Anda di halaman 1dari 5

13.

Berpikir Kreatif

Disusun oleh : Ashry Sallatu, Amidah Amrawati, Ira


Taskirawati, Elvita Bellani

DEFINISI

Definisi Berpikir Kreatif

Kreatif didefinisikan sebagai daya untuk mencipta. Mencipta


dalam hal ini ditujukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Oleh karena itu, kreatif tidak saja sekedar menciptakan sesuatu
yang baru, tetapi esensi dari kreatif adalah ciptaan yang
dihasilkan tersebut berguna untuk menyelesaikan masalah.
Sebenarnya kreatif adalah salah satu area dari problem solving,
hanya saja, pada kreativitas, solusi yang dihasilkan bersifat baru,
atau memperbaharui apa yang sudah ada sebelumnya.

Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan


sesuatu yang baru yang teridiri dari mengaplikasiakan ide baru
pada situasi spesifik, melihat suatu kondisi melalui perspektif
yang baru, mengidentifikasi penjelasana alternatif dan
menemukan hubungan yang dapat menghasilkan hasil yang
positif. Semua hal tersebut, tentunya dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu, salah satunya menyelesaikan masalah.

Mengapa Berpikir Kreatif Penting

Dalam kehidupannya, individu pasti pernah dihadapkan pada


suatu masalah, yaitu gap antara keadaan ideal dan realitas.
Masalah ini menimbulkan ketidaknyaman bagi individu,
sehingga masalah tersebut harus diselesaikan. Menurut Gilhooly,
Ball dan Macchi, (2015) ada dua jenis proses dalam
menyelesaikan masalah, yaitu proses rutin dan proses kreatif.
Dalam proses rutin, masalah yang dihadapi sudah teridentifikasi
dengan jelas beserta dengan metode penyelesaiannya, sehingga
proses analasis yang telah biasa dilakukan diterapkan untuk

1
menyelesaikan masalah jenis ini. Akan tetapi, tidak semua
masalah sudah teridentifikasi dengan baik. Ada pula masalah
yang berhasil diidentifikasi, tetapi belum diketahui metode
untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, dibutuhkan metode
dan solusi baru untuk dapat menyelesaikan masalah seperti ini.
Menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan proses kreatif.

Keterampilan untuk berpikir kreatif dapat menghasilkan


sesuatu yang baru, baik dalam proses identifikasi masalah,
menjelaskan masalah melalui perspektif yang baru, menemukan
metode baru dalam penyelesaian masalah, maupun dalam
menghasilkan alternatif solusi untuk menyelesaikan masalah.
Dengan kemampuan untuk berpikir kreatif, individu memiliki
kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara lebih efektif
dan efisien. Kemampuan ini tentunya sangat dibutuhkan
terutama dalam menghadapi zaman di mana segala sesuatunya
berubah dengan sangat cepat.

Proses Kreatif

Proses kreatif melibatkan berpikir divergen dan konvergen.


Dalam berpikir divergen, individu membuka peluang terhadap
segala kemungkinan yang ada, sehingga menghasilkan berbagai
ide. Pada berpikir divergen, menemukan solusi terbaik dari
suatu masalah bukanlah tujuan, melainkan menghasilkan
sebanyak mungkin alternatif solusi. Akan tetapi, karena tujuan
dari berpikir kreatif adalah menyelesaikan masalah dengan
efektif dan efisien, maka, setelah semua ide terkumpul, proses
berpikir konvergen tetap dibutuhkan. Dalam proses berpikir
konvergen, ide-ide yang ada dianalisa, untuk dipilih yang terbaik.
Oleh karena itu, dalam proses kreatif, proses divergen dan
konvergen dibutuhkan.

Wallas (1926) mengajukan, bahwa secara umum, ada empat


proses dalam berpikir kreatif,
yaitu:
1. Preparation
Pada tahap ini, masalah diformulasi dan diinvestigasi.
Tahapan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi
tentang masalah yang dihadapi. Proses pengumpulan
infomarsi ini dapat dilakukan dalam bentuk brainstorm,
diskusi, membaca, mengingat pengalaman masa lalu, dan
lainnya. Dalam proses ini, analisa yang sistematis dan sadar
dilakukan pada informasi yang dimiliki. Proses ini dapat
berlangsung dalam beberapa menit sampai beberapa tahun.
2. Incubation
Pada tahap ini, individu mengalihkan perhatiannya dari
masalah yang dihadapi, dan melakukan hal-hal yang dapat
membuat rileks. Wallas (1926) menekankan pentingnya

2
proses ini, dan menganjurkan kepada pembacanya untuk
menghindari kegiatan-kegiatan yang terlalu serius yang dapat
menghalangi unconscious mind. Dodds, Wards, dan Smith
(2004) juga mengajukan bahwa periode inkubasi, di mana
individu mengalihkan perhatiannya untuk periode waktu
tertentu dari masalah yang dihadapinya dapat meningkatkan
kreatifitas, di mana lamanya periode preparation juga
berpengaruh. Dengan kata lain, periode incubation akan
meningkatkan kreativitas, hanya jika ada informasi dan
analisa yang cukup mengenai masalah yang dihadapi pada
periode preparation
3. Illumination Wallas memberi label tahapan ini sebagai
“aha“ yaitu ketika insight atau ide kreatif muncul pada
kesadaran, biasanya disertai dengan perasaan penuh
kepastian.
4. Verification Pada tahapan ini, ide yang muncul saat tahap
illumination diinvestigasi kembali, apakah ide tersebut dapat
digunakan, atauakah ide tersebut masih butuh revisi.

Meskipun tahapan ini menjadi tahapan yang pada umumnya


dijadikan sebagai referensi dalam menjelaskan proses kreatif,
Klein (2013), mempertentangkannya. Melalui proses penelitian
yang Ia lakukan untuk memperoleh penjelasan mengenai apa
yang terjadi ketika seseorang menemukan insight atau “aha”
moment, tidak semuanya melalui proses preparation yang
dilakukan secara sengaja. Lebih lanjut, Ia mengemukakan,
bahwa insight diperoleh ketika melalui 3 jalur, yaitu:
1. Contradiction: yaitu ketika individu mengidentifikasi
inkonsistensi dari apa yang mereka percaya benar dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan
2. Connection: yaitu ketika individu secara kebetulan
menemukan koneksi antara dua kejadian yang tidak
berhubungan
3. Creative desperation: ketika individu menemukan insight
ketika berada pada masalah yang membuatnya tertekan,
seperti saat di kejar waktu atau situasi yang mengancam
keselamatan

Walaupun pentingnya tahap preparation dalam penemual ide-


ide kreatif dipertentangkan oleh Klein (2013), akan tetapi,
secara akal sehat, tidaklah mungkin seorang individu akan
mengidentifikasi contradiction, connection tanpa adanya
informasi yang memadai.Bahakn ketika berada pada situasi yang
menekan, ide-ide baru pun tidak akan muncul, tanpa adanya
pengetahuan yang cukup sebelumnya.

Ide kreatif mungkin muncul secara tidak terduga. Newton


menemukan insight mengenai gravitasi ketika dia kejatuhan
buah apel. Kejadian tersebut tidak akan dimaknai sebagai

3
sebuah insight tanpa adanya pengetahuan yang memadai
sebelumnya. Oleh karena itu, walaupun tahap illumination
menjadi tahap yang paling penting karena “aha” muncul, dan
tahap incubation menjadi tahap yang menyenangkan karena kita
bisa meninggalkan masalah yang sedang dihadapi, akan tetapi
kedua hal tersebut tidak akan tercapai tanpa adanya tahap
preparation. Oleh karena itu, preparation untuk membekali diri
dengan pengetahuan yang memadai sangatlah penting,
walaupun tidak harus dilakukan secara sengaja dan sistematis
seperti yang diajukan Wallas.

Cara-cara mengembangkan keterampilan Berpikir Kreatif

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


kreativitas:
1. Termotivasi secara intrinsik dan memiliki kepercayaan diri
Matlin (2005) mengajukan bahwa orang-orang menjadi
kreatif ketika mereka termotivasi secara intrinsik untuk
mencapai tujuannya. Individu dkatakan termotivasi secara
intrinsik ketika Ia melakukan sesuatu tanpa didorong oleh
motivasi eksternal. Sebagai contoh, jika seseorang membaca
dengan tujuan untuk paham, atau karena menyukainya,
maka Ia dapat dikatakan memiliki motivasi intrinsik. Akan
tetapi, jika Ia membaca karena Ia ingin mempersiapkan
ujiannya dan takut mendapat nilai jelek, maka individu
tersebut dikatakan termotivasi secara ekstrinsik. Selain itu,
individu juga perlu untuk memiliki kepercayaan diri, bahwa
Ia dapat menyelesaikan masalahnya
2. Menambah pengetahuan
Seperti yang telah dijabarkan di atas, bahwa kreatifitas dapat
muncul ketika individu memiliki pengetahuan yang
memadai sebelumnya. Oleh karena itu, untuk menjadi kreatif,
kita harus senantiasa menambah pengetahuan. Pengetahuan
dalam hal ini termasuk informasi dan perspektif-perspektif
yang berbeda.
3. Melatih berpikir divergen
Kreatifitas melibatkan proses berpikir divergen dan
konvergen, di mana proses ini dilakukan bertahap dengan
diawali proses divergen. Pada proses divergen, ide-ide
dihasilkan sebanyak-banyaknya Analisis terhadap ide sama
sekali tabu untuk dilakukan. Individu harus dapat
membiasakan dirinya untuk mengeksplor ide-ide yang ada
tanpa melakukan penilaian terhadap ide tersebut tidak
khawatir bahwa ide terkesan bodoh, tidak penting, tidak
efektif atau tidak berguna. Hilangkan kekhawatiran tersebut
dan fokuslah untuk mecari ide sebanyak banyaknya.

4
REFERENSI

Dodds, R. A., Ward, T. B., & Smith, S. M. (2004). A review of


experimental research on incubation in problem solving
and creativity. Unpublished doctoral thesis (Texas A&M
University).
Klein, G. (2013). Seeing what others don't: The remarkable ways
we gain insights. Public Affairs
Gilhooly, K. J., Ball, L. J., & Macchi, L. (2015). Insight and creative
thinking processes: Routine and special
Matlin, M. W. (2005). Cognition. Hoboken.
Wallas, G. (1962). The Art of Thought. New York

Sumber Internet:
Critical and creative thinking diakses pada 17 Juli 2018
https://www.australiancurriculum.edu.au/f10-
curriculum/general-capabilities/criticaland-creative-
thinking/

Anda mungkin juga menyukai