Anda di halaman 1dari 11

Isu Terkini Terkait Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja

dalam Keperawatan

Mahdalena Br Surbakti

magdalenakurus15@gmail.com

Abstrak

Isu keselamatan pasien ini melahirkan para digma baru tentang mutu pelayanan,
"mutu pelayanan yang baik saja (sudah diberikan pelayanan sesuai standar teknis dan
IPTEK) tidak cukup berarti bagi pasien tanpa memperhatikan bagaimana derajat unsur risiko
dan keselamatan yang diterima oleh pasien". Tinggi rendahnya derajat mutu sebanding
dengan tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan untuk mencapai "keseimbangan terbaik antara
risiko dan manfaat keselamatan" yang diterima oleh pasien (Widayat 2009). Pelayanan
kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien. Hal inisesuai dengan yang
diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu, yang berbunyi “Primum, Non Nocere”
(First, Do No Harm). Fatwa ini mengamanatkan tentang keselamatan pasien yang harus
diutamakan. Dalam fatwa ini tersirat bahwa keselamatan pasien bukan hal yang baru dalam
dunia pengobatan, karena pada hakekatnya tindakan keselamatan pasien itu sudah menyatu
dengan proses pengobatan itu sendiri. Namun, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran serta makin kompleksnya manajemen Rumah Sakit, unsur keselamatan
pasien ini sedikit terabaikan (Bognar A, 2009).

Kecelakaan adalah kejadian tidak terduga yang disebabkan oleh tindakan tidak aman dan kondisi
tidak aman (Heinrich, 1930). Sebagian besar (85%) kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia
dengan tindakan yang tidak aman. Hasil laporan National Safety Council tahun 1988
menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan kerja di rumah sakit 41% lebih besar dari pekerja
industri lainnya. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores, luka bakar dan penyakit infeksi lainnya. Kejadian penyakit infeksi di rumah sakit
dianggap sebagai suatu masalah serius karena mengancam kesehatan dan kesejahteraan pasien
dan petugas kesehatan secara global.

Kata Kunci : Keselamatan Pasien, Keperawatan, Rumah Sakit


Abstract

The issue of patient safety gave birth to a new definition of service quality, "good quality of
service (which has been given services according to technical and science and technology
standards) is not meaningful enough for patients without paying attention to the degree of risk
and safety elements received by patients". The level of quality is proportional to the level of
availability of service facilities to achieve the "best balance between safety risks and benefits"
received by patients (Widayat 2009). Health care is basically about saving patients. This
corresponds to what Hippocrates said about 2400 years ago, which reads "Primum, Non Nocere"
(First, Do No Harm). This fatwa mandates that patient safety must come first. In this fatwa, it is
implied that patient safety is nothing new in the world of medicine, because in essence patient
safety measures are integrated with the treatment process itself. However, with the development
of medical science and technology and the increasing complexity of hospital management, this
element of patient safety has been slightly neglected (Bognar A, 2009).

Accidents are unexpected events caused by unsafe actions and unsafe conditions (Heinrich,
1930). Most (85%) accidents were caused by human factors with unsafe actions. The results of
the 1988 National Safety Council report showed that the incidence of work accidents in hospitals
was 41% greater than other industrial workers. The cases that often occur are needle sticks,
sprains, lumbago, scratches, burns and other infectious diseases. The incidence of infectious
disease in hospitals is considered a serious problem because it threatens the health and well-
being of patients and healthcare workers globally.

Keywords: Patient Safety, Nursing, Hospital

Latar Belakang

Isu keselamatan pasien ini melahirkan oleh pasien". Tinggi rendahnya derajat
para digma baru tentang mutu pelayanan, mutu sebanding dengan tingkat
"mutu pelayanan yang baik saja (sudah ketersediaan fasilitas pelayanan untuk
diberikan pelayanan sesuai standar teknis mencapai "keseimbangan terbaik antara
dan IPTEK) tidak cukup berarti bagi pasien risiko dan manfaat keselamatan" yang
tanpa memperhatikan bagaimana derajat diterima oleh pasien (Widayat 2009).
unsur risiko dan keselamatan yang diterima Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah
untuk menyelamatkan pasien. Hal inisesuai tindakan atau tidak melakukan tindakan
dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira yang seharusnya dilakukan.
2400 tahun yang lalu, yang berbunyi
Keselamatan (safety) telah menjadi isu
“Primum, Non Nocere” (First, Do No
global termasuk juga untuk rumah sakit.
Harm). Fatwa ini mengamanatkan tentang
Oleh karena itu, keselamatan pasien
keselamatan pasien yang harus diutamakan.
merupakan prioritas utama untuk
Dalam fatwa ini tersirat bahwa keselamatan
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan
pasien bukan hal yang baru dalam dunia
terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
pengobatan, karena pada hakekatnya
di rumah sakit. Menurut Depkes RI (2008)
tindakan keselamatan pasien itu sudah
dalam Panduan Nasional Keselamatan
menyatu dengan proses pengobatan itu
Pasien Rumah Sakit, langkah pertama
sendiri. Namun, dengan berkembangnya
program keselamatan pasien di rumah sakit
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
adalah membangun budaya keselamatan
serta makin kompleksnya manajemen
pasien atau menumbuhkan kesadaran pada
Rumah Sakit, unsur keselamatan pasien ini
seluruh karyawan akan pentingnya nilai
sedikit terabaikan (Bognar A, 2009).
keselamatan di rumah sakit. Jadi, Untuk
Keselamatan pasien adalah prinsip dasar meningkatkan mutu pelayanan keselamatan
dalam pelayanan kesehatan. Menurut pasien di tingkat unit maka harus dilakukan
Depkes RI (2008) Keselamatan pasien upaya perubahan budaya keselamatan pasien
(patient safety) rumah sakit adalah suatu di seluruh unit Rumah Sakit. Standar
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan keselamatan pasien terdiri dari: 1). Hak
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: Pasien, 2). Mendidik pasien dan keluarga,
assessmen risiko, identifikasi dan 3). Keselamatan pasien dan kesinambungan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan pelayanan, 4). Menggunakan metode-
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, metode peningkatan kinerja untuk
kemampuan belajar dari insiden dan melakukan evaluasi dan program
tindaklanjutnya serta implementasi solusi peningkatan keselamatan pasien, 5). Peran
untuk meminimalkan timbulnya risiko. kepemimpinan dalam meningkatkan
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah keselamatan pasien, 6). Mendidik staf
terjadinya cedera yang disebabkan oleh tentang keselamatan pasien, 7). Komunikasi
kesalahan akibat melaksanakan suatu merupakan kunci bagi staf untuk mencapai
keselamatan pasien. Undang-undang Nomor Metode yang digunakan adalah metode
29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran kualitatif dimana maksudnya dengan cara
menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya
praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter untuk dianalisis. Yaitu dengan Litereatur
gigi harus mengacu kepada standar, Review ini dengan menganalisis yang
pedoman dan prosedur yang berlaku berfokus pada pentingnya perencanaan
sehingga masyarakat mendapat pelayanan keperawatan dan implementasi. Adapun
medis secara professional dan aman. tinjauan literature yang digunakan seperti
Berbagai upaya telah diusahakan secara jurnal, buku referensi, thesis dan google
terus menerus untuk mengurangi adverse scholar.
event akibat tindakan medis. Beberapa
Hasil
upaya untuk meningkatkan patient safety
antara lain: (1) pengembangan sistem untuk Keselamatan (safety) telah menjadi isu
identifikasi dan pelaporan risiko, error, atau global termasuk juga untuk rumah sakit.
adverse event, (2) penggunaan teknologi Oleh karena itu, keselamatan pasien
informasi, dan (3) upaya perubahan kultur merupakan prioritas utama untuk
organisasi. Banyak hal yang memengaruhi dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan
terciptanya kultur sebuah organisasi, terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
diantaranya adalah perilaku pemimpin di rumah sakit.
selaku manajer dalam sebuah organisasi.
Kejadian pasien jatuh merupakan masalah
Metode serius di rumah sakit terutama pasien rawat
inap karena kejadian pasien jatuh merupakan
salah satu indikator keselamatan pasien
khususnya anak dan indikator mutu rumah
sakit. Penelitian bertujuan mengeksplorasi
faktor yang mempengaruhi risiko terjadi
jatuh pada pasien anak. Perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien harus menerapkan keselamatan
pasien. Perawat harus melibatkan kognitif,
afektif, dan tindakan yang mengutamakan
keselamatan pasien. Perawat dalam pasien rumah sakit adalah suatu sistem
memberikan asuhan keperawatan harus dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
penuh dengan kepedulian. Persepsi perawat lebih aman yang melputi assesmen resiko,
untuk menjaga keselamatan pasien sangat identifikasi dan pengelolaan hal yang
berperan penting dalam pencegahan, berhubungan dengan risiko pasien,
pengendalian, dan peningkatan keselamatan pelaporan dan analisi insiden, kemampuan
pasien (Choo dkk, 2011). Setiarso, et al. belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
(2009) menyatakan bahwa budaya serta implementasi solusi untuk
lingkungan dalam bentuk nilai dan meminimalkan timbulnya risiko dan
kepercayaan, motivasi, dan komitmen, serta mencegah terjadinya cedera yang
intensif untuk upaya berbagi pengetahuan disebabkan oleh kesalahan akibat
dalam organisasi merupakan suatu hal melaksanakan suatu tindakan atau tidak
penting dalam program pengelolaan mengambil tindakan yang seharusnya di
pengetahuan dalam organisasi. Cahyono ambil (Permenkes No. 1691,2011).
(2008) menyatakan bahwa pengetahuan
Pembahasan
SDM kesehatan, termasuk perawat adalah
hal yang berhubungan dengan komitmen Keselamatan pasien adalah pasien bebas dari
yang sangat diperlukan dalam upaya untuk cidera yang tidak seharusnya terjadi atau
membangun budaya keselamatan pasien. bebas dari cidera yang potensial akan terjadi
Marquis dan Huston (2006) yang (penyakit, cidera fisik / sosial / psikologis,
menyatakan bahwa pengetahuan individu cacat, kematian dll), terkait pelayanan
yang diperoleh dari pelatihan dalam kesehatan, Keselamatan pasien merupakan
pekerjaannya termasuk dalam upaya suatu sistem dimana rumah sakit membuat
pengembangan bermakna terhadap tingkat asuhan pasien lebih aman. Sistem ini
kebutuhan perawat akan pengetahuan. meliputi : assesmen resiko, identifikasi dan
Pelatihan dalam lingkup mutu dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
keselamatan merupakan salah satu sarana resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
untuk menambah kebutuhan akan kemampuan belajar dari insiden dan
pengetahuan baru dan untuk meningkatkan menindaklanjuti insidenn serta implemnetasi
kinerja individu dan kinerja sistem solusi untuk mengurangi dan meminimalkan
(Henriksen & Dayton,2006). Keselamatan timbulnya risiko (Depkes RI 2008). Tujuan
keselamatan pasien adalah terciptanya mendukung keselamatan pasien adalah
budaya keselamatan pasien di RS, Pasal 43 UU No. 44/2009
meningkatnya akuntabilitas rumah sakit
1) RS wajib menerapkan standar
terhadap pasien dan masyarakat,
keselamatan pasien
menurunnya KTD di RS, Terlaksananya
program –program pencegahan sehingga 2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan
tidak terjadi pengulangan KTD (Depkes RI melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
2006). Standar keselamatan pasien rumah menetapkan pemecahan masalah dalam
sakit meliputi Hak pasien, mendidik pasien rangka menurunkan angka kejadian yang
dan keluarga, kelematan pasien dan tidak diharapkan.
kesinambungan pelayanan, penggunaan
metode – metode peningkatan kinerja untuk 3) RS melaporkan kegiatan
melakukan evaluasi dan program keselamatan pasien kepada komite yang
peningkatan keselamatan pasien, peran membidangi keselamatan pasien yang
kepemimpinan dalam meningkatkan ditetapkan oleh menteri 4) Pelaporan insiden
keselamatan pasien, mendidik staf tentang keselamatan pasien dibuat secara anonym
keselamatan pasien, komunikasi adalah dan ditujukan untuk mengoreksi system
kunci keselamatan pasien (Permenkes No. dalam rangka meningkatkan
1691,2011). keselamatanpasien. Pemerintah bertanggung
jawab mengeluarkan kebijakan tentang
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi
keselamatan pasien. Keselamatan pasien
rumah sakit untuk mampu memberikan
yang dimaksud adalah suatu system dimana
pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
pasien mengharuskan rumah sakit untuk
aman. System tersebut meliputi:
berusaha mengurangi medical error sebagai
bagian dari penghargaannya terhadap a. Assessment risiko
kemanusiaan, maka dikembangkan system
Patient Safety yang dirancang mampu b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait
menjawab permasalahan yang ada. Perawat resiko pasien
harus memiliki pengetahuan terhadap c. Pelaporan dan analisis insiden
kebijakan- kebijakan keselamatan pasien di
rumah sakit. Adapun kebijakan yang d. Kemampuan belajar dari insiden
menginterpretasikan, mengansumsikan dan
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi memberikan penilaian terhadap persoalan
meminimalkan resiko dan akan memberikan solusi baik
menyangkut pengetahuan, sikap maupun
Kebijakan Departemen Kesehatan tentang
tindakan yang harus dijalankan. Penerapan
keselamatan pasien rumah sakit :
keselamatan pasien dilaksanakan dengan
a. Terciptanya budaya keselamatan pasien
baik maka pelayanan yang mengutamakan
dirumah sakit.
keselamatan dan kualitas yang optimal akan
b. Meningkatnya akuntabilitas
memberikan dampak yang luas. Terutama
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
bagi masyarakat akan mendapatkan
c. Menurunnya Kejadian Tak
pelayanan yang lebih berkualitas, aman dan
Diharapkan (KTD).
memenuhi harapan mereka. Standar
d. Terlaksananya program
keselamatan pasien dilakukan melalui
pencegahan sehingga tidak terjadi
pelaporan insiden. Pelaporan insiden seperti
pengulangan KTD.
yang diatur dalam undang-undang ini
Kebijakan patient safety di rumah sakit ditujukan kepada komite yang membidangi
antara lain: keselamatan pasien yang selanjutnya diatur
a. Rumah Sakit wajib dalam peraturan menteri kesehatan No. 1691
melaksanakan sistim keselamatan pasien. tahun 2011. Dalam pasal 6 permenkes
b. Rumah No.1691 tahun 2011 ini dikatakan bahwa
Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju rumah sakit wajib membentuk
keselamatan pasien. c. timkeselamatan pasien rumah sakit (KPRS)
Rumah Sakit wajib menerapkan standar yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit
keselamatan pasien. sebagai pelaksana kegiatan keselamatan
d. Evaluasi pelaksanaan pasien, selanjutnya tim KPRS ini
keselamatan pasien akan dilakukan melalui mengembangkan program keselamatan
program akreditasi rumah sakit. pasien sesuai dengan kekhususan rumah
sakit tersebut, dan menyusun kebijakan dan
Pemimpin mempunyai pengaruh dalam
prosedur terkait keselamatan pasien. Dari
meningkatkan keselamatan dan
berbagai artikel penelitian yang dalam
menyelesaikan permasalahan keselamatan
pembahasan maka dapat disimpukan bahwa
pasien yang ada dalam organisasi. Pemimpin
budaya keselamatan pasien sangat terkait pasien mengacu pada standar keselamatan
dengan kejadian insiden keselamatan pasien. pasien Join Commission International (JCI)
Dengan meningkatnya budaya keselamatan dan berdasarkan permenkse no
pasien maka angka kejadian insiden 1691/menkes/per/VII/2011 yang paling
keselamatan pasien dapat diminimalkan. relevan terkait dengan mutu pelayanan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan rumah sakit yakni International Patient
untuk meningkatkan penerapan budaya Safety Goals yang meliputi 6 sasaran, 7
keselamatan pasien untuk meminimalkan salah satunya Identify Patient Correcly
insiden keselamatan pasien adalah dengan (Kemenkes, 2011).Patient Safety
melakukan pelaporan insiden keselamatan (keselamatan pasien) adalah suatu prosedur
pasien, baik KNC, KPC, KTC apalagi KTD. atau proses dalam suatu rumah sakit yag
Namun, masih banyak praktisi keperawatan memberikan pelayanan pasien yang lebih
yang mengabaiakan pelaporan insiden aman (JCI, 2011). Dimana dipengaruhi oleh
karena menganggap insiden tersebut masih perilaku dan penerapan dari perawat
bisa ditangani dengan sendirinya atau pelaksanaan yang mengutamakan
mereka tidak melaporkan jika tidak terjadi kepentingan keselamatan pasien (Lestari,
cedera pada pasien dan hanya melaporkan 2012). Salah satu peningkatan mutu
jika sudah terjadi cedera. Komunikasi terkait pelayanan keselamatan pasien yaitu
berbagai informasi tentang kondisi pasien pencegahan dan pengurangan resiko infeksi
merupakan komponen dasar pada patient dengan program yang diterapkan yaitu hand
safety. Transfer informasi pada handover hygiene yang efektif terutama 5 momen
merupakan hal yang penting untuk (WHO, 2009). Menurut peneliti, rumah sakit
menjamin efektivitas dan keamanan pada merupakan tempat yang rentan terjadi
perawatan pasien. Upaya perawat dalam infeksi nosokomial atau infeksi baru selama
membangun kesehatan didasarkan kepada perawatan, dan peran perawat dalam upaya
penanganan dengan sungguh-sungguh pengurangan resiko infeksi akan selalu
terhadap terciptanya derajat kesehatan yang dijelaskan kepada pasien ataupun pihak
maksimal yaitu dengan cara menyadarkan, keluarga untuk melakukan program mencuci
mendorong setiap orang agar bersedia tangan sebelum dan sesudah tindakan.
menjadi sehat, aman, dan sejahtera. Perilaku Didepan tiap ruangan-ruangan di ruang akut
perawat dalam melaksanakan keselamatan juga sudah terdapat desinfektan. Hal ini
menunjukkan bahwa kepedulian yang tinggi pasien. Hal ini dilakukan untuk
untuk mencegah infeksi yang ada dirumah meminimalkan risiko yang tidak di inginkan
sakit. Hasil analisis menunjukkan terdapat terjadi kepada pasien. Maka dari itu tingkat
hubungan yang bermakna antara pendidikan, pengalaman pada perawat harus
pelaksanaan handover dengan patient safety bisa dijadikan pembelajaran untuk menjadi
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru perawat yang professional untuk
Sidawangi Provinsi Jawa Barat. Handover memberikan asuhan kepada pasien untuk
yang baik berkontribusi terhadap mneguraki risiko yang akan terjadi nantinya.
peningkatan patient safety.
Daftar Pustaka
Penutup
1.Bawelle, (2013). Jurnal Hubungan
Keselamatan pasien (patient safety) Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan
merupakan isu global dan nasional bagi Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient
rumah sakit, komponen penting dari mutu Safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun
layanan kesehatan, prinsip dasar dari Kandage Tahuna. Program Studi Ilmu
pelayanan pasien dan komponen kritis dari Keperawatan Fakultas Kedokteran
manajemen mutu. Standar keselamatan Universitas Sam Ratulangi.ejournal
pasien dilakukan melalui pelaporan insiden. keperawatan (e-Kp).Manado
Pelaporan insiden seperti yang diatur dalam
2. Brown, D. S., & Wolosin, R. (2013).
undang-undang ini ditujukan kepada komite Safety Culture Relationships with Hospital
yang membidangi keselamatan pasien yang Nursing Sensitive Metrics. Journal for
Healthcare Quality.61-74.
selanjutnya diatur dalam peraturan menteri
3.Cecep Triwibowo , Sulhah Yuliawati, Nur
kesehatan. Meningkatkan penerapan budaya
Amri Husna(2016). HANDOVER
keselamatan pasien untuk meminimalkan SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
KESELAMATAN PASIEN (PATIENT
insiden keselamatan pasien adalah dengan
SAFETY) DI RUMAH SAKIT. Jurnal
melakukan pelaporan insiden keselamatan Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing).11(2).
pasien, baik KNC, KPC, KTC apalagi KTD.
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan 4. Hawkins, C. T., & Flynn, L. (2015).
Patient Safety Culture and Nurse-Reported
harus di tingkatkan kepada perawat sebagai Adverse Events in Outpatient Hemodialysis
pengawas, pengasuh pendidik yang selalu Units. Research and Theory for Nursing
Practice: An International Journal.53-65.
berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
5. Muhammad Yusuf.(2017). Penerapan Pemahaman Perawat Pelaksana Dalam
Patient Safety Di Ruang Rawat Inap Rumah
Penerapan Keselamatan Pasien Melalui
Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin
Patient Safety Implementation In Ward Of Pelatihan Keselamatan Pasien. Jurnal
Dr. Zainoel Abidin General Hospital. Jurnal
Keperawatan Indonesia.15(3).185-192
Ilmu Keperawatan.5(1).85-89.
6. Najihah. 2018. Budaya Keselamatan 11.Yulia, Sri. 2010. Pengaruh Pelatihan
Pasien Dan Insiden Keselamatan Pasien di Keselamatan Pasien Terhadap Pemahaman
Rumah Sakit. Journal Of Islamic Nursing. Perawat Pelaksana Mengenai Penerapan
3(1). Keselamatan Pasien Di RS Tugu Ibu Depok.
Depok: Universitas Indonesia..
7. Silvia Maria P I , Joko Wiyono , Erlisa
Candrawati (2015). KEJADIAN
KECELAKAAN KERJA PERAWAT
BERDASARKAN TINDAKAN TIDAK
AMAN.Jurnal Care.3(2).
8.Simamora, R. H., & Nurmaini, C. T. S.
(2019). Knowledge of Nurses about
Prevention of Patient Fall Risk in Inpatient
Room of Private Hospital in Medan. Indian
Journal of Public Health Research &
Development, 10(10), 759-763.
9. Soedirman,. & Prawirakusumah, S.
(2014). Kesehatan Kerja Dalam Perspektif
Hiperkes & Keselamatan Kerja. Jakarta:
Erlangga.

10. Yulia, S., Yani, A.S., Hamid.,


Mustikasari. (2012). Peningkatan

Anda mungkin juga menyukai