BULAN OKTOBER S/D DESEMBER 2019 RUMAH SAKIT KHUSUS PURI NIRMALA
A. PENDAHULUAN
Kegiatan surveilans infeksi Healthcare Associated Infections (HAI’s), merupakan
proses yang dinamis, komprehensif dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, menganalisis
data kejadian dalam suatu populasi yang spesifik dan melaporkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Hasil kegiatan surveilans ini dapat digunakan sebagai data dasar angka
infeksi di Rumah Sakit untuk menentukan adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) dan juga
bermanfaat untuk data diagnostik infeksi HAIs sebagai tolak ukur akreditasi RS. Oleh karena
itu perlu adanya penatalaksanaan untuk mengatasi dan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Infeksi HAIs/ infeksi rumah sakit merupakan sebuah penyakit yang berdiri sendiri
(terlepas dari keterkaitan penyakit dasar) yang muncul sebagai akibat tindakan medis dan
asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO ataupun tidak, maka infeksi HAIs dapat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang
lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat
memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan infeksi yang merupakan indikator
keselamatan pasien rumah sakit.
Pada laporan ini kami akan memaparkan hasil surveilans baik tentang angka
kejadian infeksi juga data tentang hasil survei pemakaian alat, yang mudah-mudahan
laporan ini dapat memberi gambaran mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit kita,
sehingga kita dapat memberi layanan yang lebih baik dimasa mendatang dan lebih peduli
pada pentingnya “Pengendalian Infeksi Rumah Sakit/ HAIs.”
B. TUJUAN
Tujuan dibuatnya laporan ini adalah :
1. Laporan kepada pimpinan tentang angka kejadian infeksi.
2. Untuk memberikan gambaran tentang mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
Khusus Puri Nirmala melalui angka kejadian infeksi.
3. Untuk memberi laporan, kendala-kendala / kesulitan yang terjadi
1
D. METODE
1. Hasil surveilans (outcome surveillance) yang dipantau adalah kejadian Infeks , Infeksi ,
Ventilator Acquired Pneumonia (VAP), Plebitis, infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi
aliran darah primer (IADP).
2. Hasil surveilans sering memerlukan dukungan laboratorium mikrobiologi.
E. SASARAN
Seluruh ruang rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala tentang data
kejadian infeksi dan pemakaian alat kesehatan yang terkait.
F. HASIL SURVEILANS
Tabel 1. Data Pasien Terpasang Alat Medis dan Lama Pemakaian Alat Bulan Oktober - Desember
2019
Jumlah Pasien yang Terpasang Alat Medis Lama Pemakaian Alat Medis (Hari)
Urine Intra Venous ET Urine Catheter Intra Venous ET
Catheter Catheter Catheter
Oktober 42 74 54 163 209 9
November 39 82 59 154 230 10
Desember 47 91 67 178 239 13
200 178
163 154
Oktober
150 November
91 Desember
100 74 82 67
42 39 47 54 59
50
9 10 13
0
Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien Lama Hari Lama Hari Lama Hari
Terpasang Terpasang IVC Terpasang ET Terpasang Terpasang IVC Terpasang ET
Kateter Kateter
Dari tabel di atas didapat data pemakaian alat di Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala sebagai
berikut. Alat invasif yang terpasang selama bulan Oktober s/d Desember 2019 di seluruh rawat inap
adalah infus pada 0 pasien dengan jumlah hari pemakaian kateter vena perifer (infus) selama 0
hari, 0 pada 0 pasien dengan jumlah hari pemasangan 0 hari dan pemasangan kateter pada 0
pasien dengan jumlah hari pemakaian kateter urine 0 hari. Dapat dilihat terdapat peningkatan
2
jumlah pasien yang terpasang alat medis dan lama pemakaian alat medis di Rumah Sakit Khusus
Puri Nirmala. Hal tersebut mempengaruhi kejadian infeksi di rumah sakit.
a. Capaian
Definisi : Angka Kejadian infeksi saluran kemih yang ditemukan
Standar : <4,7 ‰
6
Lama pemasangan
Kasus
Urine Catheter
4 Kejadian Infeksi
Saluran Kemih
0
Oktober November Desember
Gambar 2. Grafik Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala
b. Analisa
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah Infeksi saluran kemih merupakan infeksi bakteri
yang mengenai bagian saluran kemih. Ketika mengenai saluran kemih bawah dinamai
sistitis, dan ketika mengenai saluran kemih atas dinamai pielonefritis. Gejala untuk ISK
bawah berupa buang air kecil terasa sakit, sering buang air kecil, atau desakan untuk
buang air kecil, sedangkan untuk ISK atas berupa demam dan nyeri panggul.
3
Dari hasil survey yang dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) selama 3 bulan didapatkan hasil belum memenuhi standar pada bulan Oktober s/d
Desember walaupun sudah terdapat sedikit tren penurunan. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh cara pemasangan kateter yang belum baik, prosedur operasi yang belum steril,
prosedur aseptik yang belum dijalankan dengan baik, perawatan kateter yang belum baik
selama di bangsal, pelaporan yang belum rutin, dan lain-lain. Diharapkan di triwulan
berikutnya monitoring kejadian infeksi saluran kemih dapat dijalankan dengan baik
sehingga dapat memenuhi target standar <4,7 ‰.
2.Kejadian Phlebitis
a. Capaian
Definisi : Angka phlebitis yang ditemukan
Standar : <2 ‰
Tabel 4. Angka Kejadian Phlebitis Bulan Oktober-Desember 2019
Kejadian Phlebitis
4
0
Oktober November Desember
4
b. Analisa
Phlebitis merupakan inflamasi atau peradangan pada pembuluh darah vena akibat
pemberian terapi intravena. Phlebitis ditandai dengan dua atau lebih gejala nyeri,
kemerahan, bengkak, indurasi, dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang
kateter intravena.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) selama 3 bulan didapatkan hasil 0% kejadian phlebitis. Hal ini bisa berarti tidak
ditemukan kejadian karena pemasangan dan pemeliharaan jalur infus yang sudah baik
atau kegiatan monitor yang tidak berjalan dengan baik. Maka dari itu perlu dilakukan
sosialisasi kepada perawat tentang tanda dan gejala phlebitis serta menjalankan kegiatan
survey lebih rutin. Diharapkan dari perbaikan ini bisa didapatkan data akurat yang ada di
lapangan serta dapat mencapai target standar 2 ‰.
3.Kejadian VAP
a. Capaian
Definisi : Angka VAP yang ditemukan
Standar : <5,8‰
Tabel 5. Angka Kejadian VAP Bulan Oktober-Desember 2015
Lama Pemasangan ET
6 Kejadian VAP
Kasus
0
Oktober November Desember
5
Gambar 4. Grafik Kejadian VAP di Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala
b. Analisa
VAP adalah bentuk infeksi rumah sakit yang paling sering ditemui di unit perawatan
intensif. Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah pneumonia yang terjadi lebih
dari 48 jam setelah pemasangan ventilasi mekanik, baik melaui pipa endotrakeal maupun
pipa trakeostomi. Tanda dan gejala VAP adalah adanya gambaran infiltrat baru dan
menetap pada foto toraks disertai salah satu tanda yaitu, hasil biakan darah atau pleura
sama dengan mikroorganisme yang ditemukan di sputum maupun aspirasi trakea,
kavitasi pada foto torak, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga gejala berikut yaitu
demam, leukositosis, dan sekret purulen.
Faktor risiko pneumonia sangat banyak antara lain penyakit kronik (misalnya
penyakit jantung, PPOK, diabetes, alkoholisme), perawatan di rumah sakit yang lama,
koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal, malnutrisi , usia lanjut,
pengobatan steroid, pengobatan antibiotik, waktu operasi yang lama, sepsis, syok
hemoragik, infeksi berat di luar paru dan cidera paru akut serta bronkiektasis. Sedangkan
factor lain yang berpengaruh adalah tindakan pembedahan yaitu torakotomi, operasi
abdomen atas, dan operasi abdomen bawah. Penggunaan antibiotik meningkatkan
kejadian kolonisasi di saluran pernafasan. Kontaminasi pada peralatan terapi pernapasan
juga menjadi faktor risiko. Pemasangan pipa/selang nasogastrik menjadi faktor risiko
aspirasi asam lambung. Serta lingkungan rumah sakit seperti kepatuhan petugas untuk
cuci tangan, penatalaksanaan dan pemakaian alat-alat yang tidak sesuai prosedur, dan
perawatan pasien dengan MDR tidak di ruang isolasi.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) selama 3 bulan didapatkan hasil 0% kejadian VAP. Hal ini bisa disebabkan karena
pemasangan entotrakeal tube (ET) yang singkat yaitu pada saat pasien dilakukan operasi,
lama perawatan yang singkat di rumah sakit, serta waktu operasi yang singkat. Maka dari
itu faktor risiko terjadinya VAP sangat kecil. Maka perlu dilakukan sosialisasi kepada
perawat tentang pencegahan kejadian VAP di rumah sakit. Diharapkan dari perbaikan ini
bisa didapatkan data yang akurat ada di lapangan serta dapat mencapai target standar
a. Capaian
Definisi : Angka IADP yang ditemukan
Standar : <3,5 ‰
6
Tabel 7. Angka Kejadian IADP Bulan Oktober-Desember 2019
8
Lama Pemasangan Intravenous
Catheter
6
Kejadian IADP
Kasus
0
Oktober November Desember
7
itu masa perawatan yang singkat selama di rumah sakit yaitu 3 hari sehingga semakin
kecil kemungkinan untuk ditemukan kejadian IADP.
Diharapkan pada triwulan berikutnya follow up kejadian IADP bisa diperbaiki
dengan cara sosialisasi tanda dan gejala IADP kepada dokter dan perawat, memonitor
pasien di rawat jalan yang menjalani kontrol post operasi. Sehingga dapat memenuhi
standar yang diharapkan yaitu sebesar <3,5 ‰
G. REKOMENDASI
1. Mengajukan usulan pemeriksaan peta kuman dan pemeriksaan swap alat setelah
disetrilkan untuk mengevaluasi hasil sterilisasi.
2. Pengusulan sterilisasi kamar operasi secara rutin
3. Pengadaan kelengkapan APD yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Pengusulan pemakaian cairan desinfeksi yang sesuai standar
H. TINDAK LANJUT
1. Monitoring dan evaluasi dan reedukasi kembali cara penggunaan APD dan kebersihan
tangan sesuai rekomendasi.
2. Monev (Monitoring dan evaluasi) tools surveilens dan SPO yang terkait
3. Lakukan audit PPIRS secara berkelanjutan serta pengumpulan data / pelaporan harus
sesuai dengan kejadiannya dan harus dipahami kapan kita laporkan sebagai infeksi,
sehingga tidak ada yang ditutupi atau bahkan dilebihkan.
4. Susun dan sosialisasikan tentang bundle HAIs beserta SPO yang terkait
5. Laksukan audit ulang tentang sterilisasi
I. PENUTUP
Pengendalian infeksi HAIs masih perlu ditingkatkan lagi, karena angka yang didapatkan
dari data surveilens Oktober-Desember 2015 masih dibawah standar. Masih diperlukan
pembenahan disemua lini, dilaksanakan dan disadari oleh semua pihak agar secara
berkesinambungan infeksi HAIs di Rumah Sakit Khusus Puri Nirmala dapat dicegah dan
dikendalikan serta dukungan manajemen yang berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk
pelayanan yang baik dan berkualitas serta terlaksananya program-program PPIRS.
Demikian laporan ini dibuat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumah sakit yang
dapat memberikan pelayanan yang bermutu.