Anda di halaman 1dari 24

LK: Lembar Kerja

Analisis Modul Profesional dan Modul Pedagogik


PPG PRAJABATAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Nama Aldila Mutiara Rodita - 4101021109


Mahasiswa
Ppg
Program Studi Pendidikan Matematika
Ppg
Judul Modul Aljabar dan Program Linear

Judul Kegiatan 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear


Belajar (KB) 2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang
3. Program Linear.
4. Pembelajaran Aljabar.
N Butir Respon/Jawaban Hasil Diskusi dengan
o Refleksi Teman dan Dosen
1 Daftar peta 1. KB 1 : Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear Istilah dan konsep
konsep A. Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika tersebut merupakan
(istilah dan yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk pengetahuan dasar yang
definisi) di mewakili bilangan yang belum diketahui. harus dipahami agar
modul ini. Dalam suatu bentuk aljabar terdapat unsur-unsur dapat menyelesaikan
aljabar, yang meliputi variabel (peubah), koefisien, permasalahan yang
konstanta, faktor, dan suku (suku sejenis dan suku berkaitan dengan
tidak Bentuk Aljabar
sejenis)
1) Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang
dipisah dengan tanda atau +
2) Faktor adalah bilangan yang membagi
bilangan lain atau hasil kali.
3) Koefisien adalah faktor bilangan pada hasil
kali dengan suatu peubah.
4) Konstanta adalah lambang yang menyatakan
bilangan tertentu (bilangan konstan /
tetap) .
5) Suku sejenis dan tidak sejenis, Suku sejenis
memiliki peubah dan pangkat dari peubah
yang sama. Jika berbeda, disebut dengan suku
tidak sama atau suku tidak sejenis.
a. Operasi Bentuk Aljabar
Operasi hitung pada bentuk aljabar tidak berbeda
dengan operasi hitung pada bilangan bulat, yakni
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian.
a) Operasi hitung penjumlahan dan
pengurangan suku aljabar dilakukan
dengan cara menjumlahkan atau
mengurangkan koefisien antara suku-suku
yang sejenis.
b) Operasi hitung perkalian dan pembagian
suku aljabar dilakukan dengan
menggunakan sifat-sifat operasi hitung
pada bilangan riil,
b. Perkalian antarsuku Bentuk Aljabar
Pada perkalian antarsuku bentuk aljabar, kita
dapat menggunakan sifat distributif sebagai
konsep dasarnya
c. Pemfaktoran Bentuk Aljabar
Untuk memfaktorkan bentuk aljabar dapat
dilakukan dengan menggunakan hukum
distributif. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah mencari faktor
persekutuan terbesar dari setiap suku aljabar.
B. Persamaan Aljabar
1) Persamaan adalah kalimat terbuka yang
menggunakan tanda hubung ” = ” (sama
dengan).
2) Persamaan linear dengan satu variabel
(PLSV) adalah suatu persamaan yang
memiliki satu variabel (peubah) dan pangkat
tertingginya satu.
Bentuk umumnya: ax+b=c, a≠0, x sebagai
variabel
3) Penyelesaian (solusi) dari suatu PLSV adalah
bilangan real yang menggantikan variabel
sehingga persamaan tersebut menjadi bernilai
benar.
4) Persamaan linear dengan dua variabel
(PLDV) adalah persamaan yang memiliki dua
peubah dan pangkat tertingginya satu.
Bentuk umumnya:ax+by=c, a≠0, b≠0, x dan y
sebagai variabel
5) Penyelesaian (solusi) dari PLDV ax+by=c
adalah bilangan terurut(x1,y1) sedemikian
hingga jika disubstitusikan x1 untuk x dan y1
untuk y mengakibatkan persamaan menjadi
bernilai benar.
Himpunan penyelesaian (HP) dari PLDV
ax+by=c adalah himpunan semua bilangan
terurut (x1,y1) yang merupakan solusi dari
PLDV tersebut.
Perlu ditekankan bahwa (x1,y1) ≠ {x1,y1}.
C. Pertidaksamaan Aljabar
Pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang
dibangun dengan menggunakan satu atau lebih
simbol (<, >, ≤, atau ≥) untuk membandingkan 2
kuantitas. Pertidaksamaan
linear adalah pertidaksamaan yang pangkat tertinggi
dari variabelnya adalah satu.
Pertidaksamaan linear satu variabel dinyatakan
dalam bentuk x>a
Pertidaksamaan linear 2 variabel dapat dinyatakan
dalam 2 bentuk yaitu y>mx+c atau ax+by<c.
Menyelesaikan pertidaksamaan artinya mencari nilai
dari variabel yang membuat hubungan dua kuantitas
dalam urutan yang benar. Nilai dari variabel yang
membuat pertidaksamaan menjadi kalimat yang
benar disebut penyelesaian pertidaksamaan.
Himpunan semua penyelesaian dari pertidaksamaan
disebut himpunan penyelesaian pertidaksamaan.
D. Sistem Persamaan Linear
1) Pengertian Sistem Persamaan Linear (SPL)
dan solusi SPL
a. Persamaan linear dengan n variabel adalah
persamaan yang berbentuk
a1x1 + a2x2+ … + anxn = b,, dengan a1 , a2 , …,
an , b bilangan-bilangan riil dan a1 , a2 , …, an
tidak semuanya nol
Sistem persamaan linear (SPL) yang terdiri
atas n persamaan dengan p variabel

a11x1+a12x2+...+a1p+xp=b1
x1 , x2 ,… , xp berbentuk
a21x1+a22x2+...+a2p+xp=b2 (*)

an1x1+an2x2+...+anp+xp=bn
dengan aij dan bi bilangan-bilangan real untuk
setiap i= 1,2,…,n dan j=1,2,…,p
Bilangan-bilangan terurut (c1, c2, …, cp)
disebut penyelesaian (solusi) untuk SPL (*)
jika
a11x1+a12x2+...+a1p+xp=b1
a21x1+a22x2+...+a2p+xp=
an1x1+an2x2+...+anp+xp=bn
Bilangan-bilangan aij untuk setiap i=1,2,…,n
dan j=1,2,…, p dalam (*) dinamakan koefisien
variabel-variabel SPL, sedangkan biuntuk
setiap i= 1,2,…,n dinamakan konstanta SPL.
Penggunaan tanda “{“ dalam (*) menunjukkan
bahwa bentuk tersebut merupakan suatu
sistem, artinya persamaan-persamaan tersebut
saling terkait. Oleh karenanya dalam penulisan
suatu SPL digunakan tanda “{“. Terkadang
“tanda kurung
kurawal” diletakkan di bagian belakang,
sehingga menggunakan tanda “}”.
Sebagaimana sistem persamaan yang sering
dikenal yakni SPLDV (sistem persamaan linear
dua variabel) dan SPLTV (sistem persamaan
linear tiga
variabel), maka bentuk umum SPLDV dan
SPLTV dituliskan sebagai berikut.

Himpunan semua penyelesaian dari suatu SPL


dinamakan Himpunan Solusi atau Himpunan
Penyelesaian (HP)
2) Jenis-jenis SPL
Dengan menggunakan matriks, maka

Berdasarkan SPL dalam bentuk AX=B, maka SPL


dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) SPL homogen, jika B=O.
b) SPL non homogen, jika B≠O.
Berdasarkan solusi yang dimiliki oleh SPL, maka
SPL dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) SPL konsisten (consistent), jika SPL tersebut
mempunyai solusi.
b) SPL tak konsisten (inconsistent), jika SPL
tersebut tidak mempunyai solusi.
3) Metode Penyelesaian SPL
Metode yang sering digunakan untuk menentukan
solusi dari suatu SPL, metode grafik, metode
eliminasi, metode substitusi, dan metode
gabungan (eliminasi dan substitusi).
v=⃗⃗⃗⃗⃗
Vektor-vektor yang panjang dan arahnya sama
disebut ekivalen. Jika v dan w ekivalen, ditulis v
= w. Vektor yang panjangnya nol disebut vektor
nol, dinotasikan 0. Vektor nol mempunyai arah ke
segala arah.
Definisi 2.16
Jika v dan w dua vektor tak-nol maka jumlah v +
w adalah vektor yang ditentukan sebagai berikut.
Letakkan vektor w sedemikian sehingga titik
pangkalnya berimpit dengan titik ujung v. Vektor
v+w disajikan dengan panah dari titik pangkal v
ke titik ujung dari w.

Didefinisikan 0 + v = v + 0 = v untuk sebarang


vektor v.
Jika v sebarang vektor tak-nol maka vektor w
yang memenuhi v + w = 0 adalah vektor yang
panjangnya sama dengan panjang vektor v tetapi
arahnya berlawanan, dinotasikan dengan w = - v
Didefinisikan - 0 = 0
Definisi 2.17
Jika v dan w sebarang dua vektor maka
pengurangan w dari v didefinisikan oleh v – w =
v + (-w).
Definisi 2.18
Jika v vektor tak-nol dan k skalar tak-nol maka
hasilkali skalar kv didefinisikan sebagai vektor
yang panjangnya kali panjang vektor v dan
arahnya sama
dengan arah v jika k 0 dan berlawanan arah
dengan vektor v jika k 0.
Didefinisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0.

2. KB 2: Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang Istilah dan konsep
A. Matriks dan Determinan tersebut merupakan
1) Matriks pengetahuan dasar yang
Matriks adalah susunan persegi panjang dari harus dipahami agar
bilangan-bilangan. Bilanganbilangan pada dapat menyelesaikan
susunan tersebut disebut entri atau komponen permasalahan yang
atau elemen dari matriks. berkaitan dengan
Dua matriks dikatakan sama jika kedua Matriks dan Vektor
matriks tersebut berukuran sama dan pada Bidang dan Ruang
komponen yang bersesuaian sama
a. Jenis-jenis Matriks
a) Matriks A disebut matriks persegi
berorder n jika A mempunyai n baris
dan n kolom. Komponen a11, a22, …,
ann disebut komponen diagonal utama
dari A.
b) Matriks A disebut matriks segitiga
bawah jika semua komponen di atas
diagonal utama nol.
c) Matriks A disebut matriks segitiga atas
jika semua komponen di bawah
diagonal utama nol.
d) Matriks A disebut matriks segitiga jika
matriks A merupakan matriks segitiga
atas atau segitiga bawah.
e) Matriks A disebut matriks diagonal
jika A merupakan matriks segitiga atas
dan matriks segitiga bawah.
f) Matriks A disebut matriks skalar jika
A merupakan matriks diagonal dan
komponen pada diagonal utama sama.
g) Matriks A disebut matriks identitas
jika A merupakan matriks persegi
yang semua komponen pada diagonal
utama adalah 1 dan komponen lainnya
0. Matriks identitas ditulis I. Jika
ukuran matriks diperhatikan, maka
matriks identitas nxn ditulis In.
h) Matriks A disebut matriks nol jika
semua komponennya 0. Matriks nol
ditulis O. Jika ukuran matriks
diperhatikan maka matriks O
berukuran pxq ditulis Opxq.
i) Matriks A disebut matriks kolom jika
hanya mempunyai satu kolom. Matriks
A disebut matriks baris jika hanya
mempunyai satu baris.
b. Operasi pada Matriks
Jika A dan B matriks yang berukuran sama,
maka jumlah A + B merupakan matriks yang
diperoleh dengan menjumlahkan komponen-
komponen matriks A dan B yang bersesuaian.
Matriks yang ukurannya tidak sama tidak
dapat dijumlahkan.
Jika A sebarang matriks a dan sebarang
skalar, maka hasil kali skalar aA adalah
matriks yang diperoleh dengan mengalikan
setiap komponen dari A dengan a.
Jika A= [aij] adalah matriks p x q dan B=[bij]
matriks q x r maka hasilkali AB
merupakan matriks berukuran p x r yang
komponennya (AB)ij =∑
Definisi perkalian matriks memerlukan syarat
banyaknya kolom dari matriks pertama, yaitu
A, sama dengan banyaknya baris matriks
kedua, yaitu B.
Jika syarat ini tidak dipenuhi maka
perkaliannya tidak terdefinisi
c. Invers Matriks
Definisi 2.6
Jika A matriks persegi dan terdapat matriks B
sedemikian sehingga AB = BA = I,
maka A is dikatakan invertibel dan B
dikatakan invers A.
Jika A invertibel, maka inversnya dinyatakan
dengan simbol .
Definisi 2.7
Jika A matriks persegi, maka didefinisikan
pangkat bulat non-negatif dari

ika A invertibel, maka didefinisikan pangkat


bulat negatif dari A

d. Transpos Matriks
Definisi 2.8
Jika A matriks p x q, maka transpos A, ditulis
AT, didefinisikan sebagai matriks q x p yang
diperoleh dari menukar baris dan kolom A,
yaitu kolom pertama dari AT merupakan baris
pertama matriks A, kolom kedua dari AT
merupakan baris kedua dari A, dan
seterusnya. Matriks Elementer dan
e. Metode mencari Invers Matriks
Definisi 2.9
Suatu matriks n x n disebut matriks elementer
jika dapat diperoleh dari matriks identitas In
berukuran nxn dengan melakukan satu operasi
baris elementer
2) Determinan
Permutasi himpunan bilangan-bilangan bulat
{1, 2, 3,…, n} adalah susunan bilangan-
bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa
menghilangkan atau mengulangi bilangan-
bilangan tersebut
Permutasi dibedakan berdasarkan banyaknya
inversi pada permutasi, seperti dinyatakan
dalam definisi berikut.
a) Sebuah permutasi dikatakan permutasi
genap jika banyaknya inversi
seluruhnya adalah bilangan bulat
genap.
b) Sebuah permutasi dikatakan permutasi
ganjil jika banyaknya inversi
seluruhnya adalah bilangan bulat
ganjil
Misalkan A = (aij)nxn. Hasilkali elementer dari
A adalah setiap hasilkali n komponen dari A,
yang berasal dari baris dan kolom yang
berbeda.
Hasilkali elementer bertanda dari matriks A =
(aij)nxn adalah hasilkali elementer

dikalikan dengan 1 atau -1, dengan aturan


dikalikan 1 jika (j1, j2,…,jn) adalah permutasi
genap dan dikalikan -1 jika (j1 , j2 , … ,jn)
adalah
permutasi ganjil.
Misalkan A matriks persegi. Determinan A,
ditulis det(A) atau |A| , dan didefinisikan
sebagai jumlah semua hasilkali elementer
bertanda dari A.
a. Sifat-sifat Determinan Matriks
B. Vektor pada Bidang dan Ruang
Vektor-vektor pada bidang (R2 ) dan ruang (R3 )
dapat dinyatakan secara geometris sebagai ruas-ruas
garis berarah. Arah panah menentukan arah vektor
dan panjang panah menyatakan besarnya. Pangkal
panah disebut titik pangkal vektor dan titik ujung
panah disebut titik ujung vektor. Vektor dinyatakan
dengan huruf kecil tebal, misalnya u, v, w. Semua
skalar disini merupakan bilangan real. Jika titik
pangkal vektor v adalah A dan titik ujungnya adalah
B maka ditulis v=⃗⃗⃗⃗⃗
Definisi 2.16
Jika v dan w dua vektor tak-nol maka jumlah v + w
adalah vektor yang ditentukan sebagai berikut.
Letakkan vektor w sedemikian sehingga titik
pangkalnya berimpit dengan titik ujung v. Vektor v +
w disajikan dengan panah dari titik pangkal v ke titik
ujung dari w.
Definisi 2.17
Jika v dan w sebarang dua vektor maka pengurangan
w dari v didefinisikan oleh
v – w = v + (-w).
Definisi 2.18
Jika v vektor tak-nol dan k skalar tak-nol maka
hasilkali skalar kv didefinisikan
sebagai vektor yang panjangnya kali panjang vektor v
dan arahnya sama
dengan arah v jika k 0 dan berlawanan arah dengan
vektor v jika k 0.
Didefinisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0.
a. Vektor pada sistem koordinat kartesius
Masalah vektor sering disederhanakan dengan
menggunakan sistem koordinat kartesius.
Misalkan v sebarang vektor pada bidang dan v
diposisikan sedemikian sehingga titik pangkalnya
berimpit dengan titik asal sistem koordinat
kartesius. Koordinat (v1, v2) dari titik ujung
vektor v disebut komponen dari v,
ditulis v = (v1, v2).
b. Hasilkali Titik (Dot Product)
Misalkan u dan v dua vektor tak-nol di R2 atau R3
dan asumsikan vektor-vektor ini diposisikan
sedemikian sehingga titik pangkalnya berimpit.
Sudut antara u dan v didefinisikan sebagai sudut
Ɵ yang ditentukan oleh u dan v yang memenuhi
0≤ Ɵ≤π
Definisi 2.19
Jika u dan v dua vektor tak-nol di R2 atau R3 dan
Ɵ adalah sudut antara u dan v
maka hasil kali titik u.v didefinisikan oleh .

Definisi 2.20
Dua vektor u dan v disebut ortogonal, ditulis u ┴v
, jika u.v = 0.
c. Hasilkali Silang (Cross Product)
Definisi 2.21
Jika u = (u1, u2 , u3 ) dan v = (v1, v2 , v3)
vektor-vektor di R3 maka hasilkali silang u x v
adalah vektor yang didefinisikan oleh
u x v =(u2 v3 – u3 v2 , u3 v1 – u1 v3 , u1 v2 – u2
v1 )
atau dengan notasi determinan

C. Matriks Transformasi
Jika T=R2 R2 transformasi yang didefinisikan oleh
(* +) * +* + [ ]

maka komponen matriks * +dan [ ]dipandang


sebagai koordinat koordinat titik.
1) Refleksi
Secara umum, transformasi pada R2 atau R3 yang
memetakan titik ke bayangan simetrisnya terhadap
garis atau bidang disebut transformasi refleksi
2) Rotasi
Transformasi yang merotasikan setiap vektor di R2
sebesar sudut tetap Ɵ disebut transformasi rotasi pada
R2 .
3) Translasi
Transformasi yang memindahkan (menggeser) setiap
titik di R2 menurut besar dan arah yang tetap disebut
translasi.
4) Dilatasi
Jika koordinat x dari setiap titik pada bidang
dikalikan konstanta positif k, maka efeknya adalah
memperkecil atau memperbesar setiap gambar bidang
pada arah Transformasi ini disebut peregangan pada
arah-x dengan faktor k
3. KB 3: Program Linear Istilah dan konsep
A. Program Linear tersebut merupakan
Program linear merupakan bagian dari Operation pengetahuan dasar yang
Research yang mempelajari masalah optimum harus dipahami agar
B. Metode Grafik dapat menyelesaikan
Untuk menyelesaikan masalah program linear yang permasalahan yang
melibatkan 2 variabel dan 2 atau lebih berkaitan dengan
pertidaksamaan maka digunakan metode grafik. program linear
Metode grafik ini
dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim (titik pojok)
dan metode garis selidik
C. Metode Simpleks
Langkah-langkah menyelesaikan masalah program
linear dengan metode simpleks adalah sebagai
berikut.
1) Buat model matematika (jika masalah dalam
bentuk masalah kontekstual).
2) Tambahkan variabel slack atau variabel surplus
pada setiap pertidaksamaan fungsi kendala. Jika
pertidaksamaannya ”≤” maka tambahkan
variabel slack agar menjadi persamaan. Jika
pertidaksamaannya ”≥” maka kurangkan variabel
surplus agar menjadi persamaan. Variabel slack
dan variabel surplus merupakan variabel
nonnegatif yang dimunculkan di ruas kiri
pertidaksamaan agar menjadi persamaan.
3) Diperoleh model matematika baru.
4) Susun model matematika baru tsb ke dalam tabel
simpleks (sebagai program awal).
5) Pilih kolom kunci yaitu kolom yang mempunyai
nilai terendah Zj-cj
( | |
{| | })
6) Pilih baris kunci yaitu yang bernilai terendah
dengan dan k adalah kolom kuncinya
( , -)dan k adalah kolom
kuncinya.
7) Tentukan elemen kuncinya yaitu perpotongan
kolom kunci dengan baris kunci, disimbolkan
elemen kunci , r = baris kunci, k = kolom
kunci
8) Lakukan transformasi baris kunci dengan cara
membagi elemen pada baris kunci dengan
elemen kunci
9) Lakukan transformasi baris-baris yang lain yaitu
baris baru = baris lama – bilangan pada kolom
kunci yang bersesuaian dengan baris lama (baris
yang akan ditransformasikan) dikalikan nilai
baru baris kunci.

( ( ))

10) Buat tabel simpleks baru berdasarkan langkah 5


s.d 9.
11) Bila tabel baru/perbaikan belum optimal
( ) buat tabel baru dengan langkah 5 s.d
9.
12) Lakukan terus-menerus tahap 5 s.d 9 sehingga
menemukan
13) Program optimal.
D. Dualitas
Dualitas merupakan konsep penting dalam
matematika. Pada setiap masalah program linear,
selalu ada masalah kedua yang berkaitan.
4. KB 4. Pembelajaran Aljabar Istilah dan konsep
A. Teori Belajar tersebut merupakan
Tokoh-tokoh yang mendukung teori belajar pengetahuan dasar yang
konstruktivisme dalam pembelajaran matematika harus dipahami agar
antara lain: Bruner, Dienes, Piaget, Ausubel, dan dapat menyelesaikan
Vygotsky. Menurut Bruner, untuk pengetahuan permasalahan yang
dibentuk melalui tahapan enaktif, ikonik, dan berkaitan dengan
simbolik. pembelajaran aljabar
B. Model pembelajaran Discovery Learning
Discovery Learning (DL) merupakan salah satu
model pembelajaran yang diperkenalkan pada tahun
1960-an oleh pakar konstruktivisme Jerome Bruner.
Menurut Bruner, DL merupakan pendekatan
pembelajaran berbasis-inquiry dimana siswa
membangun pengetahuan baru berdasarkan
pengetahuan awal yang dimilikinya dan pengalaman
aktif. Siswa membangun pengalaman menggunakan
intuisi, imajinasi, dan kreativitasnya; dan mencari
informasi baru untuk menemukan fakta, korelasi, dan
kebenaran baru.
C. Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang
dikenal sebagai 4Cs (critical thinking,
communication, collaboration, and creativity),
adalah empat keterampilan yang telah diidentifikasi
sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) sebagai
keterampilan yang sangat penting dan diperlukan
untuk pendidikan abad ke-21
D. PPK
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mencanangkan Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK) secara bertahap mulai tahun 2016. Penguatan
Pendidikan Karakter bukanlah suatu kebijakan baru
sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan
karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional.
Terdapat lima nilai utama karakter yang saling
berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK.
Kelima nilai itu adalah:
1) Religius
2) Nasionalis
3) Mandiri
4) Gotong Royong
5) Integritas.

2 Daftar 1. KB 1 : Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear Langkah-langkah


materi yang Dalam modul 2 KB.1 materi yang menurut saya sulit pengerjaan dengan
sulit dipahami adalah penyelesaian SPL melalui Operasi Baris metode Operasi Baris
dipahami di Elemeneter (OBE). Elementer (OBE).
modul ini Ketiga jenis operasi
berikut untuk
mengeliminasi variabel-
variabel secara
sistematis.
(1) Mengalikan sebuah
persamaan dengan
bilangan real tak-nol.
(2) Menukar dua
persamaan.
(3) Menambah kelipatan
dari satu persamaan
pada persamaan yang
lain.

Karena baris dalam


augmented
matrixbersesuaian
dengan persamaan
dalam SPL yang
diasosiasikan dengan
baris tersebut maka
ketiga operasi ini
bersesuaian dengan
operasi pada baris
augmented matrix,
yakni sebagai berikut.
(1) Mengalikan sebuah
baris dengan bilangan
real tak-nol.
(2) Menukar dua baris.
(3) Menambah kelipatan
dari satu baris pada
baris yang lain.

2. KB 2 : Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang Definisi 2.16


Dalam modul 2 KB.2 materi yang menurut saya sulit Jika v dan w dua vektor
dipahami adalah pengurangan dan penjumlahan vektor tak-nol maka jumlah v +
secara geometris w adalah vektor yang
ditentukan sebagai
berikut. Letakkan vektor
w sedemikian sehingga
titik pangkalnya berimpit
dengan titik ujung v.
Vektor v + w disajikan
dengan panah dari titik
pangkal v ke titik ujung
dari w. Gambar 2.1(a)
dan 2.1 (b)
mengilustrasikan definisi
ini.

Gambar 2.1
Penjumlahan vector

Gambar 2.1 (c)


menunjukkan bahwa v +
w = w + v sehingga
tampak bahwa
penjumlahan dua vektor
bersifat komutatif.
Didefinisikan 0 + v = v
+ 0 = v untuk sebarang
vektor v.
Jika v sebarang vektor
tak-nol maka vektor w
yang memenuhi v + w =
0 adalah vektor yang
panjangnya sama
dengan panjang vektor v
tetapi arahnya
berlawanan, dinotasikan
dengan w = - v (Gambar
2.2(a) )
Didefinisikan - 0 = 0.
Definisi 2.17
Jika v dan w sebarang
dua vektor maka
pengurangan w dari v
didefinisikan oleh v – w
= v + (-w). 55

Secara geometris,
pengurangan vektor w
dari v dapat diperoleh
seperti pada Gambar 2.2
(b) dan 2.2 (c) .

Gambar 2.2
Pengurangan vector

3. KB 3: Program Linear. Langkah-langkah


Dalam modul 2 KB.3 materi yang menurut saya sulit menyelesaikan masalah
dipahami adalah metode simpleks dan metode dualitas program linear dengan
metode simpleks
adalah sebagai berikut:
a. Buat model
matematika (jika
masalah dalam
bentuk masalah
kontekstual).
b. Tambahkan variabel
slack atau variabel
surplus pada setiap
pertidaksamaan
fungsi kendala. Jika
pertidaksamaannya
“ ” maka
tambahkan variabel
slack agar menjadi
persamaan. Jika
pertidaksamaannya”
” maka kurangkan
variabel surplus agar
menjadi persamaan.
Variabel slack dan
variabel surplus
merupakan variabel
nonnegatif yang
dimunculkan di ruas
kiri pertidaksamaan
agar menjadi
persamaan.
c. Diperoleh model
matematika baru.
d. Susun model
matematika baru tsb
ke dalam tabel
simpleks (sebagai
program awal).
e. Pilih kolom kunci
yaitu kolom yang
mempunyai nilai Zj -
Cj terendah (Zk –
Ck | – |=
maks {|
|
}
f. Pilih baris kunci
yaitu yang bernilai
terendah dengan
dan k adalah
kolom kuncinya
(
, -)
dan k adalah kolom
kuncinya.
g. Tentukan elemen
kuncinya yaitu
perpotongan kolom
kunci dengan baris
kunci, disimbolkan
elemen kunci ,r
= baris kunci, k =
kolom kunci
h. Lakukan
transformasi baris
kunci dengan cara
membagi elemen
pada baris kunci
dengan elemen kunci

i. Lakukan
transformasi baris-
baris yang lain yaitu
baris baru = baris
lama – bilangan pada
kolom kunci yang
bersesuaian dengan
baris lama (baris
yang akan
ditransformasikan)
dikalikan nilai baru
baris kunci.
. ( )/,
i
j. Buat tabel simpleks
baru berdasarkan
langkah e s.d i.
k. Bila tabel
baru/perbaikan
belum optimal
( )buat
tabel baru dengan
langkah e s.d i.
l. Lakukan terus-
menerus tahap e s.d.i
sehingga
menemukan

m. Program optimal.
Teorema 3.3
Teorema tentang
dualitas
a. Teorema Dualitas
(lemah)
Jika LP1 merupakan
program linear
masalah maksimum
dalam bentuk baku,
LP2 merupakan
program linear
masalah minimum
dalam bentuk baku,
LP1 dan LP2
merupakan dual satu
sama lainnya maka:
1) Jika LP1
merupakan kasus
penyelesaian tidak
terbatas maka LP2
merupakan kasus
ketidaklayakan.
122
2) Jika LP2
merupakan kasus
penyelesaian tidak
terbatas maka LP1
merupakan kasus
ketidaklayakan
3) Jika LP1 dan LP2
keduanya tertutup
dan dapat
diselesaikan maka
opt(LP1) opt(LP2),
(dibaca nilai optimal
(LP1) nilai
optimal (LP2))
b. Teorema Dualitas
(kuat)
Jika LP1 atau LP2
dapat diselesaikan
dan tertutup maka
berlaku pula untuk
pasangannya dan opt
(LP1) = opt LP2)
4. KB 4: Pembelajaran Aljabar. Menurut Ariyana dkk
Dalam modul 2 KB.4 materi yang menurut saya sulit (2018), keterampilan
dipahami adalah pembelajaran abad 21 abad ke-21 yang
pertama adalah
kreativitas berpikir dan
inovasi. Maksud dari
keterampilan kreativitas
berpikir dan inovasi
adalah peserta didik
dapat menghasilkan,
mengembangkan, dan
mengimplementasikan
ide-ide mereka secara
kreatif baik secara
mandiri maupun
berkelompok.
Keterampilan kedua
adalah berpikir kritis
dan pemecahan
masalah. Maksudnya
adalah peserta didik
dapat mengidentifikasi,
menganalisisi,
mengintrepetasikan, dan
mengevaluasi bukti-
bukti, argumentasi,
klaim dan data-data
yang tersaji secara luas
melalui pengkajian
secara mendalam, serta
merefleksikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Keterampilan ketiga
adalah komunikasi.
Peserta didik dapat
mengkomunikasikan
ide-ide dan gagasan
secara efektif
menggunakan media
lisan, tertulis, maupun
teknologi. Keterampilan
keempat adalah
kolaborasi. Peserta didik
dapat bekerja sama
dalam sebuah kelompok
dalam memecahkan
permasalahan yang
ditemukan.
3 Daftar 1. KB 1 : Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear Langkah-langkah
materi yang Dalam modul 2 KB.1 materi yang sering mengalami pengerjaan dengan
sering miskonsepsi adalah penyelesaian SPL melalui Operasi metode Operasi Baris
mengalami Baris Elemeneter (OBE). Elementer (OBE).
miskonsepsi Ketiga jenis operasi
berikut untuk
mengeliminasi variabel-
variabel secara
sistematis.
(1) Mengalikan sebuah
persamaan dengan
bilangan real tak-nol.
(2) Menukar dua
persamaan.
(3) Menambah kelipatan
dari satu persamaan
pada persamaan yang
lain.

Karena baris dalam


augmented
matrixbersesuaian
dengan persamaan
dalam SPL yang
diasosiasikan dengan
baris tersebut maka
ketiga operasi ini
bersesuaian dengan
operasi pada baris
augmented matrix,
yakni sebagai berikut.
(1) Mengalikan sebuah
baris dengan bilangan
real tak-nol.
(2) Menukar dua baris.
(3) Menambah kelipatan
dari satu baris pada
baris yang lain.

2. KB 2 : Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang Definisi 2.16


Dalam modul 2 KB.2 materi yang sering mengalami Jika v dan w dua vektor
miskonsepsi adalah pengurangan dan penjumlahan vektor tak-nol maka jumlah v +
secara geometris w adalah vektor yang
ditentukan sebagai
berikut. Letakkan vektor
w sedemikian sehingga
titik pangkalnya berimpit
dengan titik ujung v.
Vektor v + w disajikan
dengan panah dari titik
pangkal v ke titik ujung
dari w. Gambar 2.1(a)
dan 2.1 (b)
mengilustrasikan definisi
ini.

Gambar 2.1
Penjumlahan vector

Gambar 2.1 (c)


menunjukkan bahwa v +
w = w + v sehingga
tampak bahwa
penjumlahan dua vektor
bersifat komutatif.
Didefinisikan 0 + v = v
+ 0 = v untuk sebarang
vektor v.
Jika v sebarang vektor
tak-nol maka vektor w
yang memenuhi v + w =
0 adalah vektor yang
panjangnya sama
dengan panjang vektor v
tetapi arahnya
berlawanan, dinotasikan
dengan w = - v (Gambar
2.2(a) )
Didefinisikan - 0 = 0.
Definisi 2.17
Jika v dan w sebarang
dua vektor maka
pengurangan w dari v
didefinisikan oleh v – w
= v + (-w). 55

Secara geometris,
pengurangan vektor w
dari v dapat diperoleh
seperti pada Gambar 2.2
(b) dan 2.2 (c) .

Gambar 2.2
Pengurangan vector

3. KB 3: Program Linear. Langkah-langkah


Dalam modul 2 KB.3 materi yang sering mengalami menyelesaikan masalah
miskonsepsi adalah metode simpleks dan metode dualitas program linear dengan
metode simpleks
adalah sebagai berikut:
a. Buat model
matematika (jika
masalah dalam
bentuk masalah
kontekstual).
b. Tambahkan variabel
slack atau variabel
surplus pada setiap
pertidaksamaan
fungsi kendala. Jika
pertidaksamaannya
“ ” maka
tambahkan variabel
slack agar menjadi
persamaan. Jika
pertidaksamaannya”
” maka kurangkan
variabel surplus agar
menjadi persamaan.
Variabel slack dan
variabel surplus
merupakan variabel
nonnegatif yang
dimunculkan di ruas
kiri pertidaksamaan
agar menjadi
persamaan.
c. Diperoleh model
matematika baru.
d. Susun model
matematika baru tsb
ke dalam tabel
simpleks (sebagai
program awal).
e. Pilih kolom kunci
yaitu kolom yang
mempunyai nilai Zj -
Cj terendah (Zk –
Ck | – |=
maks {|
|
}
f. Pilih baris kunci
yaitu yang bernilai
terendah dengan
dan k adalah
kolom kuncinya
(
, -)
dan k adalah kolom
kuncinya.
g. Tentukan elemen
kuncinya yaitu
perpotongan kolom
kunci dengan baris
kunci, disimbolkan
elemen kunci ,r
= baris kunci, k =
kolom kunci
h. Lakukan
transformasi baris
kunci dengan cara
membagi elemen
pada baris kunci
dengan elemen kunci

i. Lakukan
transformasi baris-
baris yang lain yaitu
baris baru = baris
lama – bilangan pada
kolom kunci yang
bersesuaian dengan
baris lama (baris
yang akan
ditransformasikan)
dikalikan nilai baru
baris kunci.
. ( )/,
i
j. Buat tabel simpleks
baru berdasarkan
langkah e s.d i.
k. Bila tabel
baru/perbaikan
belum optimal
( )buat
tabel baru dengan
langkah e s.d i.
l. Lakukan terus-
menerus tahap e s.d.i
sehingga
menemukan

m. Program optimal.
Teorema 3.3
Teorema tentang
dualitas
a. Teorema Dualitas
(lemah)
Jika LP1 merupakan
program linear
masalah maksimum
dalam bentuk baku,
LP2 merupakan
program linear
masalah minimum
dalam bentuk baku,
LP1 dan LP2
merupakan dual satu
sama lainnya maka:
1) Jika LP1
merupakan kasus
penyelesaian tidak
terbatas maka LP2
merupakan kasus
ketidaklayakan.
122
2) Jika LP2
merupakan kasus
penyelesaian tidak
terbatas maka LP1
merupakan kasus
ketidaklayakan
3) Jika LP1 dan LP2
keduanya tertutup
dan dapat
diselesaikan maka
opt(LP1) opt(LP2),
(dibaca nilai optimal
(LP1) nilai
optimal (LP2))
b. Teorema Dualitas
(kuat)
Jika LP1 atau LP2
dapat diselesaikan
dan tertutup maka
berlaku pula untuk
pasangannya dan opt
(LP1) = opt LP2)
4. KB 4: Pembelajaran Aljabar. Menurut Ariyana dkk
Dalam modul 2 KB.4 materi yang sering mengalami (2018), keterampilan
miskonsepsi adalah pembelajaran abad 21 abad ke-21 yang
pertama adalah
kreativitas berpikir dan
inovasi. Maksud dari
keterampilan kreativitas
berpikir dan inovasi
adalah peserta didik
dapat menghasilkan,
mengembangkan, dan
mengimplementasikan
ide-ide mereka secara
kreatif baik secara
mandiri maupun
berkelompok.
Keterampilan kedua
adalah berpikir kritis
dan pemecahan
masalah. Maksudnya
adalah peserta didik
dapat mengidentifikasi,
menganalisisi,
mengintrepetasikan, dan
mengevaluasi bukti-
bukti, argumentasi,
klaim dan data-data
yang tersaji secara luas
melalui pengkajian
secara mendalam, serta
merefleksikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Keterampilan ketiga
adalah komunikasi.
Peserta didik dapat
mengkomunikasikan
ide-ide dan gagasan
secara efektif
menggunakan media
lisan, tertulis, maupun
teknologi. Keterampilan
keempat adalah
kolaborasi. Peserta didik
dapat bekerja sama
dalam sebuah kelompok
dalam memecahkan
permasalahan yang
ditemukan.

Catatan: Respon/jawaban tuliskan prioritas pemahaman dari modul untuk masing-


masing Kegiatan Belajar (KB).

Anda mungkin juga menyukai