Anda di halaman 1dari 38

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah
terpilih Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
yang akan masalah
diselesaikan
1 Rendahnya 1. Metode Kajian Literatur
motivasi pembelajaran a. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi, analisis alternatif
solusi yang sesuai atau memungkinkan untuk diterapkan dikelas
belajar masih melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan (Oktiani, 2017).
saya adalah sebagai berikut :
siswa menggunakan b. Peserta didik merasa bosan dengan metode pembelajaran guru
yang hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian 1. Metode pembelajaran yang bisa dijadikan solusi
metode alternatif adalah
materi dikelas, hal ini menyebabkan minat dan motivasi belajar
ceramah peserta didik menjadi kurang sehingga perlu digunakan metode- Menurut Darmadi (2017), metode pembelajaran
2. Media metode pembelajaran yang lain dalam proses pembelajaran (Putri, adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru
pembelajaran Y.D. dkk.,2021). dalam menyampaikan materi pembelajaran
nya kurang c. Menurut Marsita (2010) untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
menarik siswa perlu adanya strategi atau metode pembelajaran yang dapat
a. Metode Diskusi
menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat memecahkan suatu permasalahan dengan cara melakukan  Menurut Hamdayama (2014), metode
hal-hal yang baru. (Handayani, dkk, 2022). diskusi adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa-siswa dihadapkan kepada
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas) suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan
 Metode ceramah bisa dipakai, tapi jangan untuk semua atau pertanyaan yang bersifat problematik
materi, karena siswa akan bosan sehingga motivasi untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
belajarnya rendah, lebih variatif lagi menggunakan dan  Menurut Hamdayama (2014), agar dalam
memilih metode pembelajaran pelaksanaan metode diskusi berjalan dengan
efektif, maka perlu dilakukan langkah-
langkah melaksanakan metode diskusi
dengan tepat, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
Merumuskan tujuan, menentukan jenis
diskusi, menetapkan masalah yang akan
dibahas, mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi
b. Pelaksanaan Diskusi
Memberikan pengarahan sebelum
dilaksanakan diskusi, melaksanakan
diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan, memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
c. Menutup Diskusi
Membuat pokok-pokok pembahasan
sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi. Dan mereview jalannya diskusi
dengan meminta pendapat dari seluruh
peserta diskusi sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya.

 Kelebihan metode diskusi adalah:


1. Suasana kelas lebih hidup sebab siswa
menyerahkan perhatian atau pikirannya
kepada masalah yang sedang
didiskusikan.
2. Dapat menaikkan prestasi kepribadian
individu seperti sikap toleran,
demokrasi, berpikir kritis, sistematis,
sabar dan sebagainya.
3. Kesimpulan diskusi mudah dipahami
siswa karena mereka mengikuti proses
berpikir sampai pada proses
kesimpulan.
4. Adanya kesadaran para siswa dalam
mengikuti dan mematuhi aturan-aturan
yang berlaku dalam diskusi merupakan
refleksi kejiwaan dan sikap mereka
untuk berdisiplin dan menghargai
pendapat orang lain.
5. Membantu murid dalam mengambil
keputusan yang lebih baik.
6. Tidak terjebak dalam pemikiran
individu yang terkadang sudah penuh
prasangka dan sempit. Dengan diskusi
seseorang dapat mempertimbangkan
alasan-alasan atau pikiran-pikiran orang
lain.
 Kekurangan
1. Adanya sebagian siswa yang kurang
berpartisipasi secara aktif dalam
diskusi, acuh tak acuh dan tidak ikut
bertanggung jawab terhadap hasil
diskusi.
2. Sulit meramalkan hasil yang ingin
dicapai karena penggunaan waktu
yang terlalu panjang.
3. Para siswa mengalami kesulitan
mengeluarkan ide-ide atau pendapat
mereka secara ilmiah dan sistematis
(Hamdayama, 2014)
b. Metode Eksperimen
 Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan
sebab akibat (hubungan kausal) anatar dua faktor yang
sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi
atau mengurangi atau menyisihkan faktor-fakor lain
yang mengganggu (Arikunto, 2019, hlm. 9).
 Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah
suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu
percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya
serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru.
 Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995) metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana
siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
 Langkah-langkah metode penelitian
eksperimen akan meliputi beberapa poin di
bawah ini.
1. Tahap persiapan
perancangan eksperimen (desain apa yang
akan digunakan, dsb), studi pustaka, hina
pembuatan instrumen penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian,
tahap ini dalam eksperimen setidaknya akan terbagi
menjadi dua, yakni: a) Pretest yang melakukan suatu
hal tanpa diberi perlakuan atau disebut dengan studi
kontrol; b) Post-test, yakni melakukan suatu hal
dengan diberi perlakuan sesuai dengan rancangan
eksperimen.
3. Pengolahan dan analisis data
tahap ini menginterpretasikan hasil
eksperimen yang telah dilakukan. Data
dapat disajikan terlebih dahulu melalui tabel
atau chart, kemudian mengaplikasikan
teknik pengolahan data yang akan
digunakan seperti penggunaan rumus
statistik untuk menentukan pengaruh, dsb.
 Anitah (dalam Mayangsari, Dewi 2013) kelebihan
metode pembelajaran eksperimen adalah sebagai berikut:
1) Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Siswa
2) Membangkitkan Sikap Ilmiah Siswa
3) Membuat Pembelajaran Bersifat Actual
4)Membina Kebiasaan Belajar Kelompok
Maupun Individu.
 Anitah (dalam Mayangsari, Dewi 2013 hlm. 28)
Kelemahan atau kendala-kendala yang kemungkinan
perlu diantisipasi oleh guru jika menerapkan metode
eksperimen, di antaranya:
1)Memerlukan alat dan biaya yang cukup
banyak
2) Memerlukan waktu yang relatif lama
3)Sangat sedikit sekolah yang memiliki
fasilitas eksperimen

c. Metode Demonstrasi
 menurut Abdul Majid (2013: 197), metode
demonstrasi adalah salah satu metode yang cukup
efektif karena membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau
data yang benar. Metode demonstrasi merupakan
metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan
 Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang
perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat
dilaksanakan dengan baik adalah:
1. Perencanaan
Merumuskan tujuan yang jelas baik dari
sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat ditempuh setelah
metode demonstrasi berakhir.
Menetapkan garis-garis besar langkah-
langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
Memperhitungkan waktu yang
dibutuhkan.
b. Pelaksanaan
Memulai demonstrasi dengan menarik
perhatian peserta didik.
Mengingat pokok-pokok materi yang
akan didemonstrasikan agar demonstrasi
mencapai sasaran.
Memperhatikan keadaan peserta didik,
apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan baik.
Memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut
tentang apa yang dilihat dan didengarnya
dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
c.Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah
diadakannya demonstrasi sering diiringi
dengan kegiatan-kegiatan belajar
selanjutnya.
 kelebihan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran meliputi:
a. Perhatian anak didik dapat dipusatkan,
dan titik berat yang dianggap penting
oleh guru dapat diamati;
b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat
pada apa yang didemonstrasikan, jadi
proses anak didik akan lebih terarah dan
akan mengurangi perhatian anak didik
kepada masalah lain;
c. Dapat merangsang murid untuk lebih
aktif dalam mengikuti proses belajar;
d. Dapat menambah pengalaman anak
didik;
e. Bisa membantu murid ingat lebih lama
tentang materi yang disampaikan;
f. Dapat mengurangi kesalahpahaman
Kajian Literatur
karena pengajaran lebih jelas dan
d. Rendahnya motivasi belajar siswa dikarenakan peserta didik belum
maksimal terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga
kongkrit.
diperlukan adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. g. Dapat menjawab semua masalah yang
Inovasi tersebut dapat berupa model pembelajaran yang timbul dalam pikiran tiap manusia.
mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran. Salah satu  kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi berikut:
permasalahan adalah model PBL. (Rerung, 2017) a. Memerlukan waktu yang cukup lama;
e. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri b. Apabila terjadi kekurangan media,
peserta didik adalah dengan menggunakan model-model
metode demonstrasi menjadi kurang
pembelajaran yang tepat dan relevan dengan materi yang akan
diajarkan, Salah satu model yang masih digunakan hingga saat efisien;
ini ialah model PjBL, PjBL bermakna sebagai pembelajaran c. Memerlukan biaya yang cukup mahal,
berbasis proyek (Muliaman, 2021) terutama untuk membeli bahan-
bahannya;
d. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
e. Apabila murid tidak aktif maka metode
demonstrasi menjadi tidak efektif
(Fathurrahman, 2008:3).

Hasil Wawancara
Nur Mahanim, S.Pd (Guru)
 Guru perlu inovasi dalam model pembelajaran agar siswa
termotivasi dalam belajar terutama pada pelajaran kimia, misal 2. Model yang bisa digunakan adalah
penggunaan model Jigsaw, PjBL A. model pembelajaran tipe jigsaw
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas)  Menurut Istarani (2014, hlm. 81) Model pembelajaran
 Guru bisa memilih model pembelajaran PBL, PjBL, tipe jigsaw adalah model yang dirancang untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
Discovery Learning, Inkuiri, selain itu ada Jigsaw dll pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
sosial siswa sangat diperlukan.
 Menurut Sanjaya (2007:242-243), karakteristik
model pembelajaran kooperatif jigsaw,
meliputi:
1. Pembelajaran secara berkelompok
2. Kooperatif manajemen meliputi;
perencanaan, pelaksanaan, organisasi, dan
kontrol
3. Kerja sama dalam kelompok belajar
4. Keterampilan dalam berinteraksi dalam
berkomunikasi
 Menurut Lestari (2012:46) langkah- langkah
jigsaw, meliputi :
1. Pendahuluan, salam, presensi, apresiasi,
motivasi.
2. Inti, tujuan pembelajaran, memberikan
media pembelajaran, pelaksanaan jigsaw
(siswa dikelompokkan, setiap siswa diberi
tugas yang berbeda, guru menyampaikan
materi pelajaran, siswa membentuk
anggota baru (kelompok ahli) untuk
berdiskusi, presentasi setiap kelompok ahli,
guru mengevaluasi hasil diskusi, kelompok
ahli kekelompok asal untuk menyampaikan
materi yang diperoleh), guru memberi
tugas untuk dikerjakan, guru mengevaluasi
tugas siswa, guru memberi tes untuk
mengetahui pemahaman peserta didik
3. penutup guru memberi waktu untuk siswa bertanya,
guru merefleksikan materi, guru menutup pelajaran.
 Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Yamin (2008:78-80), keuntungan dari
penggunaan model pembelajaran kooperatif
jigsaw, yaitu: 1) Melatih mengemukakan
pendapat; 2) Kritis dalam persoalan; 3)
Menumbuhkan sikap toleransi; 4) Strategi
efektif untuk mencapai hasil akademik dan
sosial
 Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Sanjaya (2007:247-248), keterbatasan dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw, yaitu:
1) Tidak semua siswa mampu menyatakan pendapat; 2)
Tidak semua siswa mampu memahami materi; 4)
Individual; 5) Sulit membentuk kelompok yang solid.

B. Model Pembelajaran Discovey Learning


 Discovery Learning adalah model pembelajaran yang
menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik dan pengalaman belajar secara aktif yang
akan membimbing peserta didik  untuk menemukan dan
mengemukakan gagasannya terkait topik yang dipelajari
(Arends, 2015).
 Hosnan (2014) menyatakan bahwa ciri utama
pembelajaran menemukan atau discovery
leraning adalah sebagai berikut:
a. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah
untuk menciptakan, menggabungkan, dan
menggeneralisasi pengetahuan.
b. Pembelajarannya berpusat pada siswa.
c. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan untuk
menggabungkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang sudah mapan.
 Menurut Syah (2017) langkah atau tahapan dan
prosedur pelaksanaan Discovery learning
adalah sebagai berikut:
1. Stimulation (stimulus),
memulai kegiatan proses mengajar belajar
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya
yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah;
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
yakni memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah);
3. Data collection (pengumpulan data)
memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaaknya
hipotesis;
4. Data processing (pengolahan data)
mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan;
5. Verification (pembuktian)
yakni melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi,
dihubungkan dengan hasil data processing;
6. Generalization (generalisasi)
menarik sebuah simpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi.
 Menurut Hanafiah (2012) kelebihan model
pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut.
a. Membantu peserta didik untuk
mengembangkan, kesiapan, serta
penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif.
b. Peserta didik memperoleh pengetahuan
secara individual sehingga dapat dimengerti
dan mengendap dalam pikirannya;
c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah
belajar peserta didik untuk belajar lebih giat
lagi;
d. Memberikan peluang untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuan dan
minat masing-masing;
e. Memperkuat dan menambah kepercayaan
pada diri sendiri dengan proses menemukan
sendiri karena pembelajaran berpusat pada
peserta didik dengan peran guru yang sangat
terbatas.
 kelemahan model discovery learning menurut Hanafiah
(2012) adalah sebagai berikut.
a. Siswa harus memiliki kesiapan dan
kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan
sekitarnya dengan baik. Terkadang terhitung
sangat sulit untuk mewujudkannya.
b. Dalam keadaan di kelas gemuk atau yang
memiliki jumlah siswa terlalu banyak, maka
metode ini tidak akan mencapai hasil yang
memuaskan. Guru akan kesulitan untuk
benar-benar memperhatikan proses
pembelajaran setiap murid.
c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan
PBM gaya lama maka metode discovery learning ini
akan mengecewakan.
d. Ada kritik yang menyatakan bahwa bahwa
proses dalam model discovery terlalu
mementingkan proses pemahaman saja,
sementara perkembangan sikap dan
keterampilan siswa dikhawatirkan kurang
menjadi sorotan

C. Model Pembelajaran Inkuiri


 Pembelajaran inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri (Gulo dalam Anam, Khoirul, 2017).
 Model pembelajaran inquiry merupakan metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan
keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku
(Hanafiah dan Sudjana, 2010 dalam Wardoyo 2015).
 Menurut Hanafiah dan Sudjana 2010 (dalam Wardoyo
2015) sintaks atau acuan dasar langkah
pembelajaran inquiry learning adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa.
b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang
akan dipelajari.
c. Seleksi bagian materi yang akan dipelajari.
d. Menentukan peran yang harus dilakukan
masing-masing siswa.
e. Melakukan penjagaan terhadap
kemampuan awal siswa terkait materi
yang akan diberikan.
f. Mempersiapkan kelas.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan kegiatan penyelidikan
dan penganalisisan data yang ditemukan
dalam rangka menemukan hal baru dalam
pembelajaran.
h. Melakukan tindakan penguatan.
 Menurut Kindsvatter (Wisudawati, Asih W dan Eka
Sulistyowati, 2017) berdasarkan peran guru dalam
penyelidikan, inquiry learning terbagi menjadi dua jenis,
yakni sebagai berikut.
1. Guided Inquiry (Inquiry terbimbing)
Pada jenis guided inquiry, peran guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, terutama pada
proses penyelidikan amatlah besar. Guru beperan
menentukan topik penelitian yang akan dilakukan,
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang
terkait dengan topik yang akan diselidiki,
menentukan prosedur atau langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh peserta didik, hingga
membimbing peserta didik dalam menganalisis
data, menyediakan worksheet yang telah berbentuk
kolom-kolom sehingga peserta didik cukup
melengkapi dan membantu membuat kesimpulan.
Guide inquiry cocok untuk digunakan bilamana
siswa-siswa diketahui mengalami kesulitan lebih
dalam melakukan penyelidikan mengenai suatu
materi. Misalnya, jika materi tersebut dianggap
lebih sulit dari yang lain.
2. Open Inquiry (Inquiry terbuka)
Pada tipe ini guru hanya berperan sebagai fasilitator
dalam proses pembelajaran, sejauh yang diminta
oleh peserta didik. Peserta didik kemudian diberikan
kebebasan dan inisiatif dalam memikirkan
bagaimana akan memecahkan masalah yang
dihadapi.
 Berikut adalah karakteristik pembelajaran inquiry
menurut Anam, Khoirul (2017).
1. Menekankan pada aktivitas peserta didik
secara maksimal untuk mencari dan
menemukan yang artinya menempatkan
peserta didik sebagai subjek belajar.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan peserta
didik diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu
hal yang dipertanyakan, sehingga hal
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri dan menempatkan guru
sebagai fasilitator dan motivator belajar
peserta didik.
3. Mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis dan kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses perkembangan
mental. Dengan demikian, peserta didik
tak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi lebih pada
bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya untuk lebih
mengembangkan pemahamannya terhadap
materi pelajaran tertentu.
 Keunggulan strategi pembelajaran inquiry menurut
Roestiyah (2012) dikemukakan sebagai berikut.
1. Dapat membentuk dan mengembangkan (self-
concept) pada diri siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide pokok
dengan lebih baik
2. Membantu dalam menggunakan ingatan
dan transfer pada situasi proses belajar
yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan
bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap
objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berpikir inisiatif
dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5. Memberikan kepuasan yang bersifat
intrinsik.
6. Situasi proses belajar menjadi lebih
merangsang.
7. Dapat mengembangkan bakat atau
kecakapan individu.
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar
sendiri. ‘
9. Dapat menghindari siswa dari cara-cara
belajar yang tradisional.
10. Dapat memberikan waktu pada siswa
secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi
informasi.
 Menurut Suherti dan Rohimah (2016) kelemahan model
pembelajaran inquiry adalah sebagai berikut.
1. Kesulitan pengontrolan kegiatan dan
keberhasilan peserta didik
2. Model pembelajaran inkuiri sulit
dilaksanakan karena terbentur dengan
kebiasaan peserta didik dalam belajar
3. Terkadang dalam implementasinya
memerlukan waktu yang panjang sehingga
sering pendidik sulit menyesuaikannya
dengan waktu yang telah ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar
ditentukan oleh kemampuan peserta
menguasai materi pelajaran, maka model
pembelajaran ini akan sulit
diimplementasikan oleh setiap pendidik.

D. model problem based learning (PBL)


 Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis
masalah merupakan model pembelajaran yang
menantang peserta didik untuk belajar bagaimana
belajar, dan bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata (Arends, 2015)
 Menurut Arends (2015), model pembelajaran
berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah
sosial yang penting bagi peserta didik.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan
masalah berpusat pada pelajaran tertentu
(IPA, matematika, sejarah), namun
permasalahan yang diteliti benar-benar
nyata untuk dipecahkan. Peserta didik
meninjau permasalahan itu dari berbagai
mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran
berdasarkan masalah mengharuskan peserta
didik untuk melakukan penyelidikan
autentik untuk menemukan solusi nyata
untuk masalah nyata.
d. Menghasilkan produk dan mempublikasikan.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut
peserta didik untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat
mewakili penyelesaian masalah yang mereka
temukan.
e. Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan
masalah ditandai oleh peserta didik yang
saling bekerja sama, paling sering
membentuk pasangan dalam kelompok-
kelompok kecil. Bekerja sama memberi
motivasi untuk secara berkelanjutan dalam
penugasan yang lebih kompleks dan
meningkatkan pengembangan ketrampilan
sosial.
 John Dewey dalam Wina Sanjaya (2007), menjelaskan 6
langkah strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang
kemudian dinamakan metode pemecahan masalah
(problem solving), yaitu :
a. Merumuskan masalah, yakni langkah
peserta didik dalam menentukan masalah
yang akan dipecahkan.
b. Menganalisis masalah, yakni langkah peserta didik
meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang.
c. Merumuskan hipotesis, yakni langkah
peserta didik dalam merumuskan
pemecahan masalah berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya.
d. Mengumpulkan data, yakni langkah peserta
didik untuk mencari informasi dalam upaya
pemecahan masalah.
e. Pengujian hipotesis, yakni langkah peserta
didik untuk merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan.
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan
masalah, yakni langkah peserta didik
menggambarkan rumusan hasil pengujian
hipotesis dan rumusan kesimpulan.
 Keunggulan strategi pembelajaran berdasarkan
masalah menurut Sanjaya (2006), adalah
sebagai berikut:
a. Pemecahan masalah merupakan teknik
yang bagus untuk memahami isi
pembelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat merangsang
kemampuan peserta didik untuk
menemukan pengetahuan baru bagi
mereka.
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik.
d. Pemecahan masalah dapat membantu
peserta didik untuk menerapkan
pengetahuan mereka dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Pemecahan masalah dapat membantu
peserta didik mengembangkan
pengetahuannya serta dapat digunakan
sebagai evaluasi diri terhadap hasil maupun
proses belajar.
f. Pemecahan masalah dapat membantu
peserta didik untuk berlatih berfikir dalam
menghadapi sesuatu.
g. Pemecahan masalah dianggap
menyenangkan dan lebih digemari peserta
didik.
h. Pemecahan masalah mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan
kemampuan menyesuaikan dengan
pengetahuan baru.
i. Pemecahan masalah memberi kesempatan
peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetauan mereka dalam kehidupan nyata.
j. Pemecahan masalah mengembangkan
minat belajar peserta didik.

 Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah


menurut Wina Sanjaya (2007), adalah sebagai berikut:
a. Manakala siswa tidak memiliki niat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa
b. masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencobanya.
c. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa
pemahaman mengenai materi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka
harus berusaha untuk memecahkan masalah yang
sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa
yang mereka ingin pelajari (Sanjaya, 2006).

E. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based


Learning = PjBL)
 Menurut Wena (2014) model pembelajaran Project
Based adalah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran
dikelas dengan melibatkan kerja proyek.
 Global SchoolNet (2000) dalam Nurohman
melaporkan hasil penelitian the AutoDesk
Foundation tentang karakteristik Project Based
Learning. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa Project Based Learning
adalah pendekatan pembelajaran yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. peserta didik membuat keputusan tentang
sebuah kerangka kerja
b. adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan
kepada peserta didik
c. peserta didik mendesain proses untuk
menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan
d. peserta didik secara kolaboratif
bertanggungjawab untuk mengakses dan
mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan
e. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
f. peserta didik secara berkala melakukan
refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan
g. produk akhir aktivitas belajar akan
dievaluasi secara kualitatif
h. situasi pembelajaran sangat toleran terhadap
kesalahan dan perubahan (Global SchoolNet, 2000
dalam Nurohman)
 Menurut Rais dalam Lestari (2015) langkah-langkah
model pembelajaran Project Based Learning adalah
sebagai berikut:
1. Membuka pelajaran dengan suatu
pertanyaan menantang (start with the big
question) Pembelajaran dimulai dengan
sebuah pertanyaan driving question yang
dapat memberi penugasan pada peserta
didik untuk melakukan suatu aktivitas.
Topik yang diambil hendaknya sesuai
dengan realita dunia nyata dan dimulai
dengan sebuah investigasi mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for
the project). Perencanaan dilakukan secara
kolaboratif antara pendidik dengan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik
diharapakan akan merasa memiliki atas
proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan
esensial dengan mengintegrasikan berbagai
subjek yang mendukung, serta
menginformasikan alat dan bahan yang
dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan
proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a
schedule). Pendidik dan peserta didik
secara kolaboratif menyusun jadwal
aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Waktu penyelesaian proyek harus jelas,
dan peserta didik diberi arahan untuk
mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta
didik mencoba menggali sesuatu yang
baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap
mengingatkan apabila aktivitas peserta
didik melenceng dari tujuan proyek.
Proyek yang dilakukan oleh peserta didik
adalah proyek yang membutuhkan waktu
yang lama dalam pengerjaannya, sehingga
pendidik meminta peserta didik untuk
menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika
pembelajaran dilakukan saat jam sekolah,
peserta didik tinggal mempresentasikan
hasil proyeknya di kelas.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the
students and the progress of the project).
Pendidik bertanggungjawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan
proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain, pendidik
berperan sebagai mentor bagi aktivitas
peserta didik. Pendidik mengajarkan
kepada peserta didik bagaimana bekerja
dalam sebuah kelompok. Setiap peserta
didik dapat memilih perannya masing
masing dengan tidak mengesampingkan
kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan
(assess the outcome). Penilaian dilakukan
untuk membantu pendidik dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing masing
peserta didik, memberi umpan balik
tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai oleh peserta didik, serta membantu
pendidik dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya. Penilaian produk
Hasil Kajian Literatur dilakukan saat masing-masing kelompok
f. Untuk meningkatkan motivasi belajar kimia siswa perlu mempresentasikan produknya di depan
dikembangkan suatu media pembelajaran yang dapat menarik kelompok lain secara bergantian.
minat siswa dalam belajar (Handayani, dkk, 2022).
6. Evaluasi (evaluate the experience). Pada akhir
g. Munn et al. menyatakan bahwa motivasi diharapkan muncul
proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik
sebagai dorongan kepada peserta didik untuk lebih tertarik kepada
materi pembelajaran. Peserta didik dapat meningkatkan melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
pemahaman kimia dan menyukai kimia sebagai pembelajaran yang proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
menyenangkan melalui media pembelajaran. (Lubis, 2015) dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
Hasil Wawancara mengungkapkan perasaan dan pengalamannya
Dra. Siti Mutmainah, M.Pd (Kepala MA Mamba’ul selama menyelesaikan proyek. (Lestari, 2015)
Ulum)
 Keunggulan penerapan model project based learning
 Guru harus menggunakan media-media yang menarik yaitu:
siswa untuk meningkatkan motivasi siswa 1. meningkatkan motivasi belajar peserta
didik untuk belajar mendorong kemampuan
Nur Mahanim, S.Pd (Guru)
mereka untuk melakukan pekerjaan
 Siswa mungkin akan lebih tertarik jika guru
penting, dan mereka perlu dihargai
menggunakan media pembelajaran misalkan
2. meningkatkan kemampuan pemecahan
menayangkan video atau ppt, yang bisa membuat siswa
masalah
untuk membuka pemikiran mereka mengenai materi
3. membuat peserta didik menjadi lebih aktif
yang disampaikan dibandingkan hanya menggunakan
dan berhasil memecahkan problem-
media berupa buku cetak
problem yang kompleks
4. meningkatkan kolaborasi
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas) 5. mendorong peserta didik untuk
Media pembelajaran yang dipakai terdiri dari 3 macam mengembangkan dan mempraktikkan
yaitu media Audio, Media Visual dan Media Audio Visual keterampilan komunikasi
6. meningkatkan keterampilan peserta didik
dalam mengelola sumber
7. memberikan pengalaman kepada peserta
didik pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan
tugas
8. menyediakan pengalaman belajar yang
melibatkan peserta didik secara kompleks
dan dirancang berkembang sesuai dunia
nyata
9. melibatkan para peserta didik untuk belajar
mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diimplementasikan dengan dunia nyata
10. membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses
pembelajaran” (Kurniasih dalam
Nurfitriyani, 2016)
 kelemahan yang dijelaskan Daryanto dan Raharjo
(2012), yaitu:
a. Memerlukan banyak waktu untuk
menyelesaikan masalah
b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, dimana instruktur memegang peran
utama dikelas.
d. Banyaknya peralatan yang harus
disediakan.
e. Peserta didik yang memiliki kelemahan
dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan.
f. Ada kemungkinan peserta didik yang
kurang aktif dalam bekerja kelompok.
g. Ketika topik yang diberikan kepada
masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa
memahami topik secara keseluruhan

3.Media pembelajaran
 Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali
(Nuritta, 2018)
 Menurut Herry (2007) ada tiga jenis media pembelajaran
yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran oleh guru di sekolah, yaitu:
a. Media Audio
dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya
imajinasi yang abstrak, program audio dapat mengatasi
alasan waktu namun sifat komunikasinya satu arah
dengan demikian, sulit bagi para pendengar untuk
mendiskusikan hal-hal yang sulit dipahami.
b. Media Visual
media visual membantu siswa meningkatkan
pemahaman dan memperkuat ingatannamun media
visual memerlukan waktu pembuatan yang lama, media
visual tidak diikuti oleh audio, sehingga memerlukan
penjelasan dari guru tentang materi pembelajaran
c. Media Audio Visual
Dengan media Audio visual materi lebih dipahami oleh
para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik, mengajar akan lebih bervariasi,
sehingga siswa tidak bosan, pengajaran akan lebih
menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar, namun media Audio visual adalah
pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama

 Menurut Heinich and Molenda (2009) terdapat


enam jenis dasar dari media pembelajaran, yaitu:
a. Teks. Merupakan elemen dasar dalam
menyampaikan suatu informasi yang
mempunyai berbagai jenis dan bentuk tulisan
yang berupaya memberi daya tarik dalam
penyampaian informasi.
b. Media audio. Membantu menyampaikan
maklumat dengan lebih berkesan dan
membantu meningkatkan daya tarikan terhadap
sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk
suara latar, musik, atau rekaman suara, dan
lainnya.
c. Media visual. Media yang dapat memberikan
rangsangan-rangsangan visual seperti
gambar/photo, sketsa, diagram, bagan, grafik,
kartun, poster, papan buletin, dan lainnya.
d. Media proyeksi gerak. Termasuk di dalamnya
film gerak, film gelang, program TV, video
kaset (CD, VCD, atau DVD).
e. Benda-benda tiruan/miniatur. Termasuk di
dalamnya benda-benda tiga dimensi yang dapat
disentuh dan diraba oleh siswa. Media ini
dibuat untuk mengatasi keterbatasan baik
obyek maupun situasi sehingga proses
pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
f. Manusia. Termasuk di dalamnya guru, siswa,
atau pakar/ahli di bidang/materi tertentu.

 Jenis-jenis media pembelajarann dikategorikan oleh Seels


dan Richey dalam Arsyad (2016) sebagai berikut ini:
a. Media hasil teknologi cetak
Macam-macam contoh media pembelajaran
cetak ini antara lain meliputi buku teks, hand-
out, modul, buku petunjuk, grafik, diagram,
foto, lembar lepas, lembar kerja, dll.
b. Media hasil teknologi audio-visual
Contoh teknologi audio visual antara lain:
rekaman pembelajaran (hanya audio), video
pembelajaran, video klip musik pembelajaran,
proyektor LCD untuk menampilkan gambar
(hanya visual), film edukasi, audio visual
sugesti imajinasi (membangkitkan motivasi
belajar), dsb.
c. Media hasil teknologi berbasis komputer
Macam macam media pembelajaran berbasis
komputer meliputi: media berbasis TIK atau
Informatika yang dapat diakses secara daring,
website interaktif, aplikasi android, video
games, video interaktif, dll.
d. Media gabungan
Contohnya: teleconference (zoom/google
meet), video game pembelajaran, video
mapping interaktif, augmented reality, dsb.

 Menurut Hamalik (2008), Fungsi media


pembelajaran yaitu:
a. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang
efektif
b. Penggunaan media merupakan bagian internal
dalam system pembelajaran.
c. Media pembelajaran penting dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.
d. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah
untuk mempercepat proses pembelajaran dan
membantu siswa dalam upaya memahami
materi yang disajikan oleh Guru dalam kelas.
e. Penggunaan media dalam pembelajaran
dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
pendidikan.
 Lentz dalam (Arsyad, 2016) mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, yakni sebagai berikut :
a. Fungsi Atensi
yang berarti menarik perhatian peserta didik
untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang
ditampilkan.
b. Fungsi Afektif
berarti media dapat menggugah emosi dan
sikap peserta didik, dan peserta didik dapat
menikmati pembelajaran.
c. Fungsi Kognitif
yaitu media memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau
pesan yang terkandung dalam gambar (media
visual).
d. Fungsi Kompensatoris
media mengakomodasi peserta didik yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks/ secara
verbal.

Siswa Guru masih Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi, analisis alternatif
solusi yang sesuai atau memungkinkan untuk diterapkan dikelas
kurang belum  Banyak faktor yang dapat mendukung terwujudnya proses saya adalah sebagai berikut :
berminat menggunakan pembelajaran yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan  literasi sains sebagai pengetahuan tentang sains
dalam hal media pendidikan, salah satu di antaranya adalah penggunaan
atau pemanfaatan teknologi dalam proses pendidikan dan individu yang digunakan untuk mengidentifikasi
literasi pembelajaran
pembelajaran (Andriani, 2015) pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
dan yang menarik
 Penggunaan media pembelajaran menjadi salah satu inovasi bagi menjelaskan fenomena, dan untuk membuat
numerasi dan inovatif
siswa dalam memahami setiap materi pelajaran. Dalam proses kesimpulan tentang isu ilmiah berdasarkan bukti-
terutama pembelajaran, guru mesti memilih media pembelajaran yang sesuai bukti ilmiah; mengetahui karakteristik sains
pada dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Berkembangnya
sebagai penyelidikan ilmiah; menyadari bahwa
materi teknologi informasi mempengaruhi dunia pendidikan, dari
pendidikan tatap muka konvensional ke arah pendidikan yang lebih sains dan teknologi membentuk lingkungan
kimia
terbuka. Perkembangan zaman yang semakin modern membuat material, intelektual dan budaya; serta kesediaan
individu bergantung pada teknologi, terutama smart phone. untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains sebagai
Dalam proses pembelajaran guru masih terbatas dalam manusia yang reflektif (OECD, 2009).
pengembangan media, yang terlihat pada minimnya penggunaan
media pembelajaran yang berbasis teknologi. (Cahyani, I
 Firman dalam Herdiani (2013) menjelaskan
dan Sari, M. 2020) bahwa penyebab rendahnya literasi sains siswa di
 Bentuk sajian multimedia interaktif dalam Indonesia disebabkan oleh pembelajaran yang
pemanfaatan teknologi informasi dapat dikategorikan bersifat tekstual dan kurang kontekstual.
ke dalam lima kelompok yaitu :  Turiman, et al (2012) menyatakan bahwa pada
1. Tutorial; abad 21, siswa memerlukan keterampilan literasi
2. Praktik dan latihan (drill and practice); digital dan literasi sains yang bisa dikembangkan
3. Simulasi (simulation); salah satunya melalui penggunaan media berbasis
4. Percobaan atau eksperimen; komputer.
5. Permainan (game)  Menurut Hamalik (2008), Fungsi media
(Putri, Y.D. dkk., 2021) pembelajaran yaitu:
 pengaplikasian konsep kimia dalam praktik pembelajaran dan tutor a. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran
sebaya dianggap mampu mengatasi rendahnya literasi numerasi yang efektif
pada siswa. Pada saat kegiatan di luar kelas siswa berhadapan b. Penggunaan media merupakan bagian
langsung dengan objek. (Ekowati, D.W.dkk, 2019) internal dalam system pembelajaran.
 Oleh karena itu, pengetahuan siswa tidak hanya berdasarkan bahan c. Media pembelajaran penting dalam rangka
ajar atau buku-buku materi literasi numerasi. Kegiatan lain yang mencapai tujuan pembelajaran.
dilakukan pada tahap pembelajaran adalah tutor sebaya. Kegiatan
tutor sebaya meliputi kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab antar d. Penggunaan media dalam pembelajaran
teman, permainan (games) dan presentasi (presentation). adalah untuk mempercepat proses
(Heruman. 2013) pembelajaran dan membantu siswa dalam
upaya memahami materi yang disajikan oleh
Hasil Wawancara Guru dalam kelas.
Dra. Siti Mutmainah, M.Pd e. Penggunaan media dalam pembelajaran
Menggunakan media sosial seperti youtube untuk mencari dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
sumber pembelajaran dan mempublikasikan produk pendidikan.
pembelajaran misalnya video praktikum  Lentz dalam (Arsyad, 2016) mengemukakan
Nur Mahanim, S.Pd (Guru) empat fungsi media pembelajaran, yakni
 Siswa mungkin akan lebih tertarik jika guru sebagai berikut :
menggunakan media pembelajaran misalkan a. Fungsi Atensi
menayangkan video atau ppt, yang bisa membuat siswa yang berarti menarik perhatian peserta didik
untuk membuka pemikiran mereka mengenai materi untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang
yang disampaikan dibandingkan hanya menggunakan ditampilkan.
media berupa buku cetak b. Fungsi Afektif
berarti media dapat menggugah emosi dan
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas) sikap peserta didik, dan peserta didik dapat
Media pembelajaran yang dipakai terdiri dari 3 macam menikmati pembelajaran.
yaitu media Audio, Media Visual dan Media Audio Visual c. Fungsi Kognitif
yaitu media memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar (media visual).
d. Fungsi Kompensatoris
media mengakomodasi peserta didik yang
lemah dan lambat menerima dan memahami
isi pelajaran yang disajikan dengan teks/
secara verbal.

 Media berbasis komputer tersebut dikembangkan
untuk memfasilitasi pembelajaran IPA agar
mampu meningkatkan literasi sains siswa.( Latif
& Faisal, 2021)
 Ulfah Dkk (2013) berpendapat dalam proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif,
menumbulkan sikap kreatif, membuat siswa
aktif, dan selama pembelajaran dapat menarik
siswa serta menyenangkan apabila dilengkapi
oleh adanya media bantu berupa bahan ajar,
salah satu dari bahan ajar yang dapat
digunakan yaitu lembar kerja peserta didik
(LKPD) (Lusiana, dkk, 2021)

 Salah satu aplikasi yang banyak digunakan


untuk membuat media pembelajaran berbasis
komputer yang relatif mudah adalah Microsoft
Power Point. Media pembelajaran ini dapat
mengakomodasi beberapa kecerdasasan peserta
didik seperti kecerdasan verbal, audio,
maupun visual (Rohimat , Sonny, 2021)
 kelebihan dari penggunaan power point sebagai
media pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Praktis, dapat dipergunakan untuk semua
ukuran kelas
b. Memberikan kemungkinan tatap muka dan
mengamati respons siswa
c. Memiliki variasi teknik penyajian yang
menarik dan tidak membosankan
d. Dapat menyajikan berbagai kombinasi
clipart, picture, warna, animasi dan suara
sehingga membuat siswa lebih tertarik
e. Dapat dipergunakan berulang-ulang (Kamil,
Popo Mustofa, 2018)
 Kelemahan dari penggunaan power point sebagai
media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dengan
menggunakan powerpoint
2. Membutuhkan keterampilan khusus untuk
menuangkan pesan atau ide-ide yang baik
pada desain program komputer microsoft
powerpoint sehingga mudah dicerna oleh
penerima pesan
3. Memerlukan persiapan yang matang, bila
menggunakan teknik-teknik penyajian
(animasi) yang kompleks (Kamil, Popo
Mustofa, 2018)
 Sukiman (2012: 187-188) menyatakan media
video pembelajaran adalah seperangkat komponen
atau media yang mampu menampilkan gambar
sekaligus suara dalam waktu bersamaan.
 Media video yang digunakan dalam proses belajar
mengajar memiliki banyak manfaat dan
keuntungan, diantaranya adalah video merupakan
pengganti alam sekitar dan dapat menunjukkan
objek yang secara normal tidak dapat dilihat siswa
seperti materi proses pencernaan makanan dan
pernafasan, video dapat menggambarkan suatu
proses secara tepat dan dapat dilihat secara
berulang-ulang, video juga mendorong dan
meningkatkan motivasi siswa untuk tetap
melihatnya. (Arsyad, 2011)
 Kelebihan Media Video Pembelajaran
Hamzah B. Uno & Nina Lamatenggo (2011)
a. video dapat memanipulasi waktu dan
ruang sehingga siswa dapat diajak
melanglang buana ke mana saja walaupun
dibatasi dengan ruang kelas.
b. Video juga dapat menampilkan objek-
objek yang terlalu kecil, terlalu besar,
berbahaya, atau bahkan tidak dapat
dikunjungi oleh siswa.
c. Kemampuan media video juga dapat
diandalkan pada bidang studi yang
mempelajari keterampilan motorik dan
melatih kemampuan kegiatan.
 Rusman (2012) mengungkapkan beberapa
kelebihan yang dimiliki media video, yaitu:
a. video dapat memberikan pesan yang dapat
diterima lebih merata oleh siswa,
b. video sangat bagus untuk menerangkan suatu
proses,
c. mengatasi keterbatasan ruang dan waktu,
lebih realistis dan dapat diulang atau
b. dihentikan sesuai kebutuhan, serta
a. memberikan kesan yang mendalam, yang
dapat mempengaruhi sikap siswa.
.
 Kelemahan Media Video Pembelajaran

Daryanto (2010) mengungkapkan beberapa


kelemahan media video pembelajaran, yaitu:
a. Fine details, tidak dapat menampilkan obyek
sampai yang sekecil-kecilnya.
b. Size information, tidak dapat menampilkan
obyek dengan ukuran yang sebenarnya.
c. Third dimention, gambar yang ditampilkan
dengan video umumnya berbentuk dua
dimensi.
d. Opposition, artinya pengambilan yang
kurang tepat dapat menyebabkan timbulnya
keraguan penonton dalam menafsirkan
gambar yang dilihat.
e. Material pendukung video membutuhkan
alat proyeksi untuk menampilkannya.
f. Untuk membuat program video
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Khoirul. (2017). Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Andriani,T., Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi DanKomunikasi, Sosial Budaya : Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan
Budaya, 2015, 12(1): 127-150

Arends, R. I. (2015). Learning to teach (10th ed). New York: McGraw-Hill International Edition.

Arikunto, Suharsimi. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bahri Djamarah, Syaiful. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Darmadi. 2017. Pengembangan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto dan Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

Ekowati, D.W.dkk, 2019, Literasi Numerasi Di SD Muhammadiyah, ELSE (Elementary School Education Journal), Volume 3 Nomor 1
Februari 2019

Fathurrohman, Muhammad. (2008). Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.

Hamalik. 2008. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Remaja Karya.

Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hamzah& Lamatengngo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hanafiah, N. (2012). Konsep strategi pembelajaran. Bandung: Rafika Aditama.


Handayani, dkk, 2022, Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Materi Asam Basa Berbasis Problem Based Learning(PBL) untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Chemistry Education Practice, 5 (1), 2022 -108

Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia

Istarani. (2014). Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Kamil, Popo Mustofa, 2018, Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Pada Manusia Dengan Menggunakan Media
Power Point Dan Media Torso, Bioedusiana, Volume 3 No.2

Latip, A. dan Faisal, A. 2021.Upaya Peningkatan Literasi Sains Siswa melalui Media Pembelajaran IPA Berbasis Komputer Jurnal Pendidikan
Universitas Garut , Vol. 15; No. 01; 2021; 444-452
Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar menyajikan ContohContoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project
Based Learning dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI Multimedia SMK Muhammadiyah Wonosari. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Lubis,I. R., 2015, Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Prestasi Kognitif
Peserta Didik SMA Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 – 194

Lusiana,dkk, 2021. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Di SMA
Indonesia Muda, JEP (Jurnal Eksakta Pendidikan), Volume 5, Nomor 1, Mei 2021,Page 51-58

Majid, A. (2017). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mayangsari, Dewi, 2014. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan
Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013, JURNAL EDUKASI UNEJ, I (1): 27-31

Muliaman,Agus, 2021, Efektivitas Model Project Based Learning Berorientasi eXe Learning dan Motivasi terhadap Hasil belajar pada Materi
Laju Reaksi, Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Volume 13, No. 1, Juli 2021
Nurfitriyanti, Maya. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal
Formatif 6(2): 149-160.

Nurohman, Sabar. Pendekatan Project Based Learning Sebagai upaya Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309687/project-based-learning.pdf diakses 19 Januari 2019

Nurrita, Teni, 2018, Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Misykat, Volume 03, Nomor 01, Juni 2018

Oktiani, I., (2017). Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik, Jurnal Kependidikan, Volume 5 No. 2, hal. 216-232

Putri, Y.D., dkk, 2021, Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik,
Alotrop, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 5(2): 168 -174

Putri. A., dkk, 2014. Pengaruh Model Problem Based Learning Berbasis Potensi Lokal pada Pembelajaran Biologi terhadap Kemampuan Literasi
Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cepogo, BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.2, hal. 81-94
Rerung, dkk, 2017, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Sma Pada
Materi Usaha Dan Energi, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55

Roestiyah, (2012). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rohimat , Sonny, 2021. STRATEGY : Jurnal Inovasi Strategi dan Model Pembelajaran, Vol 1. No 1. Juli Tahun 2021

Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Suherti, Euis & Rohimah, Siti Maryam. (2016). Bahan Ajar Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. Bandung: Universitas pasundan.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran.Yogyakarta: Pedagogia.

Syah, M. (2017). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Turiman, et al. (2012). Fostering the 21st Century Skills through Scientific Literacy and Science Process Skills. Procedia-Social and Behavioral
Sciences. 59, 110-116.

Wardoyo, S. M. (2015). Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.

Wena, Made. 2014. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Wisudawati, Asih. W., dan Eka Sulistyowati. (2017). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Grup.

Anda mungkin juga menyukai