Anda di halaman 1dari 2

Fadhlan Auliya'ur Rahman (10)

XII IPA 3

Peduli Lindungi Gampang Dicurangi

Seiring menurunnya tingkat penularan Covid-19, pemerintah melonggarkan beberapa


kebijakan. Salah satu di antaranya, mal dan pusat perbelanjaan di beberapa kota besar sudah
diperbolehkan kembali beroperasi. Bahkan, kini, anak-anak berusia di bawah 12 tahun sudah
diperbolehkan memasuki kedua tempat itu.

Kita dapat melihat bahwa kini personel satuan pengamanan memiliki tugas tambahan
yakni menapis para pengunjung. Mereka akan sigap meminta pengunjung yang baru datang
untuk menggunakan aplikasi PeduliLindungi. Alternatif lain, pengunjung diminta
memperlihatkan sertifikat vaksinasi lengkap, baik berupa fisik, file unduhan, maupun foto hasil
tangkapan layar.

Di sejumlah mal dan pusat perbelanjaan, secara umum, para personel satuan pengamanan
telah menjalankan tugas dengan baik. Meski demikian, terdapat celah ketika mereka tidak dapat
mengawasi pengunjung secara saksama, yakni ketika pengunjung datang berombongan.

Pada saat itu, bukti yang ditunjukkan pengunjung hanya dilihat secara selintas. Bahkan,
kemungkinan besar, mereka tidak akan dapat memastikan keaslian dokumen yang ditunjukkan
pengunjung. Di sinilah kelemahan penerapan kebijakannya. Kita dapat menyimak apa yang
disampaikan Harry Sufehmi, pendiri Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) yang juga
praktisi teknologi informasi.

Mafindo adalah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus melawan hoaks dan
misinformasi di Indonesia. Dalam utas di akun Twitter, beberapa hari lalu, ia menyatakan bahwa
salah satu masalah fundamental aplikasi PeduliLindungi adalah penerapan client-side
authentication. Maksudnya, pembuktian mengenai apakah pengunjung sudah divaksin atau
belum justru berada di sisi pengunjung. Kebijakan itu, menurut Harry, merupakan anomali.
Seharusnya, kerja tersebut dilakukan oleh personel satuan pengamanan di mal, pusat
perbelanjaan, atau lokasi lain yang mengharuskan penerapan langkah itu.

Praktisnya begini, kata Harry, pengunjung sebenarnya hanya perlu menunjukkan kartu
vaksin, bahkan sebetulnya cukup KTP. Personel satuan pengamanan memindai kartu vaksin atau
KTP itu untuk selanjutnya diperiksa ke server milik pemerintah. Alhasil, mesin (ataupun alat
lain) yang dipegang personel satuan pengamanan menampilkan nama pengunjung, detail vaksin,
dan sebagainya. Jika data tersebut sesuai, barulah personel satuan pengamanan memperbolehkan
pengunjung masuk.

Kebijakan yang terjadi sekarang malah sebaliknya. Justru pengunjung yang diminta
membuktikan secara swadaya. Tak heran jika kemudian muncul celah yang dapat dimanfaatkan
orang tidak bertanggung jawab.
”Jika otentikasi dilakukan di sisi pengguna, pasti bisa diretas dan dikadali. Pasti. Untuk
praktisi IT, analogi kasus ini seperti memproses login dan password di Javascript, di browser.
Otentikasi, jika ingin aman, maka hanya bisa jika dilakukan di sisi server/otoritas,” kata Harry.
Sebelum terlambat, pemerintah sebaiknya mengevaluasi kebijakan pemindaian aplikasi
PeduliLindungi dari sisi pengunjung.

Sudah seharusnya pula pemerintah mengunjungi media sosial. Soalnya, di sana, terdapat
banyak sekali operasi penyalahgunaan aplikasi PeduliLindungi agar lolos penapisan. Di media
sosial, sudah banyak orang yang mengaku menggunakan aplikasi palsu (fake app) agar bisa
melenggang masuk mal. Ada pula yang mengaku hanya berbekal hasil tangkapan layar sertifikat
vaksin milik orang lain untuk mengecoh petugas keamanan mal, stasiun, dan sebagainya.

Ada lagi orang yang meminjam akun PeduliLindungi milik orang lain. Praktik-praktik
lancung itu masih terus terjadi. Para personel satuan pengamanan memang berpeluang besar
terkecoh. Apalagi, tak semua dari mereka memiliki pengetahuan mumpuni tentang teknologi
informasi.

Oleh karena itu, sekali lagi, mekanisme penapisan lebih baik diubah, dari semula client-
side authentication menjadi server-side authentication. Manajemen mal, pusat perbelanjaan, atau
lokasi lain harus membekali para personel satuan pengamanan dengan perangkat untuk
memeriksa jati diri pengunjung. Saat ini, pekerjaan itu dapat dilakukan secara sederhana dengan
menggunakan telefon pintar.

Fakta

Opini Penilaian

Opini Prediksi

Opini Kritik

Opini Saran

Yang tidak diwarnai belum tau opini/fakta

Anda mungkin juga menyukai