Anda di halaman 1dari 14

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kemiskinan Di Kalimantan Timur Pada Era


Desentralisasi Fiskal

Hafizd Achmad H – 191115075


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Pendahuluan
 Desentralisasi : salah satu bentuk tata kelola pemerintahan yang telah diterapkan di Indonesia sejak 2001.
 Desentralisasi diterapkan -> hubungan politik pusat dan daerah dengan ditandai dengan lahirnya Undang-
Undang (UU) UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dan diterapkan -> kebijakan fiskal
dengan lahirnya UU 34/2000 tentang Perubahan Atas UU 18/1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dan UU 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
 Dana Perimbangan : Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) dalam pembagiannya lebih
mengutamakan daerah penghasil (by origin) yang memberikan keuntungan (previlege) bagi daerah yang
kaya SDA, termasuk Provinsi Kalimantan Timur
 Kekayaan komoditas pertambangan dan penggalian menjadikan kesepuluh kabupaten/kota di Kaltim
termasuk -> 15 besar penerima DBH SDA terbesar pada 2016 -> angka kemiskinan rendah dan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) lebih tinggi dari nasional
 Masalah-masalah tekait SDA di Kaltim : Penurunan harga batubara kisaran tahun 2011-2016 berdampak
pada perekonomian Kaltim, laju pertumbuhan provinsi Kalimantan Timur terus merosot dari 6,47 di tahun
2011 menjadi minus 1,21 di tahun 2016, dan kabupaten/kota terdapat ketimpangan dimana angka
kemiskinan sangat bervariasi antar daerah, bahkan salah satu kabupaten yaitu Mahakam Ulu ditetapkan
sebagai daerah tertinggal
Pendahuluan (Cont.)

• Berdasarkan fakta tersebut, ada tidaknya pengaruh kekayaan sumber daya


alam terhadap kemiskinan di Kalimantan Timur menarik untuk diteliti.
• Pengembangan sumber daya pada suatu negara tergantung pada kemampuan
produktif manusianya
• Keterbelakangan manusia dan sumber daya alam dianggap memiliki keterkaitan
erat satu sama lain
• Sektor pertambangan dan penggalian menjadi leading sector pada mayoritas
daerah di Kaltim dan memiliki share yang tinggi terhadap PDRB mereka.
• Hipotesis Kuznets -> tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan
cenderung meningkat, dan saat mendekati tahap akhir dari pembangunan
jumlah orang miskin semakin berangsur-angsur berkurang.
• Hipotesis Kutukan SDA (natural resource curse) -> keberlimpahan SDA seringkali
tidak berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
Pendahuluan (Cont.)
 Pada era desentralisasi -> besarnya DBH SDA berkontribusi terhadap
keuangan daerah, tetapi -> menyebabkan proporsi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sulit berkembang
 Pada Gambar 2, rasio PAD terhadap Belanja Daerah kabupaten/kota masih
kecil bahkan <5%. Padahal eksistensi PAD dalam APBD-> wujud kemandirian
daerah yang berperan penting dalam mencapai tujuan desentralisasi fiskal.
 Menurut Mahmudi (2010), “semakin tinggi kemampuan daerah dalam
menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk
menggunakan PAD tersebut sesuai aspirasi, kebutuhan, dan prioritas
pembangunan daerah”-> desentralisai fiskal menjadi faktor yang berpengaruh
terhadap kemiskinan.
 Pada aspek Sumber Daya Manusia (SDM), pengaruhnya terhadap kemiskinan
dilihat -> kualitas dan kuantitasnya.
 Treichel (2005) menjelaskan “return to labor sangat ditentukan oleh physical
assets, human capital, dan social capital, jika faktor-faktor tersebut rendah ->
seorang pekerja dapat terjebak kemiskinan” -> pembangunan manusia
menjadi faktor penting yang mempengaruh kemiskinan
 Dari segi kuantitas, angkatan kerja (labour force) mewakili kuantitas SDM->
menggambarakan penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. Penduduk
yang menjadi angkatan kerja dan mampu memperoleh pekerjaan diharapkan
memperoleh penghasilan (income) agar orang miskin keluar dari kemiskinan.
Kajian Pustaka

Sumber Daya Alam Pertumbuhan Ekonomi


 SDA : salah satu modal pertumbuhan  Pertumbuhan ekonomi : perkembangan
ekonomi. kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang
 Penggunaan SDA dalam pembangunan
diproduksikan dalam masyarakat
menimbulkan beberapa konsekuensi :
bertambah
deplisi, kelangkaan, dan konservasi
 Hipotesis Kuznets : tahap awal dari proses
 Penggunaan SDA -> keterpurukan ekonomi
pembangunan -> tingkat kemiskinan
yang dikenal : Kutukan Sumber Daya Alam
cenderung meningkat, dan pada saat
(natural resource curse) -> terjadi ketika
mendekati tahap akhir dari pembangunan
suatu negara yang dianugerahi kekayaan
jumlah orang miskin semakin berangsur-
sumber daya alam (SDA), justru memiliki
angsur berkurang
kesejahteraan masyarakat yang buruk
 Pertumbuhan ekonomi disertai dengan
 Efek berbahaya dari kutukan dapat
meningkatnya inequality, di sisi lain
meningkat karena meningkatnya
pendapatan penduduk miskin juga
ketergantungan dari hasil atas SDA
meningkat meskipun dengan rate lebih
lambat dari rata-rata peningkatan
pendapatan
Kajian Pustaka (Cont.)
Desentralisasi Fiskal Pembangunan Manusia
 Desentralisasi Fiskal : suatu proses distribusi  Indeks Pembangunan Manusia : ukuran
anggaran tingkat pemerintahan lebih tinggi
kepada pemerintahan lebih rendah untuk tepat akan kualitas sumber daya manusia
mendukung fungsi/tugas pemerintahan yang (SDM) -> merangkum 3 komponen : masa
dilimpahkan -> diwujudkan dengan : hidup (longevity), pengetahuan, serta
kewenangan daerah memungut pajak dan standar hidup
retribusi yang menjadi komponen penting
dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta  Perlu kebijakan untuk meningkatkan
Dana Perimbangan. kesejahteraan orang miskin & komunitas
 Bagi daerah kaya SDA, peningkatan PAD mereka -> program membangun kapasitas
diperlukan : meningkatkan diskresi pemerintah serta modal manusia & sosial kaum miskin
daerah agar melaksanakan pembangunan seperti : pendidikan, kesehatan, serta
sesuai kebutuhan daerah (penanggulangan pengembangan dan pemberdayaan
kemiskinan), & mencegah ancaman defisit masyarakat-> berdampak meningkatnya
keuangan yang disebabkan berkurangnya nilai
DBH SDA masa depan. produktivitas sehingga membantu mereka
keluar dari kemiskinan.
 2 Cara mengukur Derajat Desentralisasi :
menghitung kontribusi PAD terhadap total
pendapatan daerah, & menghitung
kontribusi PAD terhadap total belanja
Kajian Pustaka (Cont.)
Angkatan Kerja Kemiskinan
 Konsep kemiskinan absolut -> Orang miskin :  Penduduk miskin : penduduk yang memiliki
mereka yang memiliki pengeluaran lebih rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di
rendah dari garis kemiskinan. bawah Garis Kemiskinan.
 Upaya utama orang miskin untuk  Untuk mengukur kemiskinan suatu daerah,
menanggalkan status miskinnya-> BPS menggunakan 3 indeks : (1) Head Count
meningkatkan pendapatan Index (HCI-P0)-> persentase penduduk yang
berada di bawah Garis Kemiskinan, (2) Indeks
 Dengan menjadi angkatan kerja, -> penghasilan
Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-
keluarga meningkat->mengangkat mereka
P1)-> ukuran rata-rata kesenjangan
keluar dari kemiskinan.
pengeluaran masing-masing penduduk
 Pada angkatan kerja tersedia, terdapat ukuran miskin terhadap garis kemiskinan. (3) Indeks
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity
Nilai TPAK : persentase antara jumlah Index-P2)-> ukuran yang memberikan
angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia gambaran mengenai penyebaran
kerja pengeluaran di antara penduduk miskin
 TPAK -> besaran relatif dari pasokan tenaga
kerja (labour supply) yang tersedia untuk
memproduksi barang-barang dan jasa dalam
perekonomian
Metode Penelitian
• Menggunakan pendekatan kuantitatif -> 9 lokasi penelitian kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Timur, kecuali Kabupaten
Mahakam Ulu (karena sedikitnya data tersedia) selama kurun waktu dari tahun 2011 s.d. 2015.
• Analisis yang digunakan : regresi data panel yang menggunakan alat bantu perangkat lunak statistik yaitu Eviews versi 8 ->
terlebih dahulu dilakukan uji pemilihan model terbaik : memilih antara Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM),
dan Random Effect Model (REM) -> estimasi dengan pengujian terhadap asumsi klasik meliputi multikolinearitas, normalitas,
heterokedastisitas, dan autokorelasi
• Variabel dependen menggunakan : kemiskinan, diukur menggunakan Head Count Index (HCI-P0): rasio penduduk miskin
dengan jumlah penduduk, sedangkan variabel independen terdiri dari: (1) variabel SDA, diwakili share/kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian terhadap PDRB dengan satuan %, (2) variabel desentralisasi fiskal diwakili rasio antara
PAD dengan Belanja Daerah dengan satuan %, (3) variabel pembangunan manusia diwakili nilai Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tanpa satuan, serta (4) variabel angkatan kerja diwakili Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) dengan satuan %.
• Jenis data penelitian : data sekunder-> sumbernya dari BPS Provinsi Kalimantan Timur dan Ditjen Perimbangan
Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan.
• Model Regresi Penelitian ini :
Hasil & Pembahasan
Hasil & Analisa Data
 Berdasarkan Uji Chow & Uji Hausman -> model terbaik untuk regresi data panel dengan data
yang digunakan adalah Fixed Effect Model -> Hasil Regresi lulus uji asumsi klasik disajikan pada
Tabel 1
 Hasil regresi tersebut diperoleh persamaan -> besarnya pengaruh masing-masing variabel
independen (Sumber Daya Alam, Derajat Desentralisasi Fiskal, Indeks Pembangunan Manusia,
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) terhadap Kemiskinan di 9 Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Timur pada tahun 2011-2015. Interpretasi koefisien dari masing-masing variabel
dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta : 28,583. Apabila diasumsikan SDA, desentralisasi fiskal, IPM, dan
TPAK=konstan, kemiskinan di kabupaten/kota di Kalimantan Timur: 28,58%. Koefisien variabel
sumber daya alam (SDA) yang di-proxy dengan share PDRB sektor pertambangan dan
penggalian terhadap PDRB: -4,866-> apabila terdapat kenaikan share PDRB sektor
pertambangan dan penggalian terhadap PDRB sebesar 1%, maka kemiskinan mengalami
penurunan sebesar 4,866% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap
2. Koefisien variabel derajat desentralisasi fiskal (DF) yang di-proxy dengan Rasio Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dengan Belanja Daerah: -4,833-> apabila terdapat peningkatan PAD/Belanja
Daerah 1%, maka kemiskinan turun4,833% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap
3. Koefisien variabel pembangunan manusia (PM) yang menggunakan proxy Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) : -0,228. Apabila terdapat peningkatan IPM sebesar 1 poin, maka
kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,228% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap
4. Koefisien variabel TPAK (AK) : -0,045. Apabila terdapat peningkatan TPAK 1%, maka
kemiskinan mengalami penurunan 0,045% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.
Hasil & Pembahasan (Cont.)
Pembahasan
Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pengaruh SDA Terhadap Kemiskinan Kemiskinan
 SDA (Kontribusi/share Sektor Pertambangan& Penggalian  Desentralisasi fiskal diukur menggunakan rasio antara Pendapatan Asli Daerah
terhadap PDRB)-> pengaruh signifikan&negatif terhadap (PAD) dengan Belanja Daerah berpengaruh signifikan&negatif terhadap
kemiskinan di Kaltim -> semakin tinggi kekayaan SDA semakin kemiskinan
berkurang kemiskinan  Rasio PAD dan Belanja Daerah-> menggambarkan sejauh mana suatu daerah
memiliki kemandirian melaksanakan pembangunan di daerah-> semakin tinggi
 Sektor ini memberi kontribusi paling signifikan pada PDRB kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi
Kaltim dengan rata-rata 52,80% pada 2011 s.d. 2015. Bagi daerah untuk menggunakan PAD tersebut sesuai aspirasi, kebutuhan, dan
Kabupaten/Kota di Kaltim dalam 5 tahun selalu menjadi leading prioritas pembangunan daerah.
sector dalam PDRB pada 6 dari 9 daerah yang diteliti. Selain itu,  Pengaruh antara desentralisasi fiskal terhadap kemiskinan dilihat dari 2 sisi: sisi
dari 17 sektor ekonomi hanya sektor pertambangan dan pendapatan (peningkatan PAD), dan sisi belanja (bagaimana menetapkan
penggalian yang memiliki nilai location quotient (LQ) > prioritas pembangunan dengan tepat). Dari sisi pendapatan, daerah yang
satu/merupakan sektor basis memiliki porsi PAD tinggi terhadap Belanja memiliki kemiskinan rendah
(Balikpapan, Samarinda, Bontang&Berau). Meskipun memiliki kesamaan dengan
 Sektor pertambangan memiliki karakteristik usaha : padat 5 daerah lainnya dalam hal transfer Dana Bagi Hasil yang melimpah, tetapi
modal, padat teknologi, serta berisiko tinggi, ternyata masih potensi PAD pada daerah-daerah tersebut mampu dimaksimalkan untuk
mendorong pembangunan daerah lebih mandiri
diminati oleh investor & memberi manfaat perekonomian
seperti : penerimaan pajak, penciptaan lapangan kerja, serta  Peningkatan PAD di Kaltim dilakukan-> menciptakan struktur perekonomian
menghasilkan bahan mentah yang digunakan oleh industry baru. Contohnya: di Berau, angka kemiskinan lebih rendah dari daerah
pengolahan (manfaat langsung), serta sirkulasi barang dan jasa, Kabupaten lainnya-> karena Berau memiliki diversifikasi ekonomi (pariwisata)
dikenal: Wisata Bahari Kawasan Taman Laut Derawan yang mampu
pembangunan infrastruktur dan munculnya unit- unit usaha mendatangkan banyak wisatawan(domestik maupun mancanegara) ->
pendukung (manfaat tidak langsung) menumbuhkan perekonomian di kawasan wisata : penginapan, souvenir, jasa
transportasi, dsb. Hasilnya: peningkatan PAD sekaligus peningkatan pendapatan
 Terdapat fakta menarik daerah kaya SDA seperti Paser, Kutai masyarakat -> memberikan kepastian bagi daerah untuk membelanjakan
Kartanegara&Kutai Timur memiliki kemiskinan lebih tinggi dari anggarannya tepat waktu&jumlah -> mempercepat realisasi dari program-
daerah lain-> karena kegagalan meningkatkan kualitas dan program pembangunan daerah termasuk penanggulangan kemiskinan
mengefektifkan kuantitas SDM-> pengaruh variabel SDA tidak  Dari sisi pengeluaran sebagian besar daerah di Kaltim, Belanja Modal: jenis
cukup membantu menanggulangi kemiskinan apabila belanja daerah dengan porsi paling besar-> memprioritaskan anggarannya untuk
mengesampingkan aspek lainnya (SDM). membangun barang-barang publik yang dapat menyejahterakan masyarakat.
Hasil & Pembahasan (Cont.)
Pembahasan
Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pengaruh Angkatan Kerja Terhadap
Kemiskinan Kemiskinan
 Regresi data panel -> pengaruh signifikan&negatif pembangunan  Hasil regresi data panel-> pengaruh yang signifikan dan negatif
manusia terhadap kemiskinan di Kaltim -> peningkatan angkatan kerja terhadap kemiskinan di Provinsi Kalimantan
pembangunan manusia yang diukur dengan IPM akan berdampak Timur, proxy : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ->
pada pengurangan kemiskinan. peningkatan rasio angkatan kerja pada penduduk usia kerja akan
berdampak pada pengurangan kemiskinan
 Peningkatan pembangunan manusia (kualitas SDM) penting
 Angkatan kerja = supply -> pengaruhnya signifikan terhadap
memutus rantai kemiskinan karena melalui peningkatan standar kemiskinan dibantu terbukanya kesempatan kerja (demand) yang
hidup, kesehatan,& pendidikan berimbas pada peningkatan memungkinkan untuk mendapatkan pekerjaan. Sektor yang
produktivitas dan pendapatan. Sebaliknya, kualitas dan menjadi menyerap tenaga kerja paling besar di Kaltim:
produktivitas rendah -> sulitnya menciptakan pendapatan karena Perdagangan&Pertanian (ke-2nya sektor padat karya ->
ketidakmampuan penduduk miskin untuk memenuhi kebutuhan kualifikasi tenaga kerja tidak harus terampil sekali (skilled
pasar tenaga kerja-> ketersediaan lapangan kerja/penyediaan labour))
akses (informasi lowongan kerja) tidak cukup membantu
 Demand tinggi dari 2 sektor diatas mampu untuk anak-anak dan
pengentasan kemiskinan kaum ibu/perempuan keluarga miskin. Anak-anak yang memasuki
usia kerja karena tuntutan kebutuhan keluarganya memilih untuk
 Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
bekerja&tidak melanjutkan pendidikan-> dihitung sebagai
(RPJMD) 2013- 2018 dikatakan : kemiskinan di Kalimantan Timur angkatan kerja. Demikian juga bagi kaum ibu/perempuan
disebabkan belum maksimal dan meratanya subsidi kebutuhan
dasar masyarakat (pendidikan, kesehatan&ekonomi)  Tingginya migrasi mempengaruhi fluktuasi angkatan kerja juga
secara langsung mempengaruhi angka kemiskinan. 57,1% migran
 Kualitas SDM yang baik di Samarinda, Balikpapan, Bontang risen di Kaltim berdasarkan Statistik Migrasi 2015 memiliki
berdampak pada kemiskinan lebih rendah dari daerah lainnya. kegiatan utama bekerja. Disebabkan rendahnya daya saing
Tingginya IPM 3 daerah salah satunya :banyaknya jumlah migran masyarakat setempat-> kemungkinan besar kaum migran
memiliki pendidikan baik. Tingginya IPM juga disebabkan adanya mendapat pekerjaan lebih layak sehingga tidak termasuk
fasilitas layanan publik lebih memadai dan lebih baik -> penduduk miskin.
masyarakat memiliki produktivitas lebih baik dan mendapatkan
pendapatan yang lebih baik pula
Penutup
• Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisis data (regresi data panel) diketahui-> seluruh variabel independen
(sumber daya alam, desentralisasi fiskal, pembangunan manusia, dan angkatan kerja) berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap variabel dependen (kemiskinan daerah).
• Saran : 1) Pemerintah daerah perlu merumuskan kebijakan yang mendorong pertumbuhan sektor-sektor
lain selain sektor pertambangan dan penggalian yang sesuai dengan potensi daerah dan memiliki peluang
mendukung percepatan pengentasan kemiskinan di daerah, 2) Diversifikasi ekonomi dapat bermanfaat
pada peningkatan PAD sehingga menguntungkan bagi keuangan daerah-> karena peningkatan porsi PAD
terhadap belanja terbukti efektif untuk mengurangi kemiskinan. DBH SDA yang menjadi tulang punggung
di seluruh daerah secara bertahap tidak lagi menjadi tumpuan. Selain itu, tingginya porsi belanja modal
perlu diimbangi dengan belanja modal yang lebih berdampak bagi warga miskin dalam bentuk
infrastruktur jalan dan jembatan di daerah-daerah pedesaan&terpencil, 3) Peningkatan kualitas SDM perlu
diwujudkan melalui penciptaan barang publik yang mendukung: fasilitas pendidikan dan kesehatan di
daerah kemiskinan. Selanjutnya, peningkatan akses dari keluarga miskin terhadap fasilitas-fasilitas
tersebut, 4) Penciptaan lapangan pekerjaan yang mampu menyerap angkatan kerja : upaya yang bisa
dilakukan, terutama yang sesuai kualitas dari labour supply. Namun demikian, harus ada program dan
kebijakan dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas SDM dari angkatan kerja yang ada:
mengefektifkan peran dari Balai Latihan Kerja. Pemerintah daerah perlu membuat kebijakan yang pro
terhadap warga lokal: mensyaratkan penggunaan tenaga kerja lokal pada lapangan usaha yang tidak
memerlukan keahlian tinggi.
Daftar Pustaka
Aulia, Nely. 2014. Hubungan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Kemiskinan, dan Kesenjangan Pendapatan Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Economics Development Analysis Journal, Vol. 3, No. 2, pp. 327-336.

Azis, G.A., dkk. 2016. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Manajemen, Vol. 12, No. 1,
pp. 29-48.

Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten-Kota di Kalimantan Timur Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-
2015. Samarinda: BPS Kalimantan Timur

Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. 2016. Laporan Perekonomian Kalimantan Timur 2015. Samarinda: BPS Kalimantan Timur

Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur. 2017. Laporan Perekonomian Kalimantan Timur 2016. Samarinda: BPS Kalimantan Timur

Bappenas. 2016. Seri Analisis Pembangunan Wilayah Provinsi Kalimantan Timur 2015. Jakarta: Bappenas.

Feryawan, D. Y. 2011. Assessing Natural Resources Curse Hypothesis at The Local Level in Indonesia. Denhaag: International Institute of Social Studies.

Gujarati, D. N. 1999. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics The 4th edition. New York: Mc Graw-Hill.

Gujarati, D. N. 2012. Dasar-Dasar Ekonometrika Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat

Haryanto, J. T. 2017. Comparative Analysis of Financial Performance in Fiscal Decentralization Era Among Natural and Non-Natural Resources Region. Jurnal
Bina Praja, Vol. 9, No. 2, pp. 171-184.

Hutabarat, Estomihi. 2015. Pengaruh Desentralisasi Fiskal, Pengeluaran Pemerintah, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan, Studi Kasus Kabupaten/
Kota Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2002-2013. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Jhingan, M.L., 2016. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Depok: PT. Rajagrafinfo Persada.

Kementerian Keuangan RI. 2017. Lampiran Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2016 Audited. Jakarta: Kementerian Keuangan.

Latumaerissa, J. R. 2015. Perekonomian Indonesia dan Dinamika Ekonomi Global. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Daftar Pustaka (Cont.)
Marijan, K. 2010. Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Martawardaya. Berly, dkk. 2015. Kutukan Sumber Daya Alam di Tingkat Kabupaten/Kota di Indonesia. Jakarta: Article 33 Indonesia.
Michael P. Todaro, S. C. 2011. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Provinsi Kalimantan Timur. 2014. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013-
2018.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Saputra, W. A. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Skripsi tidak
diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonoomi Universitas Diponegoro.
Siburian, Elida M. 2017. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Suselo, Sri Liani. 2008. Kemiskinan di Indonesia, Pengaruh Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, pp. 155-196.
Sudewi, Ni Nyoman & I.G.A.P. Wirathi. 2013. Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan Propinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, Vol. 2, No. 3,
pp. 135- 141.
Sukirno, S. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Sutikno & Maryunani. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam. Malang: BPFE Universitas Brawijaya.
Tambunan, T. 2015. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Tim Peneliti Article 33 Indonesia, J. T. 2017. Mengelola Kutukan, Menimbang Masa Depan. Bogor: Penerbit IPB Press.
Widiastuti, Ari. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2004-2008. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Widyasworo, R. 2014. Analisis Pengaruh Pendidikan, Kesehatan, dan Angkatan Kerja Wanita Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Gresik (Studi Kasus Tahun 2008 – 2012).
Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai