian tentang politik

tidaklah semutlak praktek dalam kenyataan. Andaikata benar, ilmu politik “lebih ilmiah”

daripada prakterk politik, dan nasib para pelaku yang berkuasa bukanlah semata-mata hasil

kesempatan murni dan lelucon sejarah ketimbang politik dalam pengertian praktis.

Melihat fenomena dunia perpolitikkan di Indonesia akhir-akhir ini, sepertinya teori

politik ala Machiavelli (1469-1527) sedang digandrungi oleh sejumlah politikus dan partai

politik. Bagi Machiavelli seperti terungkap dalam bukunya Il Principe dunia politik itu bebas

nilai. Artinya, politik jangan dikaitkan dengan etika (moralitas). Yang terpenting dalam

politik adalah bagaimana seorang penguasa berusaha dengan berbagai macam cara untuk

mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan agar menjadi selanggeng mungkin. Meskipun

cara-cara tersebut sangat inkonstitusional bahkan bertentangan dengan nilai-nilai moral.

Hal ini tampak dalam praksis sejumlah kader partai politik yang menghalalkan segala

cara untuk meraih kekuasaan bahkan melakukan tindakan korupsi untuk melanggengkan

kekuasaan di masa yang akan datang. Praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme yang kental

dalam “area kekuasaan” menjadi salah satu indikator mewabahnya politik ala Machiavelli.

Atau mungkin saja terjadi dalam usaha penggalangan dana partai-partai politik secara tidak

halal melalui tindakan korupsi yang jelas-jelas melanggar moralitas.

Termasuk di dalamnya fenomena “kampanye hitam” yang lazim terjadi menjelang

pilpres/pemilu/pemilukada menjadi salah satu tanda menguatnya teori politik ini diterapkan

secara masif dalam dunia perpolitikkan di tanah air.


Selain itu, politik dinasti kekeluargaan menjadi representasi telak dan tak terbantahkan

dari teori politik ala Machiavellisme-aliran politik yang menerapkan teori Sang Maestro. Hal

ini tampak kental dalam tubuh Partai Demokrat saat ini ketika Presiden SBY menjadi Ketua

Umum Partai dan Putranya Ibas menjadi Sekjennya.

Jika hal ini terus terjadi maka pantaslah jika banyak masyarakat Indonesia terutama

kaum muda saat ini menjadi alergi dengan politik, alergi dengan partai politik, karena praksis

politik di negeri ini sudah benar-benar kotor alias menjauhkan diri dari etika.

Ketika ada politikus yang mengatakan, “buang moralitas atau etika jika masuk

dalam dunia politik” sesungguhnya ungkapan ini telah menggambarkan bahwa memang

aliran Machiavellisme dalam perpolitikkan “demi kekuasaan semata” telah menjadi sebuah

“gaya perpolitikkan” di Indonesia.

Sebagai dosen pengampuh mata kuliah Pengantar Ilmu Politik, saya selalu

menganjurkan kepada mahasiswa untuk selalu membaca dan belajar, saya menguak diantara

kesulitan dan perjalanan yang tak berujung, dan barangkali satu-satunya keuntungan yang

saya raih dalam menyusun bahan ajar ini adalah keyakinan bahwa mahasiswa akan tahu

kemana hendak pergi, meskipun masih kabur bagaiman bisa sampai tujuan.

Penyusunan bahan ajar ini lebih kolaboratif ketimbang apa yang anda dapatkan pada

satu buku, sehingga lebih menginspirasi bagi pembaca untuk selalu memahami ilmu politik

yang sebenarnya. Kenyataannya bahwa saya ingin mengispirasi pembaca tertutama

mahasiswa dalam hal memahami dan mencari sebuah pembenaran dari setiap kebenaran yang

terkadang bersifat kebetulan yang mungkin masih harus diperdebatkan.

Akhir kata, jika masa depan begitu buruk, tidak ada usaha yang dapat

menyelematkannya. Tetapi berusaha mengajarkan sesuatu berarti menaruh harapan dalam

ruang dan waktu.


Semoga ide penyusunan bahan ajar ini bisa bermanfaat dan bisa menambah khasanah

berpikir bagi pengembangan intelektual kita dalam memahami tentang kekaburan politik

yang ada sekarang ini.

Wassalam…

PENULIS

Iskandar Ibrahim, M.Si

PANGANTAR

Tidak semua masyarakat terutama kalangan sarjana bersepakat bahwasanya Politik

adalah Ilmu, termasuk Prof. Soltau juga seorang Ilmu Politik mengakui bahwa ilmu politik

bukanlah Ilmu, malah menyebutkan bahwa poltik lebih tepat dengan sebutan politics atau

government. Bahkan Prof. Mac Iver seorang sarjana Ilmu sosial, masih menyangsikan adanya

ilmu politik.

Maka dengan demikian jikalu Ilmu politik bukanlah ilmu maka sesungguhnya Ilmu

politik itu apa? Ilmu politik adalah hanya sekedar kemahiran belaka?, suatu seni?,

Sebagaimana orang-orang rumawi mengatakan dengan bahwa ”art politika”

Disisi lain, ada sarjana mengatakan bahwa politik adalah sama dengan sejarah,

dimana sejarah adalah bukanlah ilmu, ketika politik disamakan dnegan sejarah maka memang

politik bukanlah ilmu. Namun demikian bahwa sejarah tidak akan pernah sama dengan

politik, dalilnya bahwa sejarah menyelidiki peristiwa-peristiwa individual sedangkan ilmu

politik adalah menyelidiki konsep negara dalam bentuk-bentuknya yang umum dan ide -ide

negara yang abstrak dan umum,


Manfaat ilmu politik dapat menunjukkan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan dari penjelmaan-pemjelmaan dari konsep negara yang umum itu dan

terwujud dalam sejarah.

CHAPTER I

PENGERTIAN ILMU

Ilmu adalah pengetahuan, namun tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Ilmu

berobyekkan sesuatu pengetahuan tertentu dan memperoleh pengetahuan itu dengan

metode-metode tertentu., intinya bahwa ilmu adalah seluruh pengetahuan yang dikordinir

mengenai halikhwal tertentu.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki dua

pengertian, yaitu :

1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara

bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan

gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu

pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya.

2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir,

bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan

sebagainya.

Sedangkan ilmu menurut beberapa pakar ilmu adalah sebagai berikut :

1. Moh. Nazir, Ph.D (1983:9) Mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu

pengetahuan, baik natural atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara
sistematik menurut kaidah umum.

Ahmad Tafsir (1992:15) Memberikan batasan ilmu sebagai pengetahuan logis dan

mempunyai bukti empiris.

2. Sikun Pribadi (1972:1-2) Merumuskan pengertian ilmu secara lebih rinci (ia

menyebutnya ilmu pengetahuan), bahwa : ” Obyek ilmu pengetahuan ialah dunia

fenomenal, dan metode pendekatannya berdasarkan pengalaman (experience) dengan

menggunakan berbagai cara seperti observasi, eksperimen, survey, studi kasus, dan

sebagainya. Pengalaman-pengalaman itu diolah oleh fikiran atas dasar hukum logika yang

tertib. Data yang dikumpulkan diolah dengan cara analitis, induktif, kemudian ditentukan

relasi antara data-data, diantaranya relasi kausalitas. Konsepsi-konsepsi dan relasi-relasi

disusun menurut suatu sistem tertentu yang merupakan suatu keseluruhan yang

terintegratif. Keseluruhan integratif itu kita sebut ilmu pengetahuan.”

3. Lorens Bagus (1996:307-308) Mengemukakan bahwa ilmu menandakan seluruh

kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling keterkaitan

secara logis.

Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan

adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah disusun secara sistematis.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia

menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan

hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.

PENGERTIAN POLITIK

Secara etimologi: Politik berasal dari bahasa Yunani Polis yang dapat berarti kota

-negara kota. dari kata Polis ini diturunkan kata-kata lain seperti polites (warganegara) dan

politikos nama sifat lain yang berarti (kewarganegaraan). politike techne yang berarti

kemahiran politik dan politeke episteme adalah ilmu politik. Kemudian orang Rumawi
mengambil oper perkataan Yunani yang menamakan pengethauan itu tentang negara

(pemerintah) artinya kemahiran tentang masalah -masalah kenegaraan.

Dalam arti umum, politik adalah “macam-macam kegiatan dalam suatu sistem

politik/negara yang menyangkut proses menentukan dan sekaligus melaksanakan

tujuan-tujuan sistem itu”.

Sedangkan Dalam pengertian lain, politik dapat diartikan :

❑ Seni dan ilmu meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non-konstitusional.

❑ Hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

❑ Merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasan

dimasyarakat

❑ Segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik

Sedangkan pengertian politik menurut para ahli adalah sebagai berikut :

1. Aristoteles, politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan

kebaikan bersama

2. Austin Ranney mendefinisikan politik sebagai proses pembuatan kebijakan

pemerintahan (public policy)

3. Robert Dahl, politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat manusia

4. Wilbur White merumuskan ilmu politik mempelajari asall mula, bentuk- bentuk, proses

negara dan pemerintahan

5. Ramlan Surbakti, politik adalah proses interaksi antara pemerintah dan masyarakat untuk

menentukan kebaikan bersama bagi masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah

tertentu
6. Kartini Kartolo, politik adalah aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan

kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah

berlaku ditengah masyarakat

7. Harold D. Laswell menyebut bahwa politik itu menyangkut proses penentuan who get

what, when and how

Sejak awal hingga akhir perkembangannya, sekurang-kurangnya ada 5 pandangan

tentang politik:

❖ Politik sebagai usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan

mewujudkan kebaikan bersama

❖ Politik sebagai segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan

pemerintahan

❖ Politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan

kekuasaan dalam masyarakat

❖ Politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

umum

❖ Politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber

yang dianggap penting.

Ilmu Politik dalam arti sempit, menyangkut hal negara dan pemerintahan. Namun
dalam arti luas, adalah mencakup ( lima ) macam objek, sarana atau pusat perhatian :
1. Penekanan Politik Dari Sudut NEGARA

NEGARA adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan

tertinggi, yang sah dan yang ditaati oleh rakyatnya. Pendekatan ini disebut “ Pendekatan

Institusionalis “ (Institusional Approach).

TOKOHNYA : - Roger F. Soltau

- J. Barents

2. Penakanan Politik dari Sudut Pandang KEKUASAAN

KEKUASAAN adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi

tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Inti dari politik

adalah semua kegiatan yang menyangkut masalah merebut dan mempertahankan kekuasaan.

Biasanya disebut “ Perjuangan Kekuasaan “ ( Power Stronggle ).

TOKOHNYA : - Harold D. Laswell

- A. Kaplan

- W.A. Robson

3. Penakanan Politik dari Sudut Pandang PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KEPUTUSAN ( Decision ) adalah membuat pilihan diantara beberapa alternatif.

Pengambilan keputusan menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu terjadi.

TOKOHNYA : - Joyce Mitchell


- Karl W. Deutsch

4. Penakanan Politik dari Sudut Pandang KEBIJAKSANAAN UMUM

KEBIJAKSANASAAN ( Policy ) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh

seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan – tujuan dan cara –

cara untuk mencapai tujuan. Aspek kebijaksanaan umum (Public Policy) menitik beratkan

bahwa setiap masyarakat mempunyai beberapa tujuan bersama, untuk itu perlu ditentukan

rencana – rencana yang mengikat, yang dituangkan dalam kebijakan – kebijakan ( Policies )

oleh pihak yang berwenang ( Pemerintah ).

TOKOHNYA : - Hoogerwerf

- David Eston

5. Penakanan Politik dari Sudut Pandang PEMBAGIAN ( DISTRIBUSI )

PEMBAGIAN adalah pembagian dan penjatahan dari nilai – nilai (Values) dalam

masyarakat.

TOKOHNYA : - David Easton dan Harold Lasswel

CHAPTER II

SEJARAH DAN TEORI ILMU POLITIK

A. Sejarah Politik Secara Luas dan Secara Sempit

Mengkaji tentang sejarah ilmu politik bisa dilihat dari dua pandangan yaitu

pembahasan secara luas atau secara sempit. Secara luas berarti ilmu politik telah ada sejak

zaman dahulu berupa pembahasan dalam buku-buku tertentu yang telah dikarang masa

lampau, sedangkan secara sempit berarti ilmu politik dilihat dari aspek sistematisasinya

sebagai ilmu dan pengakuannya dari aspek akademis.


Sejarah secara luas Ilmu politik telah ada sejak zaman dahulu, ini bisa dilihat dari

karya-karya berikut;

a. Yunani tahun 450 SM terdapat buku karya Herodatus, Plato dan Aristoteles.

b. India tahun 500 SM terdapat kitab Dharmasastra dan arthasastra.

c. Cina tahun 500 SM terdapat tokoh Confucius dan Kung Fu Tzu

d. Arab abad 11 M terdapat karya al-Marwardi berjudul al-Ahkam as-Sulthaniyyah

e. Indonesia abad 13 M terdapat kitab Negarakertagama dan Babad Tanah Jawi.

Sedangkan sejarah secara sempit, ilmu politik telah ada dan dikenal pada :

a. Abad 18 dan 19 di Jerman, Austria dan Prancis telah muncul pembahasan tentang politik

namun masih kental dipengaruhi hukum dan negara.

b. Di Inggris Ilmu politik dipengaruhi oleh filsafat moral dan sejarah

c. Di Paris Prancis tahun 1870 lahir Ecole libredes Scienies

d. Di Inggris tahun 1895 muncul lembaga London School of Economic and Political Science

e. Di AS tahun 1858 diangkat Francis Lieber sebagai guru besar Sejarah dan Ilmu politik di

columbia College.

f. Masih di AS tahun 1904 lahir American Political Science Assosiation (APSA)

g. Unesco lembaga dibasah PBB tahun 1948 melahirkan buku Contemporary Political

Science

Dalam Buku Contemporary Political Science ini terdapat 4 bidang ilmu politik, yaitu:

1. Teori Politik

2. Lembaga Politik (Undang-Undang, pemerintah)

3. Partai

4. Hubungan Internasional (politik internasional, organisasi, hukum)

B. Teori Ilmu Politik


Teori politik adalah generalisasi dari phenomena-phenomena politik. Teori politik ini

terdiri dari :

a. Tujuan politik

b. Cara mencapai tujuan politik tersebut

c. Kemungkinan dan kebutuhan untuk cara tersebut

d. Kewajiban dalam mencapai kebutuhan tersebut

Ilmu politik secara teoritis terbagi kepada dua yaitu :

1. Valuational artinya ilmu politik berdasarkan moral dan norma politik. Teori valuational ini

terdiri dari filsafat politik, ideologi dan politik sistematis.

2. Non valuational artinya ilmu politik hanya sekedar mendeskripsikan dan

mengkomparasikan satu peristiwa dengan peristiwa lain tanpa mengaitkannya dengan

moral atau norma.

Menurut Harold Laswell terdapat 8 nilai yang dikejar dalam politik, yaitu ;

1. Kekuasaan

2. Pendidikan

3. Kekayaan

4. Kesehatan

5. Keterampilan

6. Kasih sayang

7. Kejujuran/keadilan

8. Keseganan

Adapun konsep-konsep dalam ilmu politik senantiasa berkutat dalam masalah:

a. Kekuasaan – sumber kekuasaan – pengaruh – pembuat dan pelaksanan kebijakan

b. Kewenangan – kekuasaan berdasarkan legitimasi

c. Konflik dan consensus


d. Pengambilan keputusan dan cara mendistribusikan kekuasaan

Ilmu politik tidak berdiri sendiri namun memiiki kaitan dengan ilmu-ilmu lainnya

seperti sejarah, filsafat, hukum (tiga ilmu penting yang mempengaruhi politik), sosiologi,

antrophologi, ekonomi, geographi dan psikologi sosial.

CHAPTER III
KEKUASAAN DAN PENGARUHU POLITIK

A. Hakikat Politik

Hakikat politk adalah kekuasaan karena Kekuasaan adalah gejala yang selalu ada

dalam proses politik. Politik tanpa kekuasaan bagaikan agama tanpa moral karena begitu

berkaitannya antara keduanya

sedangkan kekuasaan adalah :

1. kekuasaan adalah gejala sosial

2. Gejala yang terdapat dalam pergaulan hidup

3. Kekuasaan adalah gejala antar individu

4. Kekuasaana dalah antara individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.

atau antar negara dengan negara.

Maka politik merupakan

● Politik adalah perjuangan untuk mencapai kekuasaan

● Perjuangan untuk memperoleh kekuasaan

● Teknik untuk menjalankan kekuasaan

● Maslah-msalah dan kontrol kekuasaan

● Pembentukan dan penggunaan kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk mempengaruhi

perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan para pelaku.
Kekuasaan adalah kemampuan menggunakan sumber pengaruh untuk mempengaruhi

proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik sehingga menguntungkan dirinya,

kelompoknya atau masyarakat secara umum.

Unsur kekuasaan terdiri dari : Tujuan, Cara dan Hasil.

Oleh karena agar kekuasaan tidak disalahartikan maka perlu difahami makna

kekuasaan, yaitu :

1. Kekuasaan adalah hubungan antara manusia

2. Pemegang kekuasaan punya kemampuan mempengaruhi orang lain

3. Pemegang kekuasaaan bisa individu, kelompok, organisasi atau pemerintah

4. Sasaran kekuasaan dapat individu, kelompok, organisasi atau pemerintah

5. Pihak yang mempunyai sumber kekuasaan belum tentu punya kekuasaan, bergantung

pada kemampuannya untuk menggunakan sumber kekuasaan itu.

6. Penggunaan sumber kekuasaan dapat dengan paksaan, konsensus atau kombinasi dari

keduanya.

7. Kekuasaan bisa memiliki tujuan yang baik atau juga buruk

8. Berkaitan pula dengan distribusi kekuasaan

9. Kekuasaan digunakan untuk masyarakat umum

10. Sumber pengaruh digunakan mempengaruhi proses politik

Jadi kekuasaan bukan hanya paksaan atau kekerasan atau manipulasi tetapi bisa juga

konsensus dan kerelaan. Kekuasaan harus dilihat dari dimensi yang saling melengkapinya,

yaitu :

a. Potensial – aktual artinya sumber kekuasaan bila belum digunakan maka masih bersifat

potensial bila sudah digunakan berarti sudah aktual.

b. Positif – negatif maksudnya kekuasaan apakah untuk mencapai tujuan tertentu (positif)

atau untuk mencegah pihak lain (negatif)


c. Konsensus – paksaan kekuasaan bisa berupa kesadaran dan persetujuan (konsensus) bisa

juga dengan ketakutan (paksaan) seperti ketakuatan secara fisik, ekonomi dan psikologis.

d. Jabatan – pribadi, kekuasaan di masyarakat modern adalah kekuasaan karena jabatan

sedangkan, bila kekuasaan pribadi itu karena kualitas pribadi seseorang.

e. Implisit – eksplisit kekuasaan bisa secara kasat mata dirasakan atau tidak dirasakan

f. Langsung – tidak langsung, maksudnya seberapa besar efektivitas kekuasaan.

Jadi kekuasaan biasanya berkaitan dengan ;

● Bagaimana dilaksanakan

● Bagaimana didistribusikan

● Mengapa ada yang punya kekuasaan lebih dari yang lain

B. Teknik Kekuasaan

Semua cara -cara dan kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk mencapai tujuan

tertentu dengan penggunaan kkeuasaan, mulai dari kekerasan fisik yang tidak mengenal batas

samapai cara persuarif moral. Bertrand Russel mengklasifikasi teknik kekuasaan, yaitu :

1. Paksaan

2. Dorongan dengan menggunakan hadiah dan hukuman

3. pengaruh atas propaganda

Sedangkan Flechtheim membagi teknik kekuasaan dalam lima golongan, yaitu :

1. Paksaan fisik secara langsung

2. Ancaman-ancaman hukuman

3. Manipulasi dengan hadiah materil

4. Manipulasi dengan hadiah-hadiah inmateril

5. Manipulasi dengan perkataan, gerak dan simbol (uang),

C. Konsep-Konsep Kekuasaan
1. Influence atau pengaruh, yaitu bagimana seseorang mampu mempengaruhi agar orang

lain berubah secara sukarela

2. Persuasi yaitu cara meyakinkan orang dengan memberikan argumentasi

3. Manipulasi adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain namun yang dipengaurhi

tidak menyadari

4. Coersion adalah ancaman atau paksaan agar orang lain sesuai dengan kehendak yang

punya kekuasaan

5. Force yaitu tekanan fisik, seperti membatasi kebebasan. Ini biasanya dilengkapi dengan

sejata, sehingga orang lain mengalami ketakutan

D. Sumber-Sumber Kekuasaan

1. Sarana paksaan fisik seperti senjata, teknologi dll

2. Kekayaan seperti uang, tanah, bankir, pengusaha dll

3. Normatif seperti pemimpin agama, kepala suku atau pemerintah yang diakui

4. Popularitas pribadi, seperti bintang film, pemain sepakbola

5. Jabatan keahlian seperti pengetahuan, teknologi, keterampilan

6. Massa yang terorganisir seperti organisasi buruh, petani, guru dll.

Sumber kekuasaan juga harus dilengkapi dengan

● waktu dan keterampilan

● minat dan perhatian

Sumber kekuasaan dapat digunakan untuk dua hal :

a. Non politik seperti untuk usaha, berbelanja, memberi bantuan dll.

b. Mempegaruhi proses politik dengan syarat :

● Kuat motivasi untuk mencapai tujuan

● Mempunyai harapan untuk berhasil

● Punya persepsi mengenai biaya dan resiko


● Punya pengetahuan tentang cara mencapainya.

Hasil penggunaan sumber kekuasaan bisa dilihat dari :

● umlah individu yang dikendalikan

● Bidang kehidupan yang dikendalikan

● Kedalaman pengaruh kekuasaan

Kekuasaan harus didistribusikan dengan cara ;

● Model elit memerintah

● Model pluralis

● Model populis

E. Teori Politik Kekuasan Ala Nocollo Machiavelli

Teori politik kekuasaan Niccolo Machiavelli dapat dilihat sebagai penanda transisi

dari dunia kuno ke modern yang sangat kontroversi. Melalui karyanya yang berjudul The

Prince tahun 1513 ia sering dituduh gurunya kejahatan karena nasehat-nasehatnya yang

amoral.

Nicollo Machiavelli mengatakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa

dan memperkuat kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta,

digabung dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan.

Seorang Penguasa harus mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan

mengandalkan segala, sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan.

Seorang penguasa harus berani untuk melakukan apapun yang diperlukan, betapa pun

tampak tercela karena rakyat pada akhirnya hanya peduli dengan hasilnya, yaitu kebaikan

Negara.

Dengan kata lain, penguasa harus pandai-pandai menggunakan cara-cara manusia dan

cara binatang bila saat-saat tertentu dibutuhkan. Asumsi ini muncul di benak Machiavelli

karena menurutnya manusia memiliki dua sifat yang bertentangan, yaitu sifat manusia –
tulus, penyayang, baik, pemurah, tetapi juga memiliki sifat-sifat binatang atau sifat tak

terpuji, jahat, kikir, bengis, dan kejam. Kedua sifat manusia yang paradoksal ini membawa

implikasi terhadap cara menangani persoalan politik. Cara penanganan persoalan politik

dengan ‘cara manusia’, misalnya lewat prosedur hukum dan pengadilan, tidak efektif tanpa

disertai ‘cra binatang’. Tetapi bisa terjadi sebaliknya, cara binatang juga tidak efektif tanpa

menggunakan cara manusia. Kedua cara itu ibarat two sides of the same coin (dua sisi pada

satu koin yang sama).

Machiavelli berpendapat bahwa penguasa negara bisa menggunakan cara binatang,

terutama ketika menghadapi lawan-lawan politiknya. Dalam The Prince dikemukakan bahwa

seorang penguasa bisa menjadi singa (lion) di satu saat, dan menjadi rubah (fox) di saat

lainnya. Menghadapi musuhnya yang ganas bagai seekor serigala, penguasa hendaknya bisa

berperangai seperti singa, karena dengan cara itulah ia bisa mengalahkan lawannya. Tetapi

penguasa harus bersikap seperti rubah bila lawan yang dihadapinya adalah

perangkap-perangkap musuh. Bukan singa yang mampu mengendus perangkap-perangkap

itu, melainkan rubah. Rubah amat peka dengan perangkap yang akan menjerat dirinya.

Isi dari teori Machaivelli ( Skinner,1985:4) sebagai berikut.

a. Untuk melakukannya, seorang penguasa yang bijak hendaknya mengikuti jalur yang

dikedepankan berdasarkan kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan Negara. Hanya

memadukan machismo semangat keprajuritan, dan pertimbangan politik, seorang

penguasa barulah dapat memenuhi kewajiban kepada Negara mencapai keabadian

sejarah.

b. Penguasa bijak hendaknya memiliki hal-hal sebagai berikut

1) Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai maupun di benci

2) Watak-watak, seperti ketegasaan, kekejaman,kemandirian, disiplin, dan control diri.


3) Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati, pengampunan, dapat dipercaya dan

tulus.

c. Seorang pangeran harus berani untuk melakukan apapun yang diperlukan, betapa pun

tampak tercela karena rakyat pada akhirnya hanya peduli dengan hasilnya, yaitu kebaikan

Negara.

Untuk mencapai sukses, seorang penguasa harus dikelilingi dengan menteri-menteri

yang mampu dan setia, Machiavelli memperingatkan penguasa agar menjauhkan diri dari

penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. seorang penguasa yang cermat tidak

harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan dengan kepentingannya.

Dia menambahkan, “Karena tidak ada dasar resmi yang menyalahkan seorang

Penguasa yang minta maaf karena dia tidak memenuhi janjinya,” karena manusia itu begitu

sederhana dan mudah mematuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya saat itu, dan

bahwa seorang yang menipu selalu akan menemukan orang yang mengijinkan dirinya ditipu.”

Sebagai hasil wajar dari pandangan itu, Machiavelli menasihatkan sang penguasa

supaya senantiasa waspada terhadap janji-janji orang lain.

Gagasan kekuasaan machiavelli patut dikaji setidaknya karena dua alasan, yaitu :

1. Gagasannya telah menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi banyak penguasa

sejak awal gagasan itu dipopulerkan sampai abad XX.

Banyak negarawan dan penguasa dunia yang secara sembunyi atau terus terang mengakui

telah menjadikan buku Machiavelli itu sebagai hand book (buku pegangan) mereka dalam

memperoleh dan mempertahankan kekuasaannya. Misalnya Hitler dan Mussolini.

Gagasan yang sama telah menjadi basis intelektual bagi pelaksanaan diplomasi kaum

realis (realisme). Realisme sebagai suatu aliran penting dalam kajian diplomasi

internasional, banyak mendasarkan asumsinya pada pemikiran kekuasaan Machiavelli.


2. Dari pespektif sejarah pemikiran politik, gagasannya itu merupakan pemutusan hubungan

total masa kini dengan masa lalu, suatu ciri penting Abad Renaisans. Berbeda dengan

para pemikir abad Pertengahan seperti Santo Agustinus dan Thomas Aquinas yang

mengaitkan kekuasaan dan negara dengan agama dan Tuhan maupun moralitas,

Machiavelli justru berpendapat bahwa kekuasaan hendaknya dipisahkan dari semua itu.

Tidak ada kaitan atau relevansi antara kekuasaan dengan teologi Kristen, kecuali sejauh

agama atau moral itu memiliki nilai utilitarianisme bagi kekuasaan dan negara.

F. Trias Politica : Pembagian Kekuasaan


Trias Politica adalah anggapan bahwa kekuasaan Negara terdiri dari tiga macam

kekuasaan :

● Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan membuat Undang-Undang

● Kekuasaan Ekesekutif adalah kekuasaan melaksanakan Undang-Undang

● Kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran

Undang-Undang

Doktrin ini pertama kali dikemukakan oleh Filsuf Inggris John Locke (1632-1704)

pada taraf ini masih dikenal sebagai pemisahan kekuasaan yang masih dikenal dengan :

o Kekuasaan legislatif yakni membuat peraturan dan undang-undang ;

o Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasan melaksanakan Undang-Undang dan didalamnya

kekuasaan mengadili karena Locke memandang bahwa kekuasaan mengadili termasuk

pelaksanaan undang-undang dan ;

o Kekuasaan federatif ialah kekuasaan yang meliputi segala tindakan untuk menjaga

keamanan negara.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka pada tahun 1748, salah satu pemikir Preancis

yakni Montesquieu mengembangkan pemikiran tersebut dengan mengemukakan bahwa Trias

Politica adalah system pembagian kekuasaan. Menurut dia ketiga jenis kekuasaan itu haruslah
terpisah satu sama lain baik mengenai tugas (fungsi) maupun alat perlengkapan (organ) yang

menyelenggarakannya, dia membagi kekuasaan yakni menjadi Kekuasaan yaitu :

❑ Legislatif adalah kekuasaan membuat Undang-Undang ;

❑ Kekuasaan Ekesekutif adalah kekuasaan menyelenggarakan Undang-Undang

❑ Kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan untuk mengadili atas pelanggaran

Undang-Undang, karena dia memandang bahwa kekuasaan pengadilan (yudukatif) itu

sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri.

Doktrin Montesquieu ini banyak mempengaruhi Negara-negara eropa bahkan

Amerika , karena doktrin tersebut paling banyak mencerminkan trias politica dalam konsep

aslinya, sehingga sampai saat ini Indonesia pun menganut trias politica dalam arti Pembagian

Kekuasaan. Hal ini jelas dari pembagian Bab dalam Undang-Undang 1945. Misalnya Bab III

tetang Kekuasaan Pemerintahan Negara, Bab VII tentang Dewan Perwakilan Rakyat dan Bab

IX tentang Kekuasaan Kehakiman.

CHAPTER IV

KEWENANGAN DAN LEGITIMASI

A. Kewenangan
Kewenangan adalah kekuasaan yang mendapatkan keabsahan atau legitimasi.

Kewenangan adalah hak moral untuk membuat dan melaksanakan keputusan politik. Hak

moral untuk melakukan kegiatan mencapai tujuan disebut kewenangan

1. Sumber kewenangan

2. Tradisi – keluarga atau darah biru

3. Kekuatan sakral seperti Tuhan, Dewa dan wahyu seperti kerajaan

4. Kualitas pribadi seperti atlit, artis

5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur prosedur dan syarat menjadi pemimpin

6. Instrumental yaitu kekayaan dan keahlian iptek

2. Tipe kewenangan

1. Kewenangan prosedural yaitu berasal dari peraturan perundang-undangan

2. Kewenangan substansial yaitu berasal dari tradisi, kekuatan sakral, kualitas pribadi dan

instrumental

Setiap masyarakat pasti memakai kedua tipe kewenangan ini hanya yang satu

dijadikan sebagai yang utama dan yang lain sebagai pelengkap

3. Peralihan kewenangan

a. Turun temurun – keturunan atau keluarga

b. Pemilihan – langsung atau perwakilan

c. Paksaan – revolusi, kudeta atau ancaman kekerasan.

4. Sikap Terhadap Kewenangan

1) Menerima

2) Mempertanyakan (skeptis)

3) Menolak

4) Kombinasi

B. LEGITIMASI
Legitimasi adalah pengakuan dan penerimaan masyarakat kepada pemimpin untuk

memerintah, membuat dan melaksanakan keputusan politik. Persamaan antara kekuasaan,

kewenangan dan legitimasi karena ketiganya berkaitan dengan hubungan antara pemimpin

dan yang dipimpin atau masyarakat.

Perbedaannya kekuasaan adalah penggunaan sumber-sumber kekuasaan untuk mempengaruhi

pembuat dan pelaksana kebijakan politik, sedangkan kewenangan adalah hak moral untuk

membuat dan melaksanakan keputusan politik (bersifat top down), adapun legitimasi adalah

pengakuan dan penerimaan kepada pemimpin (bersifat bottom up)

1. Objek legitimasi

a. Masyarakat politik - krisis identitas

b. Hukum - krisis konstitusi

c. Lembaga politik - krisis kelembagaan

d. Pemimpin politik - krisis kepemimpinan

e. Kebijakan - krisis kebijakan

krisis ini terjadi secara berurutan ketika sudah mencapai krisis kebijakan maka

sebenarnya sudah terlewati krisis identitas, krisis konstitusi, krisis kelembagaan dan krisis

kepemimpinan. Maka bila semuanya sudah mengalami krisis disebutlah krisis legitimasi.

2. Kadar Legitimasi

a. Pra legitimasi, ada dalam pemerintahan yang baru terbentuk yang meyakini memiliki

kewenangan tapi sebagian kelompok masyarakat belum mengakuinya

b. Berlegitimasi, yaitu ketika pemerintah bisa meyakinkan masyarakat dan masyarakat

menerima dan mengakuinya.

c. Tak berlegitimasi, ketika pemimpin atau pemerintah gagal mendapat pengakuan dari

masyarakat tapi pemimpin tersebut menolak untuk mengundurkan diri, akhirnya muncul
tak berlegitimasi. Untuk mempertahankan kewenangannya biasanya digunakan cara-cara

kekerasan.

d. Pasca legitimasi, yaitu ketika dasar legitimasi sudah berubah.

3. Cara Mendapat Legitimasi

1. Simbolis, yaitu memanipulasi kecenderungan moral, emosional, tradisi, kepercayaan

dilakukan secara ritualistik seperti upacara kenegaraan, parade tentara atau pemberian

penghargaan.

2. materiil/instumental yaitu menjanjikan dan memberikan kebutuhan dasar masyarakat

(basic needs) seperti sembako, pendidikan, kesehatan dll.

3. pemilu untuk memilih orang atau referendum untuk menentukan kebijakan umum.

4. Tipe Legitimasi

1. Tradisional – tradisi yang dipelihara dan dilembagakan contoh kerajaan

2. Ideologi – penafsir dan pelaksana ideologi, untuk mendapat dan mempertahankan

legitimasi bagi kewenangannya juga menyingkirkan pihak yang membangkan terhadap

kewenangannya.

3. Kualitas pribadi – kharisma, penampilan pribadi, atau prestasi

4. Prosedural – peraturan perundang-undangan

5. Instrumental – menjanjikan dan menjamin kesejahteraan materiil.

Pemimpin yang mendapatkan legitimasi berdasarkan prinsip tradisional, ideologi dan

kualitas pribadi menggunakan metode simbolis. Sedangkan pemimpin hasil dari prinsip

prosedural dan instrumental menggunakan metode prosedural dan metode intrumental.

5. Manfaat Legitimasi

1. menciptakan stabilitas politik dan perubahan sosial

2. mengatasi masalah lebih cepat

3. mengurangi penggunaan saran kekerasan fisik


4. memperluas bidang kesejahteraan atau meningkatkan kualita kesejahteraan

6.Krisis Legitimasi

1. Peralihan prinsip kewenangan

2. Persaingan yang tajam dan tidak sehat

3. Pemerintah tidak memenuhi janjinya

4. Sosialisasi kewenangan berubah

CHAPTER V

PARTAI POLITIK

A. Definisi Partai Politik

Partai Politik pertama lahir di Negara-negara Eropa Barat seperti Inggris dan Perancis.

Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang perlu diperhitungkan serta

diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik lahir secara spontan dan berkembang

menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak dan pemerintah dipihak lain.

Menurut Carl J. Friedrich : Partai politik adalah “sekelompok manusia yang

terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap

pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada

anggota partainya kemanfaatan yang bersifat adil maupun materiil

Sedangkan menurut R.H. Soltau : “Partai politik adalah sekelompok warga Negara

yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuanpolitik yang dengan

memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan menguasai pemerintahan dan

melaksanakan kebijaksanaan umum

Secara umum, partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang

anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama.


Adapun tujuan dibentuknya sebuah partai adalah untuk memperoleh kekuasaan

politik, dan merebut kedudukan politik dengan cara (yang biasanya) konstitusional yang

mana kekuasaan itu partai politik dapat melaksanakan program-program serta

kebijakan-kebijakan mereka. Misalnya dengan mengikuti pemilu legislatif. Di samping itu

juga dengan cara ilegal, seperti melakukan subversif, revolusi atau kudeta.

B. Fungsi Partai Politik

a) Fungsi Partai Politik di Negara Demokrasi

Dalam negara demokrasi, partai politik mempunyai beberapa fungsi antara lain :

1) Sebagai sarana komunikasi politik

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan

aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran

pendapat dalam masyarakat bisa diminimalkan.Di lain pihak partai politik berfungsi juga

untuk memperbincangkan dan menyebarluakan rencana-rencana dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian terjadi arus informasi serta

dialog dari atas kebawah dan dari bawah keatas, dimana partai politik memainkan

peranan sebagai penghubung antara yang memerintah dengan yang diperintah, antara

pemerintah dan warga masyarakat.

2) Sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik memainkan peran dalam membentuk pribadi anggotanya. Sosialisasi yang

dimaksudkan adalah partai berusaha menanamkan solidaritas internal partai, mendidik

anggotanya, pendukung dan simpatisannya serta bertanggung jawab sebagai warga negara

dengan menempatkan kepentingan sendiri dibawah kepentingan bersama. Partai politik

juga sebagai sarana sosialisasi politik yang diartikan sebagai proses dimana seseorang

memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku

dalam masyarakat dimana ia berada. misalnya dalam usaha menguasai pemerintahan


melalui kemenangan dalam pemilihan umum, Untuk itu partai harus memperoleh

dukungan seluas mungkin agar dapat menciptakan “image” bahwa ia memperjuangkan

kepentingan umum serta mendidik anggota-anggotanya menjadi manusia yang sadar akan

tanggung jawabnya sebagai warga Negara.

3) Sebagai sarana rekruitment politik.

Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan

politik sebagai anggota partai. Cara-cara yang dilakukan oleh partai politik sangat

beragam, bisa melalui kontrak pribadi, persuasi atau menarik golongan muda untuk

menjadi kader.

4) Sebagai sarana pengatur konflik.

Partai politik harus berusaha untuk mengatasi dan memikirkan solusi apabila terjadi

persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat. Dalam suasana demokrasi,

persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika

sampai terjadi konflik maka partai politik berusaha untuk mengatasinya. Akan tetapi

dalam praktek politik sering dilihat bahwa fungsi-fungsi tersebut diatas lebih sering

diabaikan dan tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misalnya informasi yang

diberikan justru menimbulkan kegelisahan dan perpecahan dalam masyarakat ; yang

dikejar bukan kepentingan nasional, akan tetapi kepentingan partai yang sempit dengan

akibat pengkotakan politik ; konflik tidak diselesaikan akan tetapi malah dipertajam.

5) Sebagai sarana partisipasi politik

Partai politik harus selalu aktif mempromosikan dirinya untuk menarik perhatian dan

minat warga negara agar bersedia masuk dan aktif sebagai anggota partai tersebut. Partai

politik juga melakukan penyaringan-penyaringan terhadap individu-individu baru yang

akan masuk kedalamnya.

6) Sebagai sarana pembuatan kebijakan


Fungsi partai politik sebagai pembuat kebijakan hanya akan efektif jika sebuah partai

memegang kekuasaan pemerintahan dan mendominasi lembaga perwakilan rakyat.

Dengan memegang kekuasaan, partai politik akan lebih leluasa dalam menempatkan

orang-orangnya sebagai eksekutif dalam jabatan yang bersifat politis dan berfungsi

sebagai pembuat keputusan dalam tiap-tiap instansi pemerintahan.

C. Fungsi Partai Politik di Negara Otoriter

a) Menurut faham komunis, sifat dan tujuan partai politik bergantung pada situasi apakah

partai tersebut berkuasa di negara ia berada. Partai komunis bertujuan untuk mencapai

kedudukan kekuasaan yang dapat dijadikan batu loncatan guna menguasai semua partai

politik yang ada dan menghancurkan sistem politik yang demokratis.

b) Partai komunis juga mempunyai beberapa fungsi, namun sangat berbeda dengan yang ada

di negara demokrasi. Sebagai sarana komunikasi partai politik menyalurkan informasi

dengan mengindokrinasi masyarakat dengan informasi yang menunjang partai. Fungsi

sebagai sarana sosialisasi juga lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara ke

arah dan cara berfikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan partai. Partai sebagai

sarana rekruitment politik lebih mengutamakan orang yang mempunyai kemampuan

untuk mengabdi kepada partai.

c) Jadi pada dasarnya partai komunis mengendalikan semua aspek kehidupan secara

monolitik dan memaksa individu agar menyesuaikan diri dengan suatu cara hidup yang

sejalan dengan kepentingan partai.

D. Fungsi Partai Politik di Negara Berkembang

Di negara-negara berkembang, partai politik diharapkan untuk memperkembangkan

sarana integrasi nasional dan memupuk identitas nasional, karena negara-negara berkembang

sering dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah, 

serta suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya menjadi satu bangsa.
E. Partai Politik  (Political Partai) di Indonesia

a) Masa Pra Kemerdekaan

Budi Utomo (Jkt, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modern pertama yg

melakukan perlawanan secara non fisik. Dalam perkembangannya menjadi partai-partai

politik yang didukung kaum terpelajar dan  buruh tani. Adapun partai politik yang

terbentuk pada masa pra kemerdekaan adalah sebagai berikut :

● Sarekat Islam (1912), 

● Muhammadiyah (1912),

● Indische Partij (1912),

● PKI (1921),

● PNI (1927),

● Partai Rakyat Indonesia (1930),

● Partai Indonesia (1931),

● Partai Indonesia Raya (1931).

b) Masa Pasca Kemerdekaan (Tahun 1945 – 1965)

Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah

tanggal 3 Nopember1945. Klasifikasi partai menurut dasar/ asasnya:

Klasifikasi Partai Menurut Dasar/ Asasnya


Ketuhanan Kebangsaan Marxisme Nasionalisme
▪ Partai Masjumi, ▪ Partai Nasional Indonesia ▪ Partai Komunis ▪ Partai
(PNI) Indonesia (PKI) Demokrat
▪ Partai Sjarikat Indonesia,
Tionghoa
▪ Partai Indonesia Raya ▪ Partai Sosialis
▪ Pergerakan Tarbiyan Islamiah (PTDI)
(Parindra) Indonesia
(Perti), ▪ Partai Indonesia
▪ Partai Rakyat Indonesia ▪ Partai Murba
▪ Partai Kristen Indonesia Nasional (PIN)
(PRI)
(Parkindo), ▪ Partai Buruh ▪ IPKI
▪ Partai Demokrasi Rakyat
▪ Permai
(Banteng)
▪ Partai Rakyat Nasional
(PRN)
▪ Partai Kebangsaan
Indonesia (Parki)

Kemudian partai politik hasil Pemilu 1955, dapat dikelompokan sebagai berikut :

1. Aliran Nasionalis (Partai Buruh, PNI, PRN, PIR Hazairin, Parindra, SKI, dan

PIR-Wongsonegoro).

2. Partai Islam  (Masjumi, NU, PSII, dan Perti).

3. Aliran Komunis (PKI, SOBSI dan BTI).

4. Aliran Sosialis  (PSI, dan GTI).

5. Aliran Kristen (Partai Katolik, dan Parkindo).

Kehidupan politik masa demokrasi liberal (1955 – 1959), banyak ditandai pergantian

kabinet. Persaingan antar elit partai politik besar, telah membawa negara pada instabilitas

politik, sehingga mandeknya pembangunan ekonomi dan rawannya keamanan. Akibat

konflik berkepanjangan pada Badan Konstituante gagal (merumuskan UUD yang bersifat

tetap), mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang

selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin.

c) Masa Orde Baru (Tahun 1966 - 1998)

Orde Baru (1966) melakukan pembenahan institusi politik, karena jumlah parpol

yang banyak, tidak menjamin stabilitas politik

Parpol peserta Pemilu 1971 :

o   Golongan Karya (Golkar),

o   Partai Nasional Indonesia (PNI),

o   Nahdatul Ulama (NU),

o   Partai Katolik,


o   Partai Murba,

o   Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII),

o   Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),

o   Partai Kristen Indonesia (Parkindo),

o   Partai Muslimin Indonesia (Parmusi),

o   Partai Islam Perti (Persatuan Tarbiyah Islamiyah).

o   Hasil Pemilu 1971, menunjukkan kemenangan Golkar.

Kemudian setelah itu terjadi penyederhanaan partai politik menjadi 3 partai

berdasarkan UU No. 3 Tahun 1975, Pemilu 1977 & 1982 hanya diikuti 3 (tiga) peserta

yakni sebagai berikut ;

● PPP (ke-Islaman & ideologi Islam)

● Golkar (kekaryaan dan keadilan sosial)

● PDI (demokrasi, kebangsaan/ nasionalisme dan keadilan).

d) Masa Reformasi (1998 sampai dengan sekarang):

Komposisi Partai  yang  memperoleh kursi dalam Pemilu  Legislatif  9 April 2009

yaitu :

1. Partai Demokrat                       : 148

2. Partai Golkar                            : 106

3. PDI Perjuangan                        :   94

4. Partai Keadilan Sejahtera         :   57

5. Partai Amanat Nasional           :   46

6. Partai Persatuan Pembangunan:    38

7. Partai Kebangkitan Bangsa      :   28

8. Partai Gerakan Indonesia Raya:   26

9. Partai Hati Nurani Rakyat        :   17


CHAPTER VI

NEGARA

A. Pengertian Negara

Secara etimologi dan pertumbuhan istilah negara,

negara berasal dari kata Staat (bahasa belanda dan jerman) state (bahasa inggris), etat (bahasa

perancis). suatu istilah yang abstrak menunjukkan keadaan yang tegak dan tetap. atau sesuatu

yang memiliki sifat yang tegak dan tetap

Beberapa arti kata Negara yaitu :

● Negara umum diterima sebagai pengertian organisasi territorial sesuatu bangsa.

● Negara lazim diidentifikasikan dengan pemerintah. umpamanya apabila kata itu

dipergunakan sebagai pengertian kekuasaan negara, kemauan negara dan sebagainya.

maka negara dapat diartikan sebagai organisasi territorial sesuatu bangsa yang memilki

kedaulatan

Negara dalam arti formil dimaksudkan negara ditinjau dari aspek kekuasaan, negara

sebagai prganisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat.

Definisi Negara menurut Aristotels Negara adalah persekutuan daripada keluarga dan

desa, guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya.

Definisi Negara menurut Aristotels Hogo D Groot Negara adalah suatu persekutuan

yang sempurna, daripada orang-orang yang merdeka untuk memperoleh perlindungan

hokum.

Definisi Negara ecara umum : Negara adalah suatu organisasi kekuasaan, oleh karena

dalam setiap organisasi yang bernma negara, selalu kita jumpai adanya organ atau alat
perlengkapan yang mempunyai kemampuan untuk memaksakan kehendaknya kepada

siapapun juga yang bertempat tinggal didalam wilayah kekuasaannya.

B. Unsur-unsur Negara

Adapun sesuatu dapat dikatakan Negara apabila memenuhi unsur-unsur sebagai

berikut :

● Memiliki Penduduk

● Memiiki Wilayah

● Memiliki Pemerintahan

● Mendapat Pengakuan Internasional

C. Teori Asal Usul Negara

Teori asal usul Negara terdiri dari :

1. Teori Kenyataan Yaitu teori yang menganggap bahwa memang sudah kenyataannya yakni

negara timbul apabila adanya pemerintah, adanya wilayah, adanya penduduk, dan adanya

pengakuan dari dalam dan luar negeri.

2. Teori Ketuhanan. Yaitu teori yang menganggap bahwa memang sudah kehendak Allah

Yang Maha Kuasa negara itu timbul.

3. Teori Perjanjian. Yaitu teori yang menganggap bahwa sesuatu negara terbentuk

berdasarkan perjanjian bersama.

4. Teori Penaklukan. Yaitu negara timbul karena serombongan manusia mengalahkan

rombongan manusia yang lain.

D. Tujuan dan Fungsi Negara

Menurut Aristoteles bahwa negara dibentuk dan dipertahankan karena negara

menyelenggarakan kehidupan yang baik bagi semua warga negara.


Menurut Yacobsen dan lipman: tujuan utama dari negara, memelihara ketertiban,

memajukan kesejahteraan individu, kesejahteraan dan mempertinggi moralitas. sedangkan

tujuan Negara yaitu: menurut Charles E. Merriam :

1. keamanan

2. ketertiban internal

3. keadilan.

4. kesejahteraan umum

5. kebebasan.

E. Bentuk Pemerintahan dan Bentuk Negara

Bentuk pemerintahan dan bentuk Negara adalah sebagai berikut :

1. Monarkhi : adalah suatu bentuk pemerintahan dimana seluruh kekuasaan di pegang oleh

satu orang dan berusaha mewujudkan kesejahteraan umum.

2. Tirani : bentuk pemerintahan dimana kekuasaan juga berpusat pada satu orang, tetapi

berusaha memenuhi kepentingan sendiri dan mengabaikan kepentingan umum.

3. Oligarkhi yaitu bentuk pemerintahan dimana berpusat pada beberapa orang berikhtiar

mewujudkan kesejahteraan rakyat

4. Polity yaitu bentuk pemerintahan dimana seluruh rakyat turut serta mengatur negara

dengan maksud mewujudkan kesejahteraan rakyat

5. Demokrasi yaitu bentuk pemerintahan dimana kedulatan berada ditangan rakyat banyak.

6. Okhlorasi: yaitu bentuk pemerintahan oleh sekelompok orang secara buruk.

Referensi :

1. Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996

2. Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992

3. Affan Gaffar, Politik Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002


4. Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1988

5. Ipong S. Azhar, Benarkah DPR Kita Mandul, Biograf Publishing, Yogyakarta, 1997

6. Robert A. Dahl, Analisa Politik Modern, Dewaruci Press, Jakarta, 1980

7. Inu Kencana Syafe’I, Pengantar Ilmu Politik, Remaja Rosda Karya, bandung, 1998

Anda mungkin juga menyukai