Masalah
terpilih Akar Penyebab
No Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
yang akan masalah
diselesaikan
1 Rendahnya 1. Metode Kajian Literatur
motivasi pembelajaran a. Motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi, analisis alternatif
solusi yang sesuai atau memungkinkan untuk diterapkan dikelas
belajar masih melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan (Oktiani, 2017).
saya adalah sebagai berikut :
siswa menggunakan b. Peserta didik merasa bosan dengan metode pembelajaran guru
yang hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian 1. Metode pembelajaran yang bisa dijadikan solusi
metode alternatif adalah
materi dikelas, hal ini menyebabkan minat dan motivasi belajar
ceramah peserta didik menjadi kurang sehingga perlu digunakan metode- Menurut Darmadi (2017), metode pembelajaran
2. Media metode pembelajaran yang lain dalam proses pembelajaran (Putri, adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru
pembelajaran Y.D. dkk.,2021). dalam menyampaikan materi pembelajaran
nya kurang c. Menurut Marsita (2010) untuk meningkatkan motivasi belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
menarik siswa perlu adanya strategi atau metode pembelajaran yang dapat
a. Metode Diskusi
menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat memecahkan suatu permasalahan dengan cara melakukan Menurut Hamdayama (2014), metode
hal-hal yang baru. (Handayani, dkk, 2022). diskusi adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa-siswa dihadapkan kepada
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas) suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan
Metode ceramah bisa dipakai, tapi jangan untuk semua atau pertanyaan yang bersifat problematik
materi, karena siswa akan bosan sehingga motivasi untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
belajarnya rendah, lebih variatif lagi menggunakan dan Menurut Hamdayama (2014), agar dalam
memilih metode pembelajaran pelaksanaan metode diskusi berjalan dengan
efektif, maka perlu dilakukan langkah-
langkah melaksanakan metode diskusi
dengan tepat, yaitu sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
Merumuskan tujuan, menentukan jenis
diskusi, menetapkan masalah yang akan
dibahas, mempersiapkan segala sesuatu
yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi
b. Pelaksanaan Diskusi
Memberikan pengarahan sebelum
dilaksanakan diskusi, melaksanakan
diskusi sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan, memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap
peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
c. Menutup Diskusi
Membuat pokok-pokok pembahasan
sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil
diskusi. Dan mereview jalannya diskusi
dengan meminta pendapat dari seluruh
peserta diskusi sebagai umpan balik
untuk perbaikan selanjutnya.
c. Metode Demonstrasi
menurut Abdul Majid (2013: 197), metode
demonstrasi adalah salah satu metode yang cukup
efektif karena membantu siswa untuk mencari
jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau
data yang benar. Metode demonstrasi merupakan
metode penyajian pelajaran dengan memperagakan
dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan
Langkah-langkah perencanaan dan persiapan yang
perlu ditempuh agar metode demonstrasi dapat
dilaksanakan dengan baik adalah:
1. Perencanaan
Merumuskan tujuan yang jelas baik dari
sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat ditempuh setelah
metode demonstrasi berakhir.
Menetapkan garis-garis besar langkah-
langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan.
Memperhitungkan waktu yang
dibutuhkan.
b. Pelaksanaan
Memulai demonstrasi dengan menarik
perhatian peserta didik.
Mengingat pokok-pokok materi yang
akan didemonstrasikan agar demonstrasi
mencapai sasaran.
Memperhatikan keadaan peserta didik,
apakah semuanya mengikuti demonstrasi
dengan baik.
Memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk aktif memikirkan lebih lanjut
tentang apa yang dilihat dan didengarnya
dalam bentuk mengajukan pertanyaan.
c.Evaluasi
Sebagai tindak lanjut setelah
diadakannya demonstrasi sering diiringi
dengan kegiatan-kegiatan belajar
selanjutnya.
kelebihan metode demonstrasi dalam proses
pembelajaran meliputi:
a. Perhatian anak didik dapat dipusatkan,
dan titik berat yang dianggap penting
oleh guru dapat diamati;
b. Perhatian anak didik akan lebih terpusat
pada apa yang didemonstrasikan, jadi
proses anak didik akan lebih terarah dan
akan mengurangi perhatian anak didik
kepada masalah lain;
c. Dapat merangsang murid untuk lebih
aktif dalam mengikuti proses belajar;
d. Dapat menambah pengalaman anak
didik;
e. Bisa membantu murid ingat lebih lama
tentang materi yang disampaikan;
f. Dapat mengurangi kesalahpahaman
Kajian Literatur
karena pengajaran lebih jelas dan
d. Rendahnya motivasi belajar siswa dikarenakan peserta didik belum
maksimal terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga
kongkrit.
diperlukan adanya inovasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. g. Dapat menjawab semua masalah yang
Inovasi tersebut dapat berupa model pembelajaran yang timbul dalam pikiran tiap manusia.
mengaktifkan peserta didik selama proses pembelajaran. Salah satu kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai
model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi berikut:
permasalahan adalah model PBL. (Rerung, 2017) a. Memerlukan waktu yang cukup lama;
e. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri b. Apabila terjadi kekurangan media,
peserta didik adalah dengan menggunakan model-model
metode demonstrasi menjadi kurang
pembelajaran yang tepat dan relevan dengan materi yang akan
diajarkan, Salah satu model yang masih digunakan hingga saat efisien;
ini ialah model PjBL, PjBL bermakna sebagai pembelajaran c. Memerlukan biaya yang cukup mahal,
berbasis proyek (Muliaman, 2021) terutama untuk membeli bahan-
bahannya;
d. Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
e. Apabila murid tidak aktif maka metode
demonstrasi menjadi tidak efektif
(Fathurrahman, 2008:3).
Hasil Wawancara
Nur Mahanim, S.Pd (Guru)
Guru perlu inovasi dalam model pembelajaran agar siswa
termotivasi dalam belajar terutama pada pelajaran kimia, misal 2. Model yang bisa digunakan adalah
penggunaan model Jigsaw, PjBL A. model pembelajaran tipe jigsaw
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas) Menurut Istarani (2014, hlm. 81) Model pembelajaran
Guru bisa memilih model pembelajaran PBL, PjBL, tipe jigsaw adalah model yang dirancang untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
Discovery Learning, Inkuiri, selain itu ada Jigsaw dll pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang
lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.
Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun
sosial siswa sangat diperlukan.
Menurut Sanjaya (2007:242-243), karakteristik
model pembelajaran kooperatif jigsaw,
meliputi:
1. Pembelajaran secara berkelompok
2. Kooperatif manajemen meliputi;
perencanaan, pelaksanaan, organisasi, dan
kontrol
3. Kerja sama dalam kelompok belajar
4. Keterampilan dalam berinteraksi dalam
berkomunikasi
Menurut Lestari (2012:46) langkah- langkah
jigsaw, meliputi :
1. Pendahuluan, salam, presensi, apresiasi,
motivasi.
2. Inti, tujuan pembelajaran, memberikan
media pembelajaran, pelaksanaan jigsaw
(siswa dikelompokkan, setiap siswa diberi
tugas yang berbeda, guru menyampaikan
materi pelajaran, siswa membentuk
anggota baru (kelompok ahli) untuk
berdiskusi, presentasi setiap kelompok ahli,
guru mengevaluasi hasil diskusi, kelompok
ahli kekelompok asal untuk menyampaikan
materi yang diperoleh), guru memberi
tugas untuk dikerjakan, guru mengevaluasi
tugas siswa, guru memberi tes untuk
mengetahui pemahaman peserta didik
3. penutup guru memberi waktu untuk siswa bertanya,
guru merefleksikan materi, guru menutup pelajaran.
Kelebihan Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Yamin (2008:78-80), keuntungan dari
penggunaan model pembelajaran kooperatif
jigsaw, yaitu: 1) Melatih mengemukakan
pendapat; 2) Kritis dalam persoalan; 3)
Menumbuhkan sikap toleransi; 4) Strategi
efektif untuk mencapai hasil akademik dan
sosial
Kekurangan Model Pembelajaran Jigsaw
Menurut Sanjaya (2007:247-248), keterbatasan dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw, yaitu:
1) Tidak semua siswa mampu menyatakan pendapat; 2)
Tidak semua siswa mampu memahami materi; 4)
Individual; 5) Sulit membentuk kelompok yang solid.
3.Media pembelajaran
Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali
(Nuritta, 2018)
Menurut Herry (2007) ada tiga jenis media pembelajaran
yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran oleh guru di sekolah, yaitu:
a. Media Audio
dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya
imajinasi yang abstrak, program audio dapat mengatasi
alasan waktu namun sifat komunikasinya satu arah
dengan demikian, sulit bagi para pendengar untuk
mendiskusikan hal-hal yang sulit dipahami.
b. Media Visual
media visual membantu siswa meningkatkan
pemahaman dan memperkuat ingatannamun media
visual memerlukan waktu pembuatan yang lama, media
visual tidak diikuti oleh audio, sehingga memerlukan
penjelasan dari guru tentang materi pembelajaran
c. Media Audio Visual
Dengan media Audio visual materi lebih dipahami oleh
para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan
pengajaran lebih baik, mengajar akan lebih bervariasi,
sehingga siswa tidak bosan, pengajaran akan lebih
menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar, namun media Audio visual adalah
pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama
Siswa Guru masih Kajian Literatur Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi, analisis alternatif
solusi yang sesuai atau memungkinkan untuk diterapkan dikelas
kurang belum Banyak faktor yang dapat mendukung terwujudnya proses saya adalah sebagai berikut :
berminat menggunakan pembelajaran yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan literasi sains sebagai pengetahuan tentang sains
dalam hal media pendidikan, salah satu di antaranya adalah penggunaan
atau pemanfaatan teknologi dalam proses pendidikan dan individu yang digunakan untuk mengidentifikasi
literasi pembelajaran
pembelajaran (Andriani, 2015) pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru,
dan yang menarik
Penggunaan media pembelajaran menjadi salah satu inovasi bagi menjelaskan fenomena, dan untuk membuat
numerasi dan inovatif
siswa dalam memahami setiap materi pelajaran. Dalam proses kesimpulan tentang isu ilmiah berdasarkan bukti-
terutama pembelajaran, guru mesti memilih media pembelajaran yang sesuai bukti ilmiah; mengetahui karakteristik sains
pada dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan. Berkembangnya
sebagai penyelidikan ilmiah; menyadari bahwa
materi teknologi informasi mempengaruhi dunia pendidikan, dari
pendidikan tatap muka konvensional ke arah pendidikan yang lebih sains dan teknologi membentuk lingkungan
kimia
terbuka. Perkembangan zaman yang semakin modern membuat material, intelektual dan budaya; serta kesediaan
individu bergantung pada teknologi, terutama smart phone. untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains sebagai
Dalam proses pembelajaran guru masih terbatas dalam manusia yang reflektif (OECD, 2009).
pengembangan media, yang terlihat pada minimnya penggunaan
media pembelajaran yang berbasis teknologi. (Cahyani, I
Firman dalam Herdiani (2013) menjelaskan
dan Sari, M. 2020) bahwa penyebab rendahnya literasi sains siswa di
Bentuk sajian multimedia interaktif dalam Indonesia disebabkan oleh pembelajaran yang
pemanfaatan teknologi informasi dapat dikategorikan bersifat tekstual dan kurang kontekstual.
ke dalam lima kelompok yaitu : Turiman, et al (2012) menyatakan bahwa pada
1. Tutorial; abad 21, siswa memerlukan keterampilan literasi
2. Praktik dan latihan (drill and practice); digital dan literasi sains yang bisa dikembangkan
3. Simulasi (simulation); salah satunya melalui penggunaan media berbasis
4. Percobaan atau eksperimen; komputer.
5. Permainan (game) Menurut Hamalik (2008), Fungsi media
(Putri, Y.D. dkk., 2021) pembelajaran yaitu:
pengaplikasian konsep kimia dalam praktik pembelajaran dan tutor a. Untuk mewujudkan situasi pembelajaran
sebaya dianggap mampu mengatasi rendahnya literasi numerasi yang efektif
pada siswa. Pada saat kegiatan di luar kelas siswa berhadapan b. Penggunaan media merupakan bagian
langsung dengan objek. (Ekowati, D.W.dkk, 2019) internal dalam system pembelajaran.
Oleh karena itu, pengetahuan siswa tidak hanya berdasarkan bahan c. Media pembelajaran penting dalam rangka
ajar atau buku-buku materi literasi numerasi. Kegiatan lain yang mencapai tujuan pembelajaran.
dilakukan pada tahap pembelajaran adalah tutor sebaya. Kegiatan
tutor sebaya meliputi kegiatan diskusi kelompok, tanya jawab antar d. Penggunaan media dalam pembelajaran
teman, permainan (games) dan presentasi (presentation). adalah untuk mempercepat proses
(Heruman. 2013) pembelajaran dan membantu siswa dalam
upaya memahami materi yang disajikan oleh
Hasil Wawancara Guru dalam kelas.
Dra. Siti Mutmainah, M.Pd e. Penggunaan media dalam pembelajaran
Menggunakan media sosial seperti youtube untuk mencari dimaksudkan untuk mempertinggi mutu
sumber pembelajaran dan mempublikasikan produk pendidikan.
pembelajaran misalnya video praktikum Lentz dalam (Arsyad, 2016) mengemukakan
Nur Mahanim, S.Pd (Guru) empat fungsi media pembelajaran, yakni
Siswa mungkin akan lebih tertarik jika guru sebagai berikut :
menggunakan media pembelajaran misalkan a. Fungsi Atensi
menayangkan video atau ppt, yang bisa membuat siswa yang berarti menarik perhatian peserta didik
untuk membuka pemikiran mereka mengenai materi untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran yang
yang disampaikan dibandingkan hanya menggunakan ditampilkan.
media berupa buku cetak b. Fungsi Afektif
berarti media dapat menggugah emosi dan
Khofiyul Arif, S.Pd (Pengawas) sikap peserta didik, dan peserta didik dapat
Media pembelajaran yang dipakai terdiri dari 3 macam menikmati pembelajaran.
yaitu media Audio, Media Visual dan Media Audio Visual c. Fungsi Kognitif
yaitu media memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar (media visual).
d. Fungsi Kompensatoris
media mengakomodasi peserta didik yang
lemah dan lambat menerima dan memahami
isi pelajaran yang disajikan dengan teks/
secara verbal.
Media berbasis komputer tersebut dikembangkan
untuk memfasilitasi pembelajaran IPA agar
mampu meningkatkan literasi sains siswa.( Latif
& Faisal, 2021)
Ulfah Dkk (2013) berpendapat dalam proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif,
menumbulkan sikap kreatif, membuat siswa
aktif, dan selama pembelajaran dapat menarik
siswa serta menyenangkan apabila dilengkapi
oleh adanya media bantu berupa bahan ajar,
salah satu dari bahan ajar yang dapat
digunakan yaitu lembar kerja peserta didik
(LKPD) (Lusiana, dkk, 2021)
Anam, Khoirul. (2017). Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Andriani,T., Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi DanKomunikasi, Sosial Budaya : Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial Dan
Budaya, 2015, 12(1): 127-150
Arikunto, Suharsimi. (2019). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Daryanto dan Rahardjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.
Ekowati, D.W.dkk, 2019, Literasi Numerasi Di SD Muhammadiyah, ELSE (Elementary School Education Journal), Volume 3 Nomor 1
Februari 2019
Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hamzah& Lamatengngo. 2011. Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Heruman. 2013. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kamil, Popo Mustofa, 2018, Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Pada Manusia Dengan Menggunakan Media
Power Point Dan Media Torso, Bioedusiana, Volume 3 No.2
Latip, A. dan Faisal, A. 2021.Upaya Peningkatan Literasi Sains Siswa melalui Media Pembelajaran IPA Berbasis Komputer Jurnal Pendidikan
Universitas Garut , Vol. 15; No. 01; 2021; 444-452
Lestari, Tutik. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar menyajikan ContohContoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project
Based Learning dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas XI Multimedia SMK Muhammadiyah Wonosari. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Lubis,I. R., 2015, Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Prestasi Kognitif
Peserta Didik SMA Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1 (2), Oktober 2015 – 194
Lusiana,dkk, 2021. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi Di SMA
Indonesia Muda, JEP (Jurnal Eksakta Pendidikan), Volume 5, Nomor 1, Mei 2021,Page 51-58
Mayangsari, Dewi, 2014. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan
Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013, JURNAL EDUKASI UNEJ, I (1): 27-31
Muliaman,Agus, 2021, Efektivitas Model Project Based Learning Berorientasi eXe Learning dan Motivasi terhadap Hasil belajar pada Materi
Laju Reaksi, Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) STKIP Kusuma Negara Volume 13, No. 1, Juli 2021
Nurfitriyanti, Maya. 2016. Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal
Formatif 6(2): 149-160.
Nurohman, Sabar. Pendekatan Project Based Learning Sebagai upaya Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309687/project-based-learning.pdf diakses 19 Januari 2019
Nurrita, Teni, 2018, Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, Misykat, Volume 03, Nomor 01, Juni 2018
Oktiani, I., (2017). Kreativitas Guru dalam Memotivasi Belajar Peserta Didik, Jurnal Kependidikan, Volume 5 No. 2, hal. 216-232
Putri, Y.D., dkk, 2021, Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik,
Alotrop, Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia, 5(2): 168 -174
Putri. A., dkk, 2014. Pengaruh Model Problem Based Learning Berbasis Potensi Lokal pada Pembelajaran Biologi terhadap Kemampuan Literasi
Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Cepogo, BIO-PEDAGOGI Vol. 3, No.2, hal. 81-94
Rerung, dkk, 2017, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Sma Pada
Materi Usaha Dan Energi, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 47-55
Rohimat , Sonny, 2021. STRATEGY : Jurnal Inovasi Strategi dan Model Pembelajaran, Vol 1. No 1. Juli Tahun 2021
Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Suherti, Euis & Rohimah, Siti Maryam. (2016). Bahan Ajar Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu. Bandung: Universitas pasundan.
Wardoyo, S. M. (2015). Pembelajaran Konstruktivisme Teori dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.
Wena, Made. 2014. Strategi pembelajaran inovatif kontemporer: suatu tinjauan konseptual operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Wisudawati, Asih. W., dan Eka Sulistyowati. (2017). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Grup.