Anda di halaman 1dari 29

MATERI

PERTEMUAN
10

Sub Materi

01. Penyembuhan luka, perawatan luka, jenis balutan untuk luka-

lua tertentu, dan komplikasinya

02. Dekubitus, perawatan, dan komplikasinya

03. Luka bakar, perawatan, dan komplikasinya

04. Perawatannya colostomy [SOP, aspek estetik, kebutuhan

sekseual] dan kompikasinya

Tutor

Ns. Choirunnisa Aprilia, S.Kep


Keperawatan Medikal Bedah

Hal. 1
Penyembuhan luka, perawatan luka, jenis
01 balutan untuk luka-luka tertentu

PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka merupakan respon tubuh terhadap berbagai cedera

dengan proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang

menghasilkan pemulihan anatomi dan fungsi secara terus menerus.

1. Fase Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka secara umum terdiri dari 3 fase, yaitu :

No Fase Durasi Peristiwa Kondisi Luka

1 Inflamasi 1 – 4 haíi  Terbentuk bekuan  Rubor (kemerahan

(disebut juga darah karena kapiler

fase lag atau  Eksudasi cairan melebar)

eksudat) (edema)  Kalor (suhu hangat)

 Proses Fagositosis  Dolor (nyeri)

 Tumor
(pembengkakan)

 Function laesa

Hal. 2
2 Proliferasi 5 – 20 hari  Pembentukan  Jaringan granulasi

(disebut juga kolagen yang sehat,

fase  Terbentuk warnanya merah

fibroblastik jaringan granulasi terang, permukaan

atau jaringan berbenjol halus,


 Kekuatan
ikat) teraba agak keras,
regangan luka
dan tidak mudah
mencapai 25%
berdarah.
jaringan normal
 Jika infeksi,
jaringan granulasi
berwarna pucat,
permukaan kasar
tidak teratur,
lembek dan rapuh,
dan sangat mudah
berdarah.

3 Maturasi 21 hari  Fibroblas  Terbentuk jaringan

(disebut juga hingga meninggalkan parut yang pucat,

fase berbulan luka tipis, dan mudah

diferensiasi, bahkan  Kulit mampu digerakkan dari

resorpsi, bertahun- menahan dasar.

remodeling, tahun regangan sekitar  Terlihat pengerutan


atau plateu) 80% kemampuan maksimal pada luka
kulit normal

 Penyempitan
ukuran luka oleh
serat kolagen

Hal. 3
2. Mekanisme Penyembuhan Luka

Dalam penatalaksanaan bedah, terdapat 3 bentuk penyembuhan

luka, yaitu :

1. Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan primer)

 Penyembuhan terjadi pada luka yang dibuat secara aseptik dengan

kerusakan jaringan minimal yang ditutup dengan benar (jahitan untuk

mempertautkan luka) dengan sedikit reaksi jaringan .

 Jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukkan jaringan parut

minimal.

2. Penyembuhan melalui intensi kedua (granulasi)

 Penyembuhan terjadi pada luka yang mengalami infeksi (terbentuk

abses) atau tepi luka tidak saling merapat. Terjadi pembentukkan

jaringan granulasi, untuk menutupi jaringan yang hancur.

Hal. 4
 Penyembuhan membutuhkan waktu lama dan terbentuk jaringan

parut yang lebih kasar.

PROSEDUR PERAWATAN LUKA

Definisi :

Mengidentifikasi dan meningkatkan penyembuhan luka serta

mencegah terjadinya komplikasi luka.

Tujuan :

1. Melindungi luka dari kontaminasi mikroorganisme

2. Merangsang granulasi dan penyembuhan luka

3. Menopang atau membidai lokasi luka

4. Merangsang insulasi termal pada permukaan luka

5. Menjaga kelembaban tinggi antara luka dan perban

6. Memberikan kenyamanan fisik, psikis, dan aestetik

Prosedur :

1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama

lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)

2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur

3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:

a. Sarung tangan bersih

b. Sarung tangan steril

Hal. 5
c. Cairan antiseptic

d. Alat cukur rambut, jika perlu

e. Set perawatan luka

4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

5. Pasang sarung tangan bersih

6. Monitor karakteristik luka (meliputi drainase, warna, ukuran, dan bau)

7. Monitor tanda-tanda infeksi

8. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

9. Cukur rambut sekitar daerah luka, jika perlu

10. Lepaskan sarung tangan bersih dan pasang sarung tangan steril

11. Bersihkan luka dengan cairan NaCl atau pembersih nontoxic,

sesuai kebutuhan

12. Bersihkan jaringan nekrotik, jika ada

13. Berikan salep yang sesuai dengan kondisi luka, jika perlu

14. Pasang balutan sesuai jenis luka

15. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

16. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

17. Anjurkan konsumsi makanan tinggi kalori dan protein

18. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

19. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan

20. Lepaskan sarung tangan

Hal. 6
21. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

22. Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons

pasien Referensi :

PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan (1st

ed.). Jakarta: DPP PPNI.

JENIS BALUTAN UNTUK LUKA-LUKA


TERTENTU

a. Definisi :

Secara tradisional untuk lesi akut, lesi yang sangat basah, dan lesi

inflamasi. Dengan penerapan kompres basah pada kulit. Balutan ini

mulai ditinggalkan karena banyaknya produk perawatan luka baru

yang tersedia.

Tujuan penggunaan kompres basah untuk :

 mengurangi inflamasi dengan cara pembuluh darah berkontriksi

(yang menyebabkan penurunan aliran darah pada daerah inflamasi)

 membersihkan kulit dari eksudat, kerak, dan sisik

 menjaga drainase daerah yang terinfeksi

 mendorong terjadinya penyembuhan dengan memudahkan

pergerakan sel epidermis di kulit yang terlibat sehingga terbentuk

jaringan granulasi baru.

Kompres basah juga dapat digunakan untuk gangguan vesikuler,

bulosa, pustular, dan ulseratif, serta untuk kondisi peradangan.

Hal. 7
Sebelum menerapkan balutan ini, perawat harus harus melakukan

hand hygiene dan mengenakan handscoon steril atau bersih. Balutan

terbuka membutuhkan pergantian balutan yang lebih sering karena

penguapan cepat terjadi. Untuk balutan tertutup lebih jarang diganti,

tetapi dapat menimbulkan bahaya seperti terjadi pelunakan bahkan

maserasi.

Teknik balutan basah ke kering diindikasikan untuk menghilangkan

eksudat dari erosi atau luka. Balutan tetap ditempatnya sampai kering,

kemudian diangkat tanpa perendaman sehingga kerak, eksudat, atau

pus dari lesi kulit melekat pada balutan dan dikeluarkan dengan itu.

b. Moisture-retentive dressing

Versi baru, balutan tahan lembab diproduksi secara komersil untuk

dapat melakukan fungsi yang sama dengan kompres basah, tetapi

lebih efisien dalam menghilangkan eksudat karena tingkat transmisi

uap airnya lebih tinggi, beberapa memiliki reservoir (ruang) yang dapat

menampung eksudat yang berlebih.

Balutan tahan lembab biasanya sudah terdapat larutan saline,

petrolatum, larutan zinc-saline, hidrogel, atau agen antimikroba, dengan

demikian dapat menghindari maserasi. Keuntungan balutan ini

dibanding kompres basah yaitu dapat mengurangi nyeri, infeksi lebih

sedikit, jaringan parut lebih sedikit, autolisis debridemen yang lembut

karena memiliki kandungan kelembaban yang tinggi, dan penurunan

frekuensi pergantian balutan. Balutan ini semi-transparan,

memungkinkan untuk pemeriksaan luka tanpa harus mengganti balutan.

Hal. 8
c. Occlusive dressing

Balutan oklusif dapat diproduksi secara komersil atau dibuat dengan

mudah menggunakan kassa persegi steril atau bersih atau dibungkus.

Balutan oklusif meliputi obat topikal yang diterapkan pada dermatosis,

seperti lesi kulit abnormal. Daerah ini dijaga kedap udara dengan

menggunakan plastik film (misal plastik wrap). Plastik film tipis dan

mudah beradaptasi dengan semua ukuran, bentuk tubuh, dan permukaan

kulit. Plester bedah plastik yang mengandung kortikosteroid di lapisan

perekat dapat dipotong sesuai ukuran dan diterapkan pada lesi.

Umumnya, plastik wrap tidak boleh digunakan lebih dari 12 jam.

KOMPLIKASI

1. Infeksi

2. Gangrene

3. Hematoma

4. Skar hipertrofik

5. Keloid

6. Selulitis

7. Osteomyelitis

8. Dehisensi luka

9. Sepsis

(Järbrink et al., 2016; Zabaglo & Sharman, 2021)

Hal. 9
Dekubitus, perawatan, dan
02 komplikasinya

LUKA DEKUBITUS

Pengkajian derajat luka dekubitus, meliputi :

1. Derajat I : hilangnya kulit lapisan epidermis saja

 Area kemerahan (eritema)

 Eritema tidak memucat karena tekanan

 Suhu kulit meningkat dibanding

kulit sekitarnya

 Jaringan bengkak dan padat

 Pasien mengeluh ketidaknyamanan

 Eritema berkembang menjadi

biru kehitaman-keabu-abuan

Penatalaksanaan :

 Penekanan pada kulit dihilangkan sehingga memungkinkan

peningkatan perfusi jaringan

 Pertahankan nutrisi, cairan, dan keseimbangan elektrolit

 Kurangi gesekan dan geseran

 Hindari kulit lembab

Hal. 10
2. Derajat II : hilangnya kulit lapisan epidermis dan Sebagian dermis

 Kulit terbuka atau rusak

 Abrasi, lepuh, dan ulkus dangkal

 Edema terus berlanjut

 Infeksi bisa terjadi

Penatalaksanaan :

 Penatalaksanaan pada luka dekubitus derajat I ditambah dengan luka

dibersihkan secara lembut dengan normal saline steril.

 Hindari penggunaan lampu panas untuk mengeringkan luka

terbuka, penggunaan antiseptik yang merusak jaringan sehat dan

menunda penyembuhan luka.

 Gunakan balutan oklusif semipermeabel, wafer hidrokoloid, dan

balutan basah untuk membantu memelihara kelembaban luka dalam

penyembuhan dan meminimalkan kehilangan cairan dan protein dari

tubuh.

3. Derajat III : hilangnya kulit lapisan epidermis, dermis dan Jaringan

subkutan

 Ulkus meluas ke jaringan subkutan

 Nekrosis dan drainase berlanjut

 Infeksi berkembang

Hal. 11
4. Derajat IV : hilangnya kulit lapisan epidermis, dermis, jaringan subkutan,

fascia, otot, hingga tulang terlihat

 Ulkus meluas ke otot hingga tulang

 Nekrosis dan drainase terus berlanjut

Penatalaksanaan luka decubitus derajat III dan IV :

 Penatalaksanaan pada luka dekubitus derajat I ditambah dengan

menghilangkan jaringan nekrotik, karena jaringan nekrotik mendukung

pertumbuhan bakteri, menunda terbentuknya jaringan granulasi,

dan menghambat penyembuhan luka.

 Gunakan analgesik ketikan akan membersihkan luka

 Debridemen dengan pergantian balutan basah ke lembab, pembilasan

mekanik jaringan nekrotik dan eksudat, penerapan enzim preparat

yang ditentukan untuk melarutkan jaringan nekrotik, atau diseksi bedah.

KOMPLIKASI

1. Selulitis

2. Osteomyelitis

3. Periostitis

4. Septic arthritis

5. Hipoproteinemia

Hal. 12
6. Sepsis

(Zaidi &Sharma, 2021)

Hal. 13
Luka bakar, perawatan, dan
03 komplikasinya

LUKA BAKAR

a. Luas Luka Bakar

Pada orang dewasa (rule of nine)

Bagian (Luas %) Depan Belakang

1. Kepala (9%) 4,5% 4,5%

2. Lengan kiri (9%) 4,5% 4,5%

3. Lengan kanan (9%) 4,5% 4,5%

Dada : 9% Punggung atas : 9%


4. Badan (36%)
Abdomen : 9% Punggung bawah : 9%

5. Tungkai kiri (18%) 9% 9%

6. Tungkai kanan (18%) 9% 9%

7. Genitalia (1%) - -

Hal. 14
Pada Bayi - Anak

Usia
Area
0 1 5 10

Kepala
10% 9% 7% 6%
(A/D)
Tungkai Atas
3% 3% 4% 5%
(B/E)
Tungkai
2% 3% 3% 3%
Bawah (C/F
Lengan Masing-masing 10%

Badan 26%

Genitalia 1%

Punggung
dan telapak Masing-masing 4%
kaki

Hal. 15
b. Derajat Kedalaman Luka Bakar

Derajat Definisi Kondisi Luka


Derajat I Kerusakan terbatas - Kulit kering, hiperemik berupa eritema
(Superfisial pada bagian - Tidak dijumpai bula
thickness burn) permukaan -Nyeri karena ujung saraf sensorik
(superfisial) teriritasi
epidermis. - Penyembuhan terjadi secara
spontan dalam waktu 5 – 10 hari
Derajat II a Kerusakan - Dijumpai bula
(Dangkal/Partial mengenai lapisan - Luka berwarna merah muda
thickness burn) epidermis dan - Pasien mengeluh nyeri
lapisan atas dari - Penyembuhan terjadi secara
dermis. spontan umumnya 10 – 14 hari
Derajat II b Kerusakan - Luka berwarna putih pucat
(Dalam/Deep mengenai epidermis - Nyeri bila ditekan
partial dan hampir seluruh - Dijumpai bula
thickness burn) bagian dermis - Penyembuhan terjadi lebih lama
(lebih dari 3 minggu atau lebih
lama)

Hal. 16
Derajat III Kerusakan meliputi - Tidak dijumpai bula
(Full thickness seluruh lapisan - Kulit yang terbakar berwarna abu-
burn) dermis dan lapisan abu dan pucat. Kering, letaknya
yang lebih dalam lebih rendah dibanding kulit sekitar
(sampai mencapai akibat koagulasi protein
jaringan subkutan, - Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan
otot, dan tulang) hilang sensasi karena ujung-ujung
serabut saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian
- Penyembuhan terjadi lama karena
tidak ada proses epitelisasi spontan

c. Kriteria Berat Ringannya Luka Bakar

Luka Bakar Ringan Luka Bakar Sedang Luka Bakar Berat

 Luka bakar derajat II  Luka bakar derajat II  Luka bakar derajat II >25%
<15% (dewasa) 15 – 25% (dewasa) (dewasa)
 Luka bakar derajat II  Luka bakar derajat II  Luka bakar derajat II >20%
<10% (anak-anak) 10 – 20% (anak-anak) (anak-anak)
 Luka bakar derajat III  Luka bakar derajat III  Luka bakar derajat III >10%
<2% <10%  Luka bakar mengenai
tangan, wajah,
telinga, mata, kaki, dan
genitalia/perineum
 Luka bakar dengan
cedera inhalasi, listrik,
disertai trauma lain

Hal. 17
MANAJEMEN LUKA BAKAR

a. Luas Luka Bakar

 Airway

 Breathing : waspadai inhalasi dan pernapasan cepat

 Circulation : resusitasi cairan

 Disability : sindrom kompartemen

 Exposure : persentase luas luka bakar

b. Pertolongan Pertama

 Jika pasien tiba di fasilitas kesehatan tanpa diberikan pertolongan

pertama, basahi luka bakar dengan air dingin untuk mencegah

kerusakan lebih lanjut dan lepaskan semua pakaian yang terbakar.

 Jika area luka bakar terbatas, rendam di dalam air dingin selama 30

menit untuk mengurangi rasa sakit dan edema, serta

untuk meminimalkan kerusakan jaringan.

 Jika area luka bakar besar, setelah disiram dengan air dingin,

gunakan lilitan bersih pada area yang terbakar (atau seluruh badan

pasien) untuk mencegah kehilangan panas dan hipotermia sistemik.

 Hipotermia adalah risiko khusus pada anak kecil.

 6 jam pertama setelah cedera sangat penting untuk membawa

pasien dengan luka bakar yang parah ke rumah sakit sesegera

mungkin.

Hal. 18
c. Perawatan Awal

 Awalnya, luka bakar bersifat steril. Fokuskan pengobatan

pada penyembuhan cepat dan pencegahan infeksi.

 Dalam semua kasus, berikan profilaksis tetanus. Kecuali luka bakar

yang sangat kecil, hilangkan semua bula. Gunting jaringan nekrotik

awal dan debridemen semua jaringan nekrotik selama beberapa hari

pertama.

 Setelah debridemen, secara perlahan bersihkan luka bakar dengan

larutan klorheksidin 0,25% (2,5 g / liter), larutan cetrimide 0,1% (1 g /

liter), atau antiseptik berbasis air ringan lainnya. Jangan

menggunakan larutan berbasis alkohol.

 Gosokan lembut akan menghilangkan jaringan nekrotik yang

longgar. Oleskan tipis krim antibiotik (silver sulfadiazine).

 Balut luka bakar dengan kassa petroleum dan kassa kering cukup

tebal untuk mencegah rembesan ke lapisan luar.

d. Perawatan Harian

 Ganti balutan harian (dua kali sehari jika memungkinkan) atau

sesering yang diperlukan untuk mencegah rembesan melalui

balutan. Pada setiap ganti balutan, bersihkan semua jaringan yang

longgar.

 Periksa luka untuk perubahan warna atau perdarahan, yang

mengindikasikan berkembangnya infeksi. Demam bukan indikator

penting karena dapat bertahan sampai luka bakar tertutup. Selulitis di

jaringan sekitarnya merupakan indikator infeksi yang lebih baik.

Hal. 19
 Berikan antibiotik sistemik dalam kasus infeksi luka streptokokus

Hal. 20
hemolitik atau septikemia.

 Infeksi Pseudomonas aeruginosa sering menyebabkan septikemia dan

kematian. Obati dengan aminoglikosida sistemik.

 Berikan kemoterapi antibiotik topikal setiap hari. Silver nitrat

(Larutan encer 0,5%) adalah yang termurah, diterapkan dengan

balutan oklusif tetapi tidak menembus eschar. Ini

menghabiskan elektrolit dan menodai lingkungan lokal.

 Gunakan silver sulfadiazine (salep 1%) dengan balutan satu lapis. Ini

memiliki penetrasi eschar yang terbatas dan dapat menyebabkan

neutropenia. Mafenide acetate (salep 11% digunakan tanpa balutan.

Menembus eschar tetapi menyebabkan asidosis. Penggunaan agen

ini secara bergantian adalah strategi yang tepat.

 Rawat tangan yang terbakar dengan perawatan khusus untuk

mempertahankan fungsinya.

o Tutupi tangan dengan silver sulfadiazine dan letakkan dalam

sarung tangan atau kantong poliester longgar, diplester pada

pergelangan tangan menggunakan perban kain krep

o Tinggikan tangan selama 48 jam pertama, dan kemudian

mulai latihan tangan;

o Setidaknya sekali sehari, lepaskan sarung tangan, mandikan

tangan, periksa luka bakar dan kemudian gunakan kembali silver

sulfadiazine dan sarung tangan

o Jika pencangkokan kulit diperlukan, pertimbangkan perawatan

oleh spesialis setelah jaringan granulasi sehat muncul.

Hal. 21
e. Nutrisi

 Kebutuhan energi dan protein pasien akan sangat tinggi karena

katabolisme trauma, kehilangan panas, infeksi, dan tuntutan

regenerasi jaringan. Jika perlu, beri diet pasien melalui selang

nasogastrik untuk memastikan asupan energi yang cukup (hingga

6000 kkal/hari).

 Anemia dan malnutrisi mencegah penyembuhan luka bakar dan

mengakibatkan kegagalan cangkok kulit. Telur dan minyak kacang

dan suplemen yang tersedia secara lokal baik.

KOMPLIKASI

1. Selulitis

2. Sepsis

3. Dehidrasi

4. Hipotermia

5. Syok hypovolemia

6. Anemia

7. Gangguan irama jantung

8. Gagal ginjal akut

9. Trombosis vena

10. Emboli paru

11. Pneumonia

(Colton et al., 2017; Aldekhayel et al., 2021)

Hal. 22
04 Perawatan Colostomy

PROSEDUR TINDAKAN KOLOSTOMI

Definisi :

Mengidentifikasi dan merawat pasien yang memiliki stoma dengan

membersihkan stoma dan kulit sekitar stoma, serta mengganti

kantung stoma secara berkala.

Tujuan :

1. Mencegah kebocoran

2. Mencegah eksoriasi kulit dan stoma

3. Memantau stoma dan kulit di sekitarnya

4. Mengajarkan pasien dan keluarganya mengenai cara perawatan

kolostomi dan kantung penampungnya.

Prosedur :

1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama

lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis)

2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur

3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan:

a. Sarung tangan bersih

b. Kantung kolostomi

c. Kassa/kapas/tisu

Hal. 23
d. Cairan fisiologis

e. Plastik hitam

f. Pinset sirurgis

Kantung Kolostomi
g. Pinset anatomis

h. Kom steril

i. Stomahaesive pasta, jika perlu

j. Stomahaesive powder, jika perlu


Stoma Guide

k. Gunting

l. Pengalas

m. Bengkok

4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

5. Pasang sarung tangan Base Plate

6. Jaga privasi pasien

7. Pasang pengalas dan gulung di bawah lokasi stoma

8. Letakkan bengkok yang telah dilapisi plastik di atas pengalas

9. Buka klip kantung kolostomi di atas plastik hitam dengan hati-hati

10. Buka kantung stoma, buang feses/urin dan masukkan ke

kantong plastik

11. Angkat base plate perlahan-lahan menggunakan cairan

fisiologis (dimulai dari bagian yang jauh dari jahitan luka terlebih

dahulu) dan masukkan ke dalam kantung plastik hitam

12. Ganti sarung tangan

Hal. 24
13. Bersihkan stoma dan kulit sekitar stoma menggunakan

kapas/kassa dan cairan fisiologis dengan diameter 10 – 15 cm

14. Bersihkan jahitan di sekeliling stoma menggunakan lidi kapas

yang diberi cairan fisiologis

15. Keringkan kulit sekitar stoma dengan kassa kering

16. Tutup lubang stoma dengan kassa lembab dan siapkan pola

pada base plate baru yang akan dipasang menggunakan stoma

guide

17. Gunting base plate sesuai pola dan rapikan tepian guntingan

base plate dengan jari

18. Buka kertas pengalas dan berikan pasta di sekeliling pinggiran

lubang pola tersebut, kemudian dirapikan menggunakan jari

telunjuk yang telah dicelupkan dalam cairan fisiologis

19. Pasang base plate pada kulit sekitar stoma dimulai dari posisi

stoma bagian bawah

20. Tekan dengan hati-hati sekeliling base plate menggunakan

jari-jari tangan

21. Pasang kantung stoma sambil mengangkat kassa yang berada

di atas lubang stoma

22. Pasangkan klipnya di bagian bawah kantung stoma sekitar 2 cm

23. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan

24. Lepaskan sarung tangan

25. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah

26. Dokumentasikan prosedur yang dilakukan dan respons pasien

Hal. 25
ASPEK ESTETIKA DAN KEBUTUHAN SEKSUAL POST KOLOSTOMI

Kolostomi merupakan pembedahan yang bersifat life saving yang

memungkinkan seseorang menikmati aktivitas penuh termasuk travelling,

berolahraga, bekerja, dan berhubungan sosial baik dengan keluarga

maupun lingkungan. Operasi kolostomi dilakukan dengan berbagai latar

belakang seperi malignancy atau kelainan bawaan. Kolostomi dapat

bersifat sementara atau menetap sehingga perlu dirawat dengan baik.

a. Aspek Estetika

Tidak ada pakaian yang khusus setelah operasi kolostomi, namun

beberapa penyesuaian perlu dilakukan untuk kenyamanan dan

keindahan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :

1. Penekanan ringan dari pakaian yang dikenakan tidak akan

merusak stoma atau mencegah fungsi bowel. Ikat pinggang/pita

yang dikenakan langsung mengenai stoma harus dihindari.

2. Makanlah seperti biasa. Jika nafsu makan kembali, berat

badan dapat meningkat yang akan mempengaruhi pakaian yang

dikenakan.

3. Pakaian dalam dari bahan katun dan elastis dapat memberikan

perlindungan dan sokongan yang dibutuhkan. Untuk laki – laki

dapat menggunakan boxer.

4. Jangan khawatir dengan ostomy bag yang penuh dibalik pakaian

yang dikenakan. Penggantian yang tepat dengan stoma bag

yang tepat dapat dilakukan dengan cepat di ruang istirahat.

Tidak perlu khawatir tentang bag yang terisi segera setelah

Hal. 26
makan, bahkan

Hal. 27
orang tanpa kolostomi pun perlu ke kamar mandi setelah makan.

Hal tersebut bukan sesuatu yang aneh.

b. Kebutuhan Seksual

Hubungan seksual dan keintiman adalah aspek penting yang harus

terus berlanjut setelah operasi kolostomi. Fungsi seksual wanita sama

sekali tidak terganggu dengan operasi ini sedangkan fungsi seksual

pria terkadang terganggu namun hanya bersifat sementara. Hal

yang penting diperhatikan antara lain :

1. Diskusikan secara terbuka kepada pasangan mengenai beberapa

hal yang akan dipengaruhi dalam hubungan seksual

2. Berikan edukasi kepada pasangan untuk mengurangi kecemasan

3. Hubungan yang intim akan terwujud bila terjadi komunikasi dua

arah secara terbuka dan jujur

4. Kali pertama hubungan intim mungkin akan terasa tidak nyaman.

Pria mungkin akan kesulitan untuk ereksi sedangkan wanita

mungkin mengalami nyeri saat intercourse. Kondisi ini akan

membaik seiring waktu

5. Kontak fisik saat hubungan intim tidak akan mencederai stoma

atau membuat ostoma bag menjadi longgar. Jenis pakaian

tertentu didesain untuk menyembunyikan bag dengan aman.

6. Kolostomi pada wanita hamil sangat jarang terjadi. Sebelum

memutuskan untuk hamil, berdiskusilah dengan dokter keluarga.

Kolostomi sendiri bukan penghalang untuk hamil. Risiko selama

melahirkan tidak lebih besar dari pada ibu lainnya.

Hal. 28
KOMPLIKASI

1. Iritasi kulit peristoma

2. Infeksi

3. Sepsis

4. Ileus paralitik

5. Nekrosis stoma

6. Retraksi stoma

7. Obstruksi usus

8. Herniasi parastomal

9. Prolaps

10. Perdarahan

11. Gangguan elektrolit

12. Defisiensi nutrisi

(Murkhen et al., 2019; Babakhanlou et al., 2022)

Hal. 29

Anda mungkin juga menyukai