Anda di halaman 1dari 13

Disusun Oleh:

1. Andi Nisrina Fadhilah Tasbih (1933001093)


2. Izmia Putri Utama (1933001085)
3. Mohammad Rezky Firmansyah Lasut (1933001145)
4. Syihabuddin Ali (1933001118)
5. Gresia Miftahul Janah (2033003019)
6. Adam Fauzan Al-Ghifari (1933001206)
7. Kuswara Aji Nugraha (1933001124)
8. Ery Kasyifurrahman (1933001104)
9. Muhammad Rizki Prakoso (1933001110)
10. Venrida Anjelino Busa (1933001127)
11. Azmi Hardiansyah Putro (1933001137)
12. Laura Cristy Monica Simanjuntak (1933001083)
13. Andini Shani E (1533001112)
Kelompok A
“PENGIBARAN BENDERA LGBT
DI KEDUBES INGGRIS DI
JAKARTA"
A. Materi Pendukung
Ketertiban umum dikenal dengan berbagai istilah seperti orde public (prancis), public policy
(Anglo Saxon), begitu juga pengertian mengenai makna dan isinya tidak sama diberbagi
negara. Prof. Sudargo Gautama mengibaratkan lembaga ketertiban umum ini sebagai “rem
darurat” yang kita ketemukan pada setiap kereta api. Pemakainya harus secara hati-hati dan
seirit mungkin karena apabila kita terlampau lekas menarik rem darurat ini, maka kereta HPI
tidak dapat berjalan dengan baik.

Konsepsi ketertiban umum adalah berlainan di masing-masing negara. Jika situasi dan konidisi
berlainan, paham-paham ketertiban umum juga berubah-ubah.Public policy ini mempunyai
hubungan erat dengan pertimbangan-pertibangan politis. Boleh dikatakan bahwa policy makin
memegang peranan yang penting dalam pengertian ini.
Ketertiban umum memiliki makna luas dan bias dianggap mengandung arti mendua
(ambiguity). Dalam praktik telah timbul berbagai penafsiran tentang arti dan makna
ketertiban umum, antara lain:

1 Penafsiran sempit 2 Penafsiran luas


Penafsiran luas tidak membatasi lingkup dan
Menurut penafsiran sempit arti dan lingkup makna ketertiban umum pada ketentuan
ketertiban umum: hokum positif saja:
•hanya terbatas pada ketentuanhukum positif •termasuk kedalamnya nilai-nilai kepatutan
saja, dan prinsip keadilan umum (general justice
•dengan demikian yang dimaksud dengan principle),oleh karena itu, putusan
pelanggar/bertentangan dengan ketertiban umum, arbitraseasing yang melanggar/bertentangan
hanya terbatas pada pelanggaran terhadap dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang
ketentuan peraturan perundang-undangan saja, hidup dalam kesadaran dan pergaulan lalu
. lintas masyarakat atau yang melanggar
kepatutan dan keadilan, tidak dapat
dilaksanakan di Indonesia
3 Berpedoman kepada Bab V KUHP (Pasal 154 – Pasal 181):

Dalam Bab V KUHP yang terdiri dari Pasal 154 – Pasal 181 diatur berbagai
bentuk tindakan kejahatan terhadap ketertiban umum, Sesuai dengan isi dari
UUD 1945 yang berbunyi “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”

Disamping itu negara Indonesia sendiri dapat menyelewengkan UUD 1945


tersebut dimana terdapat kasus Pengibaran bendera LGBT di Kedubes Inggris di
Jakarta yang sempat menghebohkan masyarakat termasuk terganggunya
ketertiban umum di Indonesia.
Matching
two parts
LGBT adalah singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Awalnya pada tahun
1990, LGBT digunakan untuk merujuk pada kelompok homoseksual dan transgender saja.
Sekarang, singkatan ini melingkupi lebih banyak orientasi seksual dan beragam identitas
gender
Kasus :
Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, mengibarkan bendera lambang Lesbian Gay Biseksual
dan Transgender (LGBT). Hanya dengan alasan hak asasi manusia, kedubes mengibarkan
lambang atau bendera LGBT. Mereka tidak mempertimbangkan aspek lokalitas HAM ( Hak
Asasi Manusia ) yang diterima secara konstisusi dan berlaku di Indonesia. Yaitu,
mementingkan aspek hukum, social budaya dan agama yang ada di Indonesia.

Tindakan tersebut patut dikecam. Meski dilakukan di wilayah Kedubes, mestinya mereka
menghormati norma diplomatic untuk menjaga hubungan baik dengan Indonesia. Tidak
melakukan tindakan provokatif yang bias memantik masalah. Karena tindakan yang tidak
mengindahkan aspek lokalitas HAM, itu bias disebut sebagai imperialisme hak asasi manusia
(human rights imperialism) dalam bentuk pengibaran bendera LGBT. Bahkan, keterangan
resmi Kedubes yang dipublikasikan justru bias dinilai sebagai jenis imperialisme HAM
dengan memaksakan paham HAM asing yang dianutnya, dan mengabaikan aspek lokalitas
HAM yang dianut di Indonesia yang secara prinsip tidak sama dengan pandangan Kedubes
Inggris itu,” ujar nya melalui siaran pers di Jakarta.
HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid mengatakan, mempropagandakan dengan ‘memaksakan’
dukungan terhadap LGBT di Indonesia, melalui pengibaran bendera LGBT itu menimbulkan
keresahan, polemik dan ketertibanumum dan penolakan dari masyarakat luas. Perlu diingat, Indonesia
adalah Negara berdaulat, dasar dan ideologi negara Pancasila dan UUD-nya menegaskan tentang
Ketuhanan Yang MahaEsa. Sementara Parlemen dan Pemerintahnya sedang memproses RUU KUHP.
Antara lain berisi tentang pemidanaan soal LGBT. Selain itu masyarakatnya terkenal relijius dengan
merujuk kepada sila 1 dari Pancasila serta pasal 29 ayat 1 UUD NRI 1945

Inilah pentingnya agar Dubes Inggris bersikap bijak dan tidak gegabah. Karena juga tidak semua
komunitas masyarakat di Inggris menyetujui LGBT. Bahkan, pengadilan HAM Eropa sendiri
memberikan margin of appreciation (diskresi) kepada masing-masing negara Eropa bagi yang tetap
tidak mengakui pernikahan sesame jenis yang biasa dilakukan kelompok LGBT. Jadi, jangan impor
persoalan LGBT yang kontroversial di sanake Indonesia yang mempunyai ketentuansoal HAM yang
tak sama dengan yang diberlakukan di Inggris.
ANALISA KELOMPOK
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M Hidayat Nur
Wahid MA mengkritik   Kedutaan Besar Inggris di Jakarta,    mengibarkan bendera  lambang   Lesbian
Gay Biseksual dan Transgender (LGBT).  Hanya dengan  alasan hak asasi manusia, kedubes
mengibarkan lambang LGBT. Mereka tidak mempertimbangkan aspek lokalitas HAM yang diterima
secara konstisusi dan berlaku di Indonesia. Yaitu,  mementingkan aspek hukum, sosial budaya dan
agama yang ada di Indonesia.
“Tindakan tersebut patut dikecam. Meski dilakukan di wilayah Kedubes,   mestinya   mereka  
 menghormati norma diplomatik untuk menjaga hubungan baik dengan Indonesia. Tidak  melakukan
tindakan provokatif yang bisa memantik masalah.  Karena  tindakan yang tidak mengindahkan aspek
lokalitas HAM, itu  bisa disebut sebagai imperialisme hak asasi manusia (human rights imperialism)
dalam bentuk  pengibaran bendera LGBT.  Bahkan,  keterangan resmi Kedubes yang   dipublikasikan  
justru bisa dinilai sebagai jenis imperialisme HAM dengan memaksakan  paham HAM asing yang
dianutnya, dan  mengabaikan aspek lokalitas HAM yang dianut di Indonesia yang secara prinsip tidak
sama dengan pandangan  Kedubes Inggris itu,” 
Indonesia adalah negara berdaulat, dasar dan ideologi negara Pancasila dan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan tentang ketuhanan yang maha esa serta
masyarakatnya terkenal religius dengan merujuk kepada sila 1 dari Pancasila serta pasal 29 ayat 1
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Jadi seperti yang telah dijelaskan pada paparan kasus poin B, bahwa mempropagandakan dengan
‘memaksakan’ dukungan terhadap LGBT di Indonesia, melalui pengibaran bendera LGBT itu
menimbulkan keresahan, polemik dan penolakan dari masyarakat luas , Semua itu terbukti dengan
penolakan-penolakan dan kritik terbuka dari banyak
Warga maupun Ormas-Ormas  Islam. Seperti, MUI, Muhammadiyah, NU Jawa Timur, Akademisi, juga
beberapa fraksi di DPRRI seperti FPKS dan FPPP. Bahkan, komisi I DPR RI mengkritik dan menyebut
Dubes Inggris tidak menghormati etika berdiplomasi dan norma hukum yang diakui di Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri   juga mengkritik dengan menyatakan
bahwa Kedubes Inggris tidak sensitif dan menimbulkan kegaduhan serta polemik. Maka sangat wajar
bila Kemenlu memanggil Dubes Inggris, untuk sampaikan nota keberatan, dan tuntutan permintaan
maaf agar tak diulangi pada waktu berikutnya.
Banyak pihak yang mengkritik dan mengoreksi laku provokatif, tidak menghormati norma diplomatik,
dan tidak bersahabat dari kedubes Inggris itu, dan mempertimbangkan eskalasi masalahnya, agar   tidak
menjadi preseden, wajarnya Kementerian Luar Negeri Repubik Indonesia tak cukup hanya
menyayangkan dan meminta klarifikasi, tetapi memanggil Dubes Inggris, untuk menyampaikan nota
protes dari Pemerintah Indonesia, agar Dubes Inggris minta maaf secara terbuka dan tidak lagi
melakukan hal yang provokatif dengan tidak menghormati norma diplomatik dan nilai hukum dan HAM
yang berlaku di Indonesia seperti dengan pengibaran bendera LGBT, pentingnya agar Dubes Inggris
bersikap bijak dan tidak gegabah. Karena juga tidak semua komunitas masyarakat di Inggris menyetujui
LGBT. Bahkan, pengadilan HAM Eropa sendiri memberikan margin of appreciation (diskresi) kepada
masing-masing negara Eropa bagi yang tetap tidak mengakui pernikahan sesama jenis yang biasa
dilakukan kelompok LGBT. Jadi, jangan impor persoalan LGBT yang  kontroversial di sana ke
Indonesia yang mempunyai ketentuan soal HAM yang tak sama dengan yang diberlakukan di Inggris di
indonesia HAM seseorang dibatasi.
seperti yang tercantum dalam pasal 28 j ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berbunyi :
Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
Pembatasan dalam Pasal 28J ini sesungguhnya sejalan denngan semangat yang mendasari TAP No. 17
dan UU HAM bahwa HAM yang dianut Indonesia selama ini adalah HAM yang bukan sebebas-
bebasnya.
KESIMPULAN
LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Awalnya pada tahun 1990, LGBT
digunakan untuk merujuk pada kelompok homoseksual dan transgender saja. Sekarang, singkatan ini
melingkupi lebih banyak orientasi seksual dan beragam identitas gender.
Indonesia yang mempunyai ketentuan soal HAM yang tak sama dengan yang diberlakukan di Inggris di
Indonesia HAM seseorang dibatasi. seperti yang tercantum dalam pasal 28 j ayat 2 uud 1945 yang
berbunyi :

Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai
dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
Pembatasan dalam Pasal 28J ini sesungguhnya sejalan denngan semangat yang mendasari TAP No. 17
dan UU HAM bahwa HAM yang dianut Indonesia selama ini adalah HAM yang bukan sebebas-
bebasnya
THANKS YOU . 

Anda mungkin juga menyukai