Anda di halaman 1dari 2

Rista Agustina

1906384794
Filsafat Hukum REG A

Tugas Kelas Filsafat Hukum 13:


Review/Resume Bab The Role of Nusantara Legal Thought
By Llyod’s Introduction to Jurisprudence
Rista Agustina (1906384794) – Kelas Filsafat Hukum Reguler

Pada awal Abad-17, Indonesia memberikan kontribusi yang berarti terhadap proses
awal pembentukan Hukum Internasional Kontemporer melalui produk legislatif, birokrasi, dan
prosedur perdagangan bebas murni. Asas mare liberum yang dikemukakan Hugo Grotius lahir
dari kebebasan berdagang sebagai kegiatan utama nasional pada masa itu. Asas Mare Liberum
tidak hanya memengaruhi perkembangan Hukum Maritim, tetapi juga perkembangan Hukum
Perdagangan Internasional, termasuk ketentuan World Trade Organization (WTO).
Meskipun warisan budaya Indonesia telah memainkan peran penting dalam
pembentukan awal hukum Perdagangan Internasional Kontemporer namun sebagian besar
akademisi Indonesia dewasa ini mengambil sikap menentang peraturan WTO karena teori dan
praktik perdagangan bebas tidak lagi sejalan dengan prinsip-prinsip awal Perdagangan
internasional. Peraturan WTO dianggap merusak Nilai-Nilai Budaya Bangsa Indonesia dengan
prinsip-prinsip ideologis yang bertentangan dengan Nilai Luhur.
Perdebatan antara teori mare liberum dan mare clausum dalam perkembangan Hukum
Internasional Modern di awal abad ke-17 sangat ditentukan oleh posisi bebas dan kedaulatan
antara komunitas-komunitas India Timur. Grotius menyatakan dalam perjanjiannya bahwa
Hindia Timur memiliki entitas politik yang sangat terorganisasi serta dianggap merdeka dan
berdaulat. Doktrin dominan, mare liberum, menjadi pembuka jalan bagi pembentukan navigasi
kebebasan, perdagangan dan penggabungan praktik perdagangan bebas ke dalam doktrin
hukum. Jelas bahwa Grotius tidak membentuk rezim perdagangan bebas, melainkan
memberikan pernyataan tentang keadaan budaya yang sebenarnya dari wilayah Hindia Timur.
Filsafat Grotius, di sisi lain, adalah karakteristik tradisi hukum Barat dan internasional,
mendukung cita-cita individualisme daripada komunalisme. Socinianisme, yang menganjurkan
rasionalisme atas cita-cita romantis, juga mempengaruhi filsafat.
Sifat paksaan dalam pembentukan hukum perdagangan internasional banyak sekali
dalam pembentukan regulasi WTO. Sejauh ini, regulasi WTO digambarkan sebagai kerangka
legislatif yang mempromosikan perdagangan bebas. Proteksi dalam aturan WTO memiliki efek
negatif yang besar pada negara-negara berkembang. Bertentangan dengan ajaran utama, prinsip
non-diskriminasi, undang-undang tersebut telah ditulis dan diterapkan dengan cara yang
diskriminatif: liberalisasi perdagangan hanya diterapkan pada barang-barang paling kompetitif

Halaman 1 dari 2
Rista Agustina
1906384794
Filsafat Hukum REG A

di negara berkembang. Namun, produk yang paling kompetitif dari negara berkembang dan
kurang berkembang, termasuk produk agrikultur akan dihilangkan.
Fakta bahwa tidak ada orang Indonesia yang berani mengatakan bahwa Indonesia tidak
akan melanggar undang-undang hak cipta, sebagai bagian dari protokol TRIPS WTO, itu bukan
sepenuhnya kesalahan mereka. Tradisi budaya mereka yang mencakup cita-cita seperti
komunalisme, romantisme, dan idealisme sangat tidak mungkin bagi orang Indonesia untuk
bertindak dengan cara yang bertentangan dengan budaya mereka. Tidak mengherankan bahwa
masyarakat telah disosialisasikan, jika tidak dilembagakan, selama beberapa dekade.
Sayangnya, karena tindakan mereka sesuai dengan tradisi hukum mereka, mereka dinyatakan
bersalah atas pelanggaran hak cipta berdasarkan peraturan TRIPS WTO. Kritik ini dibenarkan
ketika Indonesia menerima keanggotaan WTO. Akibat tindakan ini, warga negara Indonesia
terjebak dalam situasi anomi: mereka tidak yakin apakah mereka dapat bertindak di bawah
undang-undang hak cipta buatan Barat di bawah budaya hukum yang sah atau di bawah aturan
TRIPS WTO. Dalam struktur hukum Indonesia selalu ada dualisme: sistem hukum asli dan
sistem hukum adopsi.
Sistem hukum Indonesia yang benar-benar diwujudkan dalam hukum adat serta
didasarkan pada sistem kepercayaan Timur ialah menghasilkan Pancasila. Di mana
komunalisme lebih penting daripada individualisme serta romantisme lebih penting daripada
rasionalisme. Nilai-nilai spiritual lebih dihargai daripada nila materialisme dan nilai
rasionalisme. Sebaliknya, pengadopsian sistem hukum yang diwujudkan dalam Hukum Barat
Modern berdampak signifikan terhadap Hukum Internasional. Sistem Hukum Barat
menyatakan bahwa individualisme lebih tinggi dari komunalisme, rasionalisme lebih tinggi
dari romantisme, materialisme lebih tinggi dari prinsip-prinsip idealis. Pertentangan antara
Nilai Pancasila dan Adopsi Sistem Hukum Barat yang liberal tercermin dalam Empat
Amandemen Konstitusi Indonesia. Oleh karena reformasi tersebut, filsafat liberal kini hadir
dalam konstitusi Indonesia.

Halaman 2 dari 2

Anda mungkin juga menyukai