Anda di halaman 1dari 14

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Modul 2 Profesional : Aljabar dan Program Linier


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. KB 1 : Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan
Linear
2. KB 2 : Matriks dan Vektor pada Bidang dan
Ruang
3. KB 3 : Program Linear
4. KB 4 : Pembelajaran Aljabar
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang 1. KB 1 : Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan
dipelajari Linear

1. Bentuk Aljabar
Bentuk Aljabar dapat didefinisikan sebagai
suatu bentuk matematika yang
penyajiannya memuat huruf-huruf yang
mewakili bilangan yang belum diketahui.
unsur-unsur yang memuat bentuk aljabar
 Suku
Suku adalah bagian dari bentuk
aljabar yang dipisah dengan tanda -
atau +.
 Faktor
Faktor adalah bilangan yang dapat
membagi bilangan lain atau
dihasilkan dari kali.
 Koefisien
Koefisien adalah faktor bilangan
pengali suatu peubah.
 Konstanta
Konstanta adalah bilangan yang
berdiri sendiri (bilangan konstan /
tetap) .
 Suku sejenis dan tidak sejenis
Suku sejenis memiliki peubah dan
pangkat dari peubah yang sama. Jika
berbeda maka disebut sebagai suku
tidak sama atau suku tidak sejenis.
a. Operasi Bentuk Aljabar
Operasi hitung bentuk aljabar tidak
berbeda dengan operasi hitung pada
bilangan bulat antara lain penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan suku aljabar dilakukan
dengan cara menjumlahkan atau
mengurangkan koefisien antara suku-
suku yang sejenis.
sifat-sifat operasi hitung pada bilangan antara
lain :
 Sifat komutatif penjumlahan, yaitu a +
b=b+a
 Sifat asosiatif penjumlahan, yaitu a + (b + c)
= (a + b) + c
 Sifat komutatif perkalian, yaitu a × b =
b×a
 Sifat asosiatif perkalian, yaitu a × (b × c) =
(a × b) × c

b. Perkalian antarsuku Bentuk Aljabar


Pada perkalian antarsuku bentuk aljabar,
kita dapat menggunakan sifat distributif
sebagai konsep dasarnya.

c. Pemfaktoran Bentuk Aljabar


Pemfaktoran bentuk aljabar adalah
menyatakan bentuk penjumlahan suku-
suku ke dalam bentuk perkalian atau
faktor. Bentuk xy merupakan perkalian
dari x dengan y, sehingga dalam hal ini
menjadi faktor dari xy adalah x dan y.
Begitu juga dengan bentuk a(x + y), dimana
faktor dari a(x + y) adalah a dan (x + y).

2. Persamaan dan Pertidaksamaan


a. Persamaan
 Persamaan adalah kalimat terbuka
yang menggunakan tanda hubung ” = ”
(sama dengan).
 Persamaan linear dengan satu variabel
(PLSV) adalah suatu persamaan yang
memiliki satu variabel (peubah) dan
pangkat tertingginya satu. Bentuk
umum persamaan linier : ax + b = c, a
≠ 0, x sebagai variabel.
 Penyelesaian (solusi) dari suatu PLSV
adalah bilangan real yang
menggantikan variabel sehingga
persamaan tersebut menjadi bernilai
benar.
 Persamaan linear dengan dua variabel
(PLDV) adalah persamaan yang
memiliki dua peubah dan pangkat
tertingginya satu. Bentuk umumnya:
ax + by = c, a ≠ 0, b ≠ 0, x dan y
sebagai variabel.
 Penyelesaian (solusi) dari PLDV adalah
bilangan terurut (x1,y1) sedemikian
hingga jika disubstitusikan x1 untuk x
dan y1 untuk y mengakibatkan
persamaan menjadi bernilai benar.
Himpunan penyelesaian (HP) dari
PLDV adalah himpunan semua
bilangan terurut (x1,y1) yang
merupakan solusi dari PLDV tersebut.
Perlu ditekankan bahwa (x1,y1) ≠
{x1,y1}.

b. Pertidaksamaan
 Menurut El-khateeb (2016),
pertidaksamaan dapat diartikan
sebagai kalimat matematis yang
dibangun dengan menggunakan satu
atau lebih simbol (<, >, ≤ atau ≥) untuk
membandingkan 2 kuantitas.
 Pertidaksamaan linear adalah
pertidaksamaan yang pangkat tertinggi
dari variabelnya adalah satu.
 Menyelesaikan pertidaksamaan artinya
mencari nilai dari variabel yang
membuat hubungan dua kuantitas
dalam urutan yang benar.
 Penyelesaian pertidaksamaan adalah
nilai dari variabel yang membuat
pertidaksamaan menjadi kalimat yang
benar
 Himpunan semua penyelesaian dari
pertidaksamaan disebut himpunan
penyelesaian pertidaksamaan.
 Himpunan penyelesaian
pertidaksamaan linear dalam bentuk
ax + by < c terdiri dari titik-titik pada
salah satu sisi garis yang didefinisikan
dalam brntuk ax + by = c. Grafik
pertidaksamaan linearnya disebut
paruh bidang (half-plane)
Menyelesaikan pertidaksamaan linear
dua variabel dengan cara sebagai
berikut:
a. Ubah tanda pertidaksamaan
menjadi tanda sama dengan.
Gambar garis l yang persamaannya
ax + by = c (putus - putus jika
tanda < atau > , tidak putus-putus
jika tandanya ≤ atau ≥ ).
b. Ambil titik uji P yang tidak berada
pada garis dan cek apakah
memenuhi pertidaksamaan
c. Jika titik P memenuhi
pertidaksamaan maka himpunan
penyelesaiannya adalah himpunan
titik-titik pada paruh bidang (half-
plane) yang memuat P.
d. Jika titik P tidak memenuhi
pertidaksamaan maka himpunan
penyelesaiannya adalah himpunan
titik-titik pada paruh bidang (half-
plane) di sisi lain garis l
e. Arsir daerah yang tidak memenuhi
pertidaksamaan.
f. Himpunan penyelesaiannya dalam
gambar berupa daerah sehingga
disebut dengan daerah
penyelesaian.

3. Sistem Persamaan Linear (SPL)

a. Pengertian Sistem Persamaan Linear


(SPL) dan Solusi SPL
Persamaan linear dengan n variabel adalah
persamaan yang berbentuk

a1x1 + a2x2 + … + anxn = b


dengan a1 , a2 , …, an , b bilangan-bilangan
riil dan tidak semuanya nol.
Sistem persamaan linear (SPL) yang terdiri
atas n persamaan dengan p variabel

dengdengan aij dan bi bilangan-bilangan


real untuk setiap i = 1,2,…,n dan j = 1,2,
….,p

b. Jenis-jenis SPL
Berdasarkan SPL dalam bentuk Ax = B,
maka SPL dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
 SPL homogen, jika B = 0.
 SPL non homogen, jika B  0.

Berdasarkan solusi yang dimiliki oleh


SPL, maka SPL dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:
 SPL konsisten (consistent), jika SPL
tersebut mempunyai solusi.
 SPL tak konsisten (inconsistent),
jika SPL tersebut tidak mempunyai
solusi.

c. Metode Penyelesaian SPL


Ada beberapa cara (metode) yang sering
digunakan untuk menentukan solusi dari
suatu SPL, antara lain:
 metode grafik (khusus untuk metode
grafik lebih tepat digunakan untuk
SPLDV)
 metode eliminasi
 metode substitusi
 metode gabungan (eliminasi dan
substitusi).
 metode Operasi Baris Elementer
(OBE) pada matriks yang diperbesar
dari SPL

4. Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel


Dua bentuk pertidaksamaan linear dua
variabel yang dikolaborasikan akan
membentuk sistem pertidaksamaan linear
dua variabel. Himpunan penyelesaian dari
sistem pertidaksamaan linear dua variabel
adalah semua titik yang memenuhi semua
pertidaksamaan dalam sistem
pertidaksamaan tersebut. Langkah-langkah
untuk menentukan penyelesaian dari sistem
pertidaksamaan linear dua variabel adalah
sebagai berikut:
a. Gambar daerah penyelesaian
pertidaksamaan yang pertama.
b. Gambar daerah penyelesaian
pertidaksamaan yang kedua, dst
c. Himpunan penyelesaian (berupa
daerah penyelesaian sistem
pertidaksamaan linear dua
variabelnya) adalah irisan dua daerah
penyelesaian pada langkah 1 dan 2.

2. KB 2: MATRIKS DAN VEKTOR PADA BIDANG


DAN RUANG
1. Matriks dan Determinan
 Matriks adalah susunan persegi panjang
dari bilangan-bilangan
 Jenis-jenis Matriks antara lain :
1) Matriks persegi,
2) matriks segitiga bawah,
3) matriks segitiga atas,
4) matriks segitiga,
5) matriks diagonal,
6) matriks skalar,
7) matriks identitas,
8) matriks nol, dan
9) matriks kolom
 Dua matriks dikatakan sama jika kedua
matriks tersebut berukuran sama dan
komponen yang bersesuaian sama
 Operasi pada Matriks
a. Jika A dan B matriks yang berukuran
sama, maka jumlah A + B merupakan
matriks yang diperoleh dengan
menjumlahkan komponen-komponen
matriks A dan B yang bersesuaian
b. Jika A sembarang matriks dan a
sembarang skalar, maka hasil kali
skalar αA adalah matriks yang
diperoleh dengan mengalikan setiap
komponen dari A dengan α
c. Jika A=[ aij ] adalah matriks p x q dan
B=[ b ij ] matriks q x r maka hasil kali AB
merupakan matriks berukuran p x r
q
yang komponennya ( AB )ij =∑ aik bkj
k=1
d. Teorema matriks Berlaku sifat
komutatif penjumlahan, sifat asosiatif
penjumlahan, sifat asosiatif perkalian,
sifat distributif kiri perkalian terhadap
penjumlahan, dan sifat distributif
kanan perkalian terhadap
penjumlahan
 Invers Matriks
a. Jika A matriks persegi dan terdapat
matriks B sedemikan sehingga

AB = BA = I

maka A dikatakan invertibel dan B


dikatakan Invers A. jika A invertibel,
maka inversnya dinyatakan dengan
simbol A−1
b. Teorema
Jika B dan C keduanya merupakan
invers dari matriks A, maka B = C
c. Teorema
Matriks A= ( ac bd) invertibel jika ad – bc
ad−bc −c a )
(
−1 1 d −b
≠ 0 dan A =
d. Teorema
Jika A dan B matriks invertibel
berukuran sama, maka AB invertibel
dan ( AB )−1=B−1 A−1
e. Definisi
Jika A matriks persegi, maka
didefinisikan pangkat bulat non-negatif
dari A
0 n
A =I , A = A . A . … . A (n>0)

n faktor
Jika A invertibel, maka didefinisikan
pangkat bulat negatif dari A
n
A−n=( A−1) , ( n> 0 )
f. Teorema
Jika A matriks persegi dan r dan s
bilangan bulat, maka
s
A A = A dan ( A r ) =A rs
r s r+s

g. Teorema
Jika A matriks invertibel, maka
−1
(1) A−1 invertibel dan ( A−1 ) = A
−1 n
(2) An invertibel dan ( A n) =( A−1 ) untuk
n = 0, 1, 2, …
(3) Untuk sembarang skalar tak nol,
matriks kA invertibel dan
1
( kA )−1= A−1
k
 Transpos Matriks
a. Definisi
Jika A matriks p x q maka transpose A,
atau AT didefinisikan sebagai matriks q
x p yang diperoleh dari menukar baris
dan kolom A, yaitu kolom pertama dari
T
A merupakan baris pertama matriks A,
kolom kedua dari AT merupakan baris
kedua dari A, dan seterusnya
b. Teorema
T
(1) ( AT ) =A
(2) ( A+ B)T = A T + BT
(3) ( kA )T =k ( A )T dengan k sebarang skalat
(4) ( AB )T =BT A T
 Matriks Elementer dan Metode mencari
Invers Matriks
a. Definisi
Suatu matriks n x n disebut matriis
elementer jika dapat diperoleh dari
matriks identitas berukuran n x n
dengan melakukan satu operasi baris
elementer
b. Teorema
Jika matriks A dikalikan dengan matriks
elementer E, maka hasilnya EA adalah
matriks A yang dikenai operasi baris
elementer yang sama dengan operasi
baris elementer yang dikenakan pada I
untuk mendapatkan E
c. Teorema
Setiap matriks elementer adalah
invertibel dan inversnya merupakan
matriks elementer
d. Teorema
Jika matriks n x n, maka pernyataan
berikut ekuivalen
(1) A invertibel
(2) AX = 0 hanya punya penyelesaian
trivial
(3) Bentuk eselon baris tereduksi dari A
adalah In
(4) A dapat dinyatakan sebagai hasil kali
matriks elementer
e. Teorema
Setiap SPL mempunyai penyelesaian
tubggal atau mempunyai tak hingga
penyelesaian atau tidak mempunyai
penyelesaian
f. Teorema
Jika A matriks n xn yang invertibel,
maka untuk setiap matriks b berordo n
x 1, setiap persamaan Ax = b
mempunyai tepat satu penyelesaian,
yaitu x= A−1 b
 Determinan
a. Definisi
Permutasi himpunan bilangan-bilangan
bulat {1, 2, 3, …, n} adalah susunan
bilangan-bilangan bulat ini yang
menurut suatu aturan tanpa
menghilangkan atau mengulangi
bilangan-bilangan tersebut
b. Definisi
Sebuah permutasi dikatakan permutasi
genap jika banyaknya inversi
seluruhnya adalah bilangan bulat
genap. Sebuah permutasi ganjil jika
banyaknya inversi seluruhnya adalah
bilangan bulat ganjil
c. Definisi
Misalkan A=( aij )nxn. Hasil kali elementer
dari A adalah sietiap hasil kali n
komponen dari A, yang berasal dari
baris dan kolom yang berbeda
d. Definisi
Hasil kali elementer bertanda dari
matriks A=( aij )nxn adalah hasil kali
elementer a ji a j 2 a j 3 … a jn dikalikan
dengan 1 atau -1 dengan atura
dikalikan1 jika ¿ adalah permutasi
genap dan dikalikan -1 jika ¿ adalah
permutasi ganjil
e. Definisi
Misalkan A matriks persegi. Determinan
A, ditulis det(A) atau |A|, dan
didefinisikan sebagai jumlah semua
hasilkali elementer bertanda A
 Sifat-sifat Determinan Matriks
a. Teorema
Jika A=[aij ] matriks berukuran n x n,
maka berlaku sifat-sifat berikut :
(1) Jika A memuat baris nol maka det(A)
=0
(2) Jika A matriks segitiga maka det(A) ¿
a 11 a22 a33 … ann
(3) Jika B matriks yang diperoleh dari A
dengan baris ke I dan B sama dengan
k kali baris ke I dan A atau kolom ke
j dari B sama dengan k kali kolom ke
j dari A, maka det(B) = k.det (A)
(4) Jika B matriks yang diperoleh dari A
dengan menukar dua baris atau dua
kolom dari A maka det(B) = -det(A)
(5) Jika B matriks yang diperoleh dari A
dengan baris ke I dan B sama baris
ke I dari A ditambah k kali baris ke
jdari A atau kolom ke I dari B sama
dengan kolom ke I dari A ditambah k
kali kolom ke j dari A, maka det(B) =
det(A)
(6) det(A) = det( AT )
(7) jika C suatu matriks nxn maka
det(AC) = det(A) . det(C)
b. Definisi
Misalkan A=[ aij ] matriks berukuran
nxn. Minor a ij ditulis M ij didefinisikan
sebagai determinan sub matriks A
setelah baris ke-I dan kolom ke-j
dihilangkan. Bilangan C ij =(−1 )i+ j M ij
disebut kofaktor a ij. Matriks [Cij ]nxn
disebut matriks kofaktor dari A dan
T
matriks [Cij ] disebut adjoin dari A,
ditulis adj(A)
c. Teorema
Misalkan A=[ aij ] matriks berukuran
nxn, maka
(1) Det(A) ¿ ai 1 Ci 1 +ai 2 Ci 2 +…+ a¿ C¿
(ekspansi kofaktor sepanjang kolom
ke i) atau Det(A)
¿ aij Cij +a2 j C 2 j +…+ anj C nj (ekspansi
kofaktor sepanjang kolom ke j)
(2) A invertibel jika dan hanya jika det(A)
≠0
1
(3) det( A )=
−1

det ⁡( A)
−1 1
(4) A = adj( A)
det ( A )
 Aturan Cramer
Jika Ax = b SPL dengan n persamaan dan
n variabel dengan det(A) ≠ 0, maka
mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu:
det ⁡( A 1 ) det ⁡( A1 ) det ⁡( A n )
x 1= , x 2= , … xn =
det ⁡( A ) det ⁡(A ) det ⁡( A )
2. Vektor pada Bidang dan Ruang
 Vektor-vektor pada bidang dan ruang dapat
dinyatakan secara geomteris sebagai ruas-
ruas garis berarah
 Definisi
v+w=w+v
 Definisi
V – w = v + (-w)
 Definisi
kv = 0 jika k = 0 atau v = 0
 Vektor pada sistem koordinat kartesius
Dua vektor ( v 1 , v 2 ) dan ( w1 , w2 ) ekuivalen jika
dan hanya jika v1 =w1 dan v 2=w2 . Jika
v=( v1 , v 2 ) dan w=( w1 , w 2 ) maka
v+ w=( v 1 +w 1 , v2 + w2 ). Jika v=( v1 , v 2 ) dan k
sebarang skalar kv = ( k v 1 , kv 2 )

Jika P1=( x 1 , y1 , z 1) dan P2=( x 2 , y 2 , z 2 ) maka


⃗P 1 P2=⃗ O P1−⃗ O P 2= ( x 2 , y 2 , z 2 ) -
( x 1 , y 1 , z 1 ) =( x 2−x 1 , y 2− y 1 , z 2−z 1 ). Jadi
⃗P 1 P2=( x 2−x 1 , y2 − y 1 , z2 −z1 )
 Norm Vektor
 Teorema
(1) u + v = v + u
(2) (u + v) + w = u + (v + w)
(3) u + 0 = 0 + u
(4) u + (-u) = 0
(5) k(I u) = (kI) U
(6) k(u + v) = ku +iv
(7) (k + I)u = ku + Iv
(8) I u = u
 Hasil Kali Titik
 Definisi

{
u . v= ǁuǁ ǁvǁcos θ jika u≠ 0 , v ≠ 0
0 jikau=0 atau v=0
 Teorema
1
(1) v . v =ǁvǁ2 sehingga ǁvǁ = ( v . v ) 2
(2) θ lancip jika u . v >0 , θ tumpul jika u . v <0
dan θ siku-siku jika u . v=0
 Teorema
(1) u.v = v.u
(2) u.(v + w) = (u.v) + (u.w)
(3) k (u.v) = (ku). v = u.(kv)
(4) v.v ¿ 0 jika v ≠ 0
(5) v.v = 0 jika v = 0
 Definisi
dua vektor u dan v disebut ortogonal, ditulis
u tegak lurus v, jika u.v = 0
 Hasil Kali Silang
 Definisi
Jika u=( u1 ,u 2 , u3 ) dan v=( v1 , v 2 , v 3 ) maka
u.v = ( u2 v 3 −u3 v 2 , u3 v 1−u1 v 3 , u1 v 2−u 2 v 1, )
 Teorema
(1) u.(u x v) = 0
(2) v.(u x v) = 0
(3) ǁv × wǁ2=ǁvǁ2 ǁwǁ2−( v . w )2
(4) u.(v x w)= (u.v)v – (u.v)w
(5) (u x v).w = (u.w)v – (v.w)u
 Teorema
(1) u x v = v x u
(2) u x (v + w) = (u x v) + (u x w)
(3) (v + w) x u = (v x u) + (w x u)
(4) k(u x v) = (ku) x v = u x (kv)
(5) v x 0 = 0 x v = 0
(6) v x v = 0
 Teorema
ǁv x wǁ = luas jajar genjang
 Teorema

(1) Nilai mutlak det


(| |)
u1 u 2
v1 v2
=¿ luas jajar

genjang

(| |)
u1 u2 u 3
(2) Nilai mutlak det v 1 v2 v 3 =¿
w 1 w2 w 3
volume paralel epipedum

3. KB 3. PROGRAM LINEAR
 Program Linear
Program linear merupakan bagian dari
Operation Research yang mempelajari
masalah optimum (nilai maksimum atau
minimum). Dalam suatu masalah atau
bentuk soal cerita haruslah diubah ke dalam
bentuk model matematika. Model
matematika memuat fungsi tujuan dan
fungsi kendala
 Menyelesaikan Program Linear dengan
Metode Grafik
a. Menyelesaikan masalah program linear
dengan metode grafik dilakukan dengan 2
metode yaitu metode titik pojok dan garis
selidik
b. Nilai optimal fungsi tujuan dibandingkan
berdasar titik pojok pembentuknya
c. Menyelesaikan model matematika dengan
metode titik pojok yaitu dengan cara
gambar dulu garisnya, lalu beri arasiran
sesuai dengan daerah, temukan DHP nya,
dan substitusikan semua titik pojoknya
ke fungsi kendala untuk menentukan
nilai optimalnya.
d. Jika menggunakan metode garis selidik
yaitu dengan cara: gambar dulu
persamaan garisnya, kemudian gambar
garis selidiknya atau DPF, dan untuk
penentuan titik optimalnya yaitu titik
ekstrim terakhir yang dilalui garis selidik
e. Terdapat beberapa kasus program linear
yaitu penyelesaian tidak tunggal,
ketidaklayakan, kelebihan pembatas, dan
penyelesaian tidak terbatas
 Menyelesaikan Program Linear dengan
Metode Simpleks
Langkah-langkah
(1) Buat model matematika
(2) Tambahkan variabel surplus atau slack
pada setiap pertidaksamaan fungsi
kendala
(3) Akan diperoleh model matematika baru,
kemudian susun ke dalam tabel simpleks
(4) Pilih kolom kunci yaitu kolom yang
mempunyai nilai z j −c j terendah
aio
(5) Pilih baris kunci yaitu yang bernilah
aik
rendah dengan a ik ≥0 dan k adalah kolom
kuncinya
(6) Tentukan elemen kuncinya yaitu
perpotongan kolom kunci dengan baris
kunci
(7) Lakukan transformasi baris kunci dengan
cara membagi elemen pada baris kunci
arj
dengan elemen kunci , j =0 ,1 , 2 , … .n .
ark
(8) Lakukan transformasi baris-baris yang
lain yaitu baris baru yaitu

( ( ))
aij − aik .
arj
ark
, i≠ r

(9) Buat tabel simpleks baru dari langkah e


sd i
(10) bila tabel baru/perbaikan belum optimal
lakukan terus menerus sehingga
menemukan ∀ Z j−c j ≥ 0
(11) program optimal

 Dualitas
Pada setiap masalah program linear, selalu
ada masalah kedua yang berkaitan. Jika
model maksimumnya dianggap sebagai
primal maka model minimumnya sebagai
dual dan sebaliknya.
 Teorema
Teorema Dualitas (lemah)
(1) Jika LP1 merupakan program linear
masalah maksimum dalam bentuk
baku, LP2 merupakan program linear
minimum dalam bentuk baku, LP1 dan
LP2 merupakan dual satu sama
lainnya, maka:
(1) jika LP1 merupakan kasus
penyelesaian tidak terbatas maka LP2
merupakan kasus ketidaklayakan
(2) Jika LP2 merupakan kasus
penyelesaian tidak terbatas maka LP1
merupakan kasus ketidaklayakan
(3) Jika LP1 dan LP2 keduanya tertutup
dan dapat diselesaikan maka opt (LP1)
≤ opt (LP2)
 Teorema Dualitas Kuat
Jika LP1 dan LP2 dapat diselesaikan dan
tertutup maka berlaku pula untuk
pasanagnnya dan opt (LP1) = opt (LP2)

KB 4. PEMBELAJARAN ALJABAR
1. Teori Belajar
 Tokoh yang mendukung teori belajar pada
pembelajaran aljabar adalah Bruner, Piaget,
Asumbel, dan Vygotsky
 Menurut Bruner, untuk pengetahuan
dibentuk melalui tahapan enaktif, ikonik dan
simbolik
2. Model Pembelajaran Discovery Learning
 Model pembelajaran Discovery Learning
diperkenalkan pada tahun 1960-an oleh
Jerome Bruner
 DL menggunakan pendekatan berpusat pada
siswa dimana siswa menemukan
pengetahuan baru melalui pengalaman aktif
dan langsung serta mengkonstruksi konsep
baru berdasarkan pengetahuan yang sudah
ada.
 Sintak pembelajaran DL yaitu:
(1) stimulation,
(2) problem statement,
(3) data collecting,
(4) data procesing,
(5) veryfication dan
(6) generalization
3. Pembelajaran Abad 21
 Dikenal dengan istilah 4C yaitu Critical
thinking, communication, collaboration and
creativity
 Kurikulum 2013 revisi 2017 menekankan
pada keterampilan 4C
4. PPK
 Lima nilai karakter utama gerakan PPK yaitu
religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong,
dan integritas
 Pelaksanaan gerakan PPK dapat dilakukan 3
cara yaitu:
(1) Mengintegrasikan pada mapel dalam
struktur kurikulum dan mapel mulok
melalui kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler
(2) Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler
(3) Kegiatan pembiasaan budaya sekolah
melalui kegiatan rutin, dll
5. Perangkat Pembelajaran
 Perangkat pembelajaranya berupa silabus,
RPP, bahan ajar, program remedial dan
pengayaan, Media, dan isntrumen
 Pada RPP maksimalkan pembelajaran dengan
model DL untuk mengajarkan pembelajaran
aljabar
2 Daftar materi yang sulit
dipahami di modul ini
3 Daftar materi yang sering
mengalami miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai